Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGENTASAN BUTA AKSARA DI KELURAHAN BANGKA BELITUNG LAUT KOTA PONTIANAK Oleh: SISWANTO DAHMARI NIM. E01111026 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. Tahun 2016. Email :
[email protected]
Abstrak Penulisan artikel ini berdasarkan indikasi-indikasi masalah masih adanya masyarakat penyandang buta aksara di kelurahan Bangka Belitung Laut Kota Pontianak. Penulisan artikel ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif.Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses implementasi kebijakan program pengentasan buta aksara di Kelurahan Bangka Belitung Laut kota Pontianak. Dalam upaya menganalisis proses implementasi Program keaksaraan, penulis menggunakan teori dari Charles O. Jones yakni ada tiga pilar proses implementasi kebijakan yaitu: interpretasi, organisasi dan aplikasi. Dalam proses implementasi kebijakan program keaksaraan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), PKBM Ramadhan yang ada di wilayah Kelurahan Bangka Belitung Laut kota Pontianak. Hasil penelitian menunjukan bahwa Organisasi pada PKBM Ramadhan belum memadai dari segi infrasruktur juga keuangan karena untuk gedung tempat pelaksanaan pendidikan keaksaraan bukan gedung punya sendiri tetapi masih di gedung kelurahan, infrastruktur seperti meja dan kursi belum ada karena keterbatasan dana. Kemudian interpretasi tujuan dan isi yang dipahami masih adanya masyarakat yang tidak paham dengan pendidikan keaksaraan sehingga harus lebih menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat terutama penyandang buta aksara. Selanjutnya Aplikasi/penerapan pelayanan kepada penyandang buta aksara tidak hanya di tempat pendidikan saja, akan tetapi pelayanan bersifat dinamis yang berarti dimana saja boleh diadakan pendidikan keaksaraan seperti di rumah-rumah warga keaksaraan. Saran penulis dalam penelitian ini supaya pemerintah setempat memperhatikan anggaran pendidikan nonformal keaksaraan agar PKBM yang ada memiliki infrastruktur gedung milik sendiri, serta peralatan perlengkapan lainnya seperti meja dan kursi yang harus di penuhi dalam menunjang keberhasilan dalam memberantas buta aksara, dan lebih meningkatkan sosialisasi terutama kepada penyandang buta aksara. Kata-kata kunci: Implementasi Program, Kebijakan, Keaksaraan.
POVERTY PROGRAM IMPLEMENTATION POLICIES IN BLIND AKSARA VILLAGE BANGKA BELITUNG MARINE CITY PONTIANAK Abstract Writing this article is based on indications of the problem is still the existence of illiterate people in the village of Bangka Belitung Sea city of Pontianak. Writing this article uses descriptive method with qualitative approach. The aim of writing this article is to describe and analyze the policy implementation process illiteracy alleviation programs in Sub Bangka Belitung Sea city of Pontianak. In an attempt to analyze the process of implementation of the literacy program, the author uses the theory of Charles O. Jones that there are three pillars of the policy implementation process, namely: interpretation, organization and application. In the process of policy implementation of literacy programs by the Community Learning Center (PKBM), PKBM Ramadan in the region of the Pacific Islands Marine Village Pontianak city. The results showed that the Organization of Ramadan PKBM inadequate in terms of financial infrastructure as well as to the building where the implementation of literacy education is not the building but still has its own administrative buildings,
1 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
infrastructure such as tables and chairs has been no lack of funding. Then the interpretation of the purpose and content that is understood there are still people who are not familiar with literacy education should be encouraging more dissemination to the public, especially illiterate. Furthermore, application/ implementation services to illiterate people not only in education, but also the service is dynamic, which means anywhere be held literacy education as in the homes of citizens literacy. Suggestions authors in this study so that local governments pay attention to the education budget nonformal literacy so PKBM existing infrastructure owned building itself, as well as equipment other equipment such as tables and chairs that must be fulfilled in supporting the success in eradicating illiteracy, and further improve the dissemination, especially to persons with illiteracy. Keywords: Implementation Program, Policy, Literacy.
tetap berlandaskan pada norma kehidupan
A. PENDAHULUAN
masyarakat dan tanpa diskriminasi. Kota Pontianak merupakan ibu kota provinsi kalimantan barat
yang
Komitmen
pemerintah
terhadap
pendidikan harus tercermin pada kualitas
dikenal sebagai pusatnya pendidikan di
sumber
kalimantan barat. Berdasarkan undang-
kualitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang
(IPTEK), serta politik anggaran dan
Pembentukan Daerah Otonomi Provinsi
terintegrasinya
Kalimantan
kedinasan ke dalam perguruan tinggi.
pendidikan pembangunan
Barat, dan
pembangunan pelatihan
kesehatan
daya
manusia,
peningkatan
seluruh
pendidikan
serta
Pelayanan pendidikan yang mencakup
merupakan
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
investasi dalam meningkatkan kualitas
Oleh
sumber daya manusia sehingga penting
pendidikan
perannya
meningkatkan
terjangkau disertai dengan pembebasan
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
biaya pendidikan. Penyediaan pelayanan
tingkat kemiskinan dan pengangguran.
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan
Pembangunan pendidikan dan pelatihan
pembangunan sosial ekonomi Kalimantan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas
Barat pada masa depan termasuk untuk
sumber daya manusia untuk mendukung
mendorong pertumbuhan ekonomi yang
terwujudnya masyarakat yang berharkat,
berkelanjutan
bermartabat,
berakhlak
dan
penguasaan teknologi.
menghargai
keberagaman
sehingga
Pembangunan
dalam
mulia,
mampu bersaing dalam era global dengan
karena
pelatihan
itu,
dasar
perlu yang
melalui
diarahkan
disediakan
bermutu
dan
pendalaman
pendidikan pula
dan untuk
menumbuhkan kebanggaan kebangsaan, 2 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
akhlak mulia, serta kemampuan peserta
dalam arti yang mampu membangkitkan
didik
minat baca masyarakat, luas wilayah
untuk
hidup
bersama
dalam
masyarakat yang beragam yang dilandasi
pelayanan
oleh penghormatan pada hak-hak asasi
mengakibatkan banyak warga masyarakat
manusia (HAM). Penyediaan pelayanan
yang
pendidikan
sesuai
banyaknya buta huruf disebabkan antara
perkembangan iptek perlu terus didorong
lain karena warga belum tahu manfaat
untuk meningkatkan kualitas hidup dan
nyata mengikuti pendidikan keaksaraan.
produktivitas penduduk Kalimantan Barat
Mereka pada umumnya sibuk bekerja
termasuk
mencari nafkah sehingga tidak memiliki
sepanjang
untuk
pengetahuan
hayat
memberikan
dan
keterampilan
bekal bagi
yang
mengatur
terlayani.
transportasi
Selain
itu,
Penyelesaian masalah pendidikan tidak
Undang-undang
belum
sulitnya
waktu untuk belajar.
penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin besar.
dan
semestinya
terpisah-pisah,
dilakukan
tetapi
harus
secara ditempuh
sistem pendidikan nasional yaitu undang-
langkah atau tindakan yang sifatnya
undang No. 20 tahun 2003 atau yang
menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya
dikenal
memperhatikan
dengan
SISDIKNAS.Pendidikan
UU
kepada
kenaikkan
nonformal
anggaran saja. Sebab percuma saja, jika
sebagai sub sistem pendidikan nasional
kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003
pendidikan
berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa
penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan
dan memajukan kebudayaan nasional serta
tahun sejatinya masih menjadi pekerjaan
mengembangkan potensi peserta didik
besar bagi.
dengan
penekanan
pada
penguasaan
masih
rendah.
Masalah
Kemampuan pemerintah (dalam
pengetahuan dan keterampilan fungsional
penyediaan
serta pengembangan sikap dan kepribadian
Pemerintah harus menyediakan anggaran
profesional.
pendidikan mininmal 20% APBDnya,
Buta Aksara atau penyandang buta
namun
dana)
anggaran
yang
tersebut
terbatas.
sering
huruf antara lain disebabkan oleh adanya
diselewengkan oleh pihak yang tidak
pertambahan penduduk buta huruf
baru
bertanggung jawab. Bahkan, gara-gara
yang belum dicacah sebelumnya, adanya
minimnya perhatian maupun anggaran
penduduk yang putus belajar sekolah dasar
untuk pembangunan fisik, infrastruktur
menjadi
karena
belum begitu optimal, Pasal 49, ayat 1:
ketidakadaan bahan bacaan yang memadai
menyatakan bahwa dana pendidikan selain
buta
huruf
kembali
3 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
gaji
pendidik
dan
biaya
pendidikan
program berjalan serta mengarah pada
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
upaya mewujudkan kebijakan menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
hasil sesuai dengan apa yang menjadi
(APBN) pada sektor pendidikan dan
tujuan dan sasaran kebijakan. Dalam
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
tahapan pengorganisasian terjadi proses
dan Belanja Daerah. Keberadaan PKBM
pengaturan dan penetapan siapa yang
sangat penting karena selama ini memberi
menjadi pelaksana kebijakan (Sumber
kontribusi banyak terhadap peningkatan
Daya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), di
penetapan sasaran dan prasarana untuk
antaranya
melaksanakan kebijakan hingga penetapan
membantu
memfasilitasi
Manusia),
penanganan warga buta huruf karena putus
pola
sekolah
kebijakan.
melalui
pendidikan
program
penyelenggaraan
kepemimpinan
dan
anggaran,
koordinasi
yang
Pelaksana kebijakan sangat tergantung
bertujuan mengurangi angka warga buta
pada jenis kebijakan apa yang akan
huruf.
dilaksanakan, namun setidaknya dapat
Kurang
pemerintah
keaksaraan
penetapan
optimalnya
terhadap
kepedulian
lembaga
PKBM
diidentifikasi.
Setiap
melaksanakan
dimungkinkan karena lembaga tersebut
kebijakan perlu ditetapkan SOP sebagai
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
pedoman, petunjuk, tuntunan dan refrensi
bukan karena inisiatif dari pemerintah.
bagi
pelaku
kebijakan
agar
mereka
mengetahui apa yang harus disiapakan dan dilakukan, siapa sasarannya, dan hasil apa yang ingin dicapai
B. KAJIAN PUSTAKA
dari
pelaksanaan
kebijakan tersebut, selain itu SOP juga Menurut Charles O. Jones dalam
dapat
digunakan
untuk
mencegah
pengantar kebijakan publik oleh Nasir
timbulnya perbedaan dalam bersikap dan
Budiman (1996:304) mengemukakan tiga
bertindak
kegiatan
permasalahan
yang
menjadi
pilar
dalam
implementasi yaitu:
ketika
dihadapkan
ketika
pada
menjalankan
kebijakan oleh karena itu, setiap kebijakan yang dibuat prosedur tetap (protap) atau prosedur baku berupa standar prosedur
1. Organisasi Tahapan
pengorganisasian
operasi
dan
atau
standar
pelayanan
merupakan suatu upaya untuk membentuk
minimal (SPM).
dan menata kembali sumber daya, unti-unti
Dengan
dan metode-metode untuk menjadikan
pengaktif tatanan rasional dari segala
demikian
birokrasi
adalah
4 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
sesuatu,
dan
bagi
Weber
demokrasi
pelaksana pada kebijakan mereka sendiri,
memainkan peran terpenting dalam hal ini.
meskipun
Dalam
menggunakannya
pandangan
yang
demikian,
mereka
tidak
untuk
perlu
memperluas
birokrasi tidak terlalu diharapkan untuk
otoritas yang dimiliki. Tetapi sebaliknya,
menghasilkan
mereka
kreativitas
yang
besar
maupun kebijakan yang inovatif.
menggunakan
hal
ini
untuk
menghindari permasalahan khusus yang sulit.
2. Interpretasi Suatu tahapan untuk menafsirkan suatu
program
merupakan
menjadi
suatu
rencana
dan
Penerapan
adalah
tahapan
dengan
pelaksanaan dari perencanaan kebijakan
bahasa sederhana serta mudah dipahami
yang telah dirumuskan kedalam realitas
sehingga dapat dilaksanakan dan dapat
nyata yang berbentuk suatu kegiatan
diterima oleh para pelaku dan sasaran
dengan
kebijakan
pada
petunjuk pelaksana, dan dilengkapi dengan
penafsiran dalam memahami apa yang
prosedur kerja yang jelas, program kerja
sebenarnya
serta
sangat
pengarahan
3. Aplikasi (Penerapan)
tergantung
dikerjakan.
Keberhasilan
menetapkan
jadwal
peraturan
kegiatan.
atau
Penerapan
interprestasi tidak terlepas pula dari peran
merupakan suatu proses dinamis dimana
sosialisasi.
para pelaksananya ataupun para petugas
Memahami isi dan tujuan dari
diarahkan oleh pedoman program.
sebuah kebijakan sangat diperlukan untuk terselenggaranya
atau
terlaksananya
Program yang dimaksud dalam hal ini adalah pedoman yang telah ditetapkan
kebijakan tersebut. Pemahaman ini dan
oleh
kantor
atau
tujuan ini harus dilakukan oleh para
melaksanakan kebijakan yang telah dibuat.
implementor dan disampaikan kepada
Pelaksana yang bersifat dinamis ini adalah
masyarakat terutama sasaran kebijakan.
pelaksanaan
yang
istansi
bersifat
dalam
proses
Pelaksanaan program yang efektif
pendidikan keaksaraan yang tidak hanya
nampaknya menjadi aneh apabila faktor
mengacu kepada hari kerja saja dan di
kejelasan dijadikan salah-satu prasyarat.
kantor saja, namun adanya pola lain yang
Memang ada hukum atau tidak tertulis
dilakukan
yang menyatakan bahwa kian rumit suatu
masyarakat dalam mengikuti pendidikan
permasalahan sosial, kian kian mendua
keaksaraan.
untuk
mempermudah
(ambigu) pula kebijakan sosial. Kegandaan (ambiguitas) ini akan mengantarkan para 5 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
Gambar 1 Kerangka Pikir
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang
Masalah: Masih banyaknya penyandang buta aksara
digunakan. Penelitian ilmiah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menemukan jawaban
Tiga pilar aktivitas implementasi kebijakan menurut Charles O. Jones (dalam widodo 2008) yaitu: Organization, Interpretation, dan Application.
dan
permasalahan menemukan tersebut.
menjelaskan yang
diteliti
pemecahan
Penelitian
suatu guna
dari
masalah
merupakan
suatu
kegiatan ilmiah yang sangat penting bagi Tujuan: Mendeskripsikan sejauh mana proses implementasi pengentasan buta aksara terlaksana.
pengembangan ilmu dan pemecahan suatu masalah (Satori dan Komariah 2011). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Sumber: Data penelitian tahun 2015
Penelitian
ini
menggambarkan,
fenomena penelitian
(dalam
Sugiyono:2010) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.
meringkas
untuk berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
C. METODE PENELITIAN
Metode
bertujuan
Berdasarkan
hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang
dimasyarakat
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu, rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti caracara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
sosial
yang
yang
menjadi
ada obyek
penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan yang bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu ciri atau karakter, dan sifat tentang fenomena tertentu. Penelitian
perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti
realitas
ini
menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif sering juga disebut metode peneltitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi
yang
alamiah
(natural
setting). Penelitian ilmiah adalah upaya untuk menjelaskan fenomena nyata yang kita alami dengan menetapkan prinsip umum untuk menerangkannya.
6 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
Penelitian kualitatif menurut Satori
melaksanakan kebijakan hingga penetapan
dan Komariah (2011:22) adalah penelitian
pola
yang menekankan pada quality atau hal
kebijakan. Dalam proses implementasi
yang penting dari sifat suatu barang/jasa.
program
Hal terpenting dari suatu barang atau jasa
orang/sumber daya manusia yang memang
berupa
sosial
mempunyai keahlian, karena orang-orang
adalah makna dibalik kejadian tersebut
yang dipilih ini yang akan bertanggung
yang dapat dijadikan pelajaran berharga
jawab terhadap pelaksanaan program.
bagi pengembangan konsep teori, jangan
Selain ahli, sumber daya juga harus
sampai suatu yang berharga tersebut
terampil dan memang layak sehingga
berlalu
tanpa
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
Penelitian
dengan tepat. Sumber daya sebagai pelaku
untuk
kebijakan harus mengetahui dengan baik
memberikan sumbangan terhadap teori,
mengenai tujuan dan pentingnya program
praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial
dilaksanakan sehingga tercipta kepatuhan
dan tindakan.
dan kesadaran diri dari sumber daya untuk
kejadian/fenomena/gejala
bersama
meninggalkan kualitatif
waktu
manfaat.
dapat
didesain
kepemimpinan
harus
dan
dipilih
koordinasi
orang
–
mendukung penuh jalannya suatu program. Setelah ditetapkan siapa yang menjadi pelaku kebijakan, langkah selanjutnya
D. PEMBAHASAN
adalah menetapkan berapa besar anggaran 1.
dan dari mana sumber anggaran itu berasal
Organisasi Tahapan
pengorganisasian
serta menentukan peralatan apa yang
merupakan suatu upaya untuk membentuk
dibutuhkan
guna
dan menata kembali sumber daya, unit-unit
kebijakan/program.
pelaksanaan
dan metode-metode untuk menjadikan program berjalan serta mengarah pada
2.
upaya mewujudkan kebijakan menjadi
Pelaksana Kebijakan Implementor
atau
pelaksana
hasil sesuai dengan apa yang menjadi
kebijakan yang ada dilapangan adalah
tujuan dan sasaran kebijakan. Dalam
aktor-aktor yang ada pada
tahapan pengorganisasian terjadi proses
lembaga pemerintah yang berperan dalam
pengaturan dan penetapan siapa yang
penyelengaraan
menjadi pelaksana kebijakan (Sumber
seperti PKBM, LPM dan masih banyak
Daya
lagi
Manusia),
penetapan
anggaran,
penetapan sasaran dan prasarana untuk
lembaga
pendidikan
masyarakat
lembaga-
keaksaraan
yang
turut
membantu dan mendukung pemerintah 7
Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
dalam pengentasan buta aksara yang ada di
kebijakan. Apabila pelaksanaan kebijakan
kota
program
melibatkan lebih dari satu lembaga (pelaku
pendidikan keaksaraan semakin meningkat
kebijakan) maka harus jelas dan tegas pola
dengan
Presiden
kepemimpinan yang digunakan, apakah
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan
menggunakan pola kolegial, atau ada salah
Nasional Percepatan Penuntasan Wajib
satu
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
koordinator. Bila ditunjuk salah satu di
dan
Aksara
antara pelaku kebijakan untuk menjadi
(GNPPWB/PBA). Selama kurun waktu
koordinator biasanya lembaga yang terkait
tersebut telah banyak hal yang dilakukan,
erat dengan pelaksanaan kebijakan yang
baik yang menyangkut kebijakan sebagai
diberi
tindak
bertindak
Pontianak.
Pelaksanaan
diterbitkan
lnstruksi
Pemberantasan
lanjut
Inpres,
Buta
maupun
yang
berkaitan dengan pelaksanaannya. Inpres
lembaga
terhadap
ditunjuk
sebagai
sebagai
sebagai
leading
sector
koordinator
dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut.
Nomor 5 Tahun 2006 lahir sebagai respon Pemerintah
tugas
yang
Melihat struktur organisasi yang
pentingnya
digunakan oleh PKBM “Ramadhan” yaitu
memenuhi amanat konstitusi di bidang
menggunakan struktur organisasi garis.
pendidikan yang kemudian diwujudkan
Garis komando selalu dari atas ke bawah,
dalam
Pembangunan
dan garis koordinasi dilaksanakan secara
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
timbal balik baik dari ketua langsung ke
Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan
bawah
Nasional. Dalam RPJMN dan Renstra
manajemen
Pendidikan dan Kebudayaan tersebut,
menjalankan
Pemerintah bertekad menurunkan angka
manajemen yang dilaksanakan antara lain
buta aksara usia 15 tahun ke atas demi
palanning,
menuntaskan
controling (POAC). Dalam melaksanakan
bentuk
Rencana
program
Wajib
Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
maupun juga
sebaliknya.
Fungsi
diterapkan
dalam
lembaga
organizing,
ini.
Fungsi
actuating
dan
program lembaga selalu mengacu kepada fungsi manajemen yang digunakan.
3.
Penetapan Manajemen Pelaksanaan Kebijakan
4.
Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Manajemen pelaksanaan kebijakan
Besarnya
anggaran
untuk
dalam hal ini lebih ditekankan pada
melaksanakan kebijakan tentunya sangat
penetapan
tergantung kepada macam
pola
kepemimpinan
dan
koordinasi dalam melaksanakan sebuah
dan jenis
kebijakan yang akan dilaksanakan. Namun 8
Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
sumber
anggaran
ditetapkan
antara
setidaknya lain
berasal
dapat
pembelajaran pada pendidikan keaksaraan
dari
dasar dapat memanfaatkan sarana yang
pemerintah pusat (APBN), APBD, sektor
tersedia di
swasta, swadaya masyarakat, dan lain-lain.
menunjang proses pembelajaran. Proses
Demikian pula macam, jenis dan besar
belajar mengajar dapat dilaksanakan di
kecilnya peralatan yangdiperlukan sangat
gedung-gedung sekolah, balai desa, tempat
bervariasi dan tergantung kepada macam
ibadah, rumah penduduk, atau fasilitas lain
dan
yang layak dan memenuhi syarat untuk
jenis
kebijakan
yang
akan
lingkungan sekitar untuk
dilaksanakan. Meskipun demikian, yang
kegiatan pembelajaran keaksaraan.
lebih
Sumber daya prasarana merupakan sarana
penting
untuk
diketahui
dan
ditegaskan adalah untuk melaksanakan
yang
kebijakan perlu didukung oleh peralatan
implementasi
yang memadai. Tanpa peralatan yang
meliputi gedung, tanah, dan sarana yang
cukup
semuanya
dan
memadai
akan
dapat
digunakan
untuk
suatu
akan
operasional
kebijakan
yang
memudahkan
dalam
mengurangi efektifitas dan efisiensi dalam
memberikan
melaksanakan kebijakan. Sumber daya
implementasi
keuangan
fasilitas dan peralatan yang diperlukan
adalah
kebutuhan
yang
kebijakan.
Terbatasnya
dalam
pemerintahan, keuangan setiap instansi
menyebabkan tidak optimalnya pelayanan
mampu dan bisa menjalankan tugas dan
yang diberikan.
Dinas
pontianak
adalah
pendidikan suatu
badan
pendidikan
dalam
mendasar bagi setiap instansi/organisasi
fungsinya.
proses
pelayanan
keaksaraan
kota yang
6.
Pelaksanaan Bersifat Dinamis
memberikan dukungan keuangan kepada
Jadwal
pelaksanaan
atas
setiap PKBM yang ada sebagai modal
pelaksanaan suatu kebijakan juga sangat
untuk menjalankan pendidikan keaksaraan.
beragam.
Setidaknya
kontrol
internal
jadwal pelaksanaan dapat ditetapkan setiap bulan. Namun untuk eksternal, jadwal kegiatan 5.
sulit
dilakukan
penjadwalan
karena pelakunya di luar organisasi maka
Sumber Daya Prasarana Sumber daya sarana dan prasarana
sulit
untuk
diintervensi.
pendidikan keaksaraan dasar diupayakan
bersifat
sesuai dengan ketentuan dalam standar
pelaksanaan proses pendidikan keaksaraan
sarana
yang tidak hanya mengacu kepada jam
dan
keaksaraan.
prasarana Setiap
pendidikan
dinamis
ini
Pelaksanaan
adalah
adanya
penyelenggara 9
Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
kerja saja melainkan juga melaksanakan di
menerapkannya.
Tetapi
sebaliknya,
lapangan langsung.
manakala patokan tersebut tak jelas, para pelaksana akan menghadapi tanggung jawab yang lebih berat. Bagaimana mereka
7. Isi Tujuan yang di pahami Suatu tahapan untuk menafsirkan
menanggapi tanggung jawab ini tergantung
program
dan
dari sejumlah keadaan. Yang pasti hal
dengan
terpenting dalam masalah ini adalah
bahasa sederhana serta mudah dipahami
perkiraan para pelaksana tersebut tentang
sehingga dapat dilaksanakan dan dapat
kesediaan sumber daya.
suatu
merupakan
menjadi
suatu
rencana
pengarahan
diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan
sangat
tergantung
pada
8. Aplikasi (Penerapan)
penafsiran dalam memahami apa yang sebenarnya
dikerjakan.
Penerapan
adalah
tahapan
Keberhasilan
pelaksanaan dari perencanaan kebijakan
interprestasi tidak terlepas pula dari peran
yang telah dirumuskan kedalam realitas
sosialisasi. Memahami isi dan tujuan dari
nyata yang berbentuk suatu kegiatan
sebuah kebijakan sangat diperlukan untuk
dengan
terselenggaranya
terlaksananya
petunjuk pelaksana, dan dilengkapi dengan
kebijakan tersebut. Pemahaman ini dan
prosedur kerja yang jelas, program kerja
tujuan ini harus dilakukan oleh para
serta
implementor dan disampaikan kepada
merupakan suatu proses dinamis dimana
masyarakat terutama sasaran kebijakan.
para pelaksananya ataupun para petugas
Yang
diarahkan
menjadi
atau
titik
perhatian
utama
menetapkan
jadwal
peraturan
kegiatan.
oleh
atau
Penerapan
pedoman
program.
sekarang adalah pembuatan hukum atau
Program yang dimaksud dalam hal ini
perundangan tidak memasukan proses
adalah pedoman yang telah ditetapkan oleh
kebijakan
kita
kantor atau istansi dalam melaksanakan
memiliki sesuatu yang disebut Theodore J.
kebijakan yang telah dibuat. Pelaksana
Lowi sebagai terbit hukum (the rule of
yang
law) dalam bukunya publik policy dengan
pelaksanaan
dikutip oleh Charles O. Jones. Suatu
pendidikan keaksaraan yang tidak hanya
patokan yang jelas harus segera ditetapkan
mengacu kepada hari kerja saja dan di
yang
didalamnya
mana
minimum,
walaupun
melibatakan, suatu
proses
bersifat
dinamis yang
ini
adalah
bersifat
proses
pada
batas
kantor saja, namun adanya pola lain yang
yang
harus
dilakukan
untuk
mempermudah
dipelajari oleh para pelaksana untuk
masyarakat dalam mengikuti pendidikan
kemudian mengembangkan sarana untuk
keaksaraan. 10
Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
tersebut untuk pengentasan buta aksara,
E. PENUTUP
masih
adanya
ketidakpahaman
masyarakat yang buta aksara terhadap
a) Kesimpulan Berdasarkabn hasil penelitian di
program
keaksaraan
tetapi
Bab IV (empat) dapat di simpulkan:
berpartisipasi
1. Organisasi pada PKBM Ramadhan
keaksaraan. Tanggapan dari pengelola
Sumber
daya
keuangan
merasa
sumber
pengelola
keuangan
belum
dalam
mau
pendidikan
atau ketua PKBM Ramadan, tutor keaksaraan
dan
tokoh
masyarakat
mencukupi untuk menunjang pelaksaan
menyatakan paham terhadap program
pendidikan keaksaraan, karena dana
keaksaraan, sangat mendukung dan
untuk pendidikan non formal sangat
sangat
kecil
yang
tersebut karena program tersebut sangat
dialokasikan untuk pendidikan formal,
di prioritaskan kepada buta aksara,
mereka
bahwa
sehingga yang tidak bisa mengenal
pemerintah terus mensuport dalam hal
huruf dan angka, calistung (membaca,
keuangan
pelaksanaan
menulis dan berhitung menjadik bisa
pelayanan menjadi lebih optimal dalam
karena diadakan program keaksaraan
masyarakat. Sarana dan prasarana sudah
tersebut.
dibandikan
sangat
dana
berharap
agar
dalam
mencukupi termasuk buku-buku paket
menerima
adanya
3. Aplikasi/Penerapan
program
Sosialisasi
dari
alat tulis untuk peserta keaksaraan,
program keaksaraan tersbut pengelola
namun
dan kepengurusan PKBM bekerja sama
di
sisi
keaksaraan gedung
lain
pendidikan
membutuhkan
sendiri
dalam
adanya
dengan kecamatan, kelurahan RT dan
pelaksanaan
RW dalam mensosialisasikan kepada
pendidikan keaksaraan sehinggga tidak
masyarakat
menumpang
di
memberikan dukungan yang cukup baik
bangunan milik orang lain, untuk
sehingga pendidikan keaksaraan bisa
pengadaan
diselenggarakan.
dan
kursi
mengontrak
dan
meja
harus
dan
masyarakat
Namun
membuat usulan berupa proposal itulah
permasalahannya terkadang harus antar
yang di lakukan untuk pemenuhan
jemput ke tempat masyarakat yang buta
sarana dan prasaran dalam PKBM
aksara untuk mengikuti pendidikan
keaksaraan.
keaksaraan, masih adanya masyarakat
2. Interpretasi berdasarkan tujuan yang di pahami
dari
kebijakan
program
pendidikan keaksaraan yang di buat
yang meminta ganti rugi karena telah menyita waktu kerja mereka. Kegiatan belajar
sangat
tergantung
pada 11
Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
penerapan
pendekatan
pendidikan
bagi
buta
aksara
sehingga
dalam
partisipatif yang mengharuskan peserta
kehidupan sehari-hari menjadi lebih baik.
keaksaraan aktif dalam pendidikan,
1.
Organisasi, sebuah Organisasi tidak
kemampuan tutor dalam memotivasi,
bisa berdiri jika sumber daya yang
mengarahkan dan membimbing peserta
dimiliki
dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman
terutama
menunjukkan bahwa kegiatan menulis
pelaksanaan pendidikan keaksaraan.
perlu didahulukan dari pada kegiatan
Untuk
membaca,
kegiatan
memperhatikan kebijakan pendidikan
menulis , peserta belajar sedikit demi
non formal agar tetap berajalan demi
sedikit
kesejahteraan
karena
melalui
langsung
maka
belajar
kemampuan
membaca, menulisnya
masih
belum
mencukupi
dalam
mendukung
pemerintah
struktur
supaya
masyarakat,
organisasi
lebih
dalam
sebaiknya
cenderung kurang terampil. Standar
menambah tenaga untuk mengelola
kompetensi keaksaraan dasar mengacu
sarana dan prasarana terutama dalam
kepada kurikulum tahun 2015 yang
persiapan dalam pelaksanaan program
mencakup
pendidikan keaksaraan yang akan di
belajar
membaca
dan
menulis, belajar huruf dan mengenal
selenggarakan
pada
setiap
Pusat
angka semua sudah disajikan dalam
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
bentuk kompetensi keaksaraan.
yang ada pada lingkup kecamatan Pontianak Tenggara terutama yang berkaitan dengan peminjaman buku-
b) Saran Untuk
dapat
menjangkau
buku
paket
pelajaran
masyarakat dan menerapkan pelayanan
pembacaan
lebih luas lagi dan dalam meningkatkan
terkoordinir dengan baik.
pelayanan yang akan diberikan oleh karena
2.
buku
Interpretasi
maupun
agar
terkait
lebih
pemahaman
itu, mari bangun dan membina kerjasama
instansi agar lebih dapat memberikan
yang lebih banyak lagi dengan organisasi-
bantuan
organisasi
pelaksanaan program maupun dalam
yang
berkaitan
dengan
baik
dana
bimbingan
pelaksanaan program, seperti peningkatan
hal
pendidikan keaksaraan bagi peserta yang
mendapatkan tempat sendiri dalam
buta aksara dalam mengikuti pendidikan
menambah
keaksaraan
meningkatkan
dalam menjalankan PKBM yang di
keterampilan membaca, menulis berhitung
selenggarakan. Agar dalam menyusun
dan
insentif
berupa
sarana
guna
dan
untuk
prasarana
dan merencanakan program kerja yang 12 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 Http://jurmafisip.untan.ac.id
akan
dilaksanakan
menitikberatkan
lebih
kepada
aspek
bagaimana meningkatklan skill atau keterampilan masyarakat atau warga yang
mengikuti
bagi masyarakat.
c) Aplikasi/Penerapan
sosialisasi
pengaplikasian
tidak
mengetahui
Islamy, M Irfan. 2001. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
pendidikan
keaksaraan sehingga lebih bermanfaat
Dalam
Fakhrurozi, Jafar. 2009. Buta Asara dan Kesejahteraan Rakyat. Semarang:
semua
program
yaitu
masyarakat pendidikan
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta _______________. 2006. Public policy. Jakarta: PT. Gramedia. Satori, Dja’am dan Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
keaksaraan, harapan kepada PKBM agar tidak
henti-hentinya
mensosialisasikan
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
program pendidikan keaksaraan kesetaraan atau pendidikan keaksaraan agar
tidak
dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum
dikarenakan
pendidikan mereka
termasuk
nonformal. yang
Terlebih
telah
dalam bagi
menyelesaikan
pendidikan keaksaraan.
F. REFERSNSI
1.
Buku-Buku
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Budiman, Nashir. 1996. Pengantar kebijakan publik (public policy). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Subarsono, A.G. 2010. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Widodo, Joko. 2008. Analisis kebijakan publik. Malang: Bayu Media. 2.
Dokumen Peraturan:
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Nomor : 545.A/Kep/Tahun 2014. Nomor :345.A/Kep/Tahun 2014. Tentang Penetapan LKP (Lembaga Kursus Dan Pelatihan) Dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
13 Siswanto Dahmari, E01111026 Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN
KEMENTERIAN
RISET TEKNOWGI DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA F AKUL T AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TINGGI .___
-...
PENGELOLA JURNAL MAHASISWA Jalan Prof. Dr. H. Dadari Nawawi, Pontianak Kotak Pos 78124 Homegage: bttg:ljurmaflS.untan.ac.id
LEMBAR PERNY ATAAN PERSETUmAN UNGGAH / PUBLlKASI KARYA ILMlAH UNTUK JURNAL ELEKTRONIK MAHASISWA Sebagai sivitas akademika Universitas Tanjungpura, yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama Lengkap NIM I Periode lulus Tanggal Lulus Fakultas/ Jurusan E-mail addres/ HP demi pengembangan ilmu pengetahuan dan pemenuhan syarat administratif kelulusan mahasiswa (S 1), menyetujui untuk memberikan kepada Pengelola Jurnal Mahasiswa *) pada Program Studi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, Hak Bebas Royalti Non-eksklusif(Non-exclUS'ive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul**) :
p.~~.,~:~~
.............. ~·.6.:.t::L
···i·~·p.:~:tJ;:rr-t~:;;.f.·t,Q~~····f~[~~n··£14~j·~~~····~~~c; .. :.eJ 'f!l
......................................................
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Pengelola Jurnal berhak menyimpan, mengalih-media/ format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/ mempublikasikannya di Internet atau media lain):
o Secarafulltex mcontent
artikel sesuai dengan standar penulis jurnal yang berlaku.
untuk kepentingan akademis tanpa tanpa perlu meminta ijin Jari saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis/ pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
nama
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Pengelola Jurnal, segala bentuk tuntutan hukum yangtimbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Dibuat di pada~tan
3(.5.
: Pontianak : ' ..~?;:..g.?-.::.~~.!~.
;~ J?r-
(;{,,1/-0
DOIf,,1"Y101r,'
&&
1'-i1M ..
.
f..Cl..n!.!.q,?:~
.
Catatan : *tulis nama jurnal sesuai prodi masing-masing (publikaiGovemanceIAspirasiiSociodevISosio[ogique) Setelah mendapat persetujuan dari pengelola Jurnal, berkas ini harus di scan dalam format PDF dan dilampirkan pada step4 upload supplementary sesuai proses unggah penyerahan herbs (submission author)