PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KELURAHAN BANSIR LAUT KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA Oleh: JULIA FATMAWATI NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. Tahun 2016 Email:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya jumlah rumah tidak layak huni yang dapat diberikan bantuan dan Standar Operasional Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik oleh masyarakat penerima bantuan dan tim monitoring dalam melaksanakan perbaikan rumah. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ini adalah aktivitas implementasi kebijakan menurut Charles O. Jones yaitu pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aktivitas pengorganisasian SOP tidak dijalankan dengan baik serta sumber daya keuangan masih kurang. Dalam aktivitas interpretasi, masyarakat penerima bantuan dan masyarakat disekitar penerima bantuan kurang memahami tujuan kebijakan sehingga tujuan kebijakan untuk menciptakan semangat gotong royong tidak tercapai, kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Perumahan menyebabkan masyarakat tidak memahami tujuan dari kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni, selanjutnya sasaran dalam kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni banyak yang tidak tepat sasaran. Dalam aktivitas aplikasi, penyaluran dana oleh pelaksana kebijakan sudah baik tetapi dalam pembangunan rumah masih terdapat kendala seperti kekurangan bahan material dan kesulitan dari penerima bantuan mengerjakan perbaikan rumah karena dilakukan sendiri dan pertanggungjawaban dari penerima bantuan masih kurang karena tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan perbaikan rumah. Saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah pelaksana kebijakan yaitu Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak harus lebih selektif dalam menetapkan penerima bantuan sehingga tidak salah sasaran dan harus lebih gencar dalam melakukan sosialisasi baik melalui Kelurahan, Ketua RT ataupun media massa. Kata-kata kunci: Implementasi Kebijakan, Rehabilitasi, Rumah Tidak Layak Huni
Abstract . The problem in this research is the low number of houses were unworthy, which can be given assistance and Standard Operating Procedures that are not operated properly by beneficiaries and monitoring teams in carrying out home reparation. The theory is used to analyze these problems is the activity of policy implementation by Charles O. Jones that is organizing, interpretation and application. The method used is descriptive research by a qualitative approach. The results showed that the activity of organizing SOP does not run properly along with the financial resources are still lacking. In interpretation activity, beneficiaries and the society around the beneficiaries do not understand the policy objectives that the policy goals to create a spirit of mutual cooperation is not reached, the less of socialization provided by Department of Human Settlements and Housing Spatial caused the society does not get the purpose of rehabilitation policies unworthy houses. Furthermore, many ofthe targets in rehabilitation policy unworthy houses are not on aimed. In the application activity, the distribution of funds by the policy implementing is good, but in building the house still have obstacles such as lacking of materials and the difficulty of beneficiaries working on house reparation because it is done itself and the responsibility of beneficiaries were still less because beneficiaries were not in earnest making home reparation. The
1 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
researchers suggest from the results of this studies are the implementing policies, namely the Department of Human Settlements and Housing Spatial Pontianak City should be more selective in determining beneficiaries so that not misplaced and should be more assertive in socializing through the Village chief, Head of RT or the mass media.
Keywords : Policy Implementation, Rehabilitation, Unworthy housing.
Tentang Perubahan Keputusan Walikota
A. PENDAHULUAN
Pontianak Nomor 303 Tahun 2012 Tentang Berdasarkan
kriteria-kriteria
dan
Penetapan Penerima Bantuan Rumah Tidak
pengertian rumah menurut Undang-Undang
Layak Huni Kota Pontianak Tahun 2012.
Nomor 1 Tahun 2011 yang mengatakan
Berdasarkan
bahwa rumah adalah bangunan gedung yang
rehabilitasi rumah tidak layak huni per
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
Kecamatan di Kota Pontianak mulai dari
huni, sarana membina keluarga, cerminan
tahun 2012 hingga tahun 2013 Kecamatan
harkat dan martabat penghuninya serta asset
Pontianak Tenggara merupakan Kecamatan
bagi pemiliknya. Berdasarkan pengertian
dengan jumlah penerima bantuan yang
tersebut masih banyak ditemui rumah-rumah
terkecil di Kota Pontianak dan realisasi
yang ada di kota Pontianak tidak memenuhi
rehabilitasi rumah tidak layak huni tersebut
standar atau kriteria yang telah ditetapkan
belum dapat mencapai 50%. Kemudian,
oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan
dalam pelaksanaan perbaikan rumah yang
rumah yang tidak memenuhi kriteria tersebut
langsung diawasi dibawah pengawasan tim
sebagai rumah yang tidak layak huni.
monitoring terdapat permasalahan dimana
Berdasarkan
penerima
bantuan
di
atas,
waktu pelaksanaan yang seharusnya 60 hari
program
untuk
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
mengatasi permasalahan tersebut melalui
(SOP), tetapi dilaksanakan lebih dari 60 hari.
program rehabilitasi rumah tidak layak huni.
Berdasarkan uraian latar belakang
pemerintah
permasalahan
data
memiliki
Dalam pelaksanaan program rehabilitasi
masalah
diatas,
peneliti
memfokuskan
rumah tidak layak huni tersebut, dasar
penelitian ini pada: Proses Implementasi
hukumnya adalah dan Surat Keputusan
Kebijakan Rehab Rumah Tidak Layak Huni
Walikota Pontianak Nomor 318 Tahun 2012 2 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
di
Kelurahan
Bansir
Laut
Kecamatan
Pontianak Tenggara.
kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
Manfaat teoritis dari penelitian ini
suatu
penyelesaian kebijakan
diharapkan dapat memberikan sumbangan
ditetapkan/disetujui
bagi
sarana
perkembangan
ilmu
administrasi
(alat)
atau pelaksanaan
publik dengan
untuk
yang
telah
penggunaan
mencapai
tujuan
negara, khususnya dalam kajian kebijakan
kebijakan. Jones (dalam Widodo, 2010:86)
publik yang terkait proses implementasi
mengartikan implementasi sebagai Getting
kebijakan publik serta sebagai sumbangan
the job done “and” doing it. Selanjutnya
pemikiran bagi peneliti lain yang akan
Jones (dalam Widodo, 2010:89) mengatakan
melakukan penelitian lebih lanjut. Manfaat
aktivitas implementasi kebijakan terdapat
praktis dari penelitian ini diharapkan dapat
tiga macam, antara lain sebagai berikut:
bermanfaat bagi pemerintah kota Pontianak
a) Organization; The establishment
dalam upaya perbaikan dan pelakasanaan
or rearrangement of resources,
kebijakan kedepan. Serta dapat menambah
units, and methods for putting a
pengetahuan
policy into effect.
dan
wawasan
masyarakat
tentang kebijakan rehab rumah tidak layak
b) Interpretation; The translation of
huni dan peneliti dapat menerapkan ilmu
language (often contained in a
yang didapat semasa kuliah.
statute) into
acceptable
and
feasible plans and directives. c) Application; The routine provision of service, payments, or other
B. TINJAUAN PUSTAKA
agree upon 1.
Implementasi Kebijakan Publik Ripley dan Franklin (dalam Winarno,
objectives
or
instruments. Aktivitas
pengorganisasian
2014:148) berpendapat bahwa implementasi
(organization) merupakan suatu upaya untuk
adalah apa yang terjadi setelah undang-
menetapkan dan menata kembali sumber
undang ditetapkan yang memberikan otoritas
daya (resources), unit-unit (units), dan
program, kebijakan, keuntungan (benefit),
metode-metode (methods) yang mengarah
atau suatu jenis keluaran yang nyata
pada upaya mewujudkan (meralisasikan
(tangible
Tachjan
kebijakan menjadi hasil (outcome) sesuai
implementasi
dengan apa yang menjadi tujuan dan sasaran
output).
mengatakan
Selanjutnya
(2006:24)
3 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kebijakan.
Aktivitas
(interpretation) interpretasi
merupakan
(interpretation)
interpretasi
C. METODEPENELITIAN
aktivitas merupakan
Jenis penelitian yang peneliti lakukan
aktivitas interpretasi (penjelasan) substansi
ini merupakan jenis penelitian deskriptif
dari suatu kebijakan dalam bahasa yang
dengan pendekatan kualitatif. Lokasi yang
lebih operasional dan mudah dipahami
menjadi
sehingga dapat dilaksanakan dan diterima
Kelurahan
oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.
Pontianak Tenggara. Waktu yang digunakan
Aktivitas aplikasi (application) merupakan
untuk menyusun skripsi ini dari pengajuan
aktivitas penyediaan pelayanan secara rutin,
judul, konsultasi, hingga penelitian dimulai
pembayaran atau lainnya sesuai dengan
pada Desember 2014 hingga November
tujuan dan sarana kebijakan yang ada
2015. Subjek dari penelitian ini adalah Dinas
(routine provision of service, ayment, or
Cipta Karya Tata Ruang dan Perumahan
other agree upon objectives or instruments).
Kota
Gambar 1 Alur Pikir Penelitian Keputusan Walikota Pontianak Nomor 318 Tahun 2012 Tentang Perubahan Keputusan Walikota Pontianak Nomor 303 Tahun 2012 Tentang Penetapan Penerima Bantuan Rumah Tidak Layak Huni Kota Pontianak Masih rendahnya jumlah rumah tidak layak huni yang dapat diberikan bantuan dan SOP yang tidak dijalankan dengan baik karena melewati batas waktu pengerjaan yang telah ditetapkan
tempat
penelitian
Bansir
Pontianak,
adalah
Laut
Kecamatan
Kecamatan
Tenggara, Kelurahan
di
Bansir
Pontianak Laut
dan
masyarakat penerima bantuan. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat bantu penelitian berupa tape recorder atau handycam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan wawancara
data dan
berupa
observasi,
dokumentasi.
Untuk
menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman
Aktivitas implementasi kebijakan 1. Pengorganisasian 2. Interpretasi 3. Aplikasi
dalam Silalahi (2012:339) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Agar
data
keabsahannya Meningkatnya jumlah rumah tak layak huni yang dapat diberikan bantuan dan SOP dapat dijalankan dengan baik
yang
peneliti
maka
dari
dapat itu
teruji peneliti
menggunakan cara triangulasi data. Peneliti menggunakan
triangulasi
sumber
yaitu
mencari data dari sumber yang beragam 4 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yang masih terkait satu sama lain dan
rehab rumah tidak layak huni yang menjadi
triangulasi teknik yaitu mengecek data
pelaksana kebijakan adalah Dinas Cipta
kepada sumber yang sama dengan teknik
Karya Tata Ruang dan Perumahan Kota
yang berbeda.
Pontianak berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pontianak Nomor 299 Tahun 2012 Tentang
Pembentukan
Tim
Pendataan,
Survey dan Monitoring Fasilitas dalam
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rangka Penjaringan Rumah Tidak Layak Untuk menganalisis permasalahan
Huni Kota Pontianak. Setiap melaksanakan
dalam kebijakan rehabilitasi rumah tidak
kebijakan
perlu
layak huni ini, peneliti menggunakan teori
operasional
prosedur
aktivitas implementasi kebijakan Charles O.
petunjuk, tuntunan, dan referensi bagi para
Jones. Aktivitas implementasi kebijakan
pelaku kebijakan agar mengetahui apa yang
menurut Jones terdapat tiga macam yaitu,
harus
pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi.
sasarannya dan hasil apa yang ingin dicapai
Organisasi
dari pelaksanaan kebijakan tersebut (dalam
Penting
untuk
sebagai
dan
standar pedoman,
lakukan,
siapa
bahwa
Widodo, 2010:92). Berikut adalah tahapan
organisasi itu sendiri memiliki dampak pada
pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
proses
rehabilitasi rumah tidak layak huni yang
kebijakan.
dipahami
disiapkan
ditetapkan
Tujuan
awal
dari
organisasi adalah menjalankan program-
terdapat
program
Prosedur Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
yang
1996:311).
telah
dirancang
Organisasi
(Jones,
diperlukan
agar
pekerjaan dapat dilaksanakan, dan organisasi
didalam
Standar
Operasional
Perumahan Kota Pontianak: 1.
Tahap pertama: Kelurahan melakukan
didalam pemerintahan telah identik dengan
survey
birokrasi
Menurut
Berpenghasilan Rendah) calon penerima
Widodo (2010:91) tahap pengorganisasian
bantuan dan menyerahkannya ke Kepala
ini lebih mengarah pada proses kegiatan
Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
pengaturan
Perumahan.
menjadi
(Jones,
dan
1996:304).
penetapan
pelaksana
siapa
kebijakan,
yang
Standar
2.
awal
MBR
(Masyarakat
Tahap kedua: Kepala Dinas Cipta Karya
Operasional Prosedur, serta sumber daya
Tata Ruang dan Perumahan menerima
keuangan dan peralatan. Dalam kebijakan
hasil pendataan dan membentuk tim 5
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni
3.
dan
menyerahkannya
kepada
5.
11. Tahap Kesebelas: Dalam pelaksanaan rumah,
tim
melakukan
12. Tahap Keduabelas: Setelah melakukan
menyerahkannya kepada anggota tim.
perbaikan rumah yang diberikan waktu
Tahap Keempat: Tim memverifikasi
selama 60 hari, masyarakat penerima
MBR calon penerima bantuan yang
bantuan menyusun dan menyerahkan
diajukan oleh Lurah dan menyerahjan
kwitansi belanja bahan bangunan dan
hasilnya ke BPKAD.
menyerahkannya kepada Lurah.
Tahap Kelima: BPKAD menerima dan hasil
verifikasi
ke
13. Tahap Ketigabelas: Setelah menerima kwitansi
dari
masyarakat
bantuan,
Tahap Keenam: Walikota menetapkan
berdasarkan kwitansi belanja bahan
dan menandatangani
bangunan masyarakat penerima bantuan
bantuan
SK penetapan dan
diserahkan
Lurah
penerima
Walikota.
menyusunSPJ
untuk kemudian diserahkan ke tim
kepada BPKAD.
Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
Tahap Ketujuh: BPKAD menyalurkan
Perumahan.
kepada tim melaui bendahara tim. Tahap
Kedelapan:
menyalurkan
9.
pengawasan/monitoring tim.
monitoring perbaikan rumah.
dana dalam bentuk transfer langsung
8.
dibawah
Tahap ketiga: Walikota menetapkan SK
penerima
7.
hari
perbaikan
menyampaikan
6.
60
Walikota.
Tim monitoring dan evaluasi kemudian
4.
selama
dana
Kemudian bantuan
14. Tahap Keempatbelas: Tim memeriksa kelengkapan SPJ dana bantuan yang
tim
kepada
diserahkan Lurah. 15. Tahap Kelimabelas: Selanjutnya tim
Lurah.
menyampaikan SPJ dana bantuan ke
Tahap Kesembilan: Pihak Kelurahan
BPKAD.
mendampingi
penerima
bantuan
membeli bahan-bahan bangunan sesuai kebutuhan.
Untuk pelaksanaan
SOP
mengetahui
terkait
kebijakan
rehabilitasi
10. Tahap Kesepuluh: Masyarakat penerima
rumah tidak layak huni, berikut hasil
bantuan melaksanakan perbaikan rumah
wawancara peneliti dengan pihak Kelurahan
6 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yaitu melalui Kasi Pemmas Kelurahan
penerima bantuan bahwa mereka melakukan
sebagai salah satu implementor kebijakan:
pekerjaan perbaikan rumah melewati batas
“SOP yang dijalankan cukup baik,
waktu yang telah ditentukan, berikut adalah
tetapi untuk lengkapnye pihak Dinas lah
petikan
yang lebih bertanggung jawab dalam
masyarakat penerima bantuan yaitu suami
SOP. Kami pihak kelurahan membantu
dari Ny. A:
dengan data yang kami usulkan”.
wawancara
peneliti
dengan
“Dalam jangke waktu yang diberikan
Pihak Dinas juga mengungkapakan
kami belum dapat 100% menyelesaikan
hal sama mengenai pelaksanaa SOP, dan
karne saye ngerjekan sendiri rehab
berikut hasil wawancara peneliti terkait
rumah ini dan hanye dapat mengerjekan
pelaksanaan SOP:
rehab rumah saat selesai atau pulang
“SOP
sudah
baik,
kami
juga
kerje”.
menjalankannya seseuai dengan tahapan-
Terdapat
tahapan yang telah tersusun didalam
antara
SOP”.
masyarakat
Berdasarkan
hasil
wawancara
pihak
perbedaan Kelurahan
selaku
pernyataan dan
penerima
pihak bantuan,
dimana pihak Kelurahan mengatakan bahwa
peneliti dengan pihak Kelurahan dan pihak
SOP
Dinas, yang menyatakan bahwa SOP yang
sementara
dijalankan sudah baik. Berbeda dengan data
dapat menjalankan SOP dengan baik. SOP
kwitansi pembelian bahan material yang
belum dapat dijalankan dengan baik oleh
didapat peneliti bahwa penerima bantuan
pihak penerima bantuan dikarenakan mereka
belum
melakukan
dapat
menyelesaikan
perbaikan
sudah
dijalankan
masyarakat
perbaikan
dengan
mengakui
rumah
baik, belum
dilakukan
rumah sesuai dengan SOP yang telah
setelah mereka selesai dari mengerjakan
ditetapkan dan berikut adalah data pesanan
pekerjaan mereka, dan keterbatasan mereka
bahan
dalam hal biaya untuk mempekerjakan
material
yang
dipesan
oleh
masyarakat penerima bantuan.
tukang.
Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara
peneliti
kepada
masyarkat
Setelah menjadi
ditetapkan
siapa
yang
pelaku kebijakan dan standar
penerima bantuan yang mengatakan bahwa
operasional prosedur, langkah berikutnya
belum dapat menjalankan SOP dengan baik
perlu ditetapkan berapa besarnya anggaran
yang terbukti dengan pernyataan masyarakat
dan dari mana sumber anggaran yang akan 7
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Karya dan Tata Ruang Perumahan mengenai
Dalam kebijakan rehab rumah tidak layak
sumber daya keuangan yang ada:
huni ini, sumber daya keuangan berasal dari
“Apabila kita melihat dengan keadaan
dana APBD. Dan besarnya anggaran yang
sekarang yang semuanya serba mahal,
akan diterima oleh masing-masing penerima
dengan
bantuan adalah sebesar Rp 7.500.000,00.
7.500.000,00
Berikut adalah kutipan hasil wawancara
mencukupi,
peneliti dengan salah satu penerima bantuan
menyesuaikan dengan APBD yang ada
yaitu
Ibu
keuangan
Y,
mengenai
atau
jumlah
bantuan
sejumlah
Rp
tersebut
dirasa
tidak
karena
kita
juga
sumber
daya
dan bukan cuma kebijakan rehab rumah
bantuan
yang
tidak layak huni yang perlu dibiayai
diterima:
oleh dana APBD”.
“Ye menurut saye sih kurang, karne
Dari pernyataan yang telah disampaikan
saye membayar tukang. Jadi kadang-
oleh pelaksana kebijakan maupun penerima
kadang untuk menutupi biaye tukang
bantuan, dapat diketahui bahwa sumber daya
saye menjual bahan material yang
keuangan yang tersedia memang terbatas
sudah ade. Itupun dengan seijin orang
dan dapat menggangu kelancaran jalannya
Kelurahan. Karne kalau bahan material
kebijakan.
yang sudah ade dibiarkan juga jadi
kebijakan, tujuan kebijakan yaitu agar rumah
mubazir, make dari itu mau tak mau
menjadi
jadi saye menjual bahan untuk menutupi
terganggu.
biaye tukang”.
Interpretasi
Berikut
layak
huni
jalannya
pun
dapat
Tahap interpretasi merupakan tahapan
wawancara peneliti dengan Kasi Pemmas
penjabaran sebuah kebijakan yang masih
Kelurahan mengenai sumber daya keuangan:
bersifat abstark ke dalam kebijakan yang
“Sebenarnye dengan jumlah bantuan
lebih bersifat teknis operasional. Agar
yang hanya tujuh juta lima ratus ribu itu
penjabaran sebuah kebijakan dapat berjalan
memanglah tidak cukup, tetapi lumayan
lancar diperlukan pedoman program, isi dan
dapat membantu masyarakat dalam
tujuan
memperbaiki rumah mereka.”
kebijakan dan sosialisasi serta penetapan
adalah
kutipan
lebih
menggangu
hasil
Berikut
adalah
Selain
kutipan
hasil
wawancara peneliti dengan staf Dinas Cipta
sasaran
yang
dipahami
kebijakan.
rehabilitasi
rumah
oleh
Dalam tidak
pelaksana
kebijakan
layak
huni, 8
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pedoman
program
berdasarkan
merupakan bentuk kebijakan manajerial
keputusan Walikota, yaitu berupa Surat
kemudian SOP merupakan bentuk dari
Keputusan Walikota Nomor 318 Tahun 2012
kebijakan
Tentang Perubahan Keputusan Walikota
mengacu kepada pedoman program yang
Pontianak Nomor 303 Tahun 2012 Tentang
bersifat
Penetapan Penerima Bantuan Rumah Tidak
Keputusan Walikota Pontianak Nomor 318
Layak Huni Kota Pontianak Tahun 2012.
Tahun 2012 Tentang Perubahan Keputusan
Berikut adalah hasil wawancara peneliti
Walikota Pontianak Nomor 303 Tahun 2012
mengenai pedoman program dengan pihak
Tentang
Dinas
Rumah Tidak Layak Huni Kota Pontianak
Cipta
dibuat
Karya
Tata
Ruang
dan
Perumahan:
Tahun
“Pedoman langsung
pelaksanaan dari
program
Walikota
yaitu
teknis
operasional.
manajerial
yaitu
Penetapan
2012
menjamin
berupa
Penerima
yang
program
Surat
Bantuan
bermaksud
efisiensi
pelaksanaan
Apabila
untuk
dan
efektifitas
serta
mencegah
berdasarkan SK Walikota, yaitu SK
terjadinya penyalahgunaan bantuan oleh
Walikota Nomor 318 Tahun 2012
penerima
Tentang
Keputusan
bersifat teknis operasional yaitu SOP yang
Walikota Pontianak Nomor 303 Tahun
mengatur apa yang harus dilakukan, siapa
2012 Tentang Penetapan Penerima
yang menjadi sasaran dan hasil yang ingin
Bantuan Rumah Tidak Layak Huni Kota
dicapai belum dapat terlaksana dengan baik,
Pontianak Tahun 2012”.
hal ini terkait dengan masih terdapatnya
Perubahan
bantuan
dan
pedoman
yang
Pihak Kelurahan juga menyatakan
penyalahgunaan bantuan yang dilakukan
hal yang sama mengenai pedoman program
oleh penerima bantuan seperti menjual
dalam melaksanakan kebijakan rehabilitasi
bahan material untuk membayar upah tukang
rumah tidak layak huni. Berikut petikan
yang berakibat pada tidak tercapainya tujuan
wawancara peneliti dengan pihak Kelurahan:
kebijakan yaitu rumah menjadi layak huni,
“Pedoman program langsung SK dari
dengan pemberian bantuan yang masih
Walikota jadi kami tidak membuat SK
dirasakan kurang tetapi penerima bantuan
karena
masih menjual kembali bahan material yang
kami
telah
mendapat
penunjukkan langsung dari Walikota”. Apabila dilihat dari penjabaran kebijakan,
Surat
Keputusan
Walikota
telah diberikan. Kemudian dari SOP yaitu dimana
penerima
bantuan
tidak
dapat
menyelesaikan pengerjaan perbaikan rumah 9
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sesuai dengan batas waktu yang telah
sehat, pemerintah juga tidak tekor kalau
diberikan, hal tersebut menandakan bahwa
masyarakatnya sehat”.
pelaksanaan pedoman program belum dapat dilakukan dengan baik.
Selain pihak Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak,
Terkait dengan kebijakan rehabilitasi
peneliti juga mewawancarai pihak penerima
rumah tidak layak huni berikut adalah tujuan
bantuan tentang tujuan kebijakan, apakah
dari
mereka mengetahui maksud dan tujuan dari
pelaksanaan
kebijakan
rehabilitasi
rumah tidak layak huni:
kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni
1.
Untuk membantu penduduk miskin atau
serta apakah menurut mereka maksud dan
masyarakat berpenghasilan rendah yang
tujuan tersebut telah tercapai. Berikut adalah
rumahnya tidak layak huni.
hasil wawancara peneliti dengan Bapak KA:
2.
3.
4.
Untuk menunjukkan kepada mereka
“Tujuannya untuk rumah agar layak
bahwa pemerintah ada dan memiliki
huni.
fungsi melindungi masyarakat rentan.
tercapai, karena yang dapat diperbaiki
Untuk
dalam
cuma lantai sama dinding, dinding pun
masyarakat melalui berbagai program
tidak sepenuhnya, cuma bagian depan
yang berbasis kepentingan masyarakat.
rumah yang diperbaiki, itupun semen
Untuk menumbuhkan sikap semangat
sama kayu masih kurang, kamar mandi
gotong royong, disisi lain bagi yang
juga tidak dapat diperbaiki karena
tidak
cuma dikasi gorong-gorong, kloset kami
memberi
menerima
keadilan
program
ikut
menumbuhkan sikap kasih dan berbagi.
Tetapi
menurut
saya
belum
beli sendiri”.
Berikut petikan wawancara peneliti dengan pihak Dinas Cipta Karya Tata Ruang
Apabila melihat dari tujuan-tujuan
dan Perumahan Kota Pontianak mengenai
lain yang ingin dicapai melalui adanya
tujuan kebijakan:
kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni
“Tujuan dari kebijakan adalah untuk
ini adalah menumbuhkan kembali semangat
hidup yang lebih layak dan untuk
gotong royong yang ada dimasyarakat, dan
memperbaiki rumah yang tidak layak
tujuan tersebut belum dapat tercapai. Karena
huni. Jika rumah sudah layak huni, jadi
berdasarkan
timbul semangat dalam diri untuk
bantuan yang menjual material yang telah
bekerja dan lingkungan menjadi lebih
ada
demi
pernyataan
menutupi
dari
biaya
penerima
operasional 10
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pembayaran
tukang,
tentunya
akan
“Sebenarnya untuk rumah tidak layak
mempengaruhi tujuan akhir dari kebijakan
huni yang banyak berperan adalah
yaitu rumah menjadi layak huni. Kemudian
Kelurahan, kami hanya sebagai Tim
menurut pernyataan dari sebagian besar
dan yang banyak mengerjakan adalah
penerima bantuan, mereka mengerjakan
Lurah. Dan yang biasanya melakukan
sendiri pembangunan rehab rumah tersebut.
sosialisasi adalah Lurah. Sebenarnya
Keberhasilan suatu kebijakan tidak
rata-rata masyarakat sudah tau dari
terlepas dari intensifnya pelaksana kebijakan
media
melakukan
tujuan
merupakan salah satu program walikota
kebijakan dapat tercapai. Dalam kebijakan
yang terpilih jadi secara tidak langsung
rehabilitasi rumah tidak layak huni ini,
sudah tersosialisasikan oleh walikota.
sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana
Tetapi
kebijakan dapat dikatakan kurang, berikut
bantuan, kita baru menjelaskan kepada
adalah hasil wawancara peneliti dengan Kasi
masyarakat bahwa yang dibantu adalah
Pemmas Kelurahan terkait Sosialisasi:
bagian atap, lantai dan dinding. Kalau
sosialisasi
sehingga
massa
dan
setelah
lainnya.
mereka
Dan
menerima
“Selama ini kami ndak ade sosialisasi,
atapnya rusak diganti, kalau lantainya
yang terpenting yang kami lakukan
bolong
selama ini adalah mendata rumah yang
memperbaikinya
tidak layak huni, begitu jak yang kami
prioritas”.
lakukan”.
diganti
dan
kami
berdasarkan
skala
Berdasarkan pernyataan dari pihak
Hal senada juga disampaikan oleh
Kelurahan dan pihak Dinas bahwa sosialisasi
pihak Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
yang dilakukan tidak maksimal. Bahkan
Perumahan yang mengatakan bahwa selama
dengan penerima bantuan pun sosialisasi
ini pihak Dinas belum ada melakukan
yang diberikan tidak maksimal, apalagi jika
sosialisasi
kita bandingkan dengan masyarakat yang
terkait
kebijakan
rehabilitasi
rumah tidak layak huni, dan berikut adalah
tidak
hasil
keterlibatan
wawancara
peneliti
mengenai
menerima mereka
bantuan, dalam
padahal suksesnya
sosialisasi kebijakan rehabilitasi rumah tidak
kebijakan tersebut dapat mempengaruhi
layak huni dengan pihak Dinas yang
keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan.
diwakilkan
oleh
staf
dibidang
Pengembangan Perumahan:
Sasaran dari kebijakan rehabilitasi rumah
tidak
layak
huni
ini
adalah 11
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat berpenghasilan rendah yang
Sepertinya sangat kontras dengan kondisi
rumahnya dalam kategori rusak atau tidak
mereka yang digolongkan dalam kategori
layak huni dan memiliki bukti Surat
masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam
Kepemilikan Tanah sebagai tanda bahwa ia
hal ini pihak Dinas Cipta Karya Tata Ruang
memiliki hak atas tanah tersebut. Berikut
dan Perumahan Kota Pontianak sebagai
adalah hasil wawancara peneliti dengan
pelaksana kebijakan tidak memiliki standar
pihak kelurahan terkait sasaran kebijakan:
atau kriteria rata-rata besaran penghasilan
“Ya,
yang
kebijakan
menjadi ini
sasaran
adalah
dari
masyarakat
dari calon penerima bantuan. Berdasarkan fakta-fakta
yang
peneliti
dapatkan
berpenghasilan rendah yang rumahnye
dilapangan, sasaran dari kebijakan tidak
tidak layak huni atau tidak memadai
sepenuhnya tepat sasaran, terbukti dengan
dengan syarat memiliki KTP, KK, dan
banyaknya masyarakat tergolong mampu
Surat Kepemilikan Tanah.”
dengan
seperangkat
barang-barang
Berdasarkan pernyataan dari pihak
elektronik dan kendaraan bermotor yang
kelurahan yaitu yang menjadi sasaran dari
mereka miliki bisa mendapatkan bantuan
kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni
tersebut. Seharusnya pihak Kelurahan yang
adalah masyarakat berpenghasilan rendah,
mendata langsung calon penerima bantuan
tetapi
dapat
dalam
berpenghasilan
penentuan rendah
masyarakat
tersebut
tidak
dijelaskan atau ditetapkan berapa rata-rata
lebih
selektif,
sehingga
sasaran
kebijakan dapat benar-benar sesuai. Aplikasi
besaran penghasilan yang menjadi standar
Tahap aplikasi merupakan tahap
atau kategori sehingga masyarakat tersebut
penerapan rencana proses implementasi
dikatakan
kebijakan ke dalam realitas nyata. Tahapan
sebagai
masyarakat
berpenghasilan rendah dan layak untuk
penerapan
mendapatkan bantuan. Kemudian disaat
penyaluran dana, pembangunan rumah dan
peneliti
diakhiri
terjun
masyarakat tergolong
langsung
penerima masyarakat
ke
lapangan,
bantuan
yang
rencana
dengan
dimulai
dengan
adanya
bukti
pertanggungjawaban dari penerima bantuan.
berpenghasilan
Penyaluran dana bantuan ditetapkan
rendah, memiliki barang-barang elektronik
setelah
Walikota
menandatangani
SK
yang tergolong barang
mewah hingga
penetapan penerima bantuan, kemudian
kendaraan bermotor yang lebih dari 1.
setelah itu BPKAD menyalurkan dana 12
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
bantuan kepada Dinas Cipta Karya Tata
Berikut petikan wawancara peneliti
Ruang dan Perumahan, kemudian pihak
dengan
pihak
Kelurahan
melalui
kasi
Dinas menyalurkan dana bantuan tersebut
Pemmas terkait penyaluran dana bantuan:
kepada setiap Kelurahan. Pihak Kelurahan
“Cara penyaluran bantuan rumah tidak
yang berwenang dalam menyalurkan dana
layak huni ini, dulu bantuan diberikan
bantuan
penerima
berupa uang tunai langsung, tetapi
bantuan, tetapi bukan dalam bentuk uang
karena banyak terjadi sesuatu dan lain
tunai
bahan
hal sekarang bantuan diberikan berupa
material. Karena apabila dana bantuan
bahan material, kami menerima dana
tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai,
bantuan tersebut dari pihak Dinas
dikhawatirkan uang tunai tersebut tidak
kemudian kami tunjuk sebuah toko
digunakan
oleh
bangunan sebagai tempat masyarakat
penerima bantuan. Berikut adalah hasil
penerima bantuan berbelanja bahan
wawancara peneliti terkait penyaluran dana
material yang dibutuhkan ”.
bantuan dengan pihak Dinas Cipta Karya
Pengerjaan pembangunan rehab rumah
Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak:
tidak layak huni sesuai dengan yang telah
kepada
melainkan
masyarakat
dalam
sebagaimana
“Kami
sebagai
bentuk
mestinya
pihak
pelaksana
ditetapkan didalam SOP adalah selama 60
menyalurkan dana bantuan kepada
hari
masing-masing
disekitar
Walikota
Kelurahan
telah
apabila
dibantu
penerima
oleh
masyarakat
bantuan
untuk
SK
meningkatkan semangat gotong royong.
penetapan penerima bantuan rehab
Berikut adalah hasil wawancara peneliti
rumah tidak layak huni. Alurnya adalah
dengan pihak Kelurahan terkait pengerjaan
adalah
SK
pembangunan rehab rumah tidak layak huni:
penetapan penerima bantuan, kemudian
“Sejauh ini, sepanjang pengetahuan
SK tersebut diserahkan kepada BPKAD,
kami
dari BPKAD itulah yang menyalurkan
pengerjaan
dana kepada kami, setelah itu baru kami
lancar-lancar saja tetapi ya biasa ada
salurkan
yang
Walikota
kembali
menetapkan
dengan
menetapkan
kepada
masing-
masing Kelurahan.”
tidak
ada
masalah
pembangunan
terlambat
dalam rumah,
menyelesaikan
perbaikan rumah”. Hal yang sama juga disampaikan oleh
pihak
Dinas
terkait
pengerjaan 13
JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pembangunan rehab rumah tidak layak huni.
kembali bahan material yang telah mereka
Pihak Dinas mengatakan bahwa selama
dapat. Berikut adalah petikan wawancara
pengerjaan pembangunan rehab rumah, tidak
peneliti dengan Ny. Y terkait pelaksanaan
ditemukan masalah atau kendala-kendala.
pembangunan rehab rumah:
Berikut adalah hasil wawancara peneliti
“Waktu bangun rumah nih, kendala ade
dengan pihak Dinas:
lah. Kami nih kan tak enak mau nyuruh
“Sepengamatan
dalam
tetangga untuk minta tolong perbaiki
pelaksanaannya tidak ada masalah,
rumah, jadi terpakse lah kami mencari
kekurangan dalam pengerjaan wajar
tukang untuk ngerjekan rehab rumah
saja terjadi, dengan bantuan sejumlah
nih. Tapi cari tukang tu susah, udah gitu
tujuh juta lima ratus ribu mungkin tidak
upah tukang tu mahal lagi, kami cukup
dapat mengcover seluruh kebutuhan
kesulitan lah cari tukang nih dengan
dari
upah tukang yang mahal”.
penerima
penerima
kami,
bantuan.
bantuan
Rata-rata
mengerjakan
Penerima bantuan mengakui bahwa
perbaikan rumah mereka dengan cukup
masih mengalami kendala dalam pengerjaan
baik. Mungkin ada dari beberapa
perbaikan
penerima bantuan yang menggunakan
mengerjakan rehab rumah dan kekurangan
bahan
bahan
material
berkualitas
rendah
rumah,
material.
diantaranya
kesulitan
Kendala-kendala
yang
untuk memperbaiki rumah mereka, hal
ditemui oleh penerima bantuan seharusnya
itu
dapat teratasi apabila pelaksana kebijakan
dilakukan
supaya
kebutuhan
material yang lain juga tercukupi”. Hal penerima bahwa
berbeda bantuan,
terdapat
disampaikan mereka
sedikit
dan sasaran kebijakan yaitu masyarakat oleh
penerima bantuan mengetahui maksd dan
mengatakan
tujuan dari diadakannya kebijakan tersebut
kendala
dalam
dengan baik. Sebagai contoh kendala yang
menyelesaikan perbaikan rumah. Seperti
dihapai oleh Ny. Y dalam mengerjakan
kesulitan dalam mencari jasa tukang dan
perbaikan rumah yang sulit menemukan
bayaran upah tukang yang mahal membuat
tukang dikarenakn upah tukang yang mahal
mereka memutar otak agar bahan material
dapat
yang telah mereka dapat digunakan untuk
masyarakat sekitar penerima bantuan untuk
memperbaiki rumah salah satu cara yang
bersama-sama bergotong royong membantu
diatasi
dengan
mengerahkan
mereka lakukan adalah dengan menjual 14 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat
penerima
bantuan
E. PENUTUP
menyelesaikan perbaikan rumah mereka. Rehabilitasi rumah tidak layak huni menuntut
penerima
melaksanakan
bantuan
dengan
a) Kesimpulan
untuk
sungguh-sungguh
1.
Pengorganisasian
pengerjaan perbaikan rumah. Tidak hanya
Pelaksana kebijakan sudah cukup baik
penerima bantuan yang dituntut untuk
dalam menjalankan tugasnya, tetapi
bertanggungjawab atas bantuan rehabilitasi
sebagai pihak yang berwenang dalam
rumah tidak layak huni ini, pihak Kelurahan
menentukan
juga
surat
pelaksana kebijakan harus lebih selektif
pertanggungjawaban atas bantuan tersebut.
dan teliti dalam menentukan penerima
Berikut hasil wawancara peneliti dengan
bantuan
pihak
mendapatkan bantuan. SOP yang dibuat
dituntut
untuk
Kelurahan
membuat
terkait
surat
penerima
yang
bantuan,
benar-benar
berhak
pertanggungjawaban:
oleh Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
“Kami pihak Kelurahan bertanggungjawab
Perumahan sudah baik. Mulai dari
langsung kepada Dinas. Jadi, SPJ kami
survey awal untuk menetepakan calon
nanti, akan kami serahkan kepada Dinas.
penerima bantuan, penyaluran dana dari
SPJ yang kami buat tu berupa laporan”.
Dinas
Dalam surat pernyataan yang dibuat
hingga
masyarakat
sampai
penerima
ketangan
bantuan serta
oleh masing-masing masyarakat penerima
batas waktu pengerjaan rehab rumah
bantuan,
sudah
tercantum
pernyataan
yang
dicantumkan
didalam
SOP.
menyebutkan bahwa akan melaksanakan
Dalam pengerjaan perbaikan rumah
dengan
sesuai yang telah ditetapkan didalam
sungguh-sungguh
perbaikan
bangunan rumah, tetapi menurut pengamatan
SOP,
peneliti
dengan
rumah adalah selama 60 hari, tetapi
penerima bantuan yang menjual kembali
masyarakat penerima bantuan melewati
bahan material yang sudah didapat, tidak
batas waktu pengerjaan yang telah
mencerminkan bahwa masyarakat penerima
ditetapkan. Hal tersebut menandakan
bantuan
bahwa masyarakat penerima bantuan
dan
hasil
melakukan
wawancara
dengan
sungguh-
sungguh pengerjaan perbaikan rumah.
tidak
waktu
pengerjaan
dengan
perbaikan
sungguh-sungguh
mengerjakan perbaikan rumah. Sumber 15 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
daya
keuangan
dalam
kebijakan
masyarakat
berpenghasilan
rendah,
rehabilitasi rumah tidak layak huni ini
tidak ditetapkan berapa rata-rata besaran
berasal dari APBD Kota Pontianak dan
penghasilan
sumber daya keuangan tersebut dapat
dikategorikan
dikatakan
berpenghasilan rendah.
kurang
karena
tujuan
sehingga sebagai
dapat masyarakat
kebijakan yaitu rumah menjadi layak huni belum sepenuhnya tercapai.
3.
Aplikasi Penyaluran
2.
dana
dalam
kebijakan
Interpretasi
rehabilitasi rumah tidak layak huni
Keberadaan pedoman program tersebut
sudah baik. Pembangunan rumah dalam
adalah untuk menjamin efektifitas dan
kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak
efisiensi pelaksanaan program bantuan
huni masih terdapat beberapa kendala
rumah tidak layak huni serta mencegah
diantaranya kesulitan dari penerima
terjadinya penyalahgunaan bantuan oleh
bantuan mengerjakan sendiri perbaikan
penerima bantuan. Tetapi keberadaan
rumah karena penerima bantuan tidak
pedoman
dijalankan
mengetahui maksud dan tujuan dari
sesuai dengan peruntukkannya yaitu
kebijakan tersebut yakni seharusnya
untuk menjamin efisiensi dan efektifitas
dapat
serta
royong sehingga menimbulkan kembali
program
tidak
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
bantuan.
kebijakan
yang
belum
dipahami
oleh
penerima
Tujuan
dikerjakan
semangat
sepenuhnya
secara
gotong
Pertanggungjawaban
dari
bergotong
royong. penerima
bantuan
bantuan dapat dikatakan kurang karena
maupun masyarakat disekitar penerima
tidak sesuai dengan apa yang telah
bantuan
mereka buat dalam surat pernyataan.
sehingga
tujuan
kebijakan
belum sepenuhnya tercapai. Sosialisasi mengenai maksud dan tujuan dari kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak huni masih sangat kurang. Sasaran
b) Saran
kebijakan tidak sepenuhnya tepat dan
1.
Pedoman program seharusnya dapat
tidak terukur, dalam penentuan calon
lebih mengatur jalannya implementasi
penerima
kebijakan rehabilitasi rumah tidak layak
bantuan
yang
merupakan
16 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
huni dan didalam pedoman program tersebut dapat ditambahkan syarat lain untuk
mendapatkan
bantuan,
tidak
hanya memiliki KTP, KK, dan SKT tetapi
juga
menyertakan
surat
keterangan miskin dari pihak RT. 2.
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. ---------------------. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang Model-Model Perumusan Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Dapat lebih mengawasi penggunaan dana yang didapat masyarakat dalam bentuk bahan material sehingga tidak terjadinya penyalahgunaan bantuan dan meminta pertanggungjawaban lebih dari penerima bantuan dalam bentuk surat
Purwanto, Erwan Agus., Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
pernyataan sehingga apabila terjadi penyalahgunaan bantuan, para penerima
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
bantuan tersebut dapat dikenakan sanksi Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hukum.
F. REFERENSI
1.
Buku-buku
Agustino, Kebijakan
Leo. 2012. Dasar-Dasar Publik. Bandung: Alfabeta.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Mulyana, Dedi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. ------------. 2012. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta. Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Widodo, Joko. 2010. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).
17 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
-------------------. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo. 2.
Skripsi:
Dewi, Anita Mustika. 2013. Implementasi Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kelurahan Kejuron Kecamatan Taman Kota Madiun. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Perdana, Dwi Putra. 2013. Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa Tidung Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tanah Tidung. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
3.
Dokumen:
Keputusan Walikota Nomor 318 Tahun 2012 Tentang Perubahan Keputusan Walikota Pontianak Nomor 303 Tahun 2012 Tentang Penetapan Penerima Bantuan Rumah Tidak Layak Huni Kota Pontianak Tahun 2012 4.
Rujukan Elektronik:
Kementerian Sosial RI. 2010. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan, Diambil pada 8 Desember 2014 dari http://www.kemsos.go.id/m odules.php?name=Content&pa=shop age&pid=24&page=1)
18 JULIA FATMAWATI, NIM. E01111089 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN