PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN)
.
OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI
PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama sekali kepada: 1. Prof. Dr. Aceng Rahmat. M.Pd.
selaku dosen pengampu mata
kuliah Isu – Isu Kritis Dalam Pendidikan, yang telah banyak memberikan arahan serta bimbingannya. 2. Teman-teman seperjuangan yang telah bersedia memberikan masukan dan bantuan baik berupa moril maupun materil dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaikbaiknya, namun jika terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhirnya dengan segenap harapan semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pemahaman bagi pembaca terutama bagi pribadi penulis.
Jakarta, 24 January 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................
ii
Kata Pengantar ..................................................................................
iii
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Pendidikan Paud dan perkembangannya ..................................
4
a. Landasan Pendidikan PAUD ................................................
4
b. Perkembangan PAUD ..........................................................
5
c. Perkembangan Kurikulum PAUD ........................................
16
d. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Pengembangan PAUD .............
18
e. Konsep Dan Pengembangan Anak ......................................
28
f. Perbandingan PAUD di Negara Maju ..................................
30
C. Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................
38
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia dini1. Rentangan anak usia dini di mulai 0-6 tahun atau sampai batas memasuki sekolah dasar. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD di laksanakan sejak usia 0-8 tahun. Perintah pelaksanaan pendidikan untuk anak Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Berdasarkan undang-undang di atas jelas tampak bahwa proses pendidikan anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan bukan melalui proses pengajaran. Anak hanya di berikan rangsangan untuk
1
UU pasal 28 ayat 1 tahun
Page 1
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Namun, pada hakikatnya
yang
terjadi
dilapangan
saat
ini
lembaga-lembaga
penyelenggaraan PAUD malaksanakan system pengajaran kepada AUD yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, seperti di berikan pelajaran calistung atau belajar membaca dan berhitung. Ketidak sengajaan para pelaku pengajar dalam mendidik anak usia dini berimbas pada gagalnya tujuan dari pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dancakap. Pentingnya pendidikan anak usia dini dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang berdaya saing tinggi dimasa yang akan datang. Namun sayangnya bermacam kendala yang dihadapi misalnya masih banyak tenaga pengajar PAUD yang bukan dasar dari pendidikan PAUD, kurangnya pelatihan-pelatihan bagi guru PAUD untuk menjadi guru
Page 2
yang berkualitas, dan juga fisik sekolah yang belum memadai dan lain sebgainya. Dari berbagai macam masalah yang dalam makalah ini akan membahas bermacam isu kritis, problamatika dan perbandingan PAUD di negara-negara maju.
Page 3
BAB II PENDIDIKAN PAUD DAN PERKEMBANGANNYA
A. LANDASAN PENDIDIKAN PAUD Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 16, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan prasekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah: Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya. Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak
(TK)
sebagai
pendidikan
prasekolah
formal,
tetapi
mencakup kegiatan lainnya, seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk
Page 4
memberikan pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2015 mengungkapkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 68,10% dan sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) diperkirakan sekitar 90%. Hal itu menyiratkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta maih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini. Oleh karena itu, upaya mengangkat isu-isu kritis dan memberikan pemahaman
yang
tepat
kepada
masyarakat
tentang
komponen-
komponen pendidikan anak usia dini perlu dilakukan. Komponen PAUD antara lain meliputi Apa itu PAUD, bagaimana sejarah dan kurikulumnya. B. PERKEMBANGAN PAUD PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 1. Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini:
Page 5
a. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi“2 b. “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan & pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya“3 c. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. d. Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa: 1. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan Dasar 2. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atau informal 3. PAUD jalur pendidikan formal: TK, RA atau bentuk lain yang sederajat 4. PAUD jalur pend non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat 5. PAUD jalur pend informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan 2. Keberadaan TK dari Zaman ke Zaman a. Zaman Belanda, Pendidikan prasekolah di Indonesia mulanya didirikan dan diselenggarakan Pemerintah kolonial Belanda secara terbatas. 2
3
UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 UU No 23 tahun 2002 pasal 9 ayat 1, tentang Perlindungan Anak.
Page 6
Pemerintah Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah tersebut terbatas untuk mengikuti program pendidikan prasekolah tersebut, yakni hanya mereka yang berketurunan ningrat atau yang bergelar bangsawan. Kurikulum pendidikan prasekolah yang diberlakukan pada masa itu diimpor dari belanda. Kurikulum tersebut sangat diwarnai oleh pengaruh pendidikan ala Froebel yang sangat menekankan penggunaan bermain dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sebagai media kegiatan belajar anak. Di zaman Belanda Pendidikan Taman Kanak-Kanak dikenal sebagai Frobelschool. Pendidikan tersebut didirikan dengan tujuan agar anak dapat melakukan adat baru yang baik; anakanakpandai membaca, menulis dan berbahasa Belanda dan dengan persiapantersebut anak dapat masuk ke sekolah belanda. Isi kurikulum dan bahan-bahan pembelajaran menyiratkan tiga
bentuk
(berkebun), keseharian
pengetahuan memelihara
yaitu binatang,
bentuk-bentuk dan
kehidupan
kegiatan-kegiatan
lainnya. Bentuk-bentuk matematik (bentuk-bentuk
goemetrik yang berhubungan satu sama lain alam suatu pola yang membuat permainan balok; dan bentuk-bentuk keindahan (desain) dengan warna dan bentuk keharmonisan dalam musik, serta gerakan-erakan tubuh. Disamping menerapkan sistem pendidikan Froebel secara dominan hingga akhir masa kekuasaannya, pemerintah Belanda
Page 7
juga memperkenalkan metode Montessori pada tahun 1938 melalui sekolah-sekolah
pendidikan
guru
TK.
Metode
pendidikan
Montessori menekankan kebebasan yang lebih besar kepada anak untuk mengembangkan gaya individualnya.4 Sasaran pendidikannya terutama diarahkan untuk mebantu perkembangan kepribadian anak yang spontan dan membangun rasa kompeten yang berkisar pada pengembangan tujuan-tujan internal perkembagan seperti kemandirian, kepercayaan diri, diisplin dari dalam diri dan kecakapan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan sendiri. Berbeda dengan pendekatan Froebel yang memiliki kesempatan cukup lama untuk berkembang di Indonesia,
pendekatan
Montessori
hanya
memiliki
sedikit
kesempatan untuk mempengaruhi praktek-praktek pendidikan prasekolah di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena datangnya masa penjajahan jepang pada tahun 1942. Pada masa penjajahan Belanda, para guru prasekolah menerima pendidikan di salah satu lembaga berikut yaitu: 1. Sekolah Pendidikan Guru Prasekolah (Froebel Kweekschool) atau 2. Sekolah pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Home-Economics School)
4
Gerald Lee Gutex. METODE MONTESSORI Panduan Wajib untuk Guru dan Orangtua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (Jakarta: citra Pendidikan, 2011), h. 16
Page 8
Selain itu ada pula sekolah guru prasekolah lain yang juga merupakan Froebel Kweekschool yang didirikan pada tahun 1925 oleh Asosiasi Kristen. Sekolah ini melatih para pemudi untuk mengajar baik di lembaga pendidikan prasekolah msupun di SD kelas-kelas awal. Sekolah ini terus berada di dalam pola pendidikan Froebel hingga akhirnya mengadopsi pendekatan Montessori pada tahun 1938. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda ada beberapa upaya inisiatif bangsa Indonesia yang perlu dicatat: Tahun 1913 Ki Hajar Dewantara (yang bernama asli RM Soewardi Soejaningrat) karena aktivitas politiknya yang semakin mengkhawatirkan pemerintah Belanda, maka beliau diasingkan ke negeri Belanda. Artikelnya yang berjudul “als ik eens Nederlander was” (Seandainya aku orang Belanda) pada sebuah surat kabar yang dipublikasikan secara luas sangat menyinggung pemerintah Belanda. Dalam artikel ini ia mengungkapkan bahwa seandainya ia orang belanda, ia akan merasa malu karena sementara merayakan hari kemerdekaannya, dan pada saat yang bersamaan Belanda justru menjajah Indonesia. Untungnya selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak belajar tentang pendidikan, khususnya pendekatan Froebel dan Montessori. Ia memanfaatkan masa hidupnya di Belanda untuk belajar ilmu jurnalistik dan pendidikan sehingga mendapat akte mengajar pada tahun 1915. Setelah kembali dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan suatu perguruan nasional dengan nama Taman Siswa. Organisasi pendidikan ini
Page 9
mensponsori sekolah-sekolah yang memadukan metode-metode dan isi pendidikan terbaik Eropa dengan budaya terbaik Indonesia. Dengan kata lain sistem pendidikan ini adalah memodifikasi metode Froebel dengan metode Montessori yang disesuaikan dengan adat timur. Program pendidikan ini ditujukan untuk anak di bawah usia 7 tahun dan didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 mendirikan Taman Lare (anak) atau Taman Anak atau Sekolah Fröbel Nasional atau Kindertuin yang akhirnya disepakati dengan nama Taman Indria (Taman Indra). Sejalan dengan prinsip-prinsip Froebel
dan
Montessori,
Taman
Indria
ini
memfokuskan
arah
pendidikannya kepada penajaman keterampilan-keterampilan sensorik anak. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan nasional dan pendiri perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Pada sekitar tahun-tahun yang sama, suatu organisasi Islam yang dikenal dengan Persatuan Wanita Aisyiyah juga membangun lembaga pendidikan prasekolah Bustanul Athfal yang pertama. Pembangun Bustanul Athfal ini dimaksudkan untuk meningkatkan sikap nasionalisme dan tujuan-tujuan keagamaan dalam merespon popularitas lembagalembaga prasekolah yang berorientasi Eropa. Selain itu, selama periode pemerintahan kolonial Belanda ini, sejumlah organisasi Islam lainnya dan pesantren juga turut membangun dan merancang program-program prasekolahnya masing-masing. Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman Kanak-kanak. Pada waktu itu guru-guru belum mengenal kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang permainan, ketangkasan-
Page 10
ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian-nyanyian, permainan dan cerita Jepang.
b. Zaman Jepang. Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman Kanak-kanak. Pada waktu itu guru-guru belum mengenal kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang permainan, ketangkasan-ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian nyanyian, permainan dan cerita Jepang. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan nasional dan pendiri perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 mendirikan Taman Lare (anak) atau Taman Anak atau Sekolah Fröbel Nasional atau Kindertuin yang akhirnya disepakati dengan nama Taman Indria (Taman Indra). c. Zaman Kemerdekaan Sejak
Menteri
Ali
Sastro
Amidjoyo
melalui
kementerian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, selalu memukakan sifat-sifat budaya nasional. Untuk melaksanakan sifat-sifat budaya nasional tersebut guru-guru TK perlu mempelajari tentang: 1. Kehidupan anak-anak di desa-desa dan di kampung (anak bermain
dengan
lingkungannya,yang
Frobell)
Page 11
dikemukakan
oleh
2. Memperbaiki dan menyesuaikan permainan, nyanyian dan cerita-cerita anak sesuai dengan prinsip Frobel. 3. Kebudayaan barat dapat diambil untuk perkembangan dan kekayaan budaya Indonesia Pendidikan
TK
dimaksudkan
untuk
memelihara
tumbuhnya
kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem pendidikan dan
pengajaran.
Seiring
dengan
perkembangan
Taman
Indria,
berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan Taman Indria. Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalannya, lahir pula Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.5 Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD dalam bentuk apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran 5
Herlina & Yuke Indrati. Sejarah Perkembangan Kurikulum Taman Kanak-Kanak Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. (Balitbang Kemendikbud 2010), h. 12-17
Page 12
masyarakat dan dunia internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB. Saat itu pula kesadaran akan pentingnya stimulasi pendidikan di lingkungan TPA mulai muncul, sehingga TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip atau pengasuhan anak ditambah
menu
lanyannya
dengan
layanan
stimulasi
pendidikan.
Keluarnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah telah mempertegas pelaksanaan pendidikan anak usia dini (saat itu disebut pendidikan prasekolah) yang dimulai sejak usia 3 tahun melalui TPA dan KB. Dalam pengelolaannya TK di bawah pembinaan Kemdiknas (saat itu Depdikbud)
dan
RA
di
bawah
pembinaan
Departemen
Agama.
Sedangkan TPA dan KB di bawah pembinaan Depsos dan Depdikbud. Depsos bertanggungjawab melakukan pembinaan di bidang usaha kesejahteraan anak, sedangkan Depdikbud bertanggungjawab melakukan pembinaan di bidang pendidikannya.6 Hal
lain
yang
mewarnai
perkembangan
dunia
pendidikan
prasekolah pada decade 1980/90-an ini adalah diberlakukannya Undangundang No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah
No.
27/1990
tentang
sistem
pendidikan
prasekolah.
Diberlakukannya dua produk hukum ini semakin mempertegas kedudukan dan eksistensi pendidikan prasekolah dalam system pendidikan di
6
Ibid., h. 16
Page 13
Indonesia. Secara yuridis formal, pendidikan prasekolah diakui sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan system pendidikan nasional. Begitupun lahirnya gerakan TK Al-Qur‟an terpadu dan jenis-jenis TK lainnya yang dikelola oleh yayasan-yayasan swasta pada dekade 1980/90-an ini menambah gairah dan semaraknya penyelenggaraan program pedidikan prasekolah di tanah air. Ini sekaligus merupakan suatu indikasi dari meningkatanya kesadaran dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan prasekolah ini. Selain itu, sekitar tahun 2000-an Departemen Pendidikan Nasional mendirikan berbagai jenis TK alternatif. Tujuan didirikan TK alternatif ini adalah untuk pemerataan pendidikan prasekolah artinya pemerintah melakukan perluasan layanan pendidikan yang dapat menjangkau anak usia TK dari seluruh lapisan maasyarakat. Model TK alternatif tersebut adalah (1) TK satu atap, (2) TK anak panggung, (3) TK Alam, (4) TK Anak pantai, (5) TK Al Quran, (6) TK Tempat ibadah, (7) TK asuh, (8) TK Bina Anaprasa, (9) TK Lingkungan kerja, (10) TK keliling, (11) TK Kuliah Kerja Nyata mahasiswa. Secara umum pengertian dari setiap jenis TK alternative tersebut adalah TK Alam adalah TK yang diselenggarakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat sebagaimana adanya. TK Keliling adalah TK yang dirintis oleh mahasiswa yang sedang melaskanakan program Kuliah kerja Nyata (KKN) yang selanjutnya diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat setampat melalui proses pendampingan yang
Page 14
berkelanjutan, yakni melalui program-program KKN berikutnya atau program
lain
yang
sejenis
sampai
masyarakat
mampu
menyelenggarakannya secara mandiri. TK alternatif lainnya adalah model TK anak pantai. Model ini diselenggarakan dan dikelola untuk menberikan pendidikan bagi anak usia TK di daerah pantai terutama dari keluarga nelayan yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat pantai/pesisir. Model TK Al Qur‟an adalah model TK alternatif yang merupakan lembaga pendidikan TK di luar TK regular yang diselengggarakan di lingkungan masyarakat muslim sebagai wahana pembinaan dasar-dasar keimanan, keilmuan dan akhlak yang Qur‟aini, sesuai taraf perkembangan kejiwaan dan karakteristik anak. Model TK Bina Anaprasa adalah jenis TK alternative yang bermaksud untuk membina anak usia prasekolah di desa maupun di kota bagi mereka yang belum memiliki kesempatan memasuki TK regular. Model TK alternative lainnya adalah TK lingkungan kerja yang merupakan salah satu bentuk TK yang diselenggarakan di lingkungan tempat bekerja untuk melayani anakanak yang berumur 4-6 tahun dari keluarga karyawan dan masyarakat lingkungan sekitar agar memperoleh pendidikan TK. TK tempat ibadah adalah salah satu model TK alternative yang diselenggarakan di tempattempat ibadah dengan memanfaatkan sebagian dari ruangan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.7
7
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdiknas, 2001
Page 15
C. PERKEMBANGAN KURIKULUM PAUD Kurikulum dalam dunia PAUD dapat diartikan seperangkat bahan ajar mencangkup tujuan, isi dan bahan belajar, khususnya pada siswa usia dini (0-6 tahun) untuk mencapai tumbuh kembang secara optimal. Perkembangan kurikulum PAUD di Indonesia ini berawal pada tahun 1964 hingga sekarang. Pada tahun 1964 kurikulum untuk PAUD lebih dikenal dengan rencana pendidikan yang mana menerapkan system pendidikan Pancawardhana yaitu siswa diarahkan pada perkembangan menjadi manusia
Pancasila
yang
bertanggung
jawab
sehingga
terselenggaraannya masyarakat yang adil dan makmur. Setelah kurikulum tahun 1964, Pemerintah membenahi kurikulum pada tahun 1968 dengan adanya pedoman resmi bagi penyelenggaraan pendidikan Taman Kanakkanak di Indonesia. Hal ini dilakukan pada bidang pendidikan khususnya pada Pendidikan Prasekolah sebagai upaya pembenahan dan peninjauan konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan prasekolah di Indonesia. 8
Selanjutnya, delapan tahun kemudian tepatnya pada tahun 1976 melalui
keputusan Mendikbud No 054/U/1977 pasal 6 menjelaskan bahwa pendidikan agama pada
pendidikan di TK (taman kanak-kanak)
diintegrasikan ke dalam bidang pengembangan Pendidikan Moral
8
Almunawwar.dari Masa Ke Masa Perkembangan Kurikulum Paud Di Indonesia. http://www.kompasiana.com._diakses 23 januari 2017
Page 16
Pancasila, bahasa daerah dijadikan sebagai bahasa pengantar dan persiapan membaca, menulis, dan berhitung untuk persiapan anak masuk Sekolah Dasar pada pendidikan scholastic. Kurikulum 1976 yang disempurnakan lagi pada tahun 1984, yang mana pendidikan TK disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhannya supaya siswa lebih mudah bergerak dan dapat memilih kegiatan sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan mereka. Sehingga pada tahun 1984 ini pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA). Pada tahun 1994, pemerintah memutuskan TK (Taman Kanak - Kanak) sebagai bagian dari pendidikan prasekolah telah diatur oleh Peraturan pemerintah no 27 tahun 1990 tantang pendidikan prasekolah dan secara khusus telah pula diatur dalam kepmendikbud RI no 0486/zu/1992 tentang TK. Pada kurikulum 1994 pembelajaran menggunakan tema dan sub tema yang merupakan pokok bahasan yang dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan pembelajaran yang operasional. Bahasan tema yang diambil mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak. Perbedaaan yang paling mencolok pada kurikulum tahun 1994 dengan kurikulum 2004 yakni pada cara bagaimana anak belajar di kelas. Pada kurikulum tahun 1994 menggunakan sistem catur wulan. Sedangkan Kurikulum tahun 2004 menggunakan sistem semester. para siswa dituntut aktif mengembangkan semua aspek perkembangan anak secara optimal. Pada dasarnya guru tidak hanya bertindak sebagai fasilitator, namun juga
Page 17
sebagai motivator dalam pembelajaran. Dalam kegiatan di kelas, anak bukan lagi sebagai pendengar akan tetapi aktif berinteraksi dengan guru. Pada tahun 2010, Pemerintah menerbitkan Standar Nasional PAUD No. 58 tahun 2010. Pengembangan kurikulum pada tahun ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional PAUD merupakan hasil kajian yang dilakukan terhadap Standar Kompetensi TK/RA 2004. Standar ini ditujukan untuk seluruh anak usia dini yaitu dari usia lahir sampai 6 tahun. Sehingga Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik. Adanya perubahan kurikulum tidak hanya berubah secara label saja, namun
juga diiringi
dengan perbaikan sistem
pendidikan PAUD
khususnya, agar anak usia dini dapat mencapai perkembangannya secara optimal. D. TUJUAN , FUNGSI dan PRINSIP PENGEMBANGAN PAUD PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh, yang
mencakup
aspek
fisik
dan
non-fisik,
dengan
memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian
Page 18
nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Dengan demikian, PAUD dapat di deskripsikan sebagai berikut :Pertama, pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan
pemberian
kegiatan
pembelajaran
yang
akan
menghasilkan
kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa
dan
komunikasi. Ketiga,
sesuai
dengan
keunikan
dan
pertumbuhan Pendidikanan Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini9. Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah : 1. Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
9
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.88-89.
Page 19
2. Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. 3. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. 4. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. 5. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak. Tujuan
pendidikan
anak
usia
dini
secara
umum
adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar: 1. Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi. 2. Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakangarakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera).
Page 20
Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai. 3. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan. 4. Anak
mampu
berpikir
logis,
kritis,
memberikan
alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut. 5. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki. 6. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika
Page 21
diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya. Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah : 1. Untuk membentuk anak Indonesia yang berkuailtas, yaitu anak yang
tumbuh
dan
berkembang
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. 2. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. 3. Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat) 4. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak10. Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk mengembangkan seluruh
kemampuan
yang
dimiliki
10
anak
sesuai
dengan
tahapan
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT INDEKS, 2009), hlm. 6-7.
Page 22
perkembangannya. Contoh : menyiapkan media pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field tripke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak. Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat. Selain itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik,
Page 23
jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2) Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi kearah yang
benar
dan
sejalan
dengan
tuntutan
agama;
(3)
Stimulus
pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak11. Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat bahwa fungsi pendidikan anak usia dini adalah memberikan stimulus kultural kepada anak. Pendidikan pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut. Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu: 1. Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. 2.
Fungsi Sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana ana berada.
11
Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas, Jakarta, 2002, hlm. 3-4.
Page 24
3. Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat
menumbuhkankembangkan
potensi
tersebut
kearah
perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya. 4. Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikat nya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri. 5. Fungsi
Ekonomik, pendidikan
yang
terencana
pada
anak
merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya12. Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, beberapa akan dipaparkan pada bagian berikut ini diantaranya: 1. Anak sebagai Pembelajar Aktif 12
Yuliani, Op.Cit, hlm. 46-47
Page 25
Pendidikan
hendaknya
mengarahkan
anak
untuk
menjadi
pembelajar yang aktif. Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA= Student Active Learning). 2. Anak Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya. 3. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup. 4. Anak Berpikir Melalui Benda Konkret
Page 26
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda
yang
nyata
agar
anak
tidak
menerawang
atau
bingung.Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi pelajaran. 5. Anak Belajar Dari Lingkungan Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya13. Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini Berdasarkan Pendekatan Kebijakan dan Pendekatan Analisis Teori Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik.
Contoh
konkret
berbagai
pendekatan dalam pendidikan anak usia dini, yaitu: pendekatan psikonalisis manusia/anak mempunyai keinginan dalam dirinya „homo valens‟, kognitif (homo sapines: manusia berpikir) sikap bahasa, behaviorostik (homo mechanicus: manusia mesin),homo ludens (makhluk bermain) jika anak melakukan kesalahan berilah teguran, namun jika anak melakukan sesuatu yang baik, maka berilah penguatan (reinforcement),
13
Yuliani, Op.Cit, hlm. 90-94
Page 27
stimulus atau respons, pendekatan humanistic (humo ludens: manusia suka bermain) yaitu pemebelajan dengan bermain14 E. Konsep dan Aspek Pengembangan Catron
dan
Allen
menyebutkan
bahwa
terdapat
6
aspek
perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi 15. Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif. Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dan pengembangan kurikulum bermain pada anak usia dini. 1. Kesadaran Personal Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki
kontrol
atas
lingkungannya.Melalui
bermain
anak
dapat
menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa kompeten. 14
Yuliani, Op.Cit, hlm. 84 Catron, C.E. & Allen, J. 1999. Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New Jersey : Merill, Prentice-Hall. H 23 -26 15
Page 28
2. Pengembangan Emosi Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup. 3. Membangun Sosialisasi Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. 4. Pengembangan komunikasi Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan. 5. Pengembangan Kognitif Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat
dengan
menghasilkan perkembangan
lingkungan,
suatu
karya,
kognitif
untuk
bermain
serta
untuk
lainnya.Selama
dan
bekerja
memenuhi
bermain,
anak
dalam
tugas-tugas menerima
pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.
Page 29
6. Pengembangan Kemampuan Motorik Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan peseptual motorik. F. Perbandingan PAUD di Negara Maju 1. Jepang Pendidikan anak usia dini di Jepang terdiri dari dua bentuk, yaitu hoikuen (penitipan anak) dan youchien (taman kanak-kanak). Anak yang diterima di hoikuen berusia 0-3 tahun, sedangkan anak yang disekolahkan di youchien adalah usia 4-5 tahun. Kedua lembaga ini dikelola oleh pemerintah kota, maupun lembaga swasta, dan berada dalam tanggung jawab Kementerian yang berbeda. TK di bawah koordinasi Kementrian Pendidikan, sementara Penitipan Anak atau Day Nursery berada di bawah Ministry of Health and Welfare. Pada tahun 2006, pemerintah memperkenalkan ECEC (Early Childhood Care and Education) atau dalam bahasa Jepang disebut nintei kodomoen yang diadopsi dari UNESCO. Lembaga ini menyediakan Penitipan Anak, TK, Children‟s Center, Community Centers atau playparks. Dengan demikian ada 3 bentuk PAUD, yaitu TK, Day Nursery, dan ECEC. a. Karakteristik PAUD Jepang
Page 30
Karakteristik dan prinsip-prinsip PAUD di Jepang dapat digambarkan sebagai berikut, Dasar semua kegiatan PAUD adalah pelatihan fisik atau motorik anak. Konsep ini dijadikan dasar karena dari tubuh yang sehat akan lahir hati/jiwa dan pemikiran yang juga sehat. Telah menjadi riset bertahun-tahun bagaimana pengaruh kegiatan fisik anak dengan perilaku sosial dan kecerdasannya. Bahwa latihan fisik yang bertumpu pada aktivasi telapak kaki dan tangan akan mendukung kecerdasan anak. Dalam handbook PAUD yang dibuat oleh Ochanomizu University disebutkan prinsip-prinsip kelembagaan PAUD di Jepang adalah sebagai berikut : 1. Lembaga PAUD dikembangkan melalui kerjasama riset antara pengelola, instruktur/guru, dan dosen/peneliti di universitas. Guruguru PAUD menjalankan program PAUD berdasarkan hasil riset kolaborasi yang mereka lakukan. Tak sedikit peneliti/dosen di universitas bahkan menjadi guru/instruktur langsung di PAUD 2. Teori dan dasar berpikir yang mendasari pendidikan di PAUD umumnya bersifat pasti dan ketat, tetapi masing-masing pengelola PAUD dapat mengembangkan model pembelajaran yang khas tergantung pada kondisi siswa/anak asuh yang ada di PAUD bersangkutan 3. Pola dan bentuk kelembagaan PAUD beragam, bahkan kurikulum pun beragam. Semua PAUD tergabung dalam asosiasi, dan mereka
Page 31
men-share sistem dalam forum pertemuan tersebut, lalu berdasarkan forum tersebut, pengelola PAUD mengambil yang baik dari sistem yang dikembangkan di PAUD lain 4. Letak antara lembaga penitipan, TK dan universitas berdekatan, sehingga memungkinkan pertukaran informasi riset secara cepat. Sedangkan
menurut
Muto
(2006)
menjelaskan
tentang
prinsip
pembelajaran dan pendidikan di PAUD Jepang sebagai berikut : 1. Penekanan utama pada perkembangan intelektual dan sosial/emosi melalui kegiatan aktivitas sehari-hari, seperti bermain bersama teman. Secara khusus tidak ada calistung 2. Penekanan pada terbangunnya kemandirian terkait dengan tugas perkembangan dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal ini dibangun tidak melalui peraturan yang baku, tetapi diarahkan oleh guru sepanjang anak berada di sekolah, dan sarana prasarana disediakan untuk anak agar dapat menggunakannya secara mandiri 3. Kepakaran guru dilatih melalui semacam penelitian tindakan kelas, dan
mengikuti
siklus
merencanakan
melaksanakan,merekam/mendokumentasikan,
melakukan
, refleksi,
dan selanjutnya berulang dari tahap awal kembali. Pemerintah pusat menetapkan standar basic pembelajaran, sedangkan guru di PAUD mengembangkannya berdasarkan karakter siswa.
Page 32
4. Ada hubungan yang erat antara penelitian dan praktek pendidikan di PAUD. Banyak guru/instruktur yang bekerja adalah guru veteran yang telah memiliki segudang pengalaman riset di bidang PAUD. Tambahan lain dari karakteristik PAUD Jepang adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat seasonal atau menyesuaikan dengan perubahan iklim, tradisi, dan budaya Jepang. Empat musim yang terjadi di Jepang membawa kebiasaan, tradisi, dan budaya yang khas di seluruh negeri, dan anak-anak sangat senang terlibat dalam perayaan atau tradisi ini 2. Singapura Pendidikan pra sekolah diselenggarakan oleh Taman kanak-kanak dan pusat perawatan anak, terdiri dari program tiga tahun untuk anak usia 3 hingga 6 tahun. Terdaftar pada menteri pendidikan, Taman kanak-kanak di Singapura dilaksanakan oleh yayasan masyarakat, perkumpulan keagamaan, organisasi sosial dan bisnis. Pusat perawatan anak mendapat ijin dari Menteri Pengembangan Masyarakat dan olah raga. Kebanyakan dari Taman kanak-kanak menyelenggarakan dua sesi sehari dengan tiap sesi pelatihan dari 2, 5 sampai 4 jam, 5-hari setiap minggunya. Pada umumnya kurikulum termasuk program berbahasa Inggris dan bahasa asing dengan pengecualian terhadap sistem luar negeri yaitu pada sekolah Internasional yang menawarkan program Taman kanak-kanak bagi anak-anak ekspatriat. Periode pendaftaran bagi setiap Taman kanak-kanak dan pusat perawatan berbeda-beda. Kebanyakan dari pusat perawatan anak
Page 33
menerima siswa dari negara manapun sepanjang tahun selama masih ada ketersediaan tempat. Silahkan menghubungi Taman kanak-kanak tersebut secara langsung untuk informasi mengenai pendaftaran, kurikulum dan lainnya.Sementara di Indonesia Pendidikan Pra Sekolah Dasar dilayani oleh PAUD yang lembaganya dapat berupa TK, TK, TPA, dan SPS untuk anak usia 0-6 tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan Singapura menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktorpendidik. Proses penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon guru yang diterima disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua calon guru tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah teraudisi, para calon guru diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan pembekalan sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untuk guru-guru di Singapura juga banyak. Hal itu menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin kesejahteraannya. Berbagai lembaga PAUD dari berbagai negara sering menjadikan Singapura sebagai rujukan penyelenggaraan pembelajaran. Dalam penyelenggaraannya, program PAUD di Singapura dikordinasikan oleh dua departemen/kementerian yang berbeda. Ministry of Community Youth and Sport (MCYS) menaungi program childcare dan infant/toddler care. Sedangkan Ministry of Education (MOE) menaungi program nursery, kindergarten
one
(K1), dan
kindergarten
two(K2)
Sebagai salah satu barometer program PAUD, Pemerintah Singapura
Page 34
merasa terganggu dengan adanya anak usia dini yang drop out (DO) dari kelas awal di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan data kependudukan yang ada, setiap tahun ada sekitar 400- 500 anak yang DO dari SD pada kelas 1-3 (jumlah penduduk Singapura sekitar 4.5 juta jiwa). Faktor utama terjadinya DO tersebut karena mereka tidak memperoleh layanan PAUD sehingga tidak mempunyai kesiapan dan kemampuan seperti
siswa-siswi
lainnya.
Untuk
mengatasinya,
MOE
menyelenggarakan The Bridging Program to Help Young Children For School Readiness. Tujuan utama program ini antara lain: a. Anak dapat memahami orang lain dan mengekspresikan dirinya sendiri. b. Anak dapat mengikuti arahan sederhana. c. Pengembangan kemampuan terhadap huruf dan kesadaran terhadap fonologi d. Memiliki konsep tentang angka, dan e. Memperkenalkan anak tentang rutinitas sehari-hari dalam berinteraksi di kelas. The
bridging
Program dilaksanakan
melalui
pemberian
pembelajaran singkat selama 4 minggu (20 kali tatap muka), setiap hari Senin sampai Jumat jam 8-11 pagi. Proses pembelajaran biasanya dilaksanakan pada masa liburan semester. Anak-anak usia 5-6 tahun yang sama sekali belum pernah memperoleh layanan PAUD direkrut sebagai peserta didik.
Page 35
Pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan gedung SD dan tenaga pendidik PAUD terdekat untuk memudahkan anak datang mengikuti proses pembelajaran.Materi pembelajaran mengacu pada kurikulum di Taman Kanak-Kanak yang disederhanakan. Pembelajaran singkat semacam shortcourse tersebut dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Reggio Emilia, dengan memberikan stimulasi pembelajaran pada anak usia dini, pengetahuan pada orang tua, dan peningkatan peran serta masyarakat sekitar. Anak perlu diberi bekal kesiapan kemampuan untuk menyesuaikan dengan kehidupannya. Karena itu materi yang disampaikan pada selama mengikuti pembelajaran singkat tersebut lebih ditekankan pada aspek perkembangan Psikis, Social (PILES).
Dengan
Intelligency, adanya
Language,
stimulasi
aspek
Emosional, PILES
and
tersebut,
diharapkan anak mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk mengikuti pembelajaran di SD. Keterlibatan orang tua dalam dalam aktivitas belajar anak di rumah merupakan keharusan agar suasana anak belajar di sekolah di dukung dan diperkuat oleh suasana belajar di rumah. Untuk itu parenting education merupakan hal yang penting dilakukan dalam pendidikan anak usia dini sehingga orang tua terlibat secara aktif dalam perkembangan anak. Untuk bisa memerankannya, orang tua juga diberi pengetahuan dan kemampuan melalui proses pembelajaran yang bersamaan dengan pembelajaran yang diberikan kepada anak-anaknya.
Page 36
Selain mengikuti pembelajaran yang terjadual, kegiatan home visit merupakan salah satu metode yang diterapkan untuk memberikan pengetahuan pada orang tua. Selanjutnya orang tua dituntut untuk mendampingi dan membimbing pendidikan anak-anaknya, sehingga anak mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan teman-temannya ketika masuk SD.
Page 37
BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
PAUD adalah pendidikan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sejak diakui sah oleh pemerintah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan pesat, ada Taman Kanak-Kanak / Raudhatul Athfal, Kelompok Bermain dan juga Tempat penitipan Anak, mereka berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya. Kesadaran masyarakat dalam hal ini untuk memberikan pendidikan di usia dinipun mulai meningkat. B. Rekomendasi Merujuk pada data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2015 mengungkapkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 68,10% dan sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) diperkirakan sekitar 90%. Jadi terbangun asumsi bahwa peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD belum maksimal. Untuk itu, penulis berharap kepada semua pemangku kebijakan dan pihak terkait
Page 38
untuk segera mencari solusi agar PAUD kedepan lebih banyak yang diselenggarakan oleh pemerintah sesuai dengan rencana pemerintah satu desa satu PAUD segera terwujud. Sehingga semakin banyak anak Indonesia yang bisa merasakan pendidikan PAUD sebelum mamasuki sekolah dasar.
Page 39
DAFTAR PUSTAKA Almunawwar. dari-masa-ke-masa-perkembangan-kurikulum-paud-diindonesia. http://www.kompasiana.com._diakses 23 januari 2017 Aisyah, Siti. (2008). Pembelajaran Terpadu Buku materi PGTK2501/25KS/Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pokok
Bambang Hartoyo, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Materi Tutor dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini, di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, 2004, Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Depdiknas, Jakarta, 2002,
Pendidikan
Anak
Usia
Dini,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas, 2001 Gerald Lee Gutex. METODE MONTESSORI Panduan Wajib untuk Guru dan Orangtua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (Jakarta: citra Pendidikan, 2011) Herlina & Yuke Indrati. Sejarah Perkembangan Kurikulum Taman KanakKanak Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. (Balitbang Kemendikbud 2010). Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT INDEKS, 2009). Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Latif, Abdul. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama M. Taqiyuddin . (2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press. Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
Page 40
Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda Suyadi, Manajemen PAUD. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Page 41