PENELITIAN HUBUNGAN KAUSAL Oleh : SURADI Staf Pengajar FE – UNSA Abstrak Penelitian yang menggunakan metode eksperimen maupun metode observasi meskipun terdapat perbedaan tetapi mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu mempelajari hubungan sebab akibat atau hubungan kausal antara sebuah faktor penyebab atau lebih dengan faktor akibat. Koefisien asosiasi atau korelasi antara variabel selalu dapat terhitung secara statistik, akan tetapi besar kemungkinan antara variabel tersebut tidak berlaku hubungan sebab-akibat. Untuk mengatasi hal itu, maka masalah yang harus diperhatikan adalah “Bagaimana observasi harus dilakukan sehingga dapat menghasilkan hubungan kausal antara variabel yang diperhatikan” Dalam hal ini ada 3 bentuk studi observasional yaitu studi kohor, studi kasus-kontrol dan studi sejarah. Dalam setiap studi perlu diperhatikan pula masalah hasil pengukuran yang tepat.
Kata Kunci : Hubungan Kausal atau sebab-akibat
A. PENDAHULUAN Dalam bidang biologi dan kesehatan, banyak penelitian dilakukan dengan memakai metode eksperimen, disamping memakai metode observasi. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam setiap eksperimen si peneliti melakukan sebuah perlakuan yang direncanakan atau lebih terhadap kelompok atau sub-kelompok individu yang dijadikan obyek penelitian. Di pihak lain, dalam studi observasional seperti dalam survei, sama sekali tidak dilakukan perlakuan atau intervensi. Meskipun terdapat perbedaan yang nyata antara kedua macam studi ini, akan tetapi baik eksperimen maupun studi observasional mempunyai suatu tujuan akhir yang sama yaitu mempelajari hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal antara sebuah faktor penyebab atau lebih dengan faktor akibat (Igusti Ngurah Agung, 2002 : 1)
51
B. STUDI OBSERVASIONAL Dalam praktek di lapangan, cukup banyak studi atau analisis yang dilakukan berdasarkan data sampel survei dengan tujuan untuk mempelajari hubungan kausal antara dua buah variabel atau lebih. Koefisien asosiasi, atau korelasi antar variabel selalu dapat dihitung secara statistik, akan tetapi besar kemungkinan antara variabel tersebut tidak berlaku hubungan sebab-akibat. Untuk mengatasi hal ini, maka masalah yang harus diperhatikan adalah “Bagaimana observasi harus dilakukan sehingga dapat menghasilkan hubungan kausal antara variabel yang diperhatikan?” Dalam hal ini akan diperhatikan tiga (3) bentuk studi observasional, yaitu studi kohor (cobort studies), studi kasus kontrol (case-control studies), dan studi sejarah (historical studies). 1. Studi Kohor Dalam setiap studi kohor, kelompok individu atau obyek penelitian dipilih untuk diobservasi dan diikuti sepanjang waktu tertentu. Studi semacam ini juga disebut prospoctive study atau follow-up study. Studi kohor observasional ini merupakan suatu penelitian dimana peristiwa tertentu / kesakitan, kematian dan sebagainya terjadiasetelah penyelidikan atau penelitian dimulai. Penilaian kohor atau kelompok individu dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut : (a) Kelompok individu dipilih secara Random dari populasi target atau sasaran. Selanjutnya, dibentuk kelompok individu berdasarkan karakterisrtik yang diduga merupakan faktor penyebab sebelum munculnya kasus (penyakit atau kematian) (b) Dua kelompok individu atau lebih dipilih sedemikian sehingga kelompok pertama mempunyai karakteristik tersebut. Misalnya kelompok perokok dan tidak merokok, kelompok peminum dan bukan peminum.
52
Kelompok-kelompok individu yang terbentuk itu diikuti untuk periode waktu yang telah ditentukan. Untuk melakukan studi kohor, sipeneliti harus mempertimbangkan 3 kendala utama berikut : (1) Membutuhkan individu yang sangat banyak untuk kasus atau peristiwa (penyakit) yang sangat jarang terjadi. (2) Membutuhkan waktu pengamatan yang panjang, terutama untuk kasuskasus yang langka. (3) Pengaruh beberapa faktor luar yang tidak dapat dikontrol dengan sempurna, bahkan ada yang tidak mungkin dikontrol. Dampak ke dua butir pertama di atas, antara lain : (i)
Studi kohor akan membutuhkan biaya yang besar, akibat jumlah subyek yang kasar dan lamanya studi.
( ii ) Sulitnya untuk melakukan follow-up atau mengikuti seluruh subyek penelitian, dan ( iii ) Faktor-faktor yang sekarang diperhatikan ada kemungkinan akan berubah sehingga hasil akhir studi tersebut menjadi tidak relevan lagi.
2. Studi Sejarah Studi sejarah merupakan studi kohor dimana semua peristiwa atau kasus yang ingin dipelajari telah terjadi sebelum penelitian dimulai. Sehingga studi sejarah ini menelusuri permsalahan mulai dari akibat menuju ke faktor penyebab atau pengarah. Dalam hal ini, kohor yang sesuai dibentuk dipilih setelah diobservasikan, kemudian karakteristik dan pengalaman mereka diperoleh berdasarkan catatan atau data yang telah tersedia. Sebagai contoh : studi tentang determinan kematian bagi dalam periode satu tahun sebelum survei, berdasarkan data survei kesehatan Rumah Tangga, 1992. Berdasarkan kita yang telah terkumpul misalnya dibentuk kelompok ibu yang mengalami kematian bayi dan kelompok lainnya. Selanjutnya diperhatikan perbedaan karakteristik antara kedua
53
kelompok tersebut, yang diduga sebagai faktor penyebab atau faktor resiko. Dalam studi ini beberapa confounding variables, seperti umur ibu, paritas dan penolong persalinan, dapat dikontrol didalam analisis. Di pihak lain beberapa variabel penting lainnya, seperti berat badan bayi saat dilahirkan dan faktor penyakit tidak tersedia di dalam data.
3. Studi Kasus-Kontrol Seperti pada studi sejarah, dalam studi kasus kontrol (case control study) permasalahan juga ditelusuri mulai dari akibat menuju ke faktor pengaruh. Dalam studi kasus kontrol, kelompok individu yang menunjukkan atau mempunyai kasus tertentu (penyakit atau lainnya) dipilih untuk dibandingkan dengan kelompok individu yang tidak mempunyai kasus tersebut. Kedua kelompok individu ini berturut-turut akan dinyatakan sebagai kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus dan kelompok kontrol dibandingkan berdasarkan faktor-faktor pengaruh yang relevan berkaitan dengan akibat yang ingin dipelajari. Sebenarnya, dalam studi kasus-kontrol ini sipeneliti cenderung mempelajari perbedaan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol berkaitan dengan resiko (peluang atau kecenderungan) munculnya kasus yang dipelajari, bukan menentukan faktor penyebab langsung. Dalam studi ini yang menjadi masalah adalah bagaimana pemilihan kelompok kasus dan kelompok kontrol harus dilakukan. Jika studi kasuskontrol dilakukan dalam suatu wilayah yang relatif sempit, maka ada kemungkinan kelompok kasus terbentuk dari semua individu yang menunjukkan kasus tersebut yang dapat dinyatakan sub-populasi kasus, karena terbatasnya kasus di wilayah tersebut. Selanjutnya, apakah sub populasi lain seluruhnya akan observasi sebagai sub-populasi kontrol atau akan dipilih sebagian, misalnya secara Random? Beberapa
keuntungan
dan
kelemahan
berdasarkan = Schlesselman (1982) sebagai berikut :
54
studi
kasus-kontrol
Keuntungan 1. Sangat cocok untuk mempelajari kasus yang terjadi atau kasus dengan long latency. 2. Relatif mudah dilakukan 3. Relatif murah 4. Membutuhkan jumlah subyek yang kecil dalam setiap kelompok 5. Data yang telah tersedia dari berbagai sumber kadang-kadang dapat dipakai dalam analisis. 6. Subyek penelitian tidak mempunyai resiko akibat perlakuan. 7. Memungkinkan untuk melakukan analisis tentang faktor pengaruh multipel ganda terhadap kasus tertentu. Kelemahan 1. Tergantung pada data atau kemampuan mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lampau. 2. validitas data sulit ditentukan, bahkan kadang-kadang tidak mungkin dilakukan 3. Pengaruh variabel luar tidak dapat dikontrol dengan sempurna. 4. Sangat sulit memilih kelompok kontrol yang sesuai / cocok. 5. Angka atau peluang terjadinya peristiwa (penyakit, kegagalan pemakaian konstrasepsi dan sebagainya) sulit untuk ditentukan baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol. 6. Metode ini relatif kurang dipahami oleh komunitas medis, dipihak lain metode ini sulit untuk dijelaskan 7. Jarang dapat dilakukan studi secara mendalam.
C. EKSPERIMEN Kerapkali seorang peneliti menduga bahwa dengan melakukan eksperimen, dia dapat menunjukkan pengaruh murni suatu perlakukan terhadap peristiwa tertentu. Walaupun banyak pengaruh variabel dapat dikontrol dalam suatu eksperimen, akan tetapi tidaklah mungkin untuk mengontrol semua variabel yang penting.
55
Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan pengetahuan sipeneliti yang bersngkutan. Dipihak lain, seorang peneliti tidak akan pernah yakin bahwa semua variabel penting telah dikontrol pengaruhnya. Berkaitan dengan sejauh mana pengaruh faktor luar dapat dikontrol dalam sebuah eksperimen, maka dapat dibedakan dua (2) macam eksperimen, yaitu : -
eksperimen laboratorium
-
eksperimen lapangan. Dalam eksperimen laboratorium memungkinkan sipeneliti untuk
mengontrol pengaruh faktor-faktor luar dengan cara yang jauh lebih ketat dibandingkan dengan eksperimen lapangan. Misalnya : untuk mengukur metode proses belajar mengajar(PBM) terhadap keberhasilan siswa terdapat cukup banyak faktor luar yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa, yang tidak dapat dikontrol. Disamping masalah tersebut di atas, permasalahan lain yang penting diperhatikan dalam melakukan eksperimen antara lain : (1) perlakuan tidak selalu dapat dilakukan, terutama untuk perlakuan yang berakibat buruk terhadap subyek penelitian . dengan kata lain subyek penelitian mempunyai resiko tinggi untuk sakit, meninggal atau rusak. Misalnya eksperimen dibidang medis, antara lain untuk pengembangan obat baru dan operasi organ vital/ jantung, hati dan ginjal), mula-mula dilakukan terhadap biantang, kemudian dilakukan pada manusia. Beberapa orang pertama yang menjadi kelinci percobaan untuk operasi jantung mempunyai resiko akan tidak berhasil. Dan menguji daya tahan mobil dan keamanan sipengemudi terhadap benturan atau tabrakan, dimana mobil itu ditabrakan dengan kecepatan tertentu. Akibatnya, mobil tersebut pasti rusak. (2) Beberapa perlakuan tidak etis untuk diterapkan pada manusia. Beberapa kasus menunjukkan dimana subyek penelitian tidak mengetahui bahwa meteka termasuk dalam kelinci percobaan, misalnya pemberian placebo
56
kepada kelompok kontrol dan pemberian obat uji-coba terhadap kelompok kasus. (3) Suatu eksperimen dapat jauh lebih mahal dibandingkan dengan studi kohor, misalnya eksperimen yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelajahi angkasa luar, penemuan obat kanker dan sebagainya. (4) Untuk mencapai hasil akhir suatu eksperimen juga dapat membutuhkan waktu yang lama. Dibandingkan
dengan
studi
observasional
diatas,
eksperimen
mempunyai keunggulan dalam hal melakukan kontrol pada pengaruh variabel penting. Dalam realitas, pada umumnya untuk suatu tujuan akhir tertentu eksperimen dilakukan dalam beberapa tahap, bahkan mungkin dilakukan dalam beberapa tahap, bahkan mungkin dilakukan dalam banyak tahapanuntuk periode waktu yang cukup lama, misalnya proses penemuan obat kanker. Berbagai eksperimen telah dilakukan untuk menemukan oleh kanker yang telah dilakukan untuk menemukan obat kanker yang telah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun, dan hasil terakhir menyatakan bahwa sinar laser merupakan salah satu metode penyembuhan penyakit kanker, walaupun masih jauh dari sempurna (majalah, Jakarta, No. 376, 18-24 September 1993). Demikian pula eksperimen di bidang pertanian dan peternakan, misalnya untuk menemukan bibit unggul, dan untuk mempercepat pertumbuhan. Dengan demikian untuk mempelajari hubungan kausal yang cukup rumit atau kompleks antara faktor penyebab dengan akibat tertentu dapat dilakukan mulai eksperimen pemula, kemudian dikembangkan menjadi eksperimen-eksperimen
lanjutan
untuk
mencapai
tujuan
akhir
yang
diharapkan.
D. VARIASI HASIL PENGUKURAN Dalam setiap studi yang bersifatkuantitatif pengukuran merupakan salah satu masalah utama yang harus diperhatikan. Secara umum dapat dikemukakan bahwa variasi, termasuk kesalahan, hasil pengukuran dapat terjadi akibat dari subyek atau obyek penelitian, alat ukur yang dipakai untuk
57
mengukur, dan individu atau petugas yang melakukan pengukuran tersebut (Agung, 2002 : 8). Disamping itu bahwa variasi nilai yang diobservasi dapat juga terjadi akibat perubahan biologis dalam diri subyek, perubahan sesaat dan beda pengukuran (Angelfinger, et.al. 1987).
E. FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR AKIBAT Setiap eksperimen dan studi observasi nasional dalam bidang modis dan kesehatan masyarakat pada dasarnya direncanakan untuk menentukan faktor penyebab dan faktor resiko suatu penyakit. Misalnya : untuk melahirkan, usia muda (di bawah 15 tahun) merupakan faktor resiko bukan merupakan faktor penyebab kematian bayi. Tujuan akhir dari studi ini adalah melakukan intervensi atau perlakuan terhadap faktor-faktor tersebut dalam usaha penyembuhan penyakit atau mencegah munculnya kasus-kasus baru. Berbagai faktor penyebab terjadinya variasi pengukuran tersebut diatas mengakibatkan analisis hubungan kausal dalam bidang biologi dan kesehatan menjadi sangat rumit atau kompleks. Walaupun sangat sulit untuk menentukan pengaruh murni sebuah faktor terhadap peristiwa / kasus tertentu, kita dapat memakai kriteria di bawah ini untuk menentukan bahwa sebuah faktor merupakan salah satu dari kelompok faktor pengaruh. Kriteria tersebut antara lain : (1) Nilai observasi faktor pengaruh (sebab) harus diukur lebih awal dari nilai faktor akibat. Dengan kata lain, faktor pengaruh dan faktor akibat diamati atau diukur pada dua titik waktu berbeda dengan selang waktu tertentu. Misalnya kasus minum obat yang keras. Konsep waktu ini dinyatakan sebagai konsep dasar hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal. (2) Asosiasi (hubungan) antara dua buah faktor dapat merupakan hubungan sebab akibat, jika terjadi asosiasi yang konsisten antara kedua faktor tersebut. Untuk menjelaskan hal ini, maka perlu dilakukan studi tentang asosiasi tersebut berulang kali dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda.
58
(3) Sebuah faktor pengaruh atau faktor penyebab (Cause factor) disebut mempunyai pengaruh khusus (spesific) jika perlakuan faktor tersebut diikuti oleh munculnya akibat tertentu, dan akibat tersebut akan hilang jika perlakuan dihentikan. (4) Akhirnya dapat dinyatakan bahwa sebagian terbesar dari studi observasional akan menghasilkan pendapat ilmiah tentang hubungan sebab akibat, bukanlah merupakan bukti terjadinya hubungan sebab akibat.
F. ILUSTRASI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Untuk lebih memahami pengertian hubungan antar variabel, termasuk hubungan kausal, di bawah ini disajikan beberapa variabel terpilih disertai dengan pembahasannya. 1. Kasus Hubungan Timbal Balik Permasalah atau kasus hubungan timbal balik antara dua buah variabel dapat terjadi karena pengukuran variabel tersebut tidak dikaitkan dengan waktu, yang merupakan salah satu unsur penting untuk mempelajari hubungan kausal antara variabel. Dengan kata lain, definisi operasional variabel yang diperhatikan tidak dikemukakan secara rinci, disamping desain pengamatannya terhadap permasalahan yang diperhatikan. Perhatikanlah contoh-contoh berikut : (1) Untuk para ibu rumah tangga, variabel “Status pemakaian alat konstrasepsi (Ya/tidak)”. Secara substansi dapat dinyatakan sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan (kelahiran). Akan tetapi, jika kita perhatikan variabel “pemakaian KB (V1)” dan “Jumlah anak yang dilahirkan (V2)” maka hubungan sebab akibatnya dapat timbal balik atas dasar pemikiran sebagai berikut : 1. Variabel V1 mempunyai pengaruh terhadap V2 atas dasr substansi, karena pelaksanaan atau pemakaian KB jelas membatasi atau mengurangi kelahiran.
59
2. Di pihak lain, seorang ibu rumah tangga melakukan KB (V1) dengan alasan karena jumlah anak (V2) yang dimilikinya telah dipandang cukup atau lebih dari cukup. Dalam kasus ini maka variabel V2 punya pengaruh terhadap V1. Selanjutnya ingatlah bahwa terdapat beberapa faktor lain, di luar KB yang juga dapat menjadi faktor penyebab seorang ibu tidak hamil. (2) Bagaimanakah hubungan antara variabel “Pendidikan ibu (V3) dengan variabel “Jumlah anak yang dilahirkan (V2)”? Sesuai dengan keterangan diatas maka V3 bukanlah faktor penyebab terhadap V2, tetapi faktor resiko. Juga dinyatakan bahwa V3 termasuk variabel yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap V2 melalui variabel antara dipihak lain, mungkinkah variabel jumlah anak (V2) mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendidikan ibu (V3)? Untuk menjelaskan maslaah ini, marilah kita perhatikan kasus dimana seorang ibu mulai belajar / kuliah lagi setelah berkeluarga, baik setelah punya anak yang cukup maupun tidak mempunyai anak sama sekali karena faktor alamiah. Bukankah dalam kasus seperti ini variabel jumlah anak (V2) dapat dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap keputusan si ibu untuk melanjutkan pendidikannya (V3)! (3) Demikian pula hubungan antara variabel “Pendidikan (V3)“ dan “Pekerjaan
(V4)”,
karena
banyak
kasus
yang
menunjukkan
peningkatan kualitas pendidikan seseorang terjadi setelah bekerja atau memperoleh pendapatan untuk membiayai pendidikannya, sehingga hubungan antara variabel “pendidikan” dan “pendapatan” dapat mempunyai hubungan timbal baik.
2. Kasus Hubungan Searah Dalam hal ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut :
60
a. Hubungan pola makan ibu waktu hamil (x) dan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) b. Hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) c. Hubungan status kerja ibu (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) d. Hubungan pendidikan ibu (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) e. Hubungan umur ibu pada saat melahirkan (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) f. Hubungan antara pendapatan (x) dengan simpanan dalam bentuk uang (y) g. Hubungan antara jenis pekerjaan (x) dengan simpanan dalam bentuk uang (y)
3.
Asosiasi Antara Variabel yang Tidak Meyakinkan Pasangan
variabel
secara
substansi
kadang-kadang
tidak
mempunyai asosiasi atau hubungan yang tidak meyakinkan, lihat contoh berikut : 1. Penolong persalinan dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan 2. Jarak tempat tinggal ke puskesmas terdekat dengan berat badan bayi saat dilahirkan 3. Status pemilikan rumah dengan berat badan bayi saat dilahirkan 4. Umur istri pada perkawinan pertama dan status kredit dengan kategori kredit macet.
61
KESIMPULAN Dalam penelitian ilmiah dapat digunakan berbagai macam metode antara lain metode observasi, metode angket, metode eksperimen, maupun metode historis. Namun tidak semua metode tersebut cocok untuk digunakan, sehingga perlu digunakan kasus yang akan diteliti. Misalnya penelitian di bidang biologi maupun kesehatan, pertanian lebih tepat digunakan metode eksperimen maupun metode observasi. Dalam pembahasan ini penulis menyoroti penelitian tentang hubungan kausal atau sebab akibat antara sebuah fakta penyebab atau lebih dengan faktor akibat. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu studi kohor, studi kasus kontrol dan studi sejarah. Penggunaan metode eksperimen memerlukan tahapan yang lebih panjang dan rumit, sehingga perlu biaya juga mahal. Dari hasil pnelitian perlu dilakukan pengukuran hasilnya, dan alat ukur yang dipakai maupun individu yang melakukan pengukuran harus mendapatkan perhatian agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Igusti Ngurah. 2002. Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. ___________. 1992. Metode Penelitian Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. ____________. 1993. Dampak Relatif Pemakaian Konstrasepsi, Lembaga Demografi, Reprint series. No. 376. September 1993. Engel finger. et. Dll. 1987. Biostatics in Clinnical Medicine. Mac Mill Publishing Co., Inc; New York. Igusti Ngurah. 2000. Analisa Statistik Sederhana Untuk Pengambilan Keputusan, dalam “Populasi, Volume 11 Nomor 2.
62