ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK Knowledge of research methods increasingly perceived benefits and has become an important tool both for students, researchers , lecturers in the framework of the final project or related to Workload Lecturer ( BKD ) . Before talking of research it is necessary to understand the science and research . Science is nothing but a knowledge that has been organized and arranged systematically according to common rules . Moderate research is an investigation that is carefully and regularly and continuously to solve a problem . Research is the process of being the result is a science and it is believed to be the truth . Truth there are two scientific and non-scientific truth . For the truth in this case there are four ( 4 ) a statement that such a proposition , proposition , theory and fact . Keywords : Science and Research
PENDAHULUAN Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natural maupun sosial, yang berlaku umum dan sistematik. Karena ilmu berlaku umum, maka dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum (Moh. Nazir, 1999:9). a. Ilmu dan Proses Berpikir Berikut ini disampaikan definisi dari ilmu : menurut Moh. Nazir (1991:9).Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang umum. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematik. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan disekitarnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah, misal, dari peranyaan apakah bulan mengelilingi bumi, apakah matahari mengelilingi bumi, maka timbullah keinginan untuk mengadakan pengamatan
21
secara sistematik, yang akhirnya melahirkan kesimpulan bahwa bumi itu bulan, bahwa bulan itu mengelilingi matahari dan bumi juga mengelilingi matahari. Juga ilmu-ilmu sosial, keingintahuan tentang masalah-masalah sosial telah membuat orang mengadakan pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena sosial seperti sosiologi, antropologi dan sebagainya. Menurut Maranon (1953) “Ilmu
mencakuplapangan yang sangat luas,
menjangkau semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh. Termasuk didalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematik melalui pengamatan dan percobaan yang terus menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang bersifat universal atau umum. Menurut Tan (1954) berpendapat bahwa ulmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu, semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga sipenuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam ketrampilan, dalam pandangan maupun tindak tanduknya. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan ketrampilan observasi, percobaan, klasifikasi, analisa serta membuat generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berfikir secara logis yang sering disebut penalaran. Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Dalam memecahkan masalah, keduanya dimulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal yang bersifat umum. Kemudian timbul suatu pertanyaan yang khas, dan selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif untuk penyelidikan.
22
Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan suatu pemecahan dan untuk itu dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat. Akhirnya, sebuah kesimpulan tentatif akan diterima, tetapi masih tetap dibawah penyelidikan yang kritis danterus-menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka. Biasanya, manusia normal selalu berpikir dengan situasi permasalahan. Hanya terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya, reaksi manusia terjadi tanpa berpikir. Ini adalah suatu kebiasaan atau tradisi. Tetapi jika masalah yang dihadapi adalah masalah rumit, maka manusia normal akan mencoba memecahkan masalah tersebut menurut langkah-langkah tertentu. Berpikir demikian dinamakan berpikir secara reflektif (reflective thinking). Bagaimanakah kira-kira proses yang terjadi ketika berpikir ? Menurut Dewey (1933) proses berpikir dari manusia normal mempunyai urutan sebagai berikut: • Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba. • Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan. • Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka hipotesa, inferensi atau teori. • Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data). • Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan. 23
Menurut Kelly (1930) proses berpikir dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Timbul rasa sulit. • Rasa sulit tersebut didefinisikan. • Mencari suatu pemecahan sementara. • Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar. • Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi percobaan. • Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan percobaan menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit. • Memberikan suatu pandangan kedepan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat. Dari keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar mempunyai dua kriteria penting, yaitu : 1) Ada unsur logis didalamnya dan 2) Ada unsur analitis didalamnya 1. Ada unsur logis didalamnya Tiap bentuk berpikir mempunyai logika tersendiri. Dengan kata lain, berpikir secara nalar tidak lain berpikir secara logis. Perlu juga dijelaskan, bahwa berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal. Karena itu, suatu kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain. Kecenderungan tersebut dapat menjurus kepada apa yang dinamakan kekacauan penalaran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya konsistensi dalam menggunakan pola berpikir.
24
2. Adanya Unsur Analitis didalamnya Dengan logika yang ada ketika berpikir, maka kegiatan berpikir itu secara sendirinya mempunyai sifat analitis yangmana sifat ini merupakan konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu. Berpikir secara ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian, berpikir tidak terlepas dari daya imaginatif seseorang dalam merangkaikan rambu-rambu pikirannya ke dalam suatu pola tertentu, yang dapat timbul sebagai kenejiusan seseorang ilmuwan/Wiegel and A.G. Madden, 1961). Rasio atau fakta dapat merupakan sumber utama dari nalar atau sumber dari berpikir. Mereka yang berpendapat bahwa rasiolah yang merupakan sumber uama dari kebenaran dalam berpikir digolongkan dalam mazab rasionalisme. Di lain pihak terdapat mazab empirisme. Bagi mazab empirisme, sumber utama dari kebenaran dalam berpikir adalah fakta yang dapat ditangkap melalui pengalaman manusia. Pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Induksi merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Misalnya fakta menunjukkan bahwa ayam perlu anakan untuk hidup. Anjing perlu makan. Singa perlu makan. Maka dari fakta-fakta diatas, secara induktif dapat ditarik kesimpulan bahwa semua hewan perlu makan untuk hidup. Di lain pihak, terdapat cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan yang bersifat umum, dan dari sini ditarik kesimpulanyang bersifat khusus. Berpikir secara demikian dinamakan berpikiran secara deduktif. Berpikir secara deduktif sering menggunakan sillogisma.
25
b. Apa yang dimaksud dengan penelitian Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti “mencari”. Dengan demikian arti sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”. Menurut kamus “Webster’s New International”, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah tersebut. Menurut Whitney (1960) menyatakan bahwa di samping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis. Whitney mengintip beberapa definisi tentang penelitian yang diturunkan dibawah ini: Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946). Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949). Penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah unsur dan situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu (Dewey, 1936).
26
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thingking). Penelitian meliputi pemberian definisi, dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesa atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesa (woody, 1927). Dalam hubungannya dengan definisi penelitian, (Gee, 1957) memberikan tanggapannya sebagai berikut : “Dalam berbagai definisi penelitian, terkandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan. Adanya suatu pencairan, penyelidikian atau investigasi terhadap pengetahuan yang baru, atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari pengetahuan yang timbul. Metode yang digunakan bisa saja ilmiah atau non ilmiah, tetapi pandangan harus kritis dan prosedur harus sempurna. Tenaga bisa saja signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi, maka nampaknya aktivitas lebih banyak tertuju kepada pencarian (search) daripada suatu pencarian kembali (re-search). Jika proses yang terjadi adalah hal yang selalu diperlukan, maka penelitian sebaiknya digunakan untuk menentukan ruang lingkup dari konsep dan bukan kehendak untuk menambah definisi lain terhadap definisi-definisi yang telah begitu banyak”. Dari tanggapan serta definsi-definisi tentang penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Dalam definisi diatas, penekanan diletakkan pada sistem asuhan sebagai atribut-atribut yang esensial (mutlak). Penelitian juga bertujuan untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima, ataupun dalil-dalil dengan adanya aplikasi baru dari dalil-dalil tersebut. Dari situ, penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus-menerus terhadap
27
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu : - Unsur observasi (pengamatan) dan - Unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975) Unsur Pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of perception). Nalar adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-fakta hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang. c. Ilmu, Penelitian dan Kebenaran Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya ilmu adalah suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Kita juga sudah memahami pengertian penelitian, yaitu suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Kita juga sudah memperoleh gambaran tentang berfikir reflektif sebagai suatu proses memecahkan sesuatu dalam menghadapi kesulitan. Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana hubungan antara ilmu penelitian dan berpikir reflektif. 1. Hubungan Ilmu dan Penelitian Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang erat. Menurut Almack (1930) hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu. Bila digambarkan sebagai berikut :
28
Penelitian
Ilmu
(proses)
(hasil) Gambar 1.1
Tetapi Whitney (1960) berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah samasama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth). Lihat gambar berikut :
Penelitian
Ilmu
Kebenaran
(proses)
(proses)
(hasil)
Gambar 1.2 Whitney berkata “terdapat suatu kesamaan yang tinggi derajatnya antara konsep, ilmu dan penelitian. Keduanya adalah sama-sama proses. Hubungan antara berfikir, penelitian dan ilmu. Konsep berpikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berpikir, seperti halnya dengan ilmu, juga merupakan proses untuk mencari kebenaran. Proses berpikir adalah refleksi yang hati-hati dan teratur. Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian. Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena ada 3 hal, yaitu : 1) Adanya koheren 2) Adanya koresponden dan 29
3) Pragmatis Koheren Artinya suatu pernyataan dianggap benar karena konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya : Suatu pernyataan bahwa si Suto akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan bahwa semua orang akan mati. Korespondensi Misalnya : Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Pragmatis Misalnya : Suatu pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari. d. Kebenaran Non Ilmiah Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah. Seperti : a. Kebenaran secara kebetulan b. Kebenaran secara akal sehat c. Kebenaran melalui wahyu d. Kebenaran secara intuitif e. Kebenaran secara trial and error f. Kebenaran melalui spekulasi g. Kebenaran karena kewibawaan.
30
e. Proposisi, Dalil, Teori dan Fakta Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dan realita. Proposisi ini dapat diuji kebenarannya. Proposisi sering disebut hipotesa. a. Dalil Adalah proposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris atau dengan kata lain, dalil adalah singkatan dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya lebih umum jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris pada mana dalil tersebut didasarkan (Selltiz, et al, 1964:480). b. Teori Adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan dari preposisi atau dalil. c. Fakta Adalah pengamatan yang telah diverifikasikan secara empiris. Fakta dapat menjadi ilmu dapat juga tidak. Jika fakta hanya diperoleh saja secara random, fakta tersebut tidak akan menghasilkan ilmu. Sebaliknya jika dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta beberapa pokok-pokok pengurutan, maka fakta tersebut dapat menghasilkan ilmu. Fakta tanpa teori juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Teori dan penelitian juga mempunyai hubungan yang sangat erat. Teori memberikan dukungan kepada penelitian dan dilain pihak, penelitian juga memberikan konstribusi kepada teori. Teori dapat memandu penelitian sehingga penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan. Berikut disajikan gambar hubungan antara fakta dengan teori :
31
Meramalkan Memperkecil jangkauan Meningkatkan Memperjelas celah
TEORI
FAKTA
Menolong memprakarsai Menolak Menukar orientasi Mendefinisikan kembali Memberi jalan mengubah Gambar 1.3 Jadi teori dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian d. Penutup Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang faktor-faktor, baik natura maupun sosial, yang berlaku secara umum atau universal dan sistematik. Ilmu lahir melalui proses, dan sebagai manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu terutama berkeingintahuan seseorang terhadap permasalahan disekelilingnya. Dari keingintahuan seseorang tersebut, maka seseorang melakukan penelitian. Penelitian adalah metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Untuk menguji kebenaran dari hasil penelitian digunakan metode ilmiah maupun non ilmiah. Di samping metode tersebut juga digunakan proposisi, dalil, teori maupun fakta.
32
REFERENSI Dewey. J. 1933. How We Think. Boston : D.C. Helth end Co. Gee, W., 1950. Social Science Research Methodes. New York : Appleton Century Crafts . Goods, W.J and P.K. Hatz. 1952. Methods in Social Research. New York : Mc. Graw Hill Book Co. Inc. Green, P.E. and D.S. Tull. 1975. Research for Marketing Decisions. 3rd ed Englewood Cliffts. N.J : Prentice Hall. Inc. Hillway, T. 1956. Introduction to Research. Boston : Houghton Mifflin. Co. Kerlinger, F.N. 1973. Foundation of Behavioral 2nd ed. New York : Holt, Renehart and Winston Inc. Maranon, J. 1954. Science in Industrial Development. Dalam Anonymous, The Role of Science in The Philippines, Manila : Science Foundation of The Philippiness. Tan, V.A. 1954. Science in Education, dalam Anonimous (Ed.) The Role of Science In The Philippines. Manila : Science Foundation of The Philippines, pp. 1-4. Surakhmad, W. 1978. Dosen dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung : Penerbit Tarsito. Weigel, S.J.V and A.G. Madden. 1961. Knowledge Its Value and Limits. Englewood CHilfs, N.J : Prenitise Hall. Inc. Kelly, T.L. 1930. The Sicentific Varitus The Philosophic Approach to Novel Problem Science. Nazir. Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta. Ostle, B. 1975. Statistics in Research. 2nd ed. Ames, Jowa : The Jowa State College Press. Scientiz, C. et.al. 1964. Research Methods In Social Relations. New York : Holt Rinehantand Wiston Inc. Whietney, F.L. 1960. The Elements of Research Asian Eds. Osaka : Overseas Book Co.
33