Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
PERILAKU MEMBUANG SAMPAH OLEH MASYARAKAT DITEPIAN SUNGAI KAPUAS: Studi Kasus Di Kelurahan Bangka Belitung Laut Kecamatan Pontianak Tenggara Oleh: TRI KUSRINI NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, Tahun 2015 Email :
[email protected]
ABSTRAK Membuang sampah merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh tiap manusia. Hal ini berpotensi menjadi perilaku menyimpang ketika dipraktikkan oleh masyarakat yang bertindak tidak ramah lingkungan. Penelitian ini mengungkapkan perilaku membuang sampah oleh masyarakat tepian sungai Kapuas dan dampak dari perilaku tersebut dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis bagaimana perilaku membuang sampah oleh masyarakat tepian yang menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat membuang sampah serta dampak dari perilaku tersebut. Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan penelitian ditentukan dengan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data berupa teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu Teori Aksi (Action Theory) oleh Max weber. Keterkaitan antara teori dan penelitian yaitu teori ini menjelaskan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh individu terdapat makna subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Hasil Penelitian dimana Perilaku masyarakat yang menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat membuang sampah serta dampaknya bagi masyarakat yaitu (1). Kurangnya kesadaran masyarakat memelihara lingkungan sehingga tercipta pola pikir yang praktis dengan menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat membuang sampah. (2). Lahan yang sempit karena bertambahnya penduduk dan pemukiman masyarakat sehingga sulit untuk menempatkan container sampah umum. (3). Ketatnya aturan pembuangan membuat masyarakat sedikit malas untuk membuang sampahnya dengan kondisi tempat sampahnya yang sedikit jauh serta aktivitas masyarakat yang menguras tenaga. (4). Tradisi dari nenek moyang membuang sampah kesungai yang kemudian dicontohi oleh generasi yang bermukim ditepian sungai Kapuas. Perilaku masyarakat yang demikian, merekapun memerlukan fasilitas, perhatian dari pemerintah daerah agar mendapatkan air bersih, karena apabila musim kemarau tiba, masyarakat terutama anak bayi rawan terkena penyakit demam berdarah dan muntaber. Terciptanya perilaku masyarakat yang menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat membuang sampah bukanlah semata dari pola pikir masyarakat yang menganggap sungai sebagai halaman belakang. Tetapi, masyarakat membutuhkan fasilitas-fasilitas dan perhatian dari pemerintah daerah agar mereka dapat memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang bersih. Kata-Kata Kunci: Perilaku, Masyarakat, Sungai Kapuas.
1 TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
DISPOSAL OF WASTE FOR COMMUNITY BEHAVIORAL ON THE EDGES KAPUAS RIVER: Case Study In The Pacific Islands Marine Village District Of Southeast Pontianak ABSTRACT Disposing of waste is a routine activities conducted by each human being. It potentially becomes deviant behaviors when practiced by the people who acted not environmentally friendly. This study reveals the behavior of littering by the public Kapuas river banks and the impact of such behavior with the purpose of this study was to analyze how the behavior of littering by the people who make the banks of the Kapuas river as a place to dispose of waste as well as the impact of such behavior. The research method is qualitative descriptive approach. The informants were determined by purposive sampling. The data collection techniques are such as interview, observation and documentation. The theory is used to analyze the theory of action (Action Theory) by Max Weber. The linkage is between theory and research that this theory explains that any actions taken by individuals are a subjective meaning for themselves and directed the actions of others. The Research showed that the behavior of the people around who have made the Kapuas River as a place to dispose of waste and its impact on society, namely (1). Lack of awareness from the societies preserve the environment so as to create a mindset that is practical to make the Kapuas River as a place to dispose of garbage. (2). Narrow land due to increasing population and human settlements so it is difficult to put a public trash container. (3). The strictness of the rules of disposal to make people a little lazy to dispose of their garbage to the trash condition that is a little distant and community activities were exhausting. (4). Tradition of ancestor throw garbage into the river which later exemplified by the generation who lived on the edge Kapuas River. Such people's behavior, they need facilities, the attention of the local government in order to get clean water, because when the dry season arrives, people, especially children infants prone to dengue fever and vomiting. The created of society behavior from the society which has made the Kapuas River as a place to dispose of garbage not just from the mindset of people who think of the river as the backyard. However, people need facilities and the attention of the local government so that they can maintain and create a clean environment. Keywords: Behavior, Society, Kapuas River.
tinggalnya.
A. PENDAHULUAN
Misal
apabila
masyarakat
membuang sampah kesungai, itu artinya 1.
mereka sendiri yang membuat lingkungan
Latar Belakang Lingkungan hidup yang bersih akan
tercipta jiwa yang sehat. Untuk itu, agar tercipta kondisi demikian, sebagai manusia penikmat lingkungan haruslah senantiasa memperhatikan disetiap
aktivitas
dan
memeliharanya
kehidupan.
Setiap
perilaku manusia, pastinya tidak akan terlepas
dari
bagaimana
manusia
memerankan tindakannya, terutama yang berhubungan dengan lingkungan tempat
menjadi tidak indah, kotor, membuat tempat kuman dan bakteri berkembangbiak yang kemudian menjadi sumber berbagai penyakit. Apabila perilaku masyarakat yang membuang
sampah
merupakan
tindakan
kesungai
Kapuas
yang
merusak
lingkungan hidup, maka sebagai manusia memiliki kewajiban untuk merubah pola pikirnya demi keselamatan lingkungan dan 2
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
demi generasi yang akan datang. Dengan
memproduksi
kata lain, bahwa didunia ini, bukan hanya
minuman. Dengan barang, makanan, dan
individu tertentu yang berinteraksi dan
minuman
memerlukan lingkungan yang bersih dan
dengan bungkus yang tidak bisa terurai
nyaman, tetapi makhluk hidup lainnya
oleh air dan tanah apabila dibuang
yang juga hidup dimuka bumi ini.
sembarangan.
Perilaku merupakan suatu tabiat
tersebut
Kelurahan
berbagai
Kecamatan
tindakan
kemudian
makanan,
pastinya
dan
dikemas
Seperti halnya yang terjadi di
yang dilakukan sehari-hari dan berisi macam
barang,
Bangka
Belitung
Pontianak
Kelurahan
dalam
Sedangkan,
kawasan yang berada didataran rendah dan
perilaku yang dimaksud oleh peneliti disini
rawan banjir. Karena, Selain pemukiman
yaitu
maupun
masyarakat yang berada diluar sekitar
masyarakat, didalamnya terdapat suatu
sungai, yang pastinya terlihat dan mungkin
tindakan yang menjadikan sungai sebagai
diketahui
tempat membuang sampah seperti tidak
dikategorikan sangat sulit untuk menjadi
bisa terurai oleh tanah mupun air. Perilaku
bersih adalah pemukiman yang letaknya
yang dilihat dari tindakan tersebut biasanya
berada
dilakukan oleh masyarakat yang tinggal
masyarakat yang membangun rumahnya
ditepian sungai Kapuas. Masyarakat tepian
disekitar sungai Kapuas. Hal demikian
sungai
yang
dikarenakan masyarakat yang membangun
disepanjang
rumahnya disekitar sungai, ketika hendak
berdirinya
membuang sampah sisa produksi makanan
perilaku
individu
merupakan
membangun aliran
masyarakat.
masyarakat
pemukiman
sungai.
Dengan
merupakan
Tenggara.
dipraktikkan individu maupun kelompok suatu
ini
Laut
bahwa
salah
pemukiman
disepanjang
sungai/
dan
berdampak pada kebersihan dan keindahan
bungkusan plastik atau berupa botol
sungai serta menjadi pemicu terjadinya
langsung
bencana alam seperti banjir.
sampah tersebutpun tidak bisa terurai oleh
ke
Terlihat tidak ada wilayah terutama
air,
rumah-rumah
berhanyutan
masyarakat
yang
maka
sungai,
yang
yang
pemukiman tersebut, tentu saja akan
pada
minumannya
aliran
satu
dan
sampah-sampah disungai
dan
berbentuk
berhubung
tersebut terkadang
kurang memperhatikan kondisi daerah
menumpuk ditepian sungainya bahkan
tempat tinggalnya, yang tidak luput dari
tidak tahu akan kemana menumpuknya dan
yang namanya sampah. Hal demikian
siapa membuangnya.
dikarenakan setiap harinya semua manusia dalam
aktivitas
kehidupannya
Kelurahan Bangka Belitung Laut memiliki 54 Rt dan 15 Rw dengan luas 3
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
wilayah sebesar 233, 02 ha. Jumlah
dari pemaknaan sungai Kapuas tersebut.
penduduk
Karena, apabila sampah tersebut dibiarkan
Bangka
Belitung
Laut
Kecamatan Pontianak Tenggara pada tahun
untuk
2014
demikian bukan hanya berdampak pada
apabila
dilihat
dari
kepadatan
selalu
penduduknya memiliki 15.515 jiwa dengan
lingkungan,
persentase 100,00 persen. Berdasarkan
masyarakat.
data tersebut, dapat di deskripsikan bahwa
dibuang
akan
kesungai,
tetapi
hal
kesehatan
Perilaku dan tindakan masyarakat
apabila dengan jumlah penduduk seperti
yang
itu, serta perilaku dan tindakan masyarakat
kehidupannya yaitu sungai Kapuas sebagai
yang akan terus menerus membuang
tempat
sampah kesungai tidak segera ditangani,
penunjang ekonomi, sarana rekreasi air,
hal demikian tentu saja akan berdampak
tempat tinggal (lanting), jalur transportasi
pada generasi selanjutnya. Ditambah lagi,
air dan tempat buangan sisa rumah tangga.
apabila masyarakat disekitar sungainya
Berdasarkan perilaku masyarakat yang
banyak membangun wc umum, maka akan
dilihat dari tindakan masyarakat dalam
makin memperburuk keindahan sungai
aktivitas kesehariannya yang menjadikan
yang kemudian menjadi pertimbangan
sungai Kapuas sebagai tempat membuang
pemerintah untuk membangun sebuah
sampah, maka dari itu peneliti ingin
Water Front sebagai tempat berwisata di
mengungkapkan,
daerah sungai kapuas.
menjelaskan
Untuk
menjelaskan
perilaku
terlihat
wajar
mandi,
“Perilaku
dalam
mencuci,
aktivitas
memasak,
menganalisis
penelitian Membuang
yang
dan berjudul
Sampah
Oleh
masyarakat dalam tindakan sehari-harinya
Masyarakat Ditepian Sungai Kapuas Studi
yang menjadikan sungai sebagai tempat
Kasus Di Kelurahan Bangka Belitung Laut
membuang sampah, tentunya tidak akan
Kecamatan Pontianak Tenggara”.
terlepas dari sejauh mana pemahaman masyarakat sungai
sendiri
kapuas
itu
dalam serta
memaknai apa
yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
melatarbelakangi masalah tersebut tak kunjung
terminimalisirkan
dan
terus
menerus dilakukan sehingga menjadi sutau
1. Pengertian
Perilaku
Membuang
Sampah.
kebiasaan yang dipandang masyarakatnya
Perilaku yang peneliti lihat disini,
dalam kategori biasa. Serta, apa upaya baik
yaitu dari segi tindakan masyarakat tepian
dari masyarakat maupun instansi terkait
yang menjadikan sungai Kapuas sebagai
untuk mengurangi perilaku menyimpang
tempat
membuang
sampah.
Aktivitas 4
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tersebut teranggap wajar karena sudah
sungai dan selokan meluap. Banjirpun
menjadi kebiasaan dari nenek moyangnya,
melanda
terutama
Beberapa rumah warga digenangi oleh air.
masyarakat
yang
bermukim
ditepian sungai, misalnya sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan salah satu sungai yang terpanjang di Indonesia.
disejumlah
ruas
kota
ini.
Selain itu, kondisi ini terjadi karena tersumbatnya aliran air diselokan atau parit yang ditutupi oleh sampah.
Sungai ini terletak di Kalimantan Barat dan
Setiap perilaku masyarakat akan
juga memiliki anak sungai yang secara
mengandung arti dari bagaimana mereka
keseluruhannya berjumlah 33 sungai/ parit.
mengaplikasikan
Sungai ini merupakan tempat beraktifitas
seperti masyarakat tepian yang menjadikan
masyarakat mulai dari tempat mandi,
sungai Kapuas sebagai tempat membuang
mencuci, memasak, jalur transportasi air,
sampah,
tentunya
sarana
kualitas
air
rekreasi
(lanting),
air,
tempat
penunjang
akan
sungai
tersebut.
menyebabkan
Kapuas
menurun
dan
bahkan sungai menjadi kotor kehilangan
membuang sisa rumah tangga. Sementara
estetiknya. Adapun beberapa kualitas air
itu, yang terlihat sekarang bahwa sungai
baku
Kapuas tidak saja dijadikan sebagaimana
pemerintah No. 82 Tahun 2001 dalam
mestinya. Karena yang terjadi, masyarakat
pasal 8 (Husin, 2009:63-64), mengenai
yang
bermukim
didaratannya
juga
Kapuas
sebagai
sampah.
Hal
ekonomi
tinggal
tindakannya
yang
tertuang
dalam
peraturan
ditepian
bahkan
pengklasifikasian air kedalam 4 kelas,
menjadikan
sungai
dapat diuraikan sebagai berikut:
tempat
demikian
membuang tidak
hanya
Kelas satu, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
berpengaruh terhadap sungai Kapuas dan
dan/atau
ekosistem yang berada didalam air, akan
mempersyaratkan mutu air yang sama
tetapi juga berpengaruh terhadap manusia
dengan kegunaan tersebut. kelas dua, air
yang menggunakannya. Selain itu, sampah
yang
yang
untuk
dibuang
kesungai
akan
peruntukan
peruntukannya
lain
dapat
prasarana/sarana
yang
digunakan
rekreasi
air,
mengakibatkan terjadinya banjir, sungai
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
kotor, bahkan menjadi sumber penyakit.
air untuk mengairi pertanaman, dan/atau
Berdasarkan JPNN (Jaringan Berita
peruntukan lain yang mempersyaratkan
Terluas di Indonesia), menyatakan bahwa
mutu air yang sama dengan kegunaan
hujan deras yang melanda Kota Pontianak
tersebut. kelas tiga, air yang peruntukannya
dan sekitarnya dalam dua hari selama
dapat digunakan untuk pembudidayaan
beberapa jam, terjadi karena pasang air
ikan air tawar, peternakan, air untuk 5
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
mengairi tanaman, dan/atau peruntukan
lingkungan hidupnya. Menurut Soejono
lain yang mempersyaratkan mutu air yang
Soekanto (Syani, 2012:32), menjelaskan
sama dengan kegunaan tersebut. kelas
bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau
empat, air yang peruntukannya dapat
suatu bentuk kehidupan bersama manusia,
digunakan
maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri,
dan/atau
untuk
mengairi
peruntukan
lain
tanaman
yang
sama
dengan kegunaan tersebut.
yaitu: a. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun
2. Pengertian Masyarakat.
angka
yang
pasti
untuk
Perilaku menyimpang yang dilihat
menentukan berapa jumlah manusia
dari Tindakan masyarakat tepian yang
yang harus ada. Akan tetapi secara
menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat
teoritis, angka minimumnya ada dua
membuang
orang yang hidup bersama.
sampah,
tentunya
mereka
sendiri menginginkan dan memerlukan air sungai
yang
bersih.
pengonsumsinya memahami bagaimana
Tetapi,
tidak
menjaga
perilaku yang
sebagai
dan
dapat
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah
dan
sama dengan kumpulan benda-benda
tindakan
mati seperti umpamanya kursi meja dan
menurunkan
sebagainya.
Oleh
karena
dengan
kualitas air bahkan merusak kehidupan
berkumpulnya manusia, maka akan
makhluk hidup lainnya. Karena Sebagai
timbul manusia-manusia baru. Manusia
penggunanya, terkadang manusia tidak
itu juga dapat bercakap-cakap merasa
berfikir bahwa apakah air tersebut masih
dan mengerti; mereka juga mempunyai
layak untuk dikonsumsi atau bahkan sudah
keinginan-keinginan
makin
menyampaikan
tercemar.
pemahaman khususnya
khusus
Untuk
itu,
bagi
masyarakat
perlu
masyarakat
ditepian
dan
untuk
kesan-kesan
atau
perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem
didaratannya agar tidak menjadikan sungai
komunikasi
kapuas sebagai tempat membuang sampah,
yang mengatur hubungan antar manusia
terutama sampah yang tidak bisa terurai
dalam kelompok tersebut.
oleh air.
dan
peraturan-peraturan
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan
Masyarakat
merupakan
faktor
satu kesatun.
penting penentu lingkungan. Hal demikian
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup
dikarenakan masyarakat adalah aktor dari
bersama. Sistem kehidupan bersama
pengguna,
menimbulkan kebudayaan, oleh karena
penjaga
bahkan
perusak
6 TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
setiap anggota kelompok merasa dirinya
usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
terikat satu dengan yang lainnya.
memberikan informasi yang benar, dan
Penjelasan
demikian,
bahwa
masyarakat merupakan sekumpulan atau sekelompok orang yang hidup saling berdampingan,
merasa
mempunyai
akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan
pernyataan
undang-undang
dasar
dari
mengenai
perasaan dan kebudayaan yang sama,
pengelolaan
lingkungan
terdapat nilai dan norma untuk mengatur
menjelaskan
bahwa
kehidupan sesamanya serta menyadari
mempunyai hak, kewajiban, dan peran
bahwa mereka saling ketergantungan satu
terhadap lingkungan hidupnya. Dengan
sama lainnya.
demikian, jelaslah bahwa sebagai manusia,
Masyarakat mempunyai peran penting
pengetahuan
terhadap lingkungan. Adapun undang-
pentingnya
undang dasar yang mengaturnya yaitu
lingkungan
tentang pengelolaan lingkungan hidup
perilaku dan tindakan terutama yang
tertuang dalam bab III mengenai hak,
menjadikan
kewajiban, dan peran masyarakat yang
membuang sampah. Tindakan masyarakat
termuat dalam pasal 5 dan pasal 6
tersebutlah yang memicu peneliti untuk
(Suratmo, 2004:246) yang menjelaskan:
lebih ingin menganalisisnya.
dan
hidup, masyarakat
pemahaman
menjaga, hidup
melestarikan
agar
sungai
tentang
tidak
sebagai
terjadi
tempat
Pasal 5 yaitu; 1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang dan sehat. 2. Setiap orang mempunyai hak
3. Teori Aksi (Action Theory) Tindakan
masyarakat
yang
sebagai
tempat
atas informasi lingkungan hidup yang
menjadikan
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
membuang sampah tersebut, akan peneliti
lingkungan
analisis menggunakan teori Weber yang
hidup.
3.
Setiap
orang
sungai
mempunyai hak untuk berperan dalam
menyatakan
rangka
pengelolaan
hidup
tindakan sosial itu maka semakin mudah
sesuai
dengan
perundang-
untuk dipahami. Menurut Weber, Teori
undangan yang berlaku. Sedangkan Pasal 6
Aksi ini merupakan tindakan individu
menjelaskan; 1. Setiap orang berkewajiban
sepanjang tindakannya itu mempunyai
memelihara kelestarian fungsi lingkungan
makna atau arti subyektif bagi dirinya dan
hidup serta mencegah dan menanggulangi
diarahkan kepada tindakan orang lain.
pencemaran dan perusakan lingkungan
Sebaliknya,
hidup. 2. Setiap orang yang melakukan
semata-mata diarahkan pada benda mati
lingkungan
peraturan
bahwa
tindakan
semakin
individu
rasional
yang 7
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
atau obyek fisik tanpa dihubungkannya
melakukan tindakan yang menyebabkan
dengan
lingkungannya
tindakan
orang
lain
bukan
merupakan tindakan sosial.
bersumber
menjadi
penyakit.
kotor
Misal,
dan
kebiasaan
Beberapa tindakan sosial atas dasar
membuang sampah ke sungai. Akan tetapi,
rasionalitas yang dibedakan oleh Weber
apabila si A tidak melakukan tindakan
kedalam empat tipe (Turner, 2012:115). Ia
membuang sampah ke sungai maka sungai
mengungkapkan bahwa semakin rasional
menjadi bersih dan tidak tercemar.
tindakan sosial itu maka semakin mudah untuk
dipahami.
Adapun
tindakan
sosialnya dapat diuraikan sebagai berikut: Zwerk
Rational
Affectual Action (Tindakan yang di Pengaruhi
Emosi);
tindakan
yang
dipengaruhi oleh perasaan emosi dan
(Rasionalitas
kepura-puraan si aktor sehingga sukar
Instrumental): dalam tindakan ini aktor
dipahami. Misal tindakan yang dipengaruhi
tidak hanya sekedar menilai cara yang
oleh
paling baik untuk mencapai tujuannya
kebersihan lingkungan sungai dengan tidak
tetapi juga mempertimbangkannya. Disini
membuang sampah, tetapi si B tidak
aktor berharap bahwa perilakunya dapat
memperhatikan
menjadi
sungai.
sarana
untuk
mempengaruhi
emosi.
Si
A
memperhatikan
kebersihan
Lambat
laun,
lingkungan
si
A
akan
perilaku manusia lainnya. Misal si A tidak
menunjukkan tindakan yang sama karena
mengikuti kebiasaan masyarakat sekitarnya
si A merasa hanya ia yang memperhatikan
membuang sampah ke sungai. Tetapi, ia
lingkungan sekitarnya. Contoh lainnya,
mencontohkan kebiasaan yang baik di
tindakan
lingkungannya. Karena, si A tidak ingin
terdapat dalam diri individu itu sendiri,
melihat
sebenarnya ia mengetahui dan memahami
lingkungannya
kotor
karena
kebiasaan buruk masyarakat sekitarnya.
karena
kepura-puraan
yaitu
tindakan apa yang sedang ia lakukan. Akan
Werk Rational Action (Rasionalitas
tetapi, ia tidak ingin atau tidak mau tahu
Nilai); dalam tindakan ini, tindakan aktor
setelah apa yang ia lakukan terhadap
ditentukan oleh pertimbangan atas dasar
lingkungan
pada
kemudian bisa mengancam makhluk hidup
nilai-nilai
estetis,
etis,
dan
keagamaan. Salah satu nilai tersebut akan digunakan oleh aktor untuk mencapai
hidupnya
sendiri
yang
lainnya. Traditional
Action
atau
yang
tujuannya yaitu agar individu lain dapat
disebut dengan Tindakan dilakukan secara
menilai setiap tindakan yang ia lakukan.
berulang-ulang dalam arti telah menjadi
Contohnya jika si A tidak ingin sekitar
kebiasaan
tempat tinggalnya kotor, maka si A tidak
aktivitas kehidupannya. Tindakan tersebut
atau
kebudayaan
disetiap 8
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
peneliti contohkan pada masyarakat yang
kondisi tersebut, sebagai manusia penikmat
mempunyai temurun
kebiasaan
dari
menjadikan
nenek sungai
bahkan
turun
lingkungan
moyang
yang
memperhatikan
sebagai
tempat
membuang sampah. Tindakan sampah
haruslah
senantiasa
dan
memeliharanya
disetiap aktivitas kehidupan. Misal contoh kecil yang kemudian dipandang biasa,
seseorang
kesungai
bukan
membuang
untuk
mendapatkan
merupakan
masyarakat
air
tidak
yang
bersih,
dianjurkan
untuk
tindakan sosial. Akan tetapi, tindakan
membuang sampah kesungai. Ditambah
tersebut bisa menjadi tindakan sosial
lagi, pabrik-pabrik yang dibangun, tidak
apabila
dengan
dianjurkan untuk membuang limbahnya
tersebut
kesungai,
membuang akan
sampah
menimbulkan
reaksi dari sebagian masyarakat sekitarnya
kelaut maupun kesungai. Kawasan
disepanjang
sungai
atau orang lain seperti yang terlihat
Kapuas merupakan kawasan yang rawan
sekarang yaitu sungai menjadi kotor,
akan banjir dan penumpukan sampah.
sampah menumpuk ditepian sungai dan air
Seperti yang terlihat di Kelurahan Bangka
sungai
Belitung
menjadi
berkembangnya
sumber
bakteri
Laut
Kecamatan
Pontianak
penyakit.
Tenggara. Berdasarkan hasil penelitian,
Dengan keadaan yang demikian, apabila
tindakan yang dilakukan oleh masyarat
masyarakat ada yang tidak menerima
kemudian
tindakan
dikarenakan beberapa alasan, yaitu:
membuang
dan
tempat
sampah
tersebut
menjadi
kebiasaan,
langsung ke sungai, maka akan ada
a. Kurangnya
pengucilan dari masyarakatnya sendiri bagi
memelihara
individu
tercipta pola pikir yang praktis dengan
yang
melakukan
tindakan
merusak lingkungan tersebut.
kesadaran
terjadi
masyarakat
lingkungan
sehingga
menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat
membuang
sampah.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan informan Ys “setiap harinya, akan ada crew kami yang bertugas membersihkan saluran
C. HASIL PENELITIAN
parit
di
Kota
Pontianak.
Jumlah
1. Perilaku Membuang Sampah Oleh
pengangkut sampah yang beroperasi di
Masyarakat Tepian Sungai Kapuas
Kota Pontianak sebanyak 4 Dump
Lingkungan nyaman makhluk
yang
merupakaan hidup.
bersih
dambaan
Untuk
dan
Truck dengan 1 sopir dan 4 crew. 3 Pick
semua
Up dengan 1 sopir dan 3 Crew. 2 Tossa
menciptakan
dengan
1
sopir
dan
1
Crew. 9
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pembersihannya dengan cara menebas
saling bekerjasama agar menuju Kota
rumput, menggeruk parit yang kira-kira
Pontianak yang bersih dan bebas dari
kurang dalam, memperbaiki saluran air
pencemaran
yang tersumbat entah itu karna sampah.
lingkungan hidup.
Ketika pembersihan berlangsung, jika
b. Lahan
ada
masyarakat
yang
sengaja
yang
yang
bertambahnya
dapat
merusak
sempit
karena
penduduk
dan
membuang sampahnya keparit, maka
pemukiman masyarakat sulit untuk
akan kami peringatkan terlebih dahulu.
menempatkan container sampah umum.
Karna
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
yang
menjatuhkan
punya sanksi
wewenang
adalah
Kantor
informan
Le
“kita
semua
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
menginginkan
Pontianak. Apabila diulangi lagi, maka
Belitung Laut ini menjadi bersih dan
kami akan melaporkannya ke SAT-
nyaman, tapi kita tidak bisa memaksa
POLPP
seseorang melakukan suatu kebiasaan
agar
mereka
yang
menanganinya.”
yang
Kelurahan
pasti
baik
dengan
Bangka
tergesa-gesa.
Berdasarkan ungkapan dari Ys
Semuanya pasti ada proses. Kita coba
bahwa setiap harinya mereka terus bekerja
dekati masyarakatnya dahulu, misal
dan menjalani apa yang menjadi tugasnya.
dengan mengajak mereka saling bekerja
Salah satunya mengangkat sampah yang
sama
dapat menyumbat aliran air. Akan tetapi,
Rt/Rw
beserta
masyarakat
membersihkan
setiap
tetap saja ada masyarakat yang ketika
wilayahnya
dan
pengawas tidak berjaga diwilayah parit
memfasilitasi dengan apa yang mereka
tersebut, mereka membuang sampahnya
butuhkan. Dulu memang ada tempah
yang kemudian hanyut hingga kesungai
sampah
Kapuas. Ditambah lagi dengan jumlah
penempatannya
Crew
yang
membuat jalan jadi sempit dan kadang
beroperasi membersihkan semua parit atau
sampah yang dibuang tidak mampu
saluran yang berada di Kota Pontianak,
menampung sampah-sampah yang ada,
bisa kita bayangkan bahwa hal demikian
jadi tempat sampah tersebut dicabut.
tidaklah mudah dan tidak hanya setelah
Mau menempatkannya diantara rumah
dibersihkan setelah itu dikotori kembali
masyarakat. Masyarakatnyapun tidak
dengan
mau karena pasti berbau”.
yang
sedemikian
bebagai
sampah.
rupa
setidaknya,
tiap
kepala
juga
disini,
berusaha
tapi
ditepi
karena jalan
dan
sebagai masyarakat Pontianak, semestinya
Berdasarkan ungkapan informan
mengubah cara berpikir, bertindak dan
Le bahwa lahan yang sempit karena 10
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
bertambahnya penduduk dan pembangunan
saye
bawalah
sampah
saye,
pemukiman yang semakin ramai, membuat
buanglah langsung kesungai”.
saye
kesulitan untuk menempatkan container
Berdasarkan ungkapan Li, bahwa ia
tempat sampah umum yang disediakan
melakukan tindakan tersebut karena sudah
oleh
terbiasa
Kantor
Pertamanan
Dinas Kota
Kebersihan
melihat
tindakan-tindakan
sebagai
masyarakatnya yang menjadikan sungai
seorang Kepala Kelurahannya, ia berusaha
sebagai tempat membuang sampah. Hal
merubah kebiasaan masyarakat dengan
demikian tidaklah wajar dilakukan bagi
cara mengajak masyarakat melakukan
sebagian masyarakat yang menganggap
gotong royong agar masyarakatnya tidak
penting
merasakan
Selain itu, lahan tempat ibu Li ingin
dampak
Pontianak.
dan
dari
penumpukan
akan
kebersihan
lingkungan.
sampah-sampah tersebut.
membakar sampahnya tidaklah tersedia
c. Ketatnya aturan pembuangan membuat
dikarenakan
masyarakat
sedikit
malas
untuk
lingkungan
pemukiman
penduduk yang benar-benar sudah padat.
membuang sampahnya dengan kondisi
Kemudian
karena
tempat sampahnya yang sedikit jauh
sampahnya
yang
serta
ditempuhi
menggunakan
aktivitas
masyarakat
yang
lokasi jauh
pembuangan karena
harus
kendaraan.
menguras tenaga. Hasil penelitian ini
Selanjutnya, jam pembuangannya yang
berdasarkan ungkapan informan Li
diatur oleh Kantor Dinas Kebersihan dan
“Tetangga disekitar saye ne semuanya
Pertamanan Kota Pontianak menjadikan Li
buang sampah kesungai, tak ade yang
tidak
buang
tempat
sampahnya ketempat pembuangan sampah
Mau
umum karena kelelahan setelah melakukan
dibakar, lahan tempat saye nak bakar
pekerjaannya sebagai buruh cuci dan rasa
sampahnya tak ade. Mau buang sampah
malu
ke TPS, tempatnya jaoh, mane ge’ batas
merepotkan tetangganya sendiri.
waktu buangnya dari jam 18:00 malam-
d. Tradisi
sampahnya
pembuangan
sampah
ke umum.
ada
atau
waktu
segan
dari
untuk
yang
nenek
membuang
tidak
moyang
ingin
yang
06:00 pagi. Saye tak sempat nak
membuang setiap sampahnya langsung
buangnya, mane ge’ saye tak ada motor
kesungai, kemudian dicontohi
buat nak ngantarkannya. Nak numpang
generasi yang bermukim ditepian sungai
dengan tetangga buat nak buangkannya,
Kapuas.
malu pula’ nak nitip teros. Jadi waktu
diungkapkan oleh informan Ri “sungai
saye mandi sekitar jam 05:00 shubuh,
Kapuas ne adalah tempat dimana kami
Hasil
penelitian
oleh
ini
bisa mandi dan mencuci, dan dari sejak 11 TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
saye tinggal disini, memang orang
Belitung
Laut
Kecamatan
Pontianak
disekitar
Tenggara
juga
merasakan
perubahan
saye
sudah
sampah-sampahnya
membuang
kesungai
karne
kualitas air dan kebersihan lingkungan
daerah saye disini ni, tak ade tempat
yang
semakin
mengkhawatirkan
sampah. Ditambah ge’, nak buang
kesehatan. Hasil penelitian dari informan
sampah be, TPSnya jauh benar. Kalau
Ti
kite tada’ buang sampah pas waktu yang
kemarau, pasti ade anak-anak yang kena’
udah ditentukan, pasti kite kena’ denda.
penyakit demam berdarah dan muntaber.
Jadi karne sampah kame’ pon tak
Karne musim kemaraukan tak hujan, jadi
banyak, kame’ buang jak lah langsung
air hujan yang ditampungpun habis, kalau
ke sungai ne.”
air ya habis, ada yang beli air galon, ada
mengungkapkan
“kalau
bagi
musim
Berdasarkan informan peneliti yang
juga yang ngambil air ditengah sungai
bernama ibu Ri, ia sendiri melakukan
Kapuas malam hari ya, karena malam hari,
tindakan tersebut dikarenakan masyarakat
air tak terlalu kotor.”
sekitarnya yang juga membuang sampah-
Berdasarkan
ungkapan
Ti,
sampahnya kesungai Kapuas. Kemudian,
masyarakatnya membutuhkan air bersih
kesediaan tempat sampah dikelurahan
agar pada musim kemarau tiba dan
Bangka Belitung Laut tidak ada dan karena
persediaan air hujan habis, mereka tidak
pembatasan waktu pembuangan sampah
perlu lagi mengambil air sungai Kapuas
oleh
dan
ditengahnya dimalam hari. Karena air yang
Apabila
mereka ambil tersebut akan diendapkan
masyarakat melanggar ketetapan yang
dan kemudian dikonsumsi oleh orang-
telah
akan
orang tertentu. Untuk itu, merekapun perlu
dikenakan denda. Ditambah lagi Ri melihat
perhatian dari pemerintah daerah agar
kebiasaan yang dipraktikkan oleh petua
diberi
sebelumnya, yang membuang sampah
pemasangan
kesungai Kapuas.
masyarakat. tindakan masyarakat yang
Kantor
Pertamanan
diatur
Dinas Kota
oleh
Kebersihan
Pontianak.
DKP,
maka
bantuan
air
bersih
seperti
PDAM
disetiap
rumah
menjadikan sungai Kapuas sebagai tempat 2. Dampak Sampah
Perilaku Oleh
Membuang
Masyarat
Tepian
Sungai Kapuas
membuang
sampah
yang
kemudian
menjadi kebiasaan oleh masyarakatnya secara
turun-temurun,
dan
ada
juga
Setiap tindakan yang dilakukan
tindakan masyarakatnya yang menjadi
tentu saja akan bertemu pada dampaknya.
kebiasaan karena takut tindakan mereka
Seperti masyarakat di Kelurahan Bangka
itupun tidak bisa diatasi lagi, maka sesuai 12
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dengan pernyataan informan yang bernama
ngangkot sampahnya tak ade. Tempat
Mi mengungkapkan bahwa “kalau disini
sampah umumnya pon jaoh dari sini. Kalau
ade bayi yang lahir, kame’ tetap kasih satu
orang-orang
sendok air Kapuas biar saat die udah besar,
dibuang ke tempat sampah umum. Tapi,
die tak saket perot ataupun kena’ saket
karne
kulit karne tak cocok dengan air sungai
sampahnye pon tak ade. Kadang kame’
Kapuas.”
keringkan dulu sampahnye baru dibakar,
sempat,
Orang
khusus
pasti
sampahnye
buat
ngangkot
Berdasarkan ungkapan dari Mi
tapi kadang kame’ buang ketengah laot,
bahwa mereka harus bisa beradaptasi
tapi ternyate same ga’, sampahnye bale’ ge
dengan lingkungan
yang dianggapnya
kebawah kolong rumah. Jadi, kalau ade
memang sudah tercemar. Karena itu, agar
dipasang jaring ditepi sungai ne, nyaman
keturunanya
ga’ kite bersihkannye ge’ atau setidaknye
bentukan sedemikian
bisa
bertahan
lingkungan rupa,
yang
mereka
dengan sudah
nahan sampah biar tak masok ge’ la”.
mengambil
Berdasarkan ungkapan Yu bahwa
tindakan sendiri untuk mengatasi hal
ternyata
masyarakat
tersebut. hal demikian sangatlah miris,
bantuan
karena dari tindakan yang kemudian
dipasang jaring disepanjang tepi sungai
menjadi suatu kebiasaan, tanpa disadari
supaya sampah yang terkena gelombang
ataupun disadari, ternyata akan berdampak
tidak masuk kepemukiman masyarakat dan
buruk terhadap diri sendiri dan makhluk
dapat dibersihkan apabila ada sampah yang
hidup maupun lingkungan sekitar bahkan
terjaring. Selain itu, masyarakat juga
generasi selanjutnya.
membutuhkan tenaga pengangkut dan
dari
pihak
mengharapkan Kelurahan
agar
tempat khusus pembuangan apabila setelah 3. Upaya
Mengatasi
Perilaku
melakukan gotong royong sampah tersebut
Membuang Sampah Ditepian Sungai
dapat
langsung
dibuang
ke
Tempat
Kapuas
Pembuangan Sampah (TPS) agar tidak
Tak selamanya masyarakat yang bermukim
kembali dibuang kesungai dikarenakan
disepanjang sungai Kapuas melakukan
masyarakatnya tidak ada waktu untuk
kebiasaan
membuangnya.
mengancam
kesehatannya.
Masyarakatpun
Karena, sesuai ungkapan informan Yu
menginginkan lingkungan yang bebas dari
“kame’ sadar kalau sungai Kapuas ne dah
sampah-sampah tersebut, karena mereka
kotor. Selain karna limbah pabrik sampah
menginginkan air
pon
keperluan aktivitas kehidupannya.
betabor
dimane-mane.
Orang
yang bersih
untuk
Kelurahan ngajak gotong royong, tapi buat 13 TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Menurut informan peneliti yang bernama
Mi
mengungkapkan
bahwa
sampah rumah tangganya baik yang bisa terurai oleh air maupun yang tidak bisa
“kame’ pon tak mao sungai Kapuas ne
terurai
banyak sampahnya, karena kame pon mau
penumpukan sampah ditepi sungai yang
sungai Kapuas ni jadi bersih dan tak kotor.
berada dibawah pemukiman masyarakat.
Kalau ada masyarakat sini ni yang kame
Hal demikian terjadi dikarenakan beberapa
tengo’ buang sampah ke sungai, pasti tak
alasan,
kame’ biarkan, pasti kame’ tegor, biar tak
masyarakat
seenaknya
sehingga tercipta pola pikir yang praktis
buang
sampahnya
sorang
kesungai.”
oleh
air
yaitu;
dengan
kurangnya
adanya
kesadaran
memelihara
lingkungan
dengan menjadikan sungai Kapuas sebagai
Berdasarkan ungkapan informan
tempat membuang sampah, lahan yang
Mi bahwa akan ada peneguran secara
sempit karena pertambahan penduduk dan
langsung
seorang
pemukiman masyarakat sehingga sulit bagi
masyarakat disekitarnya yang membuang
Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan
sampah langsung kesungai Kapuas agar
Kota
tidak menjadi kebiasaan bagi pelakunya
sekaligus menempatkan container sampah
dan tidak semakin memperburuh kualitas
umum
air dan lingkungan tepian sungai Kapuas.
Belitung
apabila
ada
salah
Pontianak
khusus Laut
untuk
di
menyalurkan
Kelurahan
Kecamatan
Bangka Pontianak
Tenggara. Ketatnya
aturan
pembuangan
membuat masyarakat sedikit malas untuk
D. PENUTUP
membuang sampahmnya dengan alasan kondisi pembuangan sampah yang sedikit
1. Kesimpulan Masyarakat
menjadikan
sungai
jauh
dan
aktivitas
pada
siang
hari
Kapuas untuk melakukan aktivitas seperti
masyarakat seperti buruh cuci dan lain
mandi, mencuci, memasak, dan jalur
sebagainya
transportasi laut. Apabila dilihat dari segi
Terakhir, tradisi dari nenek moyangnya
penunjang
Kapuas
membuang sampah kesungai kemudian
dijadikan sebagai tempat seperti adanya
dicontohi oleh generasi yang juga turut
pendirian cafe, pembuatan tambak ikan
bermukim ditepian sungai Kapuas tersebut.
ekonomi,
sungai
nila dan ojek sampan.
dalam
kehidupannya
menguras
tenaga.
Perilaku membuang sampah tidak
Aktivitas masyarakat yang menjadi kebiasaan
yang
pada tempatnya tentunya akan berdampak
yaitu
pada manusia itu sendiri. Apabila manusia
sungai Kapuas sebagai tempat membuang
tidak menyadari tindakan tersebut bahkan 14
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
menjadi kebiasaan yang tidak terpikirkan
Rt/Rw dan masyarakat perkelurahan
dampaknya,
atau dengan membuat spanduk atau
maka
akan
bertambahlah
kerusakan-kerusakan dibumi ini. Seperti
tempelan
dalam Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa
instansi, sekolah dan tempat umum
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
mengenai
laut disebabkan karena perbuatan tangan
lingkungan hidup.
manusia; Allah menghendaki agar mereka
3.
yang
menarik
seputaran
disetiap
peraturan
Diharapkan selalu terjaga kerjasama
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
antara pemerintah daerah, Kelurahan
mereka, agar mereka kembali (kejalan
dan
yang benar).” Q.S. Ar-Rum:41”.
mengkoordinasikan apa yang menjadi
setiap
masalah
ketua
yang
Rt/Rw
dalam
seharusnya
diatasi
2. SARAN
bersama-sama dan apa kebutuhan
1.
Diharapkan masyarakat bisa merubah
masyarakat
cara berpikirnya dan menyadari bahwa
mengurangi masalah tersebut. apabila
aktivitas membuang sampah kesungai
hal
yang termasuk dalam tindakan tidak
seminimal
ramah lingkungan tersebut bisa segera
tercipta kota yang bersih, aman, dan
dihentikan
menjadi
sejahtera. Bahkan, wilayahnya bisa
kebiasaan bahkan menjadi kebudayaan
dijadikan pemerintah sebagai tempat
turun temurun. Sebagai manusia yang
wisata alam dan pembangunan seperti
hanya hidup sementara dibumi ini, kita
Water
seharusnya mencontohi tindakan yang
kebersihan
baik kepada keturunan-keturunan kita
peduli akan lingkungan hidup.
agar
mereka
kebiasaan
2.
dan
tidak
tidak
menyimpang
mengikuti tersebut.
4.
untuk
demikian
mengatasi
dijalankan
mungkin,
Front dan
dengan
maka
karena
atau
akan
keindahan,
masyarakat
yang
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu melihat permasalan dari sudut
selain itu, sebagai manusia yang
pandang
berpendidikan
beragama,
mengenai masalah sampah yang tak
seharusnya kita tidak melakukan hal
henti dibicarakan dan dilakukan oleh
demikian secara terus menerus.
masyarakat.
Diharapkan kesungguhan pemerintah
menghasilkan sampah ini bukan hanya
daerah agar lebih jeli dan gencar lagi
masyarakat
dalam
sungai,
dan
menertibkan
dan
yang
berbeda,
terutama
Karena,
yang
berada
masyarakat
yang
disekitar
yang
tidak
mensosialisasikan kepada masyarakat
bermukim disekitar sungaipun juga
baik itu dengan cara mengundang
menghasilkan dan bahkan melakukan 15
TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tindakan
membuang
sampah-
kesungai
maupun
sampahnya
dilingkungan masing-masing tempat tinggalnya.
Suratmo, G. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Susilo, R, K, D,. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers Syani, A,. 2012. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
E. REFERENSI
1.
Turner, B, S,. 2012. Teori Sosial dari Klasik Sampai Postmodern. Cetakan pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Buku-Buku
Donatianus. 2011. Teori Ilmu Sosial Dan Perubahan. Medio: STAIN Pontianak Press Herlan. 2015. Integrasi Sosial dan Modal Sosial: Membingkai Masyarakat Majemuk Dalam Perspektif Sosiologi. Pontianak: STAIN Pontianak Press Hikmah, A,. 2008. Al-Qur’an Terjemahan. Bandung: Diponegoro.
dan
Husin, S. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Ram, A,. Erlangga
1984.
Sosiologi.
Jakarta:
Ritzer, G. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali Roniyus, A,. 2014. Profil Kelurahan Bangka Belitung Laut Kecamatan Pontianak Tenggara. Lurah Bangka Belitung Laut.
2.
Rujukan Elektronik
Alfarisyi, A, S. 2013. Kajian Beban Pencemaran di Sungai Kapuas di Tinjau dari Anak Sungai/Parit di Kawasan Pontianak Barat. Di akses 21 Desember 2014 dari http://abusalmanalfarisyi.blogspot.com/201 3/12/skripsi-kajian-beban-pencemaran-disungai.html?m=1 Ayuningtyas, A, R,. 2011. Di akses 10 Maret 2015 dari file:///F:/V2N1-PersepsiMasyarakat-Terhadap-PengembanganWaterfront-Sebagai-Wadah-KegiatanSosial-dan-Pemeliharaan-Lingkungan-.pdf JPNN.Com. 2014. Banjir Terjang Pontianak. Di akses 10 Maret 2015 dari file://localhost/F:/Banjir%20Terjang%20P ontianak.%20-%20JPNN.com.htm
16 TRI KUSRINI, NIM. E51111050 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN