IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
Uji Daya Analgetik Ekstrak Etanol Daun Seligi (Phyllanthus Buxifolius Muell .Arg) Terhadap Mencit Galur Swiss Inna Ayu Safitri1, Siwi Hastuti2 Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo ABSTRACT: Background: Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell. Arg) is a traditional herbal plant that belived by people can be used as a drug for pain. The aim of this study is to know if Phyllanthus buxifolius Muell. Arg has the effect to reduce of pain. Objective: for understanding analgetic extract ethanol javelin leaf to the galur swiss mouse which is disscused asetat acid. Method: This experimental study. Animal used for experiment contains of male swiss mice were divided randomly into 5 groups that consist of 5 mice each group, age 5 weeks, weight 20- 40 grams. All mice used in this experiment were adapted with standart diet for three day and were fasting for 8 hours before used. First, second and third group were treated with ethanol extract of Phyllanthus buxifolius 25 mg/20 gram BB, 50 mg/20 gram BB and 100 mg/20 gram BB dose orally. Fourth group is the negative control group was given coconut oil orally. Fifth group is the positive control group was given asetosal 1,1 mg/20 gram BB orally. After 60 minutes, all group were threated by acetic acid 0,1% injection intraperitoneally. Data is analized with normalitas test kolmogorov-smirnov, Test of Homogenety of Variances continued with ANOVA test, Least Significant Difference (LSD) by using SPSS. Results: Statistik test show normal distributed data and homogen, there is significant difference between analgetic capacity, ethanol extract of Phyllanthus buxifolius 25 mg, 50 mg, 100 mg dose.there is no significant difference between analgetic capacity percent, ethanol extract Javelin leaf 100 mg dose with asetosal dose. Conclusion: Ethanol extract of Phyllanthus buxifolius leaf in 100 mg/ 20 gram BB dose has the same ability analgetik capacity with asetasol in 1,1 mg/ 20 gram BB dose mouse. Keywords: Analgetic Activity, seligi leaves, Swiss Mice ABSTRAKSI: Latar Belakang: Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell. Arg) merupakan tanaman obat tradisional yang dipercaya masyarakat dapat digunakan sebagai obat nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daun seligi memiliki efekmenurunkan rasa nyeri. Tujuan: untuk mengetahui daya analgetik ekstrak etanol daun seligi terhadap mencit galur swiss yang diinduksi asam asetat Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Digunakan hewan coba mencit swiss jantan umur 5 minggu dengan bobot 20-40 gram. Dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. Semua kelompok diadaptasikan terlebih dahulu selama 3 hari. Sebelum digunakan semua hewan coba di puasakan selama 8 jam tidak diberi makan namun diberi minum sepuasnya kemudian dilakukan perlakuan secara peroral. Kelompok I, II, III sebagai kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun seligi dengan dosis 25 mg/20 gram BB, 50 mg/20 gram BB dan 100 mg/20 gram BB. Kelompok IV sebagai kontrol negatif diberi minyak kelapa, kelompok V sebagai kontrol positif diberi 1,1 mg/20 gram BB asetosal. Setelah 60 menit kelima kelompok disuntik asam asetat 0,1% secara intraperitoneal kemudian diamati dan dihitung jumlah geliat mencit tiap 5 menit selama 60 menit. Data dianalisis dengan uji normalitas kolmogorov-smirnov, Test of Homogeneity of Variances dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan Least Significant Difference (LSD) dengan menggunakan SPSS. Hasil: uji statistik menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen, ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg dan 100 mg. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis 100 mg dengan dosis asetosal. Kesimpulan: Ekstrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg/20 gram BB memiliki kemampuan daya analgetik yang sama dengan asetosal pada dosis 1,1 mg / 20 gram BB mencit. Kata kunci : Daya analgetik, Daun seligi, Mencit swiss. 1.1. PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman terdahulu mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern. Tanaman ISSN : 2355-1313
tradisional merupakan salah satu modal dasar pembangunan kesehatan nasional, di indonesia disamping pelayanan formal, pengobatan dengan cara tradisional dan pemakaian obat tradisional masih banyak dilakukan oleh masyarakat secara luas, baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan. Pengobatan dengan cara tradisional dan 35
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
pemakaian obat tradisional masih banyak dilakukan oleh masyarakat secara luas. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensia (Smeltzer, 2001). Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka (Potter, 2005). Sejak dulu tanaman seligi sudah digunakan sebagai obat nyeri terkilir oleh masyarakat. Namun tidak banyak orang yang mengenal tanaman seligi yang memiliki nama ilmiah Phyllanthus buxifolius Muell. Arg. Daun seligi memiliki efek farmakologi dan memiliki aktivitas immunodulator serta dapat digunakan sebagai analgesik pada sendi terkilir, kandungan kimia yang terdapat pada daun seligi antara lain : flafonoid, saponin, polifenol (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,2000). Tujuan penelitian ini adalah untuk Membuktikan bahwa ekstrak etanol daun seligi memiliki efek analgesik dan Membuktikan bahwa ekstrak etanol daun seligi dapat mengurangi jumlah geliat mencit galur Swiss yang diinduksi asam asetat. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ekstrak etanol daun seligi mempunyai efek daya analgetik pada hewan uji mencit. 1.2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi & Farmakologi Farmasi Prodi DIII Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia.Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret sampai Mei tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi pada penelitian ini adalah daun seligi yang berasal dari tanaman seligi yang ditanam di daerah Klaten, Jawa Tengah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun seligi (Phyllanthus buxifolius Muell. Arg). Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur Swiss yang berumur 35 hari, dengan berat dewasa 20 sampai 40 gram, yang dibagi menjadi 5 kelompok. Teknik pengambilan tanaman seligi yaitu tanaman ini diambil secara random dengan memilih daun yang tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda dan masih segar dari daerah Klaten, Jawa Tengah. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia yang diperoleh selanjutnya dilakukan sortasi, pencucian dan pengeringan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985). Simplisia yang telah kering ISSN : 2355-1313
dibuat serbuk sebanyak 150 g selanjutnya diekstraksi dengan cara remaserasi menggunaka etanol 96% sebanyak 1000 ml, ekstraksi merupakan suatu pemisahan senyawa yang terkandung dalam bahan cair/padat dengan menggunakan pelarut tertentu pada temperatur tertentu (Anwar dkk, 1994). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah variasi dosis ekstrak etanol daun seligi, dan variabel tergantung (dependen) dalam penelitian ini adalah respon jumlah geliat mencit sebagai efek analgetik. Sebelum melakukan penelitian dilakukan orientasi waktu pemberian terlebih dahulu, untuk mengetahui selisih jumlah geliat mencit dengan jangka waktu pemberian induksi asam asetat yang berbeda yaitu, 5 menit, 30 menit, dan 60 menit setelah pemberian ekstrak etanol daun seligi dengan dosis 50 mg/ 20 g BB. Orientasi ini bertujuan untuk menentukan waktu pemberian induksi asam asetat dengan dosis 300 mg/kg BB yang paling baik dengan mengamati jumlah geliat dari masing-masing waktu yang ditentukan, waktu dipilih yang paling sedikit menimbulkan respon geliat pada mencit untuk dilakukan penelitian uji analgetik. Uji analgetik dilakukan dengan variasi dosis 25 mg/ 20 g BB, 50 mg/ 20 g BB, dan 100 mg/ 20 g BB yang akan dibandingkan dengan kontrol positif yaitu asetosal dengan dosis 1,1 mg/ 20 g BB dan kontrol negatif (minyak kelapa) dengan volume 0,5 ml/ 20 g BB. Analisis hasi dilakukan dengan menghitung jumlah % daya analgetik tiap perlakuan kemudian diuji dengan menggunakan One-Sample KolmogorovSmirnov Test, kumudian dilakukan uji Test of Homogeneity of Variances, selanjutnya dilakukan uji ANOVA, dan terakhir dilakukan uji Post Hoc Tests (LSD). Pengujian menggunakan alat bantu SPSS for windows 18. 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan, dan pengelolahan data dari hasil praktikum uji daya analgetik ekstrak etanol daun seligi terhadap mencit galur swiss diperoleh hasil sebagai beriut : 1. Hasil remaserasi daun seligi a. Organoleptis remaserasi Bentuk : ekstrak kental Warna : hitam kehijauan Bau : aromatik Rasa : pahit b. Hasil rendemen Hasil remaserasi serbuk daun seligi sebanyak 150 g dengan etanol 96 % 36
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
sebanyak 1000 ml diperoleh rendemen sebesar 19,77 % b/b. 2. Hasil uji statistik a. Orientasi Hasil dari uji statistik pada saat orientasi diperoleh hasil one-sampel KolmogorovSmirnov Test untuk orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun seligi dan induksi asam asetat waktu pemberian 5 menit , 30 menit, dan 60 menit yaitu : Waktu induks i
5 menit
30 menit
60 menit
kesimp ulan
0 1 0 ,999 ,000 ,979 > 0,05 signifi kasi Tabel 2.1. Hasil Uji Statistik Orientasi OneSampel Kolmogorov-Smirnov Test Dari tabel 2.1 memperlihatkan nilai signifikasi > 0,05 maka H0 diterima, data terdistribusi normal. Hasil Test of Homogeneity of Variances , diperoleh hasil nilai signifikasi 0,914 > 0,05 maka data mempunyai varian yang homogen. Hasil uji anova, diperoleh hasil nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak ada perbedaan yang signifikan antara orientasi waktu pemberian 5 menit, 30 menit, dan 60 menit. Hasil Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil sebagai berikut
Dosis mencit
25 mg
50 mg
100 mg
Aseto sal
Kesimp ulan
signifik asi
0,9 74
0,9 45
0,9 99
0,992
> 0,05
Tabel 2.3. hasil uji statistik analgetik one-sampel Kolmogorov-Smirnov Test Pada tabel 2.3 memperlihatkan nilai signifikasi > 0,05 data mempunyai varians yang sama, tidak ada perbedaan antara persen daya analgetik asetosal dan persen daya analgetik pada ekstrak etanol daun seligi. Hasil Test of Homogeneity of Variances , diperoleh hasil nilai signifikasi 0,513 > 0,05 maka data mempunyai varian yang homogen. Berdasarkan uji anova, diperoleh hasil nilai probablilitas yang tercantum pada kolom signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik daun seligi. Berdasarkan hasil uji Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil sebagai berikut : Dosis mencit 25 mg
Signafikasi
dengan 50 mg
0,000
Kesimpulan
dengan 100 mg
0,000
Signafikasi
dengan 30 menit
0,001
< 0,05
dengan asetosal
0,000
5 menit
0,000
< 0,05
dengan 25 mg
0,000
30 menit
dengan 60 menit dengan 5 menit
0,001
< 0,05
dengan 100 mg
0,000
0,000
dengan asetosal
0,000
60 menit
dengan 60 menit dengan 5 menit
dengan 25 mg
0,000
dengan 50 mg
0,000
dengan asetosal
0,823
dengan 25 mg
0,000
dengan 30 menit
0,000
< 0,05
< 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05
< 0,05
Tabel 2.2. Hasil Uji Statistik Orientasi Post Hoc Tests (LSD) Pada tabel 2.2 diatas memperlihatkan nilai signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara orientasi waktu pemberian. Sehingga digunakan waktu yang paling lama untuk penelitian uji analgetik yaitu 60 menit. b. Uji analgetik Hasil uji statistik one-sampel Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh hasil sebagai berikut : ISSN : 2355-1313
< 0,05
< 0,05 100 mg
0,000
< 0,05
Waktu induksi
50 mg
Kesimpulan
Asetosal
< 0,05 > 0,05 < 0,05
0,000 dengan 50 mg dengan 100 mg
< 0,05
0,823
> 0,05
Tabel 2.4. hasil uji statistik analgetik Post Hoc Tests (LSD) 37
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
Dari tabel 2.4 memperlihatkan nilai signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara dosis ekstrak etanol daun seligi. dan untuk dosis 100 mg dan asetosal mempunyai signifikasi 0,823 > 0,05 maka H0 diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan antra dosis ektrak etanol daun seligi dan dosis asetosal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode kimia yang menggunakan mencit sebagai hewan uji dan asam asetat sebagai perangsang terbentuknya prostaglandin untuk pengujian analgetik. Mencit putih jantan digunakan dengan alasan kondisi biologisnya stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi masa siklus esterus. Proses untuk mengetahui daya analgetik ekstrak etanol daun seligi terhadap mencit galur swiss dilakukan dengan membagi hewan uji menjadi lima kelompok yang masingmasing kelompok terdiri dari lima ekor mencit. Variasi dosis yang digunakan adalah dosis 25 mg, 50 mg dan 100 mg, persen daya analgetik dari variasi dosis tersebut akan dibandingkangkan dengan persen daya analgetik kontrol positif yaitu asetosal dengan dosis 1,1 mg / 20 g BB mencit dan kontrol negatif yaitu minyak kelapa dengan volume pemberian 0,5 ml/ 20 g BB. Pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah geliat yang merupakan reaksi nyeri yang diperlihatkan oleh hewan uji, pengamatan dilakukan selama 1 jam dengan durasi pengamatan setiap 5 menit sekali.
Gambar 2.2. Grafik jenis perlakuan versus rata-rata jumlah geliat Grafik pada gambar 4.3 diatas memperlihatkan bahwa percobaan pada mencit dengan kontrol negatif (minyak) memiliki rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibanding dengan percobaan pada mencit dengan esktrak etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg, 100 mg, dan juga kontrol positif (asetosal).
Gambar 2.3. Rata-rata persen daya analgetik setiap perlakuan
Gambar 2.1. Grafik waktu pengukuran versus jumlah geliat Dari grafik pada gambar 2.1. memperlihatkan geliat paling banyak terjadi pada kontrol negatif (minyak kelapa) dan geliat paling sedikit pada kontrol positif (asetosal) dan pada ekstrak etanol daun seligi dosis 100 mg.
ISSN : 2355-1313
Grafik pada gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah persen daya analgetik untuk kontrol positif (asetosal) dan ekstrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg mempunyai persen daya analgetik yang hampir sama dibandingkan dengan dosis 25 mg dan dosis 50 mg. Uji statistik yang dilakukan yaitu, Langkah pertama data diuji dengan menggunakan uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test, dan untuk memberi nilai tentang hasil analisis apabila terdapat perbedaan ratarata variabel uji, maka dibuat H0 dan H1. H0 merupakan persen daya analgetik asetosal dan persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg, dan 100 mg adalah sama. H1 merupakan persen daya analgetik asetosal dan persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg, dan 100 mg adalah tidak sama/berbeda. Untuk menguji varian apabila probabilitas/ signifikasi > 0,05 maka data mempunyai varians yang 38
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
sama maka H0 diterima. Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test nilai signifikasi bahan asetosal 0,992 > 0,05, ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg signifikasi 0,974 > 0,05 , ekstrak etanol daun seligi dosis 50 mg signifikasi 0,945 > 0,05, dan ekstrak etanol daun seligi dosis 100 mg signifikasi 0,999 > 0,05, maka dari data tersebut dapat diketahui data yang diperoleh terdistribusi normal. Langkah selanjutnya data di uji menggunakan uji Test of Homogeneity of Variances, yaitu diperoleh hasil nilai signifikasi 0,513 > 0,05 maka data yang diperoleh mempunyai varian yang homogen. Kemudian dilakukan uji oneway ANOVA, berdasarkan hasil uji oneway ANOVA, nilai probablilitas yang tercantum pada kolom signifikasi, 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik daun seligi, selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil signifikasi 0,000 < 0,05 untuk dosis mencit 25 mg dengan 50 mg, dosis 25 mg dengan 100 mg, dosis 25 mg dengan asetosal maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal. Dosis pemberian 50 mg dengan 25 mg, 50 mg dengan 100 mg, 50 mg dengan asetosal mempunyai nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal. Dosis pemberian 100 mg dengan 25 mg, 100 mg dengan 50 mg mempunyai nilai signafikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal, tetapi untuk dosis 100 mg dengan asetosal mempunyai nilai signafikasi 0,823 > 0,05 maka H0 diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal. Dosis pemberian asetosal dengan 25 mg, asetosal dengan 50 mg mempunyai nilai signafikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal, tetapi untuk dosis asetosal dengan 100 mg mempunyai nilai signafikasi 0,823 > 0,05 maka H0 diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan antara dosis pemberian ekstrak etanol daun seligi dan asetosal. 3.1 Kesimpulan 1. Hasil remaserasi ekstrak etanol daun seligi diperoleh rendemen ekstrak kental sebesar 19,77 % b/b.
ISSN : 2355-1313
2. Berdasarkan hasil penelitian ekstrak etanol daun seligi mempunyai efek daya analgetik terhadap hewan uji mencit. Ekstrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg/ 20 g BB mencit memiliki rata-rata persen daya analgetik yang sama dengan asetosal dosis 1,1 mg / 20 g BB mencit. 3. Berdasarkan uji statistik data yang diperoleh terdistribusi normal dan data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji ANOVA, ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik ektrak etanol daun seligi dan asetosal. Hasil uji Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil persen daya analgetik ektrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg/ 20 g BB mencit memiliki kemampuan daya analgetik yang sama dengan asetosal pada dosis 1,1 mg / 20 g BB mencit. 3.2. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan atau khasiat yang terdapat didalam ekstrak etanol daun seligi yang memberikan efek analgetik pada hewan uji. 2. Perlu dilakukan penelitian secara fitokimia pada ekstrak etanol daun seligi, misalnya dilakukan isolasi dan perhitungan kadar flavonoid yang terdapat dalam daun seligi. 3. Perlu adanya penurunan dosis asam asetat yang digunakan, karena dosis 300 mg/kg BB menimbulkan jumlah geliat yang sangat banyak terhadap hewan uji, misalnya diturunkan menjadi 100 mg/kg BB. 4. Perlu dilakukan penelitian secara in vivo yang lain terhadap ekstrak etanol daun seligi, misalnya terhadap efek antiinflamasi dan antipiretik. REFERENSI [1] Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris tanaman Obat Indonesia (1) Jilid I. Jakarta. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. [2] Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 . Jakarta. EGC. [3] Smeltzer, S.C . 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart.
39
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org
[4]
Edisi 8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran. Ekstraksi merupakan suatu pemisahan senyawa yang terkandung dalam bahan cair/padat dengan
ISSN : 2355-1313
[5]
menggunakan pelarut tertentu pada temperatur tertentu (Anwar dkk, 1994). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Dirjen Jakarta : Pengawasan Obat dan Makanan.
40