Imamatul Angkat Pendidikan Karakter Ajang Mawapres
Isu dalam
UNAIR NEWS – “Pemerintah baru melakukan intervensi di sisi academic achievement, tetapi belum memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak.” Itulah ungkapan yang disampaikan oleh mahasiswa berprestasi (mawapres) Universitas Airlangga tahun 2017, Imamatul Khair. Imamatul, sapaan akrabnya, kini tengah berlaga di ajang mawapres nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kompetisi yang dilangsungkan di Hotel Swiss-Bellinn Surabaya dilaksanakan pada 10–12 Juli. Kompetisi tersebut diikuti 24 mawapres dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ketika diwawancarai, Imamatul menyampaikan inspirasinya yang melatari gagasan tentang pendidikan karakter. Di sebuah kawasan wisata di Pamekasan, ia banyak menemui anak-anak yang suka meminta-minta meskipun mereka tidak berasal dari kalangan ekonomi ke bawah. Imamatul menilai, kebiasaan tersebut disebabkan oleh kurangnya pendidikan karakter yang ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Akibatnya, mereka tak berpikir tentang kebermanfaatan terhadap orang lain. Ia menyebutnya dengan istilah human achievement. Melalui gagasan bernama project based learning, ia ingin memberikan pelajaran karakter secara berkelanjutan yang menyasar anak-anak. “Salah satunya, kami ingin agar mereka menulis semacam daily journal atau buku harian. Isinya cukup tentang kegiatan sehari-hari. Kemudian isi buku harian tersebut didiskusikan
dengan guru selaku wali kelasnya sehingga guru bisa melakukan intervensi pendidikan karakter,” tutur mahasiswa Program Studi S-1 Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Kecintaannya pada pendidikan bukan saja kali ini diakui oleh Imamatul. Meski mengenyam pendidikan di bangku sastra, gadis asal Sumenep ini punya komunitas yang aktif memberikan edukasi bagi anak-anak. Komunitas bernama Saghara Elmo ia dirikan sejak tahun 2016. Sejak tahun lalu, ia bersama sekitar 20 rekannya dari berbagai kalangan termasuk mahasiswa di Jawa Timur mengunjungi para pelajar di wilayah Pamekasan dan Sumenep untuk menanamkan edukasi karakter. Meski
kini
ia
masih
disibukkan
dengan
ajang
mawapres,
perempuan kelahiran 11 Juli 1995 ini menyimpan asa untuk melanjutkan pendidikan master ke Inggris. Imamatul ingin menekuni bidang pendidikan dan pengajaran. Sebagai mawapres UNAIR, pengagum novelis Ilana Tan ini tak pernah
berhenti
meraih
juara.
Peraih
beasiswa
Aktivis rd
Nusantara itu juga menjadi delegasi “The 3 Asian Undergraduate Summit di National University of Singapore” dan UNAIR tahun 2017. Dalam ajang itu, ia meraih predikat Best Cultural Performance. Mahasiswa S-1 Sastra Inggris itu juga pernah menjadi peserta terpilih Young Southeast Asian Leaders Initiative Camp UTheory Leadership in Collaboration with United in Diversity pada tahun 2016. Penulis: Defrina Sukma S
Pemberdayaan Anak Jalanan Berbasis Jaringan Sosial Sebagai Upaya P4GN UNAIR NEWS – Berawal dari kepedulian terhadap tingginya angka penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak jalanan (anjal), lima mahasiswa Universitas Airlangga merancang dan mengusulkan program kreativitas mahasiswa (PKM) berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan Berbasis Jaringan Sosial Sebagai Upaya P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba). Dengan urgensinya permasalahan yang dipilih itu, proposal PKM bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini lolos seleksi Dikti dan memperoleh dana pengembangan dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk program PKM tahun 2016-2017. Program pemberdayaan anak jalanan ini dilaksanakan oleh Nur Syamsiyah (2014), Dini Nurul Ilmiah (2014), Dewi Miftakhur Roifah (2014), Oktavimega Yoga (2014) dan Hasna Putri Permana (2015). PKMM ini lebih menekankan pada edukasi kreatif dan membangun jaringan sosial di kalangan anak jalanan.
ANAK jalanan terlibat aktif menjadi subyek dalam pembelajaran berbasis jaringan sosial. (Foto: Dok PKMM) Penyampaian materinya dilakukan secara interaktif, sehingga anak jalanan juga turut aktif menjadi subyek dan tidak sekedar menjadi audiens pasif dengan disertai kegiatan outbound dan simulasi bahaya narkoba secara kreatif. Penyampaian materi juga menjadi lebih optimal ketika anjal dapat mendefinisikan sendiri tentang bahaya narkoba melalui sudut pandang mereka berdasarkan contoh-contoh pengalaman tentang kehidupan pengguna atau mantan pengguna narkoba dengan melihat realitas yang ada. Hal ini juga sejalan dengan tema besar Hari Anti Narkotika Internasional yang diperingati pada 26 Juni 2017 lalu, yaitu “Listen First”. Tema besar tersebut menekankan pada edukasi bahaya narkoba sejak dini tanpa mendoktrin anak-anak, melainkan lebih banyak mendengar permasalahan mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk bisa didengar. Pelaksanaan program ini juga mendapat dukungan banyak pihak, diantaranya Komunitas Save Street Child Surabaya (SSC), Badan
Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur, juga Prof. Dr. Bagong Suyanto, M.Si sebagai pakar sosial anak sekaligus pembimbing program ini. Setelah dilaksanakan selama empat bulan di wilayah Ambengan Selatan Karya, diperoleh hasil bahwa ada peningkatan pemahaman pada anjal terhadap bahaya narkoba serta tindakan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba). Melalui program ini telah dibentuk kader anti-narkoba di kalangan anak jalanan dengan sebutan “Satria Anti Narkoba” (SAN). Para kader itu diharapkan dapat memahami bahaya narkoba serta tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kasus penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak jalanan dapat membentengi diri mereka dan lingkungannya dari bahaya narkoba. (*) Editor: Bambang Bes
Kini Tersedia, Aplikasi Berbasis Android tentang Pedoman Kalender Tanam Rumput Laut UNAIR NEWS – Pada tahun 2016 lalu Indonesia termasuk salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia. Salah satu jenis rumput laut yang mempunyai potensi besar untuk terus dikembangkan adalah Kappaphycus alvarezii. Keberhasilan produksi rumput laut itu ditentukan oleh penanamannya yang disesuaikan dengan musim dan cuaca.
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga yang terdiri dari Andita Dwi Prastya (2014), Shobrina Silmi Qori Tartila (2013), Yossy Kartikasari (2014), Ade Irmalia Harifa (2014), Aldo Lovely Arief Suyoso (2014), menggagas sebuah inovasi berupa aplikasi pedoman kalender tanam rumput laut yang berbasis android. Aplikasi ini kini bisa diunduh secara gratis di google playstore dengan link: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.ailynx.pekat ala&hl=in Dibawah bimbingan dosen mereka, Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si., kreativitas mereka itu dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karsa Cipta (PKMKC) dengan judul ”Pedoman Kalender Tanam Rumput Laut Berbasis Aplikasi Android (PEKA TALA)”. Proposal PKM-KC ini berhasil lolos dari penilaian Dikti dan berhak memperoleh dana hibah pengembangan dalam program PKM dari Kementerian Riset Teknologi (Kemenristekdikti) tahun 2016-2017.
dan
Pendidikan
Tinggi
Dijelaskan oleh Andita Dwi Prastya, selaku ketua tim PKM-KC ini, mengacu pada hasil penelitian tertulis dan data sekunder yang menyangkut musim, cuaca, serta kondisi kualitas perairan yang sesuai untuk penanaman rumput laut.
TIM PKM-KC bersama dua petani pembudidaya rumput laut. (Foto: Dok PKM-KC) PEKA TALA dikemas dalam bentuk prototype berupa likasi android, sehingga memudahkan untuk dijangkau dan digunakan oleh masyarakat secara umum, khususnya para petani atau pembudidaya rumput laut dalam menentukan waktu tanam rumput laut yang sesuai. “Kami merancang sebuah prototype dengan konsep sesederhana dan seefisien mungkin, yang kami harapkan inovasi ini bermanfaat untuk banyak orang,” tandas Andita. Jadi dengan aplikasi pedoman tanam rumput laut ini, diharapkan para pembudidaya dapat menentukan kapan waktu tanam yang sesuai dan terbaik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas rumput laut, sehingga selanjutnya meningkatkan pendapatan pembudidaya rumput laut. Selain itu juga dapat mendukung eksistensi Indonesia sebagai produsen terbesar rumput laut di dunia. ”Mari kita tingkatkan produktivitas rumput laut Indonesia,” ujar Andita. (*) Editor: Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Ubah Kulit Pisang Jadi ’Bapeelon Tea’, Minuman Segar Antioksidan UNAIR NEWS – Kreativitas mahasiswa Universitas Airlangga terus mengalir. Kali ini, limbah kulit buah pisang yang ternyata memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi dari daging buahnya, sehingga diinovasi oleh mahasiswa UNAIR menjadi minuman menyegarkan antioksidan. Diberi nama cukup menarik, Bapeelon Tea kependekan dari Banana Peel and Cinnamon Tea. Inovator Bapeelon Tea tersebut adalah mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR Dian Retno, Alistya Rizky, Alfis Zahroh, Lia Ahyuni, dan Istianah. Keberhasilan ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), dan telah lolos dari penilaian Dikti untuk memperoleh dana dari program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Latar belakang dipilihnya kreativitas ini, menurut Dian Retno, ketua Tim PKMK ini, karena buah pisang di Indonesia ini cukup berlimpah. Sedang kebanyakan yang diolah selama masih pada buah pisangnya, sehingga meninggalkan banyak limbah kulit pisang. Padahal kulit pisang tersebut memiliki antioksidan yang lebih tinggi dari daging buahnya. Mengutip penelitian Someyaet al. (2002) bahwa kulit pisang mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi dibanding daging buahnya. Senyawa antioksidan flavoniod yang terkandung berupa katekin, galokatekin, dan epikatekin. Sehingga kulit pisang memiliki potensi sebagai bahan pangan dengan antioksidan tinggi.
SEORANG anak dan remaja memperebutkan Bapeelon Tea (Foto : Dok Tester Bapeelon Tea) Padahal mengonsumsi bahan pangan yang antioksidan tinggi diantaranya dapat menghambat penurunan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Sehingga dapat mencegah dan menurunkan penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan stroke. Penyebab penyakit degeneratif itu disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang tidak tepat. Misalnya aktivitas yang tinggi, konsumsi makanan cepat saji, merokok, polusi udara, dan minuman beralkohol. Diterangkan oleh Dian, produksi Bapeelon Tea ini cukup praktis. Pertama memilih dan mencuci kulit pisang. Lalu bagian dalam kulit pisang dipilih/diambil, dan dikeringkan dengan oven. Kulit yang sudah kering tersebut lantas dibuat serbuk, lalu diseduh bersama serbuk kayu manis. Sentuhan akhir diberi gula secukupnya dan Bapeelon Tea siap dikemas dan dikonsumsi. Dikatakan, minuman ini cocok untuk kalangan segala umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa dapat menikmati kesegaran Bapeelon Tea. Apalagi saat seseorang menjalankan puasa, Bapeelon Tea sangat cocok untuk dikosumsi saat berbuka puasa. ”Selain menyehatkan, minuman ini harganya relatif murah. Cukup
dengan harga Rp 5.000 sudah dapat memperoleh minuman segar isi 300 ml Bapeelon Tea dalam kemasan botol,” kata Dian. Meski usaha ini baru berjalan, lanjut Dian Retno, namun dalam produksi tahap pertama sudah cukup memuaskan. Dengan membuka pesan order pertama pada tanggal 5 Juni lalu, dimana pesan order ditutup hari itu juga, mendapatkan pemesanan 50 buah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak konsumen yang antusias terhadap Bapeelon Tea. ”Saat ini kami telah membuka pemesanan Bapeloon tea untuk order yang kedua dengan pemesanan melalui Instagram dengan id bapeelon_tea dan melaui line dengan id @acb7223s. (*) Editor: Bambang Bes
Ditawarkan, Hand Sanitizer Berbasis Natural Protection Dari Daun Kersen UNAIR NEWS – Memanfaatkan keberadaan melimpahnya bahan, yaitu pohon kersen atau ada yang menyebut pohon talok yang mudah tumbuh dimana-mana, serta kandungan saponin, tanin dan flavonoid yang ada pada daun kersen, dimanfaatkan oleh mahasiswa Universitas Airlangga untuk diinovasi menjadi hand sanitizer atau antiseptik tangan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau bakteriostatik. Apalagi, penggunaan hand sanitizer di kalangan mahasiswa dan masyarakat, saat ini bukanlah suatu gaya hidup baru. Penggunaan antiseptik tangan atau hand sanitizer sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas, karena penggunaan hand sanitizer
yang praktis serta memiliki efek yang sama seperti cuci tangan. Antiseptik yang biasa digunakan (di pasaran) merupakan bahan dengan kandungan alkohol, dimana alkohol merupakan zat aktif pada kebanyakan hand sanitizer. Namun, penggunaan alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kulit kering pada beberapa kulit sensitif. Dengan fakta banyaknya bahan dan ingin membuat 0% bahan kimia, menggelitik mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga untuk melakukan inovasi membuat hand sanitizer dari daun kersen. Mahasiswa inovativ ini adalah Maulita Maharani Ulfa (2014), Nur Lailatul Fitrotun Nikmah (2014), Shendy Canadya Kurniawan (2014), Gayoh Mahardika Wan Mahsuri (2015), dan Nandana Abimantra (2015). ”Karena cara kerja dari saponin, tanin dan flavonoid itu adalah menghambat pertumbuhan bakteri atau bakteriostatik, dan itu juga ada pada daun kersen,” kata Maulita Maharani Ulfa, ketua tim.
KELOMPOK PKMK Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR sambil menunjukkan Calabura Septik buatannya. (Foto: Dok PKMK-FF) Kreativitasnya ini kemudian dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), dan berhasil lolos dari seleksi oleh Dikti, sehingga memperoleh
dana pengembangan dari Kemenristekdikti untuk program PKM tahun 2016-2017. Sehingga, lanjut Maulita, ekstrak daun kersen yang berbasis natural protection juga ikut dalam upaya ekoefisiensi pohon kersen itu sendiri. Ekofisiensi yang dimaksudkan adalah memaksimalkan potensi dari keberadaan pohon kersen yang relatif banyak ini, dengan tanpa merusak ekosistem pohon kersen itu sendiri. ”Keunggulan yang kami tawarkan dalam produk ini adalah penggunaan 0% bahan kimia, dapat dimakan atau edible, sehingga aman untuk digunakan oleh segala umur,” kata Maulita. Oleh Tim PKMK, produk ini diberi nama “Calabura Septik”. Selama ini ditawarkan dengan dua kemasan botol spray ukuran 60 ml dan 100 ml. Harganya sangat terjangkau masyarakat, yaitu harga Rp 10.000 untuk kemasan isi 60 ml dan harga Rp 18.000 untuk kemasan isi 100 ml. Budaya hidup sehat memang banyak diidamkan. (*) Editor: Bambang Bes
UKM Bridge Siap Kejurnas Gabsi
Songsong
UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus Airlangga selalu memiliki mimpi membawa nama harum almamater. Termasuk, melaui event yang diikuti. Baik di tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Salah satu UKM yang terus berupaya berprestasi adalah Bridge. Bila berjalan sesuai rencana, pada 20 sampai 26 Juli 2017,
delegasi UKM Bridge akan mengikuti kejuaraan nasional yang digelar oleh Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi). Event ini tergolong paling bergengsi di tanah air. Disampaikan Ketua UKM Bridge Septian Bayuaji, kejuaran nasional bisa diikuti oleh umum, perwakilan kampus, mahasiswa, dan perwakilan kabupaten/kota, ataupun provinsi. Semua tergantung dari kategori yang dipilih. Fokus kejuaraan ini bukan pada hadiah berupa uang atau materi. Namun, lebih pada peluang masuk tim nasional Bridge. Tim nasional itu yang akan mewakili Indonesia di ajang Bridge internasional. Belum lama ini, terdapat dua delegasi UNAIR (satu mahasiswa dan satu alumnus) yang memerkuat tim nasional dan membawa predikat peringkat kedua dari pertandingan di Korsel. Mereka terpilih melalui seleksi yang diadakan sekaligus bersama kejuaraan nasional tahun sebelumnya. Jadi, mereka yang tampil menjanjikan saat kejuaraan nasional, akan langsung direkrut dan mendapatkan pemusatan latihan. “Kami akan membawa tiga tim, delapan belas atlit,” tambah mahasiswa D4 jurusan Radiologi tersebut. Dia mengatakan, awalnya UKM Bridge ingin membawa serta lebih banyak personel ke event yang bakal dilaksanakan di Hotel Utami Sidoarjo itu. Namun, sejumlah atlit senior tengah memersiapkan diri untuk KKN. Sedangkan sebagian yang lain, ada pula yang dipanggil oleh kabupaten/kota atau provinsi masingmasing untuk mewakili wilayah asalnya. Yang jelas, dalam hari-hari belakangan ini, para atlit yang akan berlaga di kejuaraan nasional, terus melakukan latihan intensif. Secara umum, mereka sudah siap. Namun, tetap butuh latihan dan penguatan mental. “Saat ini memang lagi UAS. Kami tidak memaksa para atlit untuk latihan kalau memang lagi sibuk persiapan ujian di mata kuliah yang berat. Intinya, mereka bisa menimbang dan mengaturnya sendiri,” urai dia. (*)
Masyarakat Harus Cerdas Mengatur Pola Konsumsi UNAIR NEWS – Prof. Dr. Bagong Suyanto, M.Si menawarkan satu pendekatan baru pada disiplin ilmu Sosiologi Ekonomi. Selama ini, kajian yang banyak ditawarkan adalah aktivitas produksi yang dilakukan produsen atau pelaku kapitalis. Sementara perkembangan terakhir dalam studi ilmu sosial menunjukkan, perilaku konsumsi masyarakat saat ini. Dalam pengamatan Bagong, kapitalis atau kaum pemodal memiliki beragam cara untuk mengendalikan orang agar terus mengonsumsi produk. Hingga pada satu titik, konsumen tidak bisa lagi membedakan antara kebutuhan dan keinginan. “Kapitalis itu adiktif, menciptakan konsumen untuk terus membeli tanpa terasa. Dia (konsumen, -red) terhegemoni oleh kekuatan kapitalis,” kata Bagong. Jika dulu, buruh adalah pihak yang dieksploitasi oleh kaum kapitalis, di era saat ini konsumen menjadi bidikan. Ini adalah cara baru yang dikembangkan oleh kapitalis posmodern untuk mengeruk keuntungan. Bukan (hanya) dengan menekan upah buruh, tapi dengan menimbulkan perilaku adiktif pada konsumen. Pada tingkat praktis, ilmu Sosiologi Ekonomi tidak sekadar menjelaskan perilaku konsumen, tapi juga menjadi ilmu yang dapat dipahami oleh pelaku usaha kecil di Indonesia. Harapannya, gagasan ini dapat menjadi strategi dalam menyusun pemasaran produk agar dapat menguntungkan.
Bagong menginginkan, gagasan miliknya bukan hanya menjadi kajian akademik, tapi dapat menjadi rujukan praktis para pelaku ekonomi golongan menengah ke bawah. “Sebab kelangsungan sebuah usaha tidak hanya persoalan uang atau modal, tapi juga ada persoalan strategi. Strategistrategi itu seperti cara memasarkan produk maupun nilai pakai kedua produk,” ujar pengajar pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga ini. Bagong mengatakan, pemerintah juga perlu mempertimbangkan faktor non ekonomi pada pengembangan pelaku usaha kecil menengah. “Dalam pengembangan usaha kecil menengah, bukan hanya butuh modal dan pelatihan ketrampilan, butuh juga pelatihan lain. Misalnya memberi wawasan tentang pengemasan produk, promosi yang mengena di hati pasar, serta kemampuan mem-branding yang sesuai di hati masyarakat kekinian,” kata laki-laki kelahiran Nganjuk, 6 September 1966 ini. Menurut Bagong, pengetahuan Sosiologi Ekonomi menjadi tambahan amunisi bagi pemerintah dalam upaya mengembangkan pelaku usaha kecil menengah. Bukan pada ekspansi produk, melainkan pada kretivitas pengemasan produk. Sosiologi Kemiskinan Secara personal Bagong bercerita, ia lahir dalam keluarga miskin, sehingga ia sangat menikmati dalam memperdalam bidang Sosiologi Kemiskinan. Apalagi dalam konteks keindonesiaan, kemiskinan dan kesenjangan sosial menjadi isu yang sangat krusial. “Karena yang terjadi di Indonesia adalah bukan jumlah masyarakat miskin yang tak kunjung terselesaikan, tapi kesenjangan yang semakin lebar. Sehingga di kalangan kelas bawah sekarang mulai muncul kesadaran kelas,” ungkapnya.
Laki-laki yang aktif menulis di media massa ini mengatakan, eksploitasi konsumen akan berbahaya ketika konsumen menjadi konsumen yang boros, yang tidak bisa lagi membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Bagong menawarkan solusi untuk meminimalisir kebiasaan masyarakat konsumtif. Bagaimana caranya? Yakni dengan pendidikan konsumen yang kritis, supaya konsumen menyadari ketika mau membeli produk, ia memikirkan ulang antara kebutuhan dan keinginan. “Keinginan bisa puluhan. Butuh kecerdasaan dan sikap kritis konsumen, bahwa yang dia hadapai ini kapitalis yang selalu mengeruk keuntungan, bukan hanya upah buruh, tapi eksploitasi konsumen. Kini konsumen harus makin kritis,” ungkapnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Defrina Sukma S.
Dorong Perkembangan Inovasi Radiologi Era Molekuler dan Digital UNAIR NEWS – Perkembangan dunia radiologi terus berjalan. Dimulai dari penemuan sinar rontgen di Jerman pada tahun 1895, hingga munculnya sinar-X serta lahirnya inovasi selanjutnya berupa ultrasonografi pada tahun 1950. Upaya dan berbagai inovasi radiologi inilah yang menjadi konsen Prof. Bambang Soeprijanto, dr.,Sp.RAD., Guru Besar bidang Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang dikukuhkan pada Sabtu (8/7).
Dalam pengukuhan yang dihelat di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR, Bambang berpidato dengan judul “Inovasi Radiologi di Era Molekuler dan Digital”. Dalam paparanya, Bambang menekankan bahwa perkembangan inovasi radiologi merupakan upaya untuk memudahkan diagnosis berbagai penyakit yang tidak bisa dilihat oleh panca indra secara langsung. “Perkembangan teknologi ini telah melalui berbagai pertimbangan. Salah satunya keuntungan lebih banyak daripada resiko,” terangnya. Bambang juga menambahkan bahwa dalam perkembangannya, inovasi radiologi telah memasuki beberapa era serta memanfaatkan berbagai alat. Pada era komputer, mesin sinar-X memanfaatkan dengan inovasi alat yang disebut CT-scan. Selanjutnya, ditemukan modalitas baru tanpa penggunaan sinar-X yaitu MRI. Alat MRI sendiri menurut Bambang, bekerja dengan cara memanipulasi proton dengan gelombang radio pada medan magnit yang kuat. “Sumber radiasi lain dalam radiologi adalah isotop, suatu bahan yang memancarkan radiasi secara spontan. Dari alat yang sederhana, ada inovasi mesin dengan teknologi komputer yang disebut SPECT dan PET. Peralatan ini pun digabung dengan CT dan MRI,” papar Guru Besar FK UNAIR ke-108 tersebut. Selanjutnya, Bambang kembali menjelaskan, perkembangan inovasi radiologi pun terus terjadi hingga era digital. Pada era ini, gambar penyakit pasien tidak lagi dalam lembaran kertas foto, tetapi sudah dalam bentuk data digital yang dapat disimpan dalam CD. Di era ini pula informasi foto pasien dalam bentuk data digital dapat dikirim langsung antar unit di suatu rumah sakit dengan Radiology Information System. Sedangkan untuk penyimpanan dan pengambilan kembali gambar radiologi dipergunakan Picture Archiving and Communication System. “Di era ini gambar radiologi dapat di informasikan sesama dokter yang berbeda kota ataupun negara secara langsung dan
ini disebut teleradiology,” terang Bambang. Inovasi pemeriksaan radiologi selanjutnya yang dipaparakan oleh Bambang adalah kemampuan menampilkan gambar dari kelompok sel dengan aktifitasnya. Hal itulah yang disebut Moleculer imaging. Pada fase ini Bambang menjelaskan bahwa pemeriksaan ini memberikan informasi pada level molekuler dan level sel. “Metode ini juga dipergunakan untuk studi ekspresi gen. Penerapannya untuk penyakit misalnya pada kanker dan penyakit di jantung,” jelas Bambang. Di akhir, Bambang menegaskan bahwa inovasi radiologi ini memiliki berbagi keunggulan. Selain bisa melakukan deteksi awal terhadap penyakit yang tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung, dengan inovasi radiologi juga menjadi bagain untuk evaluasi. Namun, meski kecanggihan teknologi sangat membantu manusi, Bambang kembali menegaskan bahwa peranan manusia tidak sepenuhnya.
bisa
diambil
alih
oleh
teknologi
secara
“Masa depan memang akan terus dijawab melalui teknologi. Namun peran manusia tetap menjadi satu hal penting dan utama. Dalam dunia kesehatan, mengobati adalah seni dan pengetahuan, inilah yang tidak dimiliki teknologi,” tegas Bambang. Penulis: Nuri Hermawan