18 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sebagai responden yang melakukan usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang.
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian survei adalah penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu poulasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012).
3.2.1. Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah dilakukan dengan sengaja (purposive sampling), yaitu di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang.
Penentuan
lokasi dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Desa Sindanglaya adalah desa dengan jumlah sapi potong terbesar di Kecamatan Tanjungsiang, yaitu 223 ekor. 2. Desa Sindanglaya terdapat 66 peternak pembibitan sapi potong. 3. Desa Sindanglaya menjadi sentra pengembangan sapi potong di Kecamatan Tanjungsiang.
19 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel acak sederhana atau simple random sampling dengan cara undian. Pengambilan sampel acak sederhana adalah suatu teknik pengambilan sampel yang paling mudah, baik dilihat dari tata cara maupun persyaratan. Persyaratan yang diminta adalah kerangka populasi dan homogenitas populasi (Paturochaman, 2012). Populasi peternak yang melakukan usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya sebanyak 66 orang.
Berdasarkan hasil observasi, sampel yang
diambil untuk dijadikan responden sebanyak 30 orang atau berdasarkan jumlah sampel minimal yang harus diambil dalam penelitian. Hal ini seperti pernyataan Roscoe dalam Sugiyono (2012) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30sampai dengan 500.
3.2.3. Kriteria Responden Kriteria responden yang diambil dalam penelitian ini adalah peternak yang memiliki pengalaman beternak minimal 4 tahun.
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan peternak
berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data sekunder berupa data peternak yang melakukan usaha pembibitan sapi potong yang diperoleh dari Desa Sindanglaya.
20 3.3. Operasionalisasi Variabel Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya tetap usaha pembibitan sapi potong terdiri dari kandang, peralatan kandang, dan kendaraan seperti motor atau sepeda untuk pengangkutan pakan yang dikonversikan ke perhitungan rupiah selama 1 tahun (Rp/tahun). a. Biaya kandang dihitung berdasarkan nilai penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu nilai perolehan (biaya pembelian) dibagi dengan umur ekonomis. b. Biaya peralatan kandang dihitung berdasarkan nilai penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu nilai perolehan (biaya pembelian) dibagi dengan umur ekonomis. c. Biaya kendaraan atau alat transportasi berupa motor atau sepeda dihitung berdasarkan nilai penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu nilai perolehan (biaya pembelian) dibagi dengan umur ekonomis. 2. Biaya variabel usaha pembibitan sapi potong yang akan dihitung terdiri dari nilai ternak awal tahun, pakan, listrik, kesehatan, serta inseminasi buatan. a. Nilai ternak awal tahun dihitung berdasarkan banyaknya ternak di awal tahun usaha dikalikan dengan harga ternak (Rp/tahun). b. Biaya pakan terdiri dari hijauan dan pakan tambahan. Biaya hijauan dan pakan tambahan dihitung berdasarkan pakan yang dibutuhkan (kg/ekor/hari) dikalikan dengan harga (Rp/kg/hari) dalam 1 tahun atau 365 hari.
Harga
hijauan dan jerami per kilogram berasal biaya bensin untuk kendaraan serta biaya tenaga kerja langsung luar keluarga selama proses pengangkutan pakan untuk ternak.
21 c. Biaya listrik terdiri dari biaya pembelian lampu, listrik untuk penerangan kandang, serta listrik dalam penggunaan air selama 1 tahun atau 365 hari. d. Biaya kesehatan ternak terdiri dari pengobatan ternak ketika sakit serta pemberian vitamin yang dilakukan oleh mantri hewan dihitung selama 1 tahun tergantung pada periode penggunaan dari masing-masing peternak. e. Biaya inseminasi buatan dihitung berdasarkan biaya pengadaan IB dalam satuan Rp/IB/betina produktif. 3. Penerimaan dari usaha pembibitan sapi potong adalah nilai ternak akhir tahun dan penjualan pedet jantan selama 1 tahun. 4. Keuntungan adalah semua penerimaan dikurangi semua biaya produksi yang dikeluarkan selama 1 tahun dan dihitung dalam satuan rupiah.
3.4. Model Analisis 3.4.1. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Break even point atau titik impas adalah suatu keadaan dimana seluruh penerimaan secara persis hanya mampu menutup seluruh pengeluaran. Menurut Priyanti et al. (2009) secara umum titik impas dirumuskan sebagai berikut: (1) Atas dasar volume produksi dalam Satuan Ternak (ST)
BEP = TC/PQ Keterangan : BEP : Break even point TC : Total biaya produksi selama 1 tahun PQ : Harga Satuan Ternak (ST)
22 (2) Atas dasar harga produksi dalam rupiah
BEP = TC/Q Keterangan : BEP : Break even point TC : Total biaya produksi selama 1 tahun Q : Total produksi atau total penerimaan dalam Satuan Ternak (ST)
3.4.2. Efisiensi Usaha Analisis efisiensi usaha dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dalam suatu usaha. Hal utama yang perlu diketahui dalam perhitungan efisiensi usaha adalah struktur penerimaan serta pengeluaran dari usaha yang dijalankan. Maka digunakan tetapan R-C ratio atau “Revenue-Cost Ratio” yaitu perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran. Menurut Rahmanto dan Made dalam Sari (2011) : R⁄ = (PQ . Q) C TFC + TVC
Adapun dengan kriterianya, sebagai berikut : R/C > 1, maka usaha dikatakanefisien dan manfaat R/C = 1, maka usaha dikatakan impas (tidak untung maupun merugi) R/C < 1, maka usaha dikatakan tidak menguntungkan dan tidak layak