Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Ikhtisar
Kondisi makro ekonomi dan moneter relatif stabil.
Perkembangan ekonomi makro pada triwulan II-2004 masih relatif stabil seperti tercermin dalam pertumbuhan PDB yang moderat serta perkembangan besaran moneter yang relatif terkendali. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2004 diperkirakan moderat sesuai prakiraan semula yaitu sekitar 4,2 – 4,7% (y-o-y). Perkembangan harga juga menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya walaupun masih terdapat tekanan pada rupiah. Posisi uang primer yang masih terkendali dan suku bunga yang masih terjaga pada level yang rendah menunjukkan kondisi fundamental ekonomi sampai dengan Juni masih terjaga. Perbaikan ekonomi makro diperkirakan akan terus berlanjut. Untuk mendukung hal tersebut, Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang berhati-hati dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang melalui penyerapan kelebihan likuiditas dengan dampak yang minimal terhadap suku bunga.
Laju inflasi Juni lebih rendah dari Mei...
Perkembangan harga pada bulan Juni mencatat inflasi yang lebih rendah dibandingkan bulan Mei. Pada bulan Juni, perkembangan harga-harga mencatat inflasi 0,48% (m-t-m), lebih rendah dibandingkan 0,88% (m-t-m) pada bulan Mei. Inflasi pada Juni utamanya disebabkan oleh inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,97% (m-t-m), disusul kelompok sandang sebesar 0,63% (m-t-m) dan kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,55% (m-t-m).
..., sementara nilai tukar masih mengalami tekanan.
Nilai tukar rupiah pada bulan Juni masih mengalami tekanan walaupun volatilitasnya telah menurun. Nilai tukar rupiah secara point-to-point melemah 1,42% menjadi Rp9.400/USD dibandingkan posisi akhir Mei sedangkan secara rata-rata, nilai tukar melemah 4,2% menjadi Rp9.382/USD. Sementara itu, volatilitas nilai tukar rupiah telah menurun hingga mencapai 1,8% dibandingkan 2,78% pada bulan Mei. Tekanan terhadap rupiah lebih disebabkan karena masih tingginya permintaan valas oleh beberapa pelaku domestik (bandwagon effect) sebagai akibat dari efek rambatan penguatan dolar AS secara global, terkait dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed.
Suku bunga relatif stabil kecuali suku bunga kredit.
Suku bunga instrumen moneter dalam bulan Juni relatif belum berubah. Suku bunga SBI 1 dan 3 bulan hanya meningkat sebesar masing-masing 2 bps dan 1 bps menjadi 7,34% dan 7,25% dibandingkan 7,32% dan 7,24% pada bulan sebelumnya. Hal ini juga diikuti oleh tidak berubahnya suku bunga FASBI serta stabilnya suku bunga simpanan perbankan. Relatif stabilnya suku bunga simpanan tercermin dari relatif tetapnya suku bunga tabungan yaitu 4,47% atau hanya turun sebesar 2 bps. Sementara itu, suku bunga kredit mengalami penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada kredit konsumsi.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
1
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Uang primer meningkat...
Posisi uang primer pada akhir Juni 2004 meningkat sebesar Rp8,7 triliun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp156,27 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer mencapai Rp150,75 triliun (tumbuh 17,14%, y-o-y), lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp152,77 triliun. Dari sisi komponennya, kenaikan uang primer tersebut sebagai akibat adanya liburan sekolah, dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah, dan persiapan Pemilu Presiden.
...diikuiti pula dengan peningkatan M1 dan M2.
Pada bulan Mei M2 meningkat menjadi Rp952,96 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya simpanan berjangka valas karena investor melakukan switching portfolio investasinya ke dalam simpanan valas. Sementara itu, M1 juga meningkat Rp8,2 triliun mencapai Rp223,69 triliun yang disebabkan karena naiknya permintaan uang kartal yang cukup tinggi.
Kinerja perbankan terus mengalami perbaikan.
Secara umum kinerja perbankan pada bulan Mei lebih baik dari bulan sebelumnya. Rasio LDR (loan to deposit ratio), total aset, DPK dan total kredit menunjukkan peningkatan. LDR meningkat dari 44,9% pada bulan April menjadi 45,6% pada bulan Mei. Sementara itu, total aset bulan Mei meningkat menjadi Rp1179, 4 triliun, DPK meningkat menjadi Rp895,1 triliun dan total kredit meningkat menjadi Rp513,4 triliun.
2
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal Perkembangan harga selama Juni 2004 mencatat inflasi sebesar 0,48% (m-t-m), lebih rendah dibandingkan inflasi Mei sebesar 0,88% (m-t-m). Sementara itu, inflasi secara tahunan pada bulan Juni tercatat sebesar 6,83% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (6,47%/y-o-y). Kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh masih lemahnya nilai tukar, meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat dan penurunan pasokan sejumlah komoditas yang tergolong volatile food, diantaranya adalah daging dan telur ayam ras, tepung terigu, minyak goreng, bumbu-bumbuan (cabe dan bawang merah), dan jagung. Selain itu, meningkatnya inflasi dunia juga mempengaruhi kenaikan harga dalam negeri (imported inflation).
Inflasi bulan Juni tercatat relatif rendah...
% y-o-y 16,0
% m-t-m 3,0
Transportasi & Komunikasi
Sumbangan
14,0
Kesehatan
2,0
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
1,0
10,0
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
8,0
Sandang
0,0 6,0
Bahan Makanan
m-t-m
y-o-y 4,0
-1,0 Jan
Mar Mei
Sumber : BPS
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar Mei
2002
Jul
Sep
Nov Jan
2003
Mar Mei
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
Sumber : BPS
2004
Grafik 1. Tingkat Inflasi
Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Pada bulan Juni, semua kelompok barang dan jasa mencatat inflasi dengan kenaikan tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,97% (m-t-m), disusul kelompok sandang sebesar 0,63% (m-t-m) dan kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,55% (m-t-m).
... berasal dari inflasi kelompok bahan makanan, sandang dan perumahan.
Rp/USD 10.000
% y-o-y 16,0 Headline
14,0
9.500
Exclusion
12,0
9.000
10,0
8.500
8,0
8.000
6,0 4,0
Inflasi
Perumahan
12,0
9.382 9.142 9.067 8.890 8.922 8.958 8.921 8.895 8.803
9.003
8.620 8.570 8.508 8.501 8.487 8.419 8.337 8.455 8.432 8.230 8.439 8.386
7.500 Feb
Apr
Jun
Ags
2002
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
Des
2003
Feb
Apr
2004
Jun
7.000
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2002
2003
2004
Sumber : Bloomberg (diolah)
Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
3
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Inflasi inti meningkat.
Inflasi inti pada bulan Juni meningkat dari 6,79% (y-o-y) pada bulan Mei menjadi 6,95% (y-o-y). Peningkatan inflasi inti tersebut utamanya disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah dan tingginya harga minyak. Dampak pelemahan nilai tukar berpengaruh pada tingkat inflasi yang terjadi, baik secara langsung (direct pass through) maupun secara tidak langsung (indirect pass through). Sementara harga minyak yang melambung tinggi telah meningkatkan biaya produksi, terutama pada produk-produk kimia dan TPT (terutama produk polyester). Harga komoditi internasional pada gilirannya meningkat dan inflasi global, terutama inflasi negara-negara mitra dagang, juga menunjukkan kecenderungan meningkat sehingga mendorong tekanan pada imported inflation Dampak faktor eksternal pada inflasi domestik antara lain diindikasikan oleh perkembangan IHPB impor yang cenderung meningkat.
Rupiah masih mengalami tekanan...
Nilai tukar rupiah pada bulan Juni masih mengalami tekanan walaupun volatilitasnya telah menurun. Nilai tukar rupiah pada bulan Juni secara point-topoint melemah 1,42% menjadi Rp9.400/USD dibandingkan posisi akhir Mei. Sementara itu, secara rata-rata, nilai tukar melemah 4,2% menjadi Rp9.382/USD dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, volatilitas nilai tukar rupiah telah menurun hingga mencapai 1,8% dibandingkan 2,78% pada bulan Mei (Grafik 5).
...terutama disebabkan oleh faktor domestik...
Tekanan terhadap rupiah pada bulan Juni ini lebih disebabkan faktor domestik terkait dengan perilaku bandwagon effect beberapa pelaku domestik serta sentimen kurang menguntungkan atas pelaksanaan kampanye presiden. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah meningkatnya ekspektasi risiko terhadap rupiah ke depan, sebagaimana terindikasi dari meningkatnya angka premi swap 1 bulan menjadi 6,4% (Grafik 6) dan meningkatnya angka yield spread antara Yankee bonds dan US T-Notes bulan Juni menjadi 309,4% (Grafik 7).
Persen 12,0
Persen 5,0 4,5
11,0
4,0
10,0
3,5 3,0
9,0
2,5 2,0
8,0
Volatilitas Kurs Rp Rata-rata Volatilitas
1,5
1 Bulan
7,0
1,0
6,0
0,5 0,0
6 Bulan 12 Bulan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2002
2003
2004
Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
4
3 Bulan
5,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
2003
2004
Grafik 6. Premi SWAP
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
...namun masih tertahan oleh sejumlah faktor positif.
Juni 2004
Namun demikian, pelemahan rupiah ditahan oleh adanya penjualan valas yang meningkat dari kalangan nasabah eksportir bank dalam negeri serta masih menariknya interest rate differential. Selain itu, kenaikan suku bunga Fed Fund yang tidak seagresif perkiraan semula (gradual) menyusul keluarnya data-data yang tidak terlalu positif bagi perekonomian AS mengakibatkan US dolar mengalami koreksi kembali dan menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami penguatan.
Premi Resiko (bp)
Rp/USD 9.800
Indeks 100
9.600
360
9.400
Yield Spread
90
9.200
310
80
9.000
IDR/USD
79,79
8.800
260
70
8.600 8.400
210
60
8.200 160
8.000
50
Jan Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2003
Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2004
2001
Source : Bloomberg
2002
2003
2004
Sumber : CIEC dan blomber (diolah)
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah
Indeks REER dan BRER masih menurun.
Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Depresiasi nilai tukar rupiah menyebabkan nilai tukar riil yang tercermin pada indeks Real Effective Exchange Rate (REER) pada bulan Juni masih terus menurun dari 82,17 pada bulan Mei menjadi 79,79 (Grafik 8), sehingga menjadikan rupiah secara riil masih tetap undervalued. Sementara berdasarkan indeks Bilateral Real Exchange Rate (BRER) yang menurun dari 64,08 pada bulan Mei menjadi 63,36 pada bulan Juni membuat nilai tukar rupiah riil tetap yang paling kompetitif bila dibandingkan dengan beberapa negara pesaing ekspor Indonesia (Grafik 9).
Indeks 90
Persen 14 RRC
85
13
Korea Selatan
80
12 11
75 Singapura
70
SBI 1 Bulan
10
Malaysia
JIBOR 1 Bulan
9
65 Thailand
60
8
Indonesia
55
7
50
6 Mar
Mei
Juli
Sep
Nov
2002
Jan
Mar
Mei
Jul
FASBI O/N
Sep
Nov
Jan
2003
Mar
2004
Mei
Jan
Feb
Mar
Apr
Jun
Jul
2003
Aug
Sep
Oct
Des
Jan
Feb
Mar
Mei
Jun
2004
Sumber : CEIC dan Bloomber (diolah)
Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Grafik 10. Suku Bunga Instrumen Moneter dan Pasar Uang
5
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Untuk tetap menjaga momen pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai terutama menjaga kestabilan moneter maka suku bunga instrumen moneter dalam bulan Juni belum banyak berubah atau relatif tetap. Suku bunga SBI 1 dan 3 bulan relatif tetap atau hanya meningkat sebesar masing-masing 2 bps dan 1 bps menjadi 7,34% dan 7,25% dibandingkan 7,32% dan 7,24% pada bulan sebelumnya. Hal ini juga diikuti oleh tidak berubahnya suku bunga FASBI bulan Juni yaitu pada level 7,0% (Grafik 10).
Suku bunga instrumen moneter masih relatif stabil...
Volume PUAB (Miliar Rp) 3500,0
Suku Bunga (%) 14,0
3000,0 2500,0 2000,0 1500,0 1000,0
2953,5 2534,4 2523,08 2359,0 2280,0 2180,23 2157,9 2036,05 2037,30 1931,0 1972,80 2105,67 1844,0 1831,62 2078,91 1799,6 1678,2 1783,56 1678,2 1678,42 1858,4 1651,7 1702,8 1822,12 1557,31 1727,3 1471,06 1715,2 1667,69 1626,19 1208,3 1566,62 1483,62 1575,29 1328,2 1033,1 2690,7
Volume PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Pagi
500,0
Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Sore
0,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2003
2004
Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore
Persen 19
12,0
17
10,0
15
8,0
13
6,0
11
4,0
9
2,0
7
0,0
5
Jam Dep. 1 SBI 1 WA Dep 1 WA Feb
Apr
Jun
Ags
2002
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
2003
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
2004
Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan
...diikuti stabilnya suku bunga PUAB O/N pagi dan turunnya suku bunga PUAB O/N sore...
Relatif stabilnya suku bunga instrumen moneter di atas menyebabkan rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi pada bulan Juni relatif tidak berubah, hanya menurun sebesar 8 bps dari 17,13% pada bulan Mei menjadi 7,05%, sedangkan rata-rata suku bunga PUAB O/N sore menurun sebesar 67 bps dari 5,31% pada bulan Mei menjadi 4,64% (Grafik 11). Perkembangan ini diikuti pula oleh relatif rendahnya rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB O/N pagi yang hanya mencatat kenaikan sebesar Rp0,5 triliun dari Rp1,2 triliun pada bulan Mei menjadi Rp1,7 triliun. Sementara itu, rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB O/N sore relatif tidak berubah yaitu hanya meningkat Rp0,1 triliun dari Rp2 triliun pada bulan Mei menjadi Rp2,1 triliun.
..., suku bunga kredit menurun sementara suku bunga simpanan stabil.
Kecenderungan penurunan suku bunga instrumen moneter yang melambat pada bulan Mei masih diikuti oleh penurunan suku bunga kredit, sementara suku bunga simpanan perbankan masih relatif tetap. Selama bulan Mei, suku bunga kredit konsumsi dan modal kerja menurun sebesar 21 bps menjadi masing-masing sebesar 17,68% dan 14,27% sementara suku bunga kredit investasi juga menurun 20 bps menjadi 14,78%. Suku bunga tabungan relatif tetap atau hanya menurun 2 bps menjadi 4,47%, sedangkan suku bunga deposito 1 bulan sedikit meningkat sebesar 30 bps menjadi 6,16% (Grafik 12 dan 13). Penurunan yang terjadi pada suku bunga kredit yang diiringi kenaikan suku bunga deposito menyebabkan spread antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit menyempit.
6
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Persen 21
Persen 2,5
20
2,0
2,19
Covered Interest Rate Parity Trend (Covered Interest Rate Parity)
1,5
19
1,0
18
0,5
17
1,39
1,18 0,73 0,51
1,24 0,17 0,02
0,53
0,0 -0,06
16
-0,5
15
-1,0 Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Feb
Mei
-0,27 -0,19 -0,47
Jun
Ags
Okt
Des
0,30
0,16 0,02
0,45 0,10
-0,32 -0,57 -0,76
Apr Jun
Feb
2002
Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit
Covered interest rate parity menurun.
Apr
2004
2003
0,26 -0,02
-0,33
-0,84
-1,5
14 Jan
-0,21 -0,20
0,84
0,63 0,26
Ags Okt
2003
Des
Feb
Apr Jun
2004
Grafik 14. Covered Interest Rate Parity
Kenaikan premi swap sebagai akibat menurunnya ekspektasi pelaku pasar terhadap rupiah dan kenaikan suku bunga SIBOR yang ditengarai sebagai akibat kenaikan suku bunga Fed Fund serta masih tetapnya suku bunga domestik yang diwakili suku bunga JIBOR pada posisi 7,43%, menyebabkan covered interest parity (CIP) pada bulan Juni mengalami penurunan dari 0,1% pada bulan Mei menjadi negatif 0,33% (Grafik 14)1 .
IHSG 930
Kapitalisasi (Rp miliar) 600.000 IHSG
830
550.000 500.000
730
450.000
Kapitalisasi
400.000
630
350.000
530
300.000 430 330
250.000 200.000 Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
2003
2004
Sumber : BEJ
Grafik 15. IHSG dan Kapitalisasi
IHSG mulai membaik...
Kinerja pasar modal yang sempat mengalami penurunan pada bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni mulai menunjukkan kenaikan pada pekan terakhir bulan Juni. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat mencapai level 689,61 pada pertengahan Juni secara perlahan meningkat hingga level 729,808 pada akhir Juni. Hal yang sama juga terlihat dari kenaikan kapitalisasi pasar sebesar Rp44,3 triliun dari Rp493,26 triliun pada bulan Mei menjadi Rp493,31 triliun pada bulan Juni. Meningkatnya aktifitas di pasar modal tersebut disinyalir merupakan akibat dari masuknya kembali arus modal asing seperti yang nampak dari net beli asing selama bulan Juni yang mencapai Rp108 miliar setelah sebelumnya mencatat net jual sebesar Rp325 miliar pada bulan Mei. 1 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
7
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
...yang diikuti oleh peningkatan volume dan nilai perdagangan.
Selain daripada itu, rata-rata volume transaksi harian tercatat juga meningkat sebesar 1,4 miliar lembar dari 0,5 miliar lembar saham pada bulan Mei menjadi 1,9 miliar saham. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian mencatat juga peningkatan sebesar Rp0,8 triliun dari Rp0,45 triliun pada bulan Mei menjadi Rp1,3 triliun pada bulan Mei.
Uang Primer Uang primer meningkat...
Posisi uang primer pada akhir Juni 2004 meningkat sebesar Rp8,7 triliun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp156,27 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer mencapai Rp150,75 triliun (tumbuh 17,14%, y-o-y), lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp152,77 triliun (Grafik 16). Dilihat dari sisi komponennya, kenaikan uang primer tersebut utamanya bersumber dari meningkatnya permintaan uang kartal sebesar Rp6,8 triliun karena adanya liburan sekolah, dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah, dan persiapan Pemilu Presiden.
Triliun Rp 160,0
105.000 100.000
155,0 150,0
95.000
145,0
90.000 Target Indikatif
140,0
85.000
Aktual Test Date
135,0
80.000
130,0
75.000
125,0
65.000
115,0 Ags
Okt
Des
Feb
2002
Apr
Jun
Ags
Okt
2003
Grafik 16. Uang primer
...terutama karena ekspansi bersih NCG...
8
Des
Feb
Apr
2004
Jun
2002
Jul:I Ags:I Sep:I Okt: I Nov:I Des:I Jan:I Feb:I Mar :I Apr:I Mei:I Jun:I
120,0
Jan:I Feb:I Mar:I Apr:I Mei:I Jun:I Jul:I Ags:I Sep:I Okt:I Nov:I Des:I Jan:I Feb:I Mar:I Apr:I Mei:I Jun:I
70.000
2003
2004
Grafik 17. Pergerakan Harian Uang Kartal
Apabila dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer terutama bersumber dari ekspansi bersih NCG sebesar Rp19,8 triliun yang diimbangi oleh kontraksi OPT sebesar Rp1 triliun (Tabel 1). Kontraksi OPT tersebut terutama disebabkan oleh kontraksi SBI sebesar Rp1,8 triliun sementara FASBI mengalami ekspansi sebesar Rp0,8 triliun. Sementara itu, ekspansi rekening rupiah bersumber dari pembayaran SUN jatuh tempo dan kupon SUN.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya (Miliar Rp)
Mei
Mg I
Juni Mg II Mg III
Mg IV
Perubahan Bulanan
Base Money Statutory reserves shortfall Reserve Money Currency - Currency outside banks - Cash in vaults Comercial Banks Positive Balance at BI of which frozen banks & banks without TPL Private sector Demand Deposits
147.532
151.994
151.104
148.597
156.270
8.738
147.532 106.781 90.650 16.131 39.103 186 1.648
151.994 111.438 97.986 13.452 38.994 185 1.562
151.104 110.072 96.905 13.167 39.511 185 1.521
148.597 107.102 93.591 13.511 39.836 185 1.659
156.270 113.573 97.575 15.998 41.009 185 1.688
8.738 6.792 6.925 -133 1.906 -1 40
Net International reserves (USD=Rp7000) Net Domestic Assets 1. Net Claims on Central Government 2. Liquidity Support a. IBRA and IBRA Banks b. Non IBRA Banks 3. Liquidity Credit 4. Other Claims 5. Open Market Operations - SBI - FasBI 6. Net Other Items
175.009
169.243
166.434
166.454
165.875
-9.135
-27.477 -25.760 204.883 200.571 4.312 13.522 5.661 -151.804 -114.968 -36.836 -73.979
-17.249 -13.142 204.883 200.571 4.312 13.520 5.659 -154.682 -126.859 -27.823 -73.487
-15.330 -13.917 204.883 200.571 4.312 13.519 5.658 -151.193 -126.697 -24.496 -74.280
-17.857 -7.163 204.883 200.571 4.312 13.518 5.658 -159.744 -117.122 -42.622 -75.010
-9.605 -5.974 204.883 200.571 4.312 13.397 5.677 -152.801 -116.772 -36.029 -74.787
17.873 19.787 0 0 0 -125 16 -997 -1.804 807 -808
37.695 1.222
37.938 871
38.531 795
38.712 939
38.683 2.141
988 919
Memorandum items GWM Excess GWM
...,sementara NIR menurun dan NDA ekspansif.
NIR pada bulan Juni mengalami penurunan Rp1,3 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu pada posisi USD23,7 miliar (Grafik 18). Sementara itu, NDA mencatat ekspansi dari negatif Rp27,48 triliun pada bulan Mei menjadi negatif Rp9,6 triliun pada bulan Juni yang utamanya disebabkan oleh ekspansi pada NCG (Grafik 19).
(triliun Rp.) 10,0
(Miliar USD) 27,0 NIR (aktual)
26,0
0,0
25,0
-10,0
24,0 23,0
NDA (adjusted target)
-20,0
22,0 -30,0
21,0 NIR (adjusted target)
20,0
-40,0
NDA (aktual)
19,0 18,0
-50,0 Jan Feb
Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sep
Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Jun
2003
2004
Grafik 18. Posisi NDA
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Jun
2003
2004
Grafik 19. Posisi NIR
9
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Likuiditas domestik M2 dan M1 menunjukkan peningkatan…
M2 pada bulan Mei menunjukkan peningkatan sebesar Rp22,1 triliun menjadi Rp952,96 triliun dibandingkan Rp930,8 triliun pada April yang terutama disebabkan oleh meningkatnya simpanan berjangka valas (Tabel 2). Kenaikan M2 yang dimotori oleh simpanan valas tersebut disinyalir merupakan akibat dari tekanan terhadap rupiah yang menyebabkan pemilik dana melakukan switching portfolio investasinya ke dalam simpanan valas. Sementara itu, pada bulan Mei, M1 juga meningkat Rp8,2 triliun mencapai Rp223,69 triliun yang disebabkan karena permintaan uang kartal yang cukup tinggi. Peningkatan komponen M2 yang lebih besar daripada komponen M1 dengan tingkat inflasi Mei sebesar 0,88% (m-t-m) menyebabkan pertumbuhan M1 riil mengalami penurunan sementara pertumbuhan M2 riil mengalami peningkatan (Grafik 20).
%, y-o-y 20
Persen 25,0 M1 Riil
15
20,0
M2 Riil
10
15,0
5
10,0
0
5,0
(5)
0,0
(10)
-5,0
Growth Divisia M2 Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
2002
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
2003
Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil
...sejalan dengan meningkatnya kredit rupiah dan valas.
10
Mar
2004
Mei
Growth M2
Poly. (Growth Divisia M2)
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2001
2002
2003
2004
Grafik 21. Pertumbuhan Divisia dan M2
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan M2 lebih disebabkan meningkatnya posisi kredit rupiah maupun valas meningkat masingmasing sebesar 2,5% (m-t-m) dan 7,15% (m-t-m) menjadi Rp362,5 triliun dan Rp108,5 triliun (Tabel 2).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas (dalam miliar Rp, posisi)
INDIKATOR BESARAN MONETER
2004
2003
Des 2002
Apr
Jun
Sep
Des
KOMPONEN M2 M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi - Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD)
883.908 743.443 191.939 80.686 111.253 691.969 551.504 359.847 191.657 140.465 15.71
893.365 758.513 190.810 73.023 117.787 702.555 567.703 364.615 203.088 134.852 15.54
894.213 759.191 194.878 77.091 117.787 699.335 564.313 363.460 200.853 135.022 16.30
911.224 773.712 207.587 81.118 126.469 703.637 566.125 354.362 211.763 137.512 16.39
955.692 816.514 223.799 94.542 129.257 731.893 592.715 350.885 241.830 139.178 16.44
FAKTOR NFA NCG Claims on Business Sector Kredit - Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI
250.696 510.351 389.296 365.410 271.851 93.559 23.886 -266.434
247.320 503.297 407.230 382.176 287.784 94.392 25.054 -257.037
236.660 506.218 417.875 390.563 299.665 90.899 27.312 -266.199
240.781 481.552 441.205 411.696 318.820 92.877 29.509 -252.483
271.820 479.885 466.826 437.942 342.027 95.917 28.884 -262.839
Memorandum Item Nilai Tukar (posisi neraca)
8.940
8.675
8.285
8.389
8.465
Indeks money divisia meningkat.
Jan
Apr
947.277 805.289 216.343 90.619 125.724 730.934 588.946 346.347 242.599 141.988 16.82
930.832 793.150 215.448 90.528 124.920 715.384 577.702 328.549 249.153 137.682 15.90
952.962 804.442 223.691 90.650 133.041 729.271 580.751 328.356 252.395 148.520 16.13
4,19 4,57 12,91 23,97 6,06 1,83 1,76 -9,89 22,68 2,10 2,26
269.714 270.734 486.229 441.646 461.827 487.071 432.738 454.859 335.129 353.548 97.610 101.311 29.089 32.212 -270.493 -268.619
302.573 442.009 504.899 471.076 362.517 108.559 33.823 -296.519
9,47 -12,25 19,61 19,02 22,85 7,33 28,57 4,51
8.441
8.661
Mei
(%,y-o-y)
9.210
Preferensi masyarakat untuk menyimpan dana dalam bentuk simpanan jangka pendek terlihat masih tinggi seperti yang nampak dari naiknya indeks money divisia selama bulan Mei dengan tren yang masih meningkat. Meningkatnya pertumbuhan money divisia yang diikuti pula dengan naiknya M2 membuat spread di antara keduanya relatif tidak berubah dibanding periode sebelumnya (Grafik 21). Selain itu, proses penciptaan uang yang diwakili oleh angka pengganda uang M1 (APU 1) terlihat mulai meningkat walaupun angka pengganda uang M2 (APU 2) masih relatif belum berubah (Grafik 22).
Persen 2,0
Persen 13,0 12,0 11,0
C/DPK (%)
APU2 (M2/M0)
APU1 (M1/M0) Skala Kanan
1,8
10,0 1,6
9,0 8,0
1,4
7,0 6,0
1,2
5,0 1,0
4,0 Jan Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar Mei
Jul
2003
Sep Nov
Jan
Mar Mei
2004
Grafik 22. APU 1, APU 2, dan rasio C/DPK
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
11
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Sektor Eksternal Ekspor total mengalami peningkatan...
Ekspor Indonesia pada bulan Mei mencapai USD5,5 miliar, lebih tinggi dibandingkan ekspor bulan sebelumnya atau tumbuh sebesar 5,6% (m-t-m). Kenaikan ini utamanya bersumber dari meningkatnya ekspor migas dan non migas masing-masing sebesar 13,8% dan 3,2% menjadi USD1,3 miliar dan Rp4,2 miliar. Kenaikan ekspor migas tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan ekspor minyak mentah karena naiknya volume ekspor sebesar 11,56% dan harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia yang naik menjadi USD37,53 per barel. Sementara kenaikan ekspor nonmigas utamanya disumbangkan oleh ekspor lemak & minyak hewan/nabati yang meningkat sebesar USD86 juta. Tabel 3. Ekspor Indonesia (Juta USD)
Nilai FOB Keterangan
Februari 2004
Maret 2004
Jan - Mar 2003
Jan - Mar 2004
% Perubahan % Perubahan % Peran Thd Mar 2004 thd Jan - Mei 2004 total Jan - Mar Feb 2004 Thd 2003 2004
Total Ekspor
5.205,3
5.496,9
25.157,8
25.712,9
5,60
2,21
100,00
Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
1.181,7 463,1 153,0 565,6
1.344,7 597,5 179,1 568,1
5.883,6 2.336,3 738,8 2.808,5
6.059,9 2.541,9 648,2 2.869,8
13,79 29,02 17,06 0,44
3,00 8,80 -12,26 2,19
23,57 9,89 2,52 11,16
Non Migas
4.023,6
4.152,2
19.274,2
19.653,0
3,20
1,97
76,43
Sumber : BPS
... impor meningkat.
Sementara itu, impor pada bulan Mei meningkat 2% (m-t-m) menjadi USD3,2 miliar, utamanya bersumber dari naiknya impor non migas sebesar 5,5% (m-t-m) mencapai USD2,4 miliar sedangkan impor migas menurun 7,4% (m-t-m) mencapai USD0,8 miliar. Kenaikan impor non migas ini utamanya berasal dari naiknya impor besi dan baja sebesar USD78,3 juta, impor barang-barang dari besi dan baja sebesar USD29 juta dan impor gandum-ganduman sebesar USD7 juta. Tabel 4. Impor Indonesia Nilai CIF
Keterangan
Total Impor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas
Februari 2004
(Juta USD) % Perubahan Mar 2004 thd Feb 2004
% Perubahan % Peran Thd Jan - Mar 2004 total Jan - Mar Thd 2003 2004
Maret 2004
Jan - Mar 2003
Jan - Mar 2004
3.157,7
3.222,1
13.573,0
16.881,8
-6,81
24,38
100,00
863,8 442,6 420,0 1,2
800,3 404,8 395,5 0,0
3.089,2 1.650,0 1.438,2 1,0
4.109,9 2.366,2 1.740,9 2,8
-7,35 -8,54 -5,83 -100,00
33,04 43,41 21,05 180,0
24,34 14,02 10,30 0,02
2.293,9
2.421,8
10.483,8
12.771,9
-6,63
21,83
75,65
Sumber : BPS
12
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Posisi pinjaman luar negeri turun USD3,1 miliar...
Juni 2004
Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada bulan Mei mencapai USD131,4 miliar, menurun dibandingkan posisi bulan April USD134,5 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya pinjaman LN swasta sebesar USD0,5 miliar menjadi USD52,4 miliar pada bulan Mei sementara pinjaman LN pemerintah mengalami kenaikan USD0,13 miliar menjadi USD78,97 miliar. Penurunan pinjaman LN swasta tersebut utamanya bersumber dari penurunan pinjaman lembaga keuangan khususnya bank sebesar USD0,6 miliar menjadi USD3,9 miliar. Sedangkan peningkatan pinjaman LN pemerintah lebih disebabkan karena adjustment nilai tukar. Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri (Juta USD)
Pemerintah Swasta Lembaga Keuangan Bank Non Bank Bukan Lembaga Keuangan Surat-Surat Berharga Total
2003
2004
2002 Mar Jun Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Feb
71.677 58.299 8.735 6.309 2.426 49.564 1.580
74.497 55.212 7.642 4.870 2.772 47.570 1.470
74.513 53.750 7.806 4.850 2.956 45.944 1.203
76.008 53.288 7.056 4.059 2.997 46.232 1.290
77.709 52.991 7.571 4.414 3.157 45.420 1.253
81.666 51.942 7.537 4.316 3.221 44.405 1.794
81.480 52.839 7.726 4.385 3.341 45.113 1.759
80.509 81.217 52.560 52.776 7.718 7.968 4.320 4.479 3.398 3.489 44.842 44.808 1.620 2.626
78.843 52.957 8.080 4.559 3.521 44.877 2.729
78.978 52.413 7.706 3.933 3.773 44.707 2.677
131.556 132.136 131.290 131.343 129.466 130.586 131.953 135.402 136.078 134.689 136.619
134.529
131.391
74.157 56.493 8.372 5.848 2.524 48.121 1.486
72.994 56.390 8.021 5.164 2.857 48.369 1.436
Mar
Apr Mei*)
* Angka Sementara
...karena meningkatnya pembayaran pinajaman LN.
Pembayaran pinjaman luar negeri Indonesia pada bulan Mei meningkat USD0,58 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi USD2,1 miliar. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pokok pinjaman LN sebesar USD0,57 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi USD1,9 miliar sedangkan pembayaran bunga relatif tetap (USD0,2 miliar). Berdasarkan pemiliknya, peningkatan tersebut disebabkan karena meningkatnya pembayaran pinjaman LN swasta sebesar USD0,6 miliar menjadi USD1,5 sementara pembayaran pinjaman LN pemerintah relatif tidak berubah dari bulan sebelumnya (Tabel 6).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
13
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia (Miliar USD)
2003
Total 2002
Mar
Jun
Sep
Des
20.983 16.950 4.033
1.293 1.135 158
2.305 1.926 378
1.717 1.524 193
1.966 18.900 1.471 15.669 496 3.231
7.374 5.009 2.365
358 248 110
826 562 264
498 355 143
B. Swasta / Private 13.609 - Pokok / Principal 11.941 - Bunga / Interest 1.668 B.1. Lembaga Keuangan 5.808 - Pokok / Principal 5.323 - Bunga / Interest 485 1. Bank 4.825 - Pokok / Principal 4.372 - Bunga / Interest 453 2. Bukan Bank / Non Bank Institutions 983 - Pokok / Principal 951 - Bunga / Interest 32 B.2. Bukan Lembaga Keuangan 7.801 - Pokok / Principal 6.617 - Bunga / Interest 1.183
935 886 48 398 391 7 308 307 1 90 84 6 537 496 41
1.478 1.364 114 941 909 32 908 878 31 33 31 1 537 455 82
1.219 1.170 50 440 435 4 381 379 1 59 56 3 780 735 45
Keterangan Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing - Pokok / Principal - Bunga / Interest A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest
Total 2003
2004 Jan
Feb
Mar
Apr
1.464 1.216 248
2.007 1.709 298
1.990 1.788 203
1.563 2.142 1.326 1.900 237 241
6.450 4.000 2.451
680 456 224
686 505 181
697 539 158
586 397 189
569 397 173
1.186 12.449 1.073 11.669 113 780 423 5.656 395 5.521 28 136 372 5.078 345 4.965 27 113 51 579 50 556 1 23 762 6.793 677 6.148 85 645
784 760 24 382 379 3 351 349 2 31 30 1 402 381 20
1.321 1.205 116 531 520 11 511 500 11 19 19 0 790 685 105
1.294 1.249 45 772 768 5 701 699 1 72 68 3 521 481 40
978 930 48 718 700 18 659 648 11 58 52 7 260 230 30
1.572 1.503 69 1.195 1.173 22 1.184 1.163 21 11 10 1 377 331 47
781 398 383
Mei*
* Angka Sementara
Sektor Riil Pertumbuhan ekonomi masih didukung oleh konsumsi...
Pertumbuhan ekonomi tersebut masih didominasi oleh sektor konsumsi, sementara pertumbuhan investasi dan ekspor masih relatif terbatas. Secara sektoral, pertumbuhan positif terjadi di seluruh sektor kecuali sektor pertambangan, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor sektor pengangkutan, perdagangan, dan listrik dengan penyumbang terbesar tetap sektor industri, perdagangan dan pertanian.
... seperti tercermin pada hasil beberapa survei.
Indikasi peningkatan konsumsi ditunjukkan oleh naiknya indeks keyakinan konsumen dari 91,5 pada bulan Mei menjadi 92,4 pada bulan Juni (Grafik 23). Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei JETRO yang menunjukkan peningkatan permintaan domestik sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor (Grafik 24). Selain itu, peningkatan konsumsi tersebut juga didorong oleh ekspektasi positif konsumen akan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan masa datang.
14
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Difussion Index 40
Indeks Ekspektasi Konsumen
120,0 optimis pesimis
100,0
Indeks Keyakinan Konsumen
30 20
Kondisi Ekonomi Saat Ini
10 0 -10
80,0
-20 -30 -40
60,0
Permintaan: domestik Inventory
-50
40,0 Feb
Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags
2002
Okt Des
2003
Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Jun-Ags
Feb Apr Jun
2004
2001
2002
2003
2004
Sumber : JETRO
Grafik 23. Survei Konsumen
Indeks produksi sedikit meningkat.
Permintaan:ekspor Harga jual:domestik
Grafik 24. Survei JETRO
Indeks produksi pada bulan Mei 2004 terlihat menunjukkan peningkatan yang utamanya terjadi pada industri kayu, rotan dan rumputan serta industri barang galian bukan logam (Grafik 25 dan 26). Hal tersebut diiringi oleh meningkatnya kapasitas produksi di bulan Mei pada hampir semua industri kecuali industri kertas, percetakan dan penerbitan.
Persen 80
indeks 200 180
60
160 140
40
120 100
20
80 Indeks Total Tekstil, pak. jadi & kulit
60
Makanan, minuman & Tembakau Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik
Total
0
40 Jan
Mar Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
2004
Grafik 25. Utilisasi Kapasitas Produksi
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Mei
Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Makanan Nov
Jan
Mar
Tekstil Mei
Jul
Kimia Sep
2003
Nov
Jan
Mar
Mei
2004
Grafik 26. Indeks Produksi
15
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Kondisi Perbankan Kinerja perbankan membaik.
Secara umum kinerja perbankan pada bulan Mei masih lebih baik daripada bulan sebelumnya, seperti yang tercermin dari rasio LDR (loan to deposit ratio), total aset, DPK dan total kredit yang meningkat. LDR meningkat dari 44,9% pada bulan April menjadi 45,6% pada bulan Mei. Sementara itu, total aset bulan Mei meningkat menjadi Rp1179, 4 triliun disertai peningkatan DPK menjadi Rp895,1 triliun dan total kredit yang juga meningkat menjadi Rp513,4 triliun. Posisi DPK yang meningkat tersebut berasal dari peningkatan giro sebesar Rp19 triliun menjadi Rp237 triliun, peningkatan tabungan sebesar Rp3,2 triliun menjadi Rp255,1 triliun dan peningkatan deposito sebesar Rp0,3 triliun menjadi Rp405,7 triliun (Grafik 27). Selain itu, naiknya total kredit disebabkan karena meningkatnya persetujuan kredit baru sebesar Rp4 triliun walaupun realisasi penarikan kredit sedikit menurun menjadi Rp1,37 triliun (Grafik 28). Hal tersebut merupakan signal positif dari trend penurunan suku bunga kredit. (Tabel 7). Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan (Triliun Rp) Bank
Keterangan
Des-02 Jan-03 Mar-03 Mei-03 Jul-03 Sep-03 Nov-03 Des-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04 Apr-04 Mei-04
Total Asset DPK Kredit LDR (%) CAR (%) NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM Modal
1.112,2 1.117,8 1.100,0 835,8 834,3 838,7 410,3 402,6 420,5 38,4 37,5 39,7 23,0 23,5 24,6 8,1 8,4 8,2 2,1 2,1 0,6 4,0 3,8 4,0 93,0 95,5 98,1
Kredit masih didominasi kredit modal kerja.
1.102,9 1.113,6 1.130,4 1.141,0 844,1 856,2 866,3 877,8 428,0 441,1 454,2 475,7 39,9 40,3 42,0 43,7 22,8 22,9 19,6 20,5 8,3 8,3 7,9 8,1 1,0 1,3 1,3 1,8 3,9 4,4 4,7 4,9 98,4 100,0 106,3 110,5
1145,2 1179,4 875,3 895,1 496,1 513,4 44,9 45,6 22,5 21,4 7,7 7,8 2,1 2,4 5,9 5,3 120,7 119,8
Berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan, kredit modal kerja menempati urutan pertama yaitu Rp240 triliun, disusul kredit konsumsi Rp125,4 triliun, dan kredit investasi Rp105,5 triliun. Sementara itu, kredit investasi meningkat 4,17%, kredit modal kerja 3,58%, dan kredit konsumsi 3% (Grafik 29). Sektor perbankan pada bulan Mei nampak mulai meningkatkan penyaluran kreditnya ke sektor investasi disusul modal kerja dan konsumsi.
Triliun Rp 500
Total DPK (Triliun Rp) 920
450
900
400 350
880 860
300 250
840 820
200 150
800 780
100
Miliar Rp
Proporsi (%) 70,0
30.000 Persetujuan
Realisasi
Proporsi
60,0
25.000
50,0
20.000
40,0 15.000 30,0 10.000
20,0
760
50
Giro
Tabungan
Deposito
740
Total
0
720 Jan Mar
Mei Jul
2002
Sep
Nov Jan Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan Mar
2003
Grafik 27. Dana Pihak Ketiga
16
1.068,4 1.157,2 1.152,7 1.150,0 902,3 889,1 881,1 881,6 477,2 475,0 477,3 485,9 43,2 40,1 42,9 43,7 19,3 23,8 23,7 23,5 8,2 8,2 8,3 7,8 3,0 2,8 2,6 2,7 3,2 5,2 5,1 5,7 110,8 117,9 120,2 120,9
Mei
2004
5.000 0
10,0 Jan Mar Mei
Jul
2002
Sep Nov Jan Mar Mei
Jul
2003
Sep Nov Jan Mar Mei
0,0
2004
Grafik 28. Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Total Kredit (Triliun Rp) 540
Kredit Per jenis (Triliun Rp) 300,0 Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
510
250,0
480 200,0
450
150,0
420 390
100,0
360 50,0
330 Channeling
Total Kredit
Total Adjst
0,0
300 Mar Jun Sep Des
Jan Feb Mar Jun Sep Des
2002
Jan Feb Mar Apr Mei
2003
2004
Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan
NPL-gross dan net meningkat.
Pada bulan Mei 2004, NPL-gross relatif stabil atau hanya meningkat 1% dari bulan sebelumnya menjadi 7,8%, sementara NPL-net sedikit meningkat dari posisi 2,1% bulan April menjadi 2,4% (Grafik 30). Sementara itu, NIM (Net Interest Margin) perbankan menurun seiring dengan menyempitnya spread antara suku bunga dana dan suku bunga kredit (Grafik 31).
Posisi permodalan sedikit menurun.
Selanjutnya, kondisi permodalan yang ditunjukkan oleh capital adequacy ratio (CAR) pada bulan Mei juga masih terjaga di atas 20% sementara posisi permodalan sedikit menurun dari bulan sebelumnya menjadi Rp119,8 triliun.
Persen 14,0
trilion Rp 600
12,0
500
Triliun Rp 6,0
5,89 5,89
5,5
5,20 5,10
5,0
10,0
400
8,0 300
6,0
kredit (kanan)
4,5
200
4,0
3,5 3,0
2,0
100
0,0
0 Jan
Mar Mei
Jul
2002
Sep
Nov Jan
Mar Mei
Jul
Sep
Nov Jan
2003
Mar Mei
2004
Grafik 30. Perkembangan NPL
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
4,12 4,01 3,85 3,78 3,95 3,93 3,63 3,96 3,65
3,82 3,71
4,0
NPLs Net (%) (kiri)
NPLs (%) (kiri)
5,3
4,90 4,69 4,394,48 4,47
3,55 3,42 3,30 3,35 3,21 3,38
3,66
3,20
2,5 2,0
Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Okt
Nov
Jan
Mar Mei
Jul
2003
Sep
Nov Jan
Mar
Mei
2004
Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan
17
Juni 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Prospek
Pertumbuhan PDB triwulan III-2004 diprakirakan 4,6% -5,1%…
Memperhatikan perkembangan kondisi eksternal dan domestik yang masih terkendali, maka PDB triwulan III-20042 diperkirakan tumbuh antara 4,6%5,1% (y-o-y). Dari sisi permintaan, semua komponen diperkirakan akan mengalami peningkatan meskipun konsumsi masyarakat masih tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Di sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi diprakirakan mengalami pertumbuhan positif dan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan/komunikasi, sektor bangunan, serta sektor perdagangan. Meskipun demikian, proporsi terbesar dari perekonomian masih berada pada sektor industri dan pertanian.
...,inflasi diprakirakan berada pada kisaran 7%-7,5% (y-o-y)...
Inflasi IHK pada triwulan III-2004 diperkirakan akan berada pada kisaran 7-7,5% (y-o-y), sedangkan inflasi inti diperkirakan masih berada pada kisaran 6,5–7,5% (y-o-y). Faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan inflasi ke depan diperkirakan berasal dari melemahnya nilai tukar dan harga minyak yang masih tinggi sehingga menyebabkan ekpektasi inflasi cenderung meningkat. Selain itu, inflasi dari kelompok bahan makanan (volatile food) diperkirakan kembali meningkat berkaitan dengan kebijakan pembatasan impor oleh pemerintah.
..., dan nilai tukar rupiah diprakirakan pada Rp8.900/USDRp9.500/USD.
Dengan mempertimbangkan faktor fundamental maupun faktor nonfundamental, nilai tukar rupiah dalam triwulan III-2004 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp8.900-Rp9.500/US. Dari sisi fundamental, supply valas dari neraca pembayaran diperkirakan masih terbatas sementara demand valas diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya impor untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dari sisi non-fundamental, proses pemilihan Presiden diperkirakan akan mewarnai pergerakan rupiah dan kebijakan tightening pemerintah AS dalam jangka pendek dapat berdampak pada pelemahan hampir semua mata uang dunia terhadap dolar AS. Namun demikian, dari sisi kebijakan, rencana implementasi paket kebijakan BI3 diperkirakan dapat mengarahkan ekspektasi pasar terhadap nilai tukar ke depan.
2 Sejak akhir Mei 2004, BPS mengubah tahun dasar PDB dari tahun 1993 menjadi 2000. 3 Kebijakan BI untuk mengurangi sisi ekses likuditas, penyempurnaan ketentuan PDN dan upaya BI untuk melakukan koordinasi dengan korporasi dalam pengaturan permintaan valas.
18
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2004
Indikator Terkini Jan
Feb
Mar
SEKTOR KEUANGAN
Apr
Jun
Sep
Des
Jan
Feb
2003
SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) BEJ Indeks 3)
12,69 12,94 12,64 13,49 12,71 425
12,24 12,68 12,35 13,15 12,30 399
Mar
Apr
Mei
Jun
2004
11,40 11,97 11,90 12,90 11,72 398
11,06 11,29 11,44 12,48 11,37 451
9,53 10,18 10,31 11,55 9,81 505
125.936 125.211 181.530 181.239 74.555 72.323 106.975 108.916 881.215 877.776 699.685 696.537 557.107 558.977 368.970 370.692 188.137 188.285 142.578 137.560 738.637 740.216
124.969 182.963 73.023 109.940 882.809 699.846 562.218 370.398 191.820 137.628 745.181
132.403 195.219 77.091 118.128 894.554 699.335 564.313 363.460 200.853 135.022 759.532
8,66 8,75 7,67 8,58 8,69 598
8,31 8,34 6,62 7,14 8,35 692
7,86 8,15 6,27 6,68 7,99 753
136.471 166.474 207.587 223.799 81.118 94.542 126.469 129.257 911.223 955.692 703.636 731.893 566.125 592.715 354.362 350.885 211.763 241.830 137.511 139.178 773.712 816.514
147.039 216.343 90.619 125.724 947.277 730.934 588.946 346.347 242.599 141.988 805.289
7,48 7,70 5,99 6,38 7,55 761
7,42 7,33 5,86 6,11 7,38 736
7,33 7,25 5,86 6,01 7,2 783
142.518 142.730 219.033 219.087 86.846 86.882 132.187 132.205 935.745 935.248 716.712 716.161 575.282 574.103 332.373 327.722 242.909 246.381 141.430 142.058 794.315 793.190
146.341 215.448 90.528 124.920 930.832 715.384 577.702 328.549 249.153 137.682 793.150
7,32 7,24 6,16 6,17 7,18 732
BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
127.407 180.111 75.908 104.203 873.683 693.572 550.357 362.553 187.804 143.215 730.468
Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
382.536 390.750 400.353 407.229 417.875 441.205 466.826 461.827 465.114 477.504 487.071 504.899 358.084 366.467 376.141 382.175 390.563 411.696 437.942 432.738 437.040 446.593 454.857 471.075
7,34 7,25 Na Na 7,15 730
147.532 155.466 223.691 Na 90.650 97.565 133.041 Na 952.962 Na 729.271 Na 580.751 Na 328.356 Na 252.395 Na 148.520 Na 804.442 Na Na Na
HARGA Inflasi bulanan (%) y-y %
0,80 8,74
0,20 7,34
-0,23 7,12
0,15 7,54
0,09 6,62
0,36 6,20
0,94 5,06
0,57 4,82
-0,02 4,60
0,36 5,11
8.940 3.936 2.322 21,81
8.905 3.723 2.632 22,26
8.908 4.008 2.267 22,68
8.675 3.922 2.089 23,74
8.285 4.197 1.862 23,66
8.389 3.857 1.713 23,63
8.465 3.717 2.335 24,20
8.441 3.837 2.049 24,00
8.447 3.763 2.117 24,10
8.587 3.871 2.183 25,70
0,97 5,92
0,88 6,47
0,48 6,83
8.661 9.268 4.024 4.152,20 2.293 2.421,80 25,00 25,00
9.210 Na Na 23,70
SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Ekspor Impor
Tw. I
Tw. II
Tw. IV
2003 4,45 4,12 4,26 2,90 5,45
Tw. I 2 0 0 4*)
3,65 4,64 1,09 4,04 0,01
4,35 5,01 0,68 6,48 1,78
4,46 6,43 4,24 -13,00 0,85
* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 r) revisi 1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDBdari BPSw. I 2004*)
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
19