20 January 2011
Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi
Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak. Sementara itu data jobless claim kembali naik, walaupun bulan lalu tingkat pengangguran turun. Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi
[email protected]
Anton Gunawan Ekonom Kepala
[email protected]
Helmi Arman Ekonom/Analis Pasar Obligasi
Sementara itu di Eropa, keberhasilan Portugis menerbitkan obligasinya memberikan sentimen positif terhadap kepercayaan para investor global akan masalah utang di negara-negara kawasan Uni Eropa. Bursa saham bereaksi positif, begitu juga nilai tukar sebagian mata uang negara di Asia dan Eropa menguat terhadap Dolar AS. Namun tekanan terhadap Rupiah dan Obligasi pemerintah RI masih berlangsung. Tidak ada perubahan yang signifikan terhadap fundamental ekonomi; hanya saja resiko inflasi jangka pendek meningkat dan respon suku bunga dari BI terkesan lambat. Kekuatiran ini diperparah oleh tingginya tingkat penetrasi asing di pasar obligasi. Walaupun ada sebagian investor domestik terlihat mulai meminati obligasi-obligasi tertentu setelah koreksi, sebagian besar masih cenderung menunggu kenaikan yield lebih lanjut.
[email protected] namon.co.id
Perkembangan Ekonomi Global Memasuki pekan II awal tahun 2011, lonjakan harga minyak dunia terus berlanjut (Gambar 1). Begitu juga dengan harga pangan dunia akibat anomali cuaca ekstrim di seantero dunia (Gambar 2). Harga minyak dunia sudah mencapai 91,54 USD/barel per 14 Januari, padahal rata-rata harga minyak dunia hanya 80 USD/barel selama tahun 2010. Kondisi ini menimbulkan kekuatiran akan tekanan inflasi yang meningkat di tahun 2011. Inflasi AS mulai meningkat, setelah menunjukkan tren penurunan selama tahun 2010 yang menimbulkan kekuatiran akan terjadinya deflasi. Inflasi umum tahunan pada bulan Desember 2010 naik menjadi sebesar 1,5% dari 1,1% pada bulan sebelumnya (Gambar 3) seiring dengan naiknya harga bensin. Sementara itu inflasi inti tercatat sebesar 0,64% dari 0,65% pada bulan November 2010. Konsumsi rumah tangga di AS memang kelihatan membaik, sebagaimana tercermin dari penjualan eceran meningkat selama tiga bulan terakhir sejak September 2010. Namun initial jobless claim naik menjadi 445 ribu orang pada minggu I Januari 2011 dari 410 ribu pada minggu sebelumnya (Gambar 4), walaupun tingkat pengangguran pada bulan Desember 2010 turun menjadi 9,4%, dari 9,8% pada bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa masalah pengangguran di AS belum pulih sepenuhnya. Sementara dari sisi perdagangan internasional, terlihat bahwa defisit perdagangan AS mulai turun perlahan sejak bulan Juli 2010 (Gambar 5). Terakhir tercatat pada bulan November 2010 sebesar -38,3 dari -38,4 miliar USD. Di kawasan Uni Eropa, hasil lelang obligasi Portugis membawa hembusan angin segar terhadap perekonomian global. Tingkat kepercayaan pasar meningkat bahwa Eropa akan mampu mengatasi krisis utang yang ada, setelah Jepang berkomitmen akan membeli 20% dari obligasi yang diterbitkan Portugis. Kemudian Cina juga membeli obligasi tersebut sebesar 1 miliar Euro. Meningkatnya tingkat kepercayaan investor terlihat dari menurunnya rentang CDS-5 tahun di negara PIIGS pada seminggu terakhir ini (Gambar 6). Bursa Eropa juga meningkat tajam pada level 2.945 per tanggal 18 Januari 2011 dari 2.761 per 10 Januari 2011. Sedangkan mata uang Euro terhadap Dolar AS mengalami apresiasi menjadi 1,35 USD/Euro per 19 Januari 2011 dari 1,30 per 7 Januari 2011 (Gambar 7). Danamon Economic & Market Research
1
Tekanan Terhadap Rupiah Masih Berlangsung Tekanan yang begitu kuat terhadap Rupiah pada pekan I awal tahun ini masih berlangsung, walaupun mulai berkurang pada minggu II Januari 2011. Rupiah berada padal level Rp. 9.058/USD per tanggal 19 Januari atau mengalami depresiasi sebesar 0,34% selama pekan II Januari 2011, turun sedikit dibandingkan dengan pekan I yang mengalami depresiasi sebesar 1,00%. Kondisi ini juga dialami oleh sebagian besar mata uang di kawasan Asia (Gambar 8) dan kawasan Uni Eropa (Gambar 9). Secara fundamental, kondisi perekonomian Indonesia umumnya relatif baik. Namun kekuatiran terhadap tekanan inflasi tahun ini dan lambatnya respon suku bunga dari bank sentral mengakibatkan arus modal asing keluar dari perekonomian domestik. Di pasar obligasi, kepemilikan asing menurun sebesar Rp. 7,4 triliun hanya dalam waktu seminggu, dari Rp. 198,8 triliun per tanggal 7 Januari menjadi Rp. 191,3 per tanggal 14 Januari. Di pasar saham, tekanan jual oleh investor asing juga terus terjadi. Nilai beli bersih asing pada pekan II Januari sebesar Rp. -3,7 triliun, tekanan arus keluar modal asing yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pekan I yang hanya sebesar Rp. -0,3 triliun. Kondisi ini mengakibatkan indeks harga saham gabungan berada pada level 3.517 per tanggal 19 Januari, masih jauh di bawah level tertinggi di awal tahun ini dengan indeks 3.784 per 5 Januari 2011. Secara umum fundamental perekonomian Indonesia tidak berubah secara signifikan, hal ini dipertegas oleh Moody’s Investors Service yang menaikkan peringkat utang Indonesia dari Ba2 menjadi Ba1 atau satu peringkat di bawah investment grade. Namun dengan resiko inflasi yang masih cenderung tinggi dan keengganan BI untuk menaikkan suku bunga, aksi jual di pasar obligasi masih bisa terus berlanjut dalam jangka pendek dan menekan rupiah.
Obligasi Rupiah Masih Bergejolak Gejolak pasar obligasi juga masih berlanjut memasuki pekan II awal tahun ini. Sejak awal tahun, imbal hasil obligasi sudah naik sekitar 100 – 150bps di sepanjang kurva. Pada lelang hari Selasa lalu, hasilnya cukup baik karena mulai terlihat ada minat investor domestik untuk obligasi-obligasi yang imbal hasilnya berada diatas sepuluh persen. Dan dengan imbal hasil obligasi 10-tahun saat ini di level 9.1%, selisih imbah hasil obligasi tersebut dengan inflasi inti sebenarnya sudah mendekati rata-rata jangka panjangnya. Namun demikian, resiko kenaikan yield lebih lanjut dalam waktu dekat ini masih terbuka lebar; terlebih lagi obligasi-obligasi benchmark tahun ini merupakan seri-seri yang baru dikeluarkan akhir tahun lalu dan kebanyakan dimiliki oleh investor-investor asing.
Danamon Economic & Market Research
2
Gambar 1. Harga Minyak Dunia Melonjak
Gambar 2. Harga Pangan Dunia Naik
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Gambar 3. Inflasi AS Mulai Naik
Gambar 4. Initial Jobless Claim AS Masih Tinggi
6.0
3.0 Inflasi Umum (sumbu kiri)
4.5
700 650
2.5
Inflasi inti
600
3.0
2.0
1.5
1.5
550 500 450
0.0
1.0
-1.5
0.5
400 350
Jun-08
Nov-08
Apr-09
Sep-09
Feb-10
Jul-10
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Gambar 5. Defisit Perdagangan (Miliar USD) AS Menurun
Gambar 6. Rentang CDS-5 tahun Negara PIIGS Turun
-10 -20 -30 -40 -50 -60
Ja n0 M 8 ar -0 M 8 ay -0 8 Ju l-0 S 8 ep -0 N 8 ov -0 Ja 8 n0 M 9 ar -0 M 9 ay -0 9 Ju l-0 9 S ep -0 N 9 ov -0 Ja 9 n1 M 0 ar -1 M 0 ay -1 0 Ju l-1 0 S ep -1 N 0 ov -1 0
-70
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Danamon Economic & Market Research
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Jan-11
Nov-10
Jul-10
Sep-10
May-10
Jan-10
Mar-10
Nov-09
Jul-09
Sep-09
May-09
Jan-09
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
0
3
Mar-09
Nov-08
Jul-08
Sep-08
May-08
Jan-08
0.0 Dec-10
Mar-08
-3.0 Jan-08
300
Gambar 7. Saham Eropa dan Euro Meningkat 1.50
3,150 SX5E (Eropa)
USD/Euro (sumbu kiri)
1.45
3,050
1.40
2,950
1.35
2,850
1.30
2,750
1.25
2,650
1.20
2,550
1.15 Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11
2,450
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Gambar 9. Sebagian Mata Uang Utama Dunia Menguat Terhadap Dolar AS
Gambar 10. Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Meningkat Tajam Untuk Tenor Pendek
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Sumber: Bloomberg (19 Januari 11)
Danamon Economic & Market Research
4
Gambar 8. Sebagian Mata Uang Asia Menguat Terhadap Dolar AS
Indonesia: Proyeksi Indikator-Indikator Perekonomian
Produk Domestik Bruto Riil (% tahun thd tahun) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Neraca Perdagangan Barang (USD miliar) Neraca Transaksi Berjalan (% thd PDB) Cadangan Devisa Bank Indonesia (USD miliar) Nilai Tukar Rp/USD (akhir-tahun) Nilai Tukar Rp/USD (rata-rata) Suku bunga kebijakan BI (%, akhir-tahun) Inflasi harga konsumen (%, tahun thd tahun) Defisit / Surplus APBN (% thd PDB) Peringkat utang oleh S&P
2008
2009
2010E
2011E
2012E
6,1 8,6 22,9 0,1 51,6 10.950 9.767 9,25 11,06 -1,0 BB-
4,6 7,9 35,2 2,0 66,1 9.403 10.356 6,50 2,78 -1,6 BB-
6,0 7,1 36,6 1,0 96,2 8.991 9.084 6,50 6,96 -0,7 BB
6,4 6,9 37,3 0,2 116,1 9.150 9.115 7,00 7,10 -1,2 BB+
6,7 6,6 37,3 0,0 127,0 9.300 9.275 7,00 6,70 -1,0 BBB-
Sumber: BPS, CEIC, * Proyeksi Danamon
Kamus istilah Inflasi umum/headline
: Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, yang tercermin dari perkembangan indeks harga konsumen (IHK).
Inflasi inti/core
: inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental, seperti: ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan & penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen/menetap.
Danamon Economic & Market Research
5
Riset Ekonomi dan Pasar Keuangan Anton H. Gunawan
[email protected] Helmi Arman
[email protected] Anton Hendranata
[email protected]
Ekonom Kepala
+62 21 5799-1466
Ekonom / Analis Pasar Obligasi
+62 21 5799-1563
Ekonom / Ekonometrisi
+62 21 5799-1563
PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Menara Bank Danamon Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E IV #6 Mega Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA *** Facs: +62 21 5799-1048
SERTIFIKASI ANALIS Dengan ini kami mensertifikasi bahwa semua pandangan yang diutarakan dalam laporan riset ini merefleksikan pendapat pribadi kami secara akurat. Tidak ada bagian dari remunerisasi kami yang dihubungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan rekomendasi dan / atau pendapat yang diutarakan dalam laporan ini. DISKLAIMER Informasi yang terkandung dalam laporan ini diambil dari sumber-sumber yang kami anggap bisa dipercaya. Namun, PT Bank Danamon Indonesia, perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya tidak menjamin atau menerima tanggung-jawab terkait dengan keakuratan dan kelengkapan dari informasi dan / atau pandangan-pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Kami menolak permintaan tanggung jawab terhadap segala kerugian, kerusakan, tagihan, dan / atau biaya-biaya yang timbul dari siapapun sebagai akibat dari tindakan yang didasari pada informasi atau pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Informasi dalam laporan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi umum dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi dari PT Bank Danamon Indonesia, perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya untuk melakukan investasi, transaksi keuangan dan / atau perjanjian tertentu dengan pihak manapun. Laporan ini tidak ditujukan secara khusus bagi pihak-pihak yang menerimanya. Dalam membuat suatu keputusan investasi, sebaiknya anda melakukan analisa dan evaluasi independen, serta mencari nasihat hukum dan keuangan profesional.
Danamon Economic & Market Research
6