KINERJA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG PASUNDAN PADA PEMELIHARAAN SISTEM EKSTENSIF (Studi Kasus di Desa Ciakar Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran) BREEDING ACTIVITY PERFORMANCE OF PASUNDAN CATTLE ON EXTENSIVE SYSTEM (Case study at Ciakar Village, Sub District of. Cijulang, District of Pangandaran)
Restu Dwitresnadi* , Munandar Sulaeman, Johar Arifin. Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga Desa Ciakar Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran selama bulan Februari – April 2015. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kinerja usaha pembibitan Sapi Pasundan yang dipelihara menggunakan sistem ekstensif dan untuk mengetahui proses pembelajaran usaha pembibitan Sapi Pasundan yang meliputi tingkat kognitif, afektif, dan psikomotorik peternak terhadap kegiatan pembibitan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Variabel yang diamati adalah kinerja usaha pembibitan Sapi Pasundan pada pemeliharaan sistem ekstensif yang meliputi aspek zooteknik, peranan faktor sosial, dan kegiatan pembibitan. Variabel lain yang diamati adalah proses pembelajaran peternak yang meliputi aspek kognisi (pengetahuan), afeksi (tanggapan), dan psikomotorik (keterampilan) peternak. Informan ditentukan secara purposive terdiri dari peternak dan staf lembaga pemerintah terkait (Dinas Peternakan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja usaha pembibitan yang dilakukan oleh anggota Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga masih tergolong rendah. Proses pembelajaran peternak terhadap kegiatan pembibitan bila dilihat dari aspek kognitif, dan psikomotorik masih tergolong rendah, kecuali aspek afektif. ABSTRACT The research was at Taruna Muda Tiga livestock group Ciakar Village, Sub District of Cijulang, District of Pangandaran during February – April 2015. The purpose of the research is to know performance of breeding activity using extensive systems and to know the learning process of breeding activity (cognitive, affective, and psychomotor) farmers. This method using case study and qualitative analyzes descriptive to interpretate the result. The observed are breeding activities and zooteknik. The other variables are the learning process that includes aspects of breeders cognition (knowledge), affection (response), and psychomotor (skills) breeders. Object is determined in accordance with the purposive research interests include breeders and related government agencies (Department of animal husbandry). The results of this research show that breeding performance conducted of Taruna Muda Tiga group is low. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
So, the learning process of cognitive, and psychomotor aspect is low category, unless affective aspect. Key word : Breeding Activity, Learning, Cognitive, Affective, and Psychomotor. hal ini terjadi karena peternak tidak memiliki lahan untuk pengembalaan. Pendahuluan Sapi Pasundan merupakan sapi lokal Disisi lain pola pemeliharaan tersebut yang termasuk sapi potong dan tidak memperhatikan pola breeding yang berkembang di masyarakat buffer zone baik, seperti tidak adanya kegiatan sepanjang wilayah priangan utara recording, pengaturan sistem perkawinan, (Kabupaten Kuningan, Majalengka, dan tidak adanya sistem seleksi sehingga Kabupaten Sumedang, Indramayu, peluang untuk terjadinya perkawinan Subang, Purwakarta, dan Ciamis) dan juga sedarah (inbreeding) sangat tinggi. Selain di wilayah pesisir selatan Jawa Barat. itu, timbul permasalahan lainnya, yaitu Wilayah tersebut antara lain Pangandaran, masih terjadinya pola penjualan ternak Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan yang tidak mengikuti kaidah pemuliaan Sukabumi. Eksistensi populasi ini terdapat yang baik, hal ini menyebabkan terjadinya di peternakan rakyat dengan pola seleksi negatif (ternak baik dan besar pemeliharaan sebagian besar semi intensif dijual sehingga performa sapi akan dan ekstensif. Pola ini mengandalkan daya semakin kecil. Dengan beberapa permasalahan tadi dukung lahan perkebunan dan hutan maka perlu dilakukan penelitian mengenai melalui integrasi lahan tersebut untuk pengembalaan ternak. (Dinas Peternakan sistem pembibitan yang dilakukan oleh peternak Sapi Pasundan khususnya di Provinsi Jabar, 2014). Populasi Sapi Pasundan ini berkisar Kabupaten Pangandaran untuk dapat melestarikan, dan sekitar 50.000 ekor yang terdapat di Jawa melindungi, Barat dan dipelihara dengan sistem semi mengembangkan Sapi Pasundan intensif dan ekstensif, selain itu Sapi Perumusan Masalah Pasundan ini juga mendominasi populasi Berdasarkan latar belakang di atas induk produktif , karena populasi sapi di Jawa Barat lebih banyak feedlot, sehingga dapat diidentifikasi permasalahan sebagai Sapi Pasundan merupakan potensi yang berikut : (1). Bagaimana kinerja usaha bisa diandalkan dalam peningkatan pembibitan Sapi Pasundan pada sistem populasi melalui pengembangan pemeliharaaan ekstensif di Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten pembibitan. (Gubenur Jawa Barat, 2014) Berdasarkan hasil studi literatur Pangandaran. (2). Bagaimana proses wilayah di Kabupaten Pangandaran pembelajaran usaha pembibitan Sapi khususnya kecamatan Cijulang, Pasundan yang meliputi tingkat kognitif, menunjukkan bahwa peternak Sapi afektif, dan psikomotorik bagi peternak di Pasundan umunya melakukan pola kelompok ternak Taruna Muda Tiga, Desa pemeliharaan secara semi intensif dan Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten ekstensif. Namun dengan penerapan pola Pangandaran. pemeliharaan semi intensif dan ekstensif, mayoritas peternak menggunakan Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk sumberdaya lahan lain terutama hutan dan mempelajari : (1). kinerja usaha perkebunan atau mengintegrasikan diri dengan sumberdaya lain, seperti pertanian, pembibitan Sapi Pasundan pada pola
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
pemeliharaan ekstensif di wilayah Pangandaran. (2). mengetahui proses pembelajaran usaha pembibitan Sapi Pasundan yang meliputi tingkat kognitif, afektif, dan psikomotorik peternak dalam hal pembibitan Sapi Pasundan di Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Materi dan Metode Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus, melalui pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kab. Pangandaran. Responden ditentukan secara purposive, yaitu sesuai dengan kepentingan penelitian dalam rangka menjaring informasi. Jumlah sampel ditentukan sesuai dengan kondisi daerah penelitian yang dapat memberikan informasi dan menjelaskan masalah penelitian sampai terpuaskan, sehingga sampel responden dibatasi oleh target informasi. Responden terdiri dari : Peternak Sapi Pasundan, dan Tokoh formal (Dinas Peternakan Kab. Pangandaran). Variabel pertama dalam penelitian ini adalah kinerja usaha pembibitan yang dilakukan peternak, dengan sub variabel adalah : 1. Variabel zooteknik, diukur bedasarkan penerapan aspek zooteknik terhadap panca usaha ternak (seleksi, penyediaan pakan, pengendalian penyakit, pemeliharaan reproduksi ternak, dan pemasaran. 2. Variabel peranan faktor sosial (Dinas Peternakan Kab, Pangandaran, Kelompok ternak), yaitu dengan mengidentifikasi sejauh mana faktor sosial mendukung dalam kegiatan pembibitan yang dilakukan peternak. Variabel Kedua dalam penelitian ini ad alah proses pembelajaran peternak terhadap kegiatan pembibitan ternak yang
di dalamnya meliputi aspek afektif dan psikomotorik.
kognitif,
Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108° 41109 Bujur Timur dan 07° 41 - 07° 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah mencapai 61 km2 dengan luas laut dan pantai dengan batas – batas wilayah Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Cilacap, Samudera Hindia. Secara umum Pangandaran memiliki iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu berkisar antara 28-34°C. Keadaan di atas merupakan kondisi ideal pertumbuhan ruminansia khususnya sapi potong sehingga populasinya cukup tinggi, Soeprapto dan Abidin (2006), mengatakan suhu lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi potong di Indonesia adalah berkisar antara 17 - 27°C. namun demikian kondisi ini tidak ideal untuk perkembangan sapi perah. Penduduk Desa Ciakar ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, diantaranya beternak sapi, kambing, ayam, domba, dan kerbau. Selain itu juga mata pencaharian penduduk Desa Ciakar adalah sebagai wirausaha, guru, tukang kayu, tukang batu, dan menjahit. Identitas informan Identitas informan ditinjau dari segi umur, pendidikan, dan pengalaman beternak. Hal tersebut dicantumkan karena diperkirakan dapat menggambarkan keadaan umum peternak yang menjadi anggota di Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
Umur informan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya mempengaruhi usaha ternak. menurut Atmadilaga (1974), yang tergolong usaha produktif adalah penduduk yang berumur antara 15 - 55 tahun, berdasarkan umur, informan yang termasuk kedalam golongan usia produktif memiliki rentang umur dari 15-55 tahun. sedangkan informan yang termasuk kedalam golongan usia sudah tidak produktif memiliki umur >55 tahun. Oleh karena itu informan di usia produktif diharapkan dapat mudah menerima inovasi, karena umur merupakan salah satu faktor yang turut menunjang keberhasilan yang terjadi di dalam kelompok. Informan yang didapatkan secara umum berumur antara 40-55 tahun, sedangkan sisanya berumur di atas 55 tahun, sehingga informan yang didapatkan di Desa Ciakar Kabupaten Pangandaran sesuai dengan golongan usia yang produktif, yaitu antara 15-55 tahun. Tingkat pendidikan peternak di kelompok Taruna Muda Tiga umumnya sebagian besar berpendidikan SD, selain itu ada juga yang tidak mengikuti pendidikan formal atau tidak bersekolah Menurut Wawan dan Dewi (2010), bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan inovasi. Kinerja Usaha Pembibitan Sapi Potong Pasundan Pada Pemeliharaan Sistem Ekstensif Zooteknik Berdasarkan hasil temuan lapangan, variabel zooteknik diukur menurut penerapan zooteknik peternak terhadap panca usaha ternak diantaranya kualitas
bibit ternak yang baik, pakan yang mencukupi kebutuhan gizi, pengendalian penyakit, pemeliharaan reproduksi ternak, dan pemasaran. (Atmadilaga, 1991). Penerapan aspek zooteknik peternak terhadap seleksi bibit dinilai cukup baik, karena peternak sudah dapat menentukan ternak yang berkarakter baik untuk dijadikan bibit. Sedangkan dalam penyediaan pakan ternak, para peternak Sapi Pasundan umumnya hanya memanfaatkan rumput lapang dilahan gembala sebagai konsumsi utama ternak, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan ternak karena pada dasarnya rumput lapang mempunyai kualitas nutrisi yang rendah. Selain penyediaan pakan, pengendalian penyakit juga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pembibitan. Pengendalian penyakit yang dilakukan oleh peternak dinilai cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari pemberian vaksin pada ternak mereka, meskipun tindak pencegahan seperti biosecurity masih belum maksimal. Pemeliharaan ternak Sapi Pasundan yang digunakan oleh para peternak Sapi Pasundan umumnya menggunakan sistem pemeliharaan ekstensif, artinya ternak digembalakan sepanjang hari untuk mencari makanan, dengan sistem pemeliharaan ekstensif, maka perlu pengawasan dalam mengatur dan mengelola reproduksi ternak. hasil lapangan menunjukan bahwa ternak yang dipelihara tidak mendapat asupan makanan dan minuman yang cukup, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan reproduksi ternak. Pemasaran yang dilakukan oleh peternak Sapi Pasundan di Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran umumnya para peternak memasarkan ternak Sapi Pasundan mereka melalui KelompokTernak Taruna Muda III, namun ada juga yang menjualnya langsung ke sesama peternak untuk selanjutnya di pelihara kembali,
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
selanjutnya dari kelompok ternak, ternak dipasarkan ke pasar hewan maupun komisioner, komisioner digunakan sebagai perantara penjualan sapi mereka. Sama hal nya dengan makelar, komisioner ini sebagai perantara pemasaran, hanya saja komisioner melakukan perjanjian jual beli atas namanya sendiri dan ikut bertanggung jawab atas tindakannya. Selanjutnya melalui komisioner maupun pasar hewan akan dilanjutkan pada penjagal dan RPH, setelah itu produk akan dipasarkan kepada konsumen. Peran Faktor Sosial Dalam kegiatan pembibitan, faktor sosial memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan usaha. Beberapa diantaranya adalah peran lembaga terkait yang menunjang dalam suatu kegiatan usaha, Lembaga pemerintah yang terkait dengan kegiatan usaha pembibitan ternak adalah Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran. Peran Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran yaitu membantu dalam penyediaan bibit Sapi Pasundan, pelatihan, dan penyaluran program bantuan dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Tahun 2015 ini Dinas Provinsi Jawa Barat dan Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran bekerja sama dalam membuat rodmap pengembangan Sapi Pasundan di Pangandaran. Program yang direncanakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran adalah pemberian bantuan ternak, membangun daya dukung pakan, melengkapi alat recording dan program pelatihan kegiatan pembibitan untuk peternak. Dari 4 (empat) program yang direncanakan, sampai saat ini program Taruna Muda Tiga dilihat dari kegiatan pembibitan yang dilakukan oleh peternak, kegiatan tersebut diantarnya adalah kegiatan seleksi bibit, sistem
tersebut masih belum terealisasi, hal ini dikarenakan Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran masih melakukan pematangan persiapan kepada peternak Sapi Pasundan, dengan harapan program – program tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh peternak. Selain Dinas Peternakan Kab. Pangandaran, kelompok ternak juga mempunyai peran yang penting dalam pengembangan usaha ternak yang dilakukan oleh peternak Sapi Pasundan. Taruna Muda Tiga adalah salah satu kelompok ternak yang didalamnya terdapat sekumpulan peternak khusunya ternak Sapi Pasundan yang saling berinteraksi guna mencapai sebuah tujuan. Kelompok ini beranggotakan 37 orang, dan diketuai oleh Bpk. H. Maman. Kelompok ternak ini berada di Dusun Cisodong, Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Adanya kelompok Taruna Muda Tiga tersebut maka diharapkan akan tercipta kerjasama antara anggota, sehingga dapat membantu dalam keberhasilan usaha ternak. Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga ini mempunyai peran penting dalam hal koordinasi antar anggota maupun kelompok dengan Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran, sehingga bantuan yang diberikan oleh pemerintah, dapat disalurkan ke kelompok ternak dan dimanfaatkan oleh seluruh anggotanya. Kegiatan Pembibitan Sapi Pasundan di Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga Kinerja usaha pembibitan yang dilakukan anggota Kelompok Ternak perkawinan, pengadaan ternak pengganti, kegiatan pengeluaran ternak, pencatatan (recording), persilangan, sertifikasi, dan manajemen kesehatan
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
hewan berdasarkan permentan No 54/permentan/ OT.140/10/2006 tentang Good Breeding Practice. Dari 8 kegiatan pembibitan yang dikeluarkan permentan, umumnya peternak Sapi Pasundan di Desa Ciakar, Kecamatan Cijulang hampir tidak melakukan kegiatan pembibitan yang sesuai dengan prosedur good breeding practice, salah satu aspek yang terpenuhi hanya mengenai teknik perkawinan yang dilakukan oleh peternak, sedangkan aspek lainnya dinilai belum tepat dilaksanakan. Hal ini umumnya diakibatkan karena tingkat pendidikan para peternak yang tergolong rendah, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan. Selain itu rendahnya tingkat pastisipasi peternak dalam mengikuti pelatihan-pelatihan
dan juga penyuluhan yang diberikan Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran menjadi faktor penghambat berkembangnya tingkat pengetahuan peternak Proses Pembelajaran dalam Aspek Kognisi, Afeksi, dan Psikomotorik Kognisi Peternak Tingkat kognisi (pengetahuan) peternak dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan tingkat kognisi (pengetahuan) peternak yang tergabung dalam kelompok ternak Taruna Muda Tiga masih terbilang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari seluruh informan yang rata-rata kurang mengetahui bagaimana menjalankan usaha ternak yang baik.
Tabel 1. Tingkat Kognisi Peternak
No 1.
2.
3.
4.
Pengetahuan Peternak Terhadap Sapta Usaha Ternak Pengetahuan peternak mengenai pemilihan bibit yang baik.
Kegiatan a. Seleksi Bibit Ternak
Pengetahuan peternak mengenai pakan yang baik Pengetahuan peternak mengenai perkandangan
a. Penyediaan pakan yang baik
Pengetahuan peternak mengenai manajemen kesehatan hewan
a. Pemberian vaksin secara teratur b. Berkordinasi dengan dinas setempat
a. Penyediaan kandang yang sesuai standar
Keterangan Secara umum peternak mengetahui ternak yang berkarakter baik, sehingga cocok untuk dijadikan bibit. Secara umum peternak stidak mengetahui pakan yang baik untuk ternak. Secara umum peternak melakukan pemeliharaan dengan sistem ekstensif, sehingga pengetahuan kandang masih kurang. Peternak umumnya selalu berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran mengenai kesehatan hewan. Sehingga pengetahuan peternak mengenai kesehatan hewan pun meningkat.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
No. 5.
Pengetahuan Peternak Terhadap Sapta Usaha Kegiatan Ternak Pengetahuan peternak a. Pengaturan teknik mengenai manajemen perkawinan produksi
6.
Pengetahuan peternak a. penyembelihan, mengenai penanganan pengulitan, pasca panen pengeluaran jeroan, dan pemotongan karkas
7.
Pengetahuan peternak a. Penjualan ternak mengenai pemasaran sapi potong yang menguntungkan.
Dari tabel 1, terlihat bahwa tingkat kognisi/pengetahuan para peternak anggota kelompok ternak Taruna Muda Tiga masih tergolong rendah. Rendahnya tingkat kognisi/pengetahuan peternak tersebut dapat dimaklumi, karena rata-rata para anggota kelompok ternak Taruna Muda Tiga sering kali tidak mengikuti pelatihan – pelatihan yang diberikan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran maupun Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, dengan sistem pemeliharaan ternak yang menggunakan sistem ekstensif mengakibatkan sulitnya peternak dalam penyeragaman pakan berkualitas, dan manajemen perkawinan, sehingga butuh penanganan ekstra untuk mengawasi sistem perkawinan dan penyediaan pakan berkualitas.
Keterangan Pada umumnya peternak sudah mengetahui dan sudah melakukan teknik perkawinan yang teratur. Secara umum Peternak tidak mengetahui dan tidak melakukan penanganan pasca panen yang baik, karena umumnya para peternak menjual ternak mereka dalam keadaan hidup. Secara umum peternak kurang mengetahui mengenai pemasaran yang baik sehingga banyak peternak yang menjual ternak berkarakter baik, sehingga yang tersisa hanyalah ternak ternak yang berkualitas rendah.
Afeksi Peternak Aspek afeksi menurut Davies (dalam Dimyati, 2009) berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan, dan emosi. Dalam hal ini afeksi peternak berupa tanggapan peternak mengenai tujuan pembibitan, pentingnya pembibitan, rencana program pemberian 20 ekor betina dan 5 ekor pejantan, dan tanggapan peternak mengenai penyuluhan juga pelatihan mengenai kegiatan usaha ternak. Umumnya peternak menanggapi positif dan mendukung mengenai tujuan pembibitan, program pemberian bantuan ternak, maupun program penyuluhan dan pelatihan, Tanggapan peternak mengenai kegiatan pembibitan dapat dilihat pada Tabel 2.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
Tabel 2. Tingkat Afeksi Peternak NO Tingkat afeksi peternak 1. Tanggapan mengenai tujuan pembibitan dan petingnya kegiatan pembibitan 2.
3.
Tanggapan peternak mengenai rencana program pemerintah (VBC) Tanggapan peternak mengenai program penyuluhan dan pelatihan terhadap usaha ternak Sapi Pasundan.
Keterangan Secara umum peternak mendukung mengenai tujuan pembibitan juga adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat akan daging sapi. Mendukung. Secara umum peternak dengan rencana program pemberian bantuan ternak. Secara umum peternak selalu mendukung dan mengharapkan program tersebut akan terus berlangsung.
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan bahwa peternak umumnya mendukung mengenai pentingnya kegiatan pembibitan dalam usaha ternak. Dengan melakukan kegiatan pembibitan yang sesuai pedoman, peternak berharap hal tersebut dapat meningkatkan nilai usaha ternak yang mereka jalani, sedangkan pemerintah pun akan merasakan manfaatnya, yaitu tercapainya swasembada pangan hewani untuk zona Jawa Barat. Peternak pun mengharapkan program penyuluhan dan pelatihan yang selama ini berjalan terus ditingkatkan, begitupun dengan program pemberian Sapi Pasundan yang masih dicanangkan untuk segera terealisasi, karena selama ini para peternak pun mendapatkan manfaat yang berharga melalui pelatihan dan penyuluhan yang selama ini diberikan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dengan terealisasinya program VBC (Village Breeding Centre) tersebut, nantinya peternak akan mudah mendapatkan bantuan lainnya seperti bantuan penanaman pohon leguminosa, pembuatan lumbung pakan, dan pelengkapan alat-alat recording.
Psikomotorik Peternak Harrow (dalam Dimyati, 2009: 208) mengemukakan taksonomi ranah psikomotor Harrow disusun secara hierarkis dalam lima tingkatan, yaitu: (1) meniru, artinya individu dapat meniru atau mengikuti suatu perilaku yang dilihatnya. (2) manipulasi, artinya individu dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru. (3) ketetapan gerak, artinya individu diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual ataupun petunjuk tertulis. (4) Artikulasi, artinya individu diharapkan dapat menunjukan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) naturalisasi, artinya individu diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Ranah psikomotorik peternak dilihat dari keterampilan peternak dalam pengaturan teknik perkawinan yang baik, dan keterampilan peternak dalam melakukan seleksi terhadap ternak yang berkualitas baik dilihat dari kontur tubuh ternak. Ranah Psikomotorik peternak dapat dilihat pada Tabel 3.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8
Tabel 3. Tingkat Psikomotorik Peternak Tingkat Psikomotorik NO Kegiatan Peternak 1. Keterampilan dalam a. Pengaturan teknik manajemen produksi perkawinan Sapi Pasundan 2.
Keterampilan dalam menentukan sapi yang berkualitas baik
a. Melakukan seleksi terhadap Sapi Pasundan
Dari tabel 3, didapatkan bahwa tingkat keterampilan peternak masih tergolong rendah, dapat terlihat dari indikator tingkat psikomotorik peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Taruna Muda Tiga. Salah satu indikator tersebut yaitu dalam melakukan pengaturan teknik perkawinan, para anggota kelompok ternak Taruna Muda Tiga secara umum sudah terbiasa melakukan teknik perkawinan seperti kawin alam maupun IB (Inseminasi Buatan), namun teknik perkawinan yang digunakan selama ini dinilai masih belum maksimal, seperti halnya teknik perkawinan kawin alam yang masih membiarkan ternak untuk kawin dengan sembarang ternak, maupun teknik IB (Inseminasi Buatan) yang masih menggunakan straw sapi eksotis (Limousin, Simental). Indikator lainnya adalah melakukan seleksi terhadap ternak Sapi Pasundan, para peternak secara umum sudah mengetahui dan biasa melakukan seleksi terhadap ternak sapi yang akan mereka beli. Ternak yang berkualitas dapat dilihat dari kontur tubuh ternak itu sendiri, seperti yang diucapkan oleh salah satu informan berinisial MA (55 tahun) yang mengatakan “sapi anu saé téh anu katinggalna seseg, janten otot dagingna téh katinggal, teras dina susuna katinggalna berisi, pinuh ku cai susu, dada na lebar, suku na pendék pinuh ku daging jeung kuat, bulu na
Keterangan Umumnya peternak sudah terbiasa melakukan teknik perkawinan terhadap ternak mereka (kawin alam, dan IB) Umumnya peternak sudah melakukan seleksi terhadap ternak sapi yang akan masuk, namun tidak terhadap ternak yang akan dijual.
caang, sareng panon na oge caang, janten katinggalna sehat.” . (sapi yang baik itu yang tubuhnya terlihat berisi, sehingga bagian bagian ototnya terlihat jelas, lalu pada ambing terlihat penuh dengan air susu, dada terlihat lebar, kakinya pendek penuh dengan daging dan kuat, warna bulu terlihat cerah, dan mata terlihat cerah, sehingga menandakan sapi tersebut terlihat sehat). Meskipun peternak mempunyai pengetahuan lokal yang baik mengenai seleksi ternak, namun keadaan objektif lapangan menunjukan bahwa peternak masih membiarkan ternak yang berkualitas baik dijual untuk disembelih, sedangkan ternak yang tidak terseleksi dipertahankan dan dibiarkan berkembangbiak dengan ternak lainnya. Dengan begitu maka kualitas pedet yang dihasilkan akan terus menurun dan berdampak terhadap pendapatan peternak. Hal ini terjadi karena peternak umumnya membutuhkan dana untuk kebutuhan hidup, sehingga membiarkan ternak unggulan mereka untuk dijual dengan harga diatas sapi biasa. Idealnya peternak seharusnya mampu mempertahankan ternak yang berkarakter baik sebagai bibit, sedangkan ternak yang berkualitas rendah dijual untuk disembelih. Dengan tingkat keterampilan yang tergolong rendah, diharapkan para
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9
peternak dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam melakukan usaha pembibitan ternak, karena untuk mencapai swasembada pangan untuk wilayah Jawa Barat maka diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk peternakan rakyat. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1). Kinerja usaha pembibitan yang dilakukan oleh anggota kelompok ternak Taruna Muda Tiga masih tergolong rendah, hal tersebut dapat dilihat dari 8 (delapan) kegiatan pembibitan yang mereka lakukan tidak terpacu pada pedoman good breeding practice, begitupun dengan penerapan zooteknik peternak terhadap panca usaha ternak, sehingga menyulitkan dalam melakukan kegiatan usaha pembibitan ternak Sapi Pasundan. 2). Proses pembelajaran peternak terhadap kegiatan usaha pembibitan Sapi Pasundan menunjukkan : a. Tingkat kognitif peternak terhadap sapta usaha ternak masih tergolong rendah, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan mereka mengenai teknik perkawinan, pakan, perkandangan, pasca panen, dan pemasaran yang masih terbatas. Daftar Pustaka Atmadilaga, 1991. Karya Karya Hasil Diskusi Panel Bagian Peternakan / Pertanian.Fakutas Peternakan Universitas Padjadjaran. Atmadilaga. 1974. Prospek Pengembangan Peternakan di Indonesia Ditinjau Dari Segi Sosial Ekonomi, Biro Research dan Afiliast. Fakultas peternakan. Universitas Padjadjaran.
b. Afeksi peternak mengenai pembibitan dan program pemerintah dinilai cukup baik, hal itu dapat dilihat dari tanggapan mereka mengenai pembibitan dan program pemerintah, umumnya peternak sangat mendukung mengenai tujuan pembibitan dan pentingnya pembibitan untuk usaha ternak, begitupun mengenai programprogram pemerintah yang sedang dan akan berjalan. c. Tingkat keterampilan peternak terhadap kegiatan pembibitan ternak masih tergolong rendah, hal itu dapat dilihat dari keterampilan mereka mengenai pengaturan pola perkawinan dan seleksi yang belum sepenuhnya terlaksana. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis ingin memberikan rekomendasi sebagai berikut : Guna meningkatkan usaha pembibitan yang dilakukan peternak, maka Dinas Peternakan Kabupaten Pangandaran dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan motivasi peternak dalam melakukan usaha, melalui program – program yang segera terealisasikan sesuai dengan kebutuhan peternak salah satunya adalah program penyuluhan mengenai usaha pembibitan Sapi Pasundan.
Departemen Pertanian RI. 2006. Peraturan Mentri Pertanian NO. 54/Permentan /OT.140/10/2006 tentang “Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice)”. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2014. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Bibit Ternak Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Dan Ikonisasi Sapi Pasundan Sebagai Ikon Sapi Jawa Barat. Bandung. Jawa Barat Gubenur Jawa Barat. 2014. Proposal Usulan Penetapan Rumpun Sapi Pasundan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung. Jawa Barat
Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara tepat penggemukan sapi potong. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. Wawan, A., dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuisioner. Yogyakarta : Nuha Medika.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11