13
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial dan pengolahan data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Agustus tahun 2010. Secara spasial lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 1. 690000
720000
BEKASI
TENJO GUNUNG SINDUR
PARUNG PANJANG
DEPOK CILEUNGSI
PARUNG
GUNUNG PUTRI
RUMPIN CISEENG JASINGA
BOJONG GEDE
KEMANG
CIGUDEG
9300000
9300000
660000
CIBINONG
JONGGOL
KELAPA NUNGGAL
RANCA BUNGUR CARIU
CITEUREUP CIBUNGBULANG CIAMPEA
KOTA BOGOR
DRAMAGA LEUWILIANG
CIOMAS
SUKARAJA
BABAKAN MADANG
9270000
9270000
LEUWISADENG
SUKAMAKMUR
TANJUNGSARI
SUKAJAYA
TAMANSARI TENJOLAYA
NANGGUNG
MEGAMENDUNG CIJERUK
PAMIJAHAN
CISARUA CIGOMBONG
CARINGIN
0
10
Skala 1 : 500.000 660000
20 Km
Lokasi Penelitian
690000
Legenda : Kota Bogor Kabupaten Bogor Kecamatan Leuwiliang Kawasan Cendawasari (Desa Karacak)
9240000
9240000
SUKABUMI 10
CIANJUR
CIAWI
720000
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran koordinat geografis fasilitas Desa Karacak menggunakan GPS dan hasil survei (wawancara) mengenai orientasi penduduk terhadap pusat-pusat pelayanan, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Sekunder Jenis Data Sekunder Peta-Peta Digital Kecamatan Leuwiliang • Peta Administrasi • Peta Penggunaan Lahan • Peta Jaringan Jalan Peta-Peta Digital Desa Karacak • Peta Administrasi Kampung • Peta Jaringan Jalan • Peta Topografi • Peta Jenis Tanah • Peta Kesesuaian Lahan Manggis Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan dari Google Earth Data Atribut dan Peta Potensi Desa (PODES) Kabupaten Bogor 2008
Sumber
Pradana (2009)
Pradana (2009) Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, 2010
Alat yang digunakan pada penelitian ini mencakup alat-alat yang digunakan pada penelitian lapang seperti alat penerima sinyal GPS tipe Magellan Versi Platinum Meridian 5.40 dan daftar isian (kuesioner) serta alat-alat yang berupa perangkat lunak (software) pengolah data yang terdiri dari Arc View GIS 3.3, Statistica 8.0, Microsoft Office Word, dan Microsoft Office Excel. 3.3. Tahapan Penelitian Penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) Tahap
persiapan, 2) Analisis
pendahuluan, 3) Penelitian lapang, dan 4) Analisis lanjutan. Tahap persiapan mencakup studi literatur dan pengumpulan data-data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini. Analisis pendahuluan bertujuan untuk memperoleh informasi awal mengenai hirarki pusat-pusat pelayanan di Kecamatan Leuwiliang dan keunggulan komparatif komoditas manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Analisis pendahuluan dilakukan dengan cara mengolah data-data sekunder menggunakan beberapa teknik analisis data seperti Analisis Skalogram, Analisis Spasial, dan Analisis Locational Quotient (LQ).
15
Sementara itu, penelitian lapang pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data primer yang akan digunakan dalam analisis lanjutan. Penelitian lapang yang dilakukan meliputi pengukuran langsung koordinat geografis fasilitas di lapang dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dan survei/wawancara kepada sejumlah penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari mengenai kecenderungan orientasi perjalanan penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan. Kemudian penelitian diakhiri dengan analisis lanjutan terhadap data-data primer yang diperoleh dari penelitian lapang untuk memperoleh tujuan akhir dari penelitian ini. Pada Tabel 2 disajikan gambaran tentang hubungan antara jenis data dan teknik analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini sedangkan diagram alir penelitian ditampilkan pada Gambar 2. 3.4. Teknik Penarikan Sampel (Responden) Responden yang disurvei berjumlah 50 rumah tangga (KK) untuk survei orientasi terhadap pusat pelayanan umum dan 25 orang petani manggis untuk survei orientasi terhadap pusat pelayanan agribisnis manggis. Kuesioner disebarkan secara purpossive stratified sampling dengan strata jenis pekerjaan kepala keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga sesuai dengan proporsi jumlah rumah tangga (KK) pada masing-masing RW (lihat Lampiran 2). Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara kepada masing-masing keluarga terkait dengan aktivitas selama satu minggu terakhir dan wawancara kepada petani manggis untuk mengetahui pusat-pusat aktivitas/pelayanan agribisnis manggis seperti tempat pembelian sarana produksi pertanian, tempat pengelolaan pasca panen, dan tempat penjualan hasil panen. Contoh kuesioner dan daftar sebarannya disajikan pada Lampiran 2 dan 3. Data yang diperoleh dari hasil survei (wawancara) tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk peta dan grafik proporsi perjalanan penduduk.
16
Tabel 2. Hubungan antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian No 1
Tujuan Mengidentifikasi hirarki pusat-pusat pelayanan di Kecamatan Leuwiliang,
•
• 2
Mengidentifikasi Karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan Desa Karacak,
•
•
Jenis Data Data PODES Kecamatan Leuwiliang Tahun 2008 Data Jumlah Penduduk Hasil Pengukuran Koordinat Fasilitas menggunakan GPS Data Koordinat Permukiman dari Peta Penggunaan Lahan
Teknik Analisis • Analisis Skalogram
Output • Tabel dan Peta Hirarki PusatPusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang
• Penelitian lapang • Analisis SIG • Analisis Skalogram • Analisis Mean Center • Analisis Spatial Standard Distance (SSD) • Overlay • Analisis Location Quotient (LQ)
• Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak • Nilai IPRW, Jarak Pusat Sebaran Fasilas ke Pusat Permukiman, dan Nilai SSD • Peta Struktur PusatPusat Pelayanan Desa Karacak
• Diagram dan Peta Orientasi Penduduk Terhadap PusatPusat Pelayanan • Nilai Koefisien Regresi Berganda • Persamaan Regresi Berganda
3
Mengidentifikasi Keunggulan komparatif komoditas unggulan manggis di Desa Karacak,
• Peta Administrasi Desa Karacak • Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan dari Google Earth
4
Mengidentifikasi Orientasi perjalanan penduduk Desa Karacak,
• Kuesioner
• Wawancara • Analisis Deskriptif
5
Menidentifikasi Pengaruh karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan terhadap orientasi perjalanan penduduk,
• Hasil Kuesioner
• Analisis Regresi Berganda (Forward Stepwise)
• Tabel dan Peta Sebaran eksisting Kebun Manggis di Desa Karacak • Nilai Indeks LQ
17
Data Podes Kec. Leuwiliang Tahun 2008
Data Jumlah Penduduk Kec. Leuwiliang Tahun 2008
Hasil Interpretasi Google Earth
Peta Administrasi Desa Karacak
Indeks Hirarki PusatPusat Pelayanan Kec. Leuwiliang
Data Luas tiap Tipe Penggunaan Lahan
Peta Penggunaan Lahan Desa Karacak
Peta Sebaran Kebun Manggis Desa Karacak
Analisis LQ
Indeks LQ Kebun Manggis
Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kec. Leuwiliang
33 Keunggulan Komparatif Komoditas Manggis
Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak
Wawancara
Orientasi Penduduk thd Pusat-Pusat Pelayanan Umum
Analisis Deskriptif 44
Diagram&Peta Orientasi Pergerakan Penduduk
Analisis Mean Center & Analisis Korelasi
Analisis Hirarki Perkembangan Wilayah
Analisis Spatial Standard Distance
Tabel & Peta Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW
Tabel & Peta IPRW Desa Karacak
Tabel & Peta Nilai SSD Desa Karacak
Efisiensi Pelayanan Fasilitas
Hasil Survei /
Orientasi Penduduk thd Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis
Koordinat Pusat Permukiman
Kondisi Eksisting Kebun Manggis
11
Penelitian Lapang
Analisis SIG
Overlay Skalogram Berbobot
Koordinat GPS Fasilitas Desa Karacak
22
2
2
Tingkat Kelengkapan Fasilitas
Analisis Regresi Berganda
2
Pola Sebaran Fasilitas
2
Pengaruh Struktur Pusat-Pusat Pelayanan terhadap Orientasi Perjalanan Penduduk
Keterkaitan Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari Keterangan : Angka 1,2,3,4, dan 5 menunjukkan tujuan penelitian
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
55
18
3.5. Teknik Analisis 3.5.1. Analisis Skalogram Metode skalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah. Hirarki wilayah pada penelitian ini dilakukan di jenjang kecamatan untuk memperoleh indeks perkembangan desa (IPD) dan di jenjang desa untuk memperoleh indeks perkembangan RW (IPRW). Data yang digunakan adalah data jumlah unit berbagai fasilitas yang terdapat pada unit desa di Kecamatan Leuwiliang dan unit RW di Desa Karacak meliputi kelompok fasilitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan penunjang permukiman. Rincian data yang digunakan dalam analisis skalogram disajikan dalam Lampiran 1 dan Lampiran 7. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada atau tidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlah atau kuantitasnya. Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan atau Pelayanan Desa (Rustiadi et al., 2003) adalah sebagai berikut:
IP j =
dimana :
Keterangan: IPj
= Indeks Perkembangan Desa/RW ke-j
Iij
= Jumlah sarana prasarana ke-i desa/RW ke-j
I’ij
= Jumlah sarana prasarana ke-i terkoreksi desa/RW ke-j
I i min = Jumlah sarana prasarana ke-i terkecil (minimum) = Simpangan baku sarana prasarana ke-i
SDi
Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga yaitu: •
Hirarki I (Tinggi), jika indeks perkembangan ≥ (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki II (Sedang), jika rata-rata < indeks perkembangan < (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki III (Rendah), jika indeks perkembangan < rata-rata
Hirarki III (Rendah) < rataan ≤ Hirarki II (Sedang) <{rataan + (1.5 x std. deviasi)} ≤ Hirarki I (Tinggi)
19
3.5.2. Analisis Location Quocient (LQ) Location Quocient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa 1). Kondisi geografis relatif seragam, 2). Pola-pola aktivitas bersifat seragam, dan 3). Setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan LQ (Panuju et al., 2008) adalah sebagai berikut:
LQij = Dimana:
Xij / Xi. X . j / X ..
Xij
: derajat aktivitas ke-j di wilayah ke-i
Xi.
: total aktivitas di wilayah ke-i
X.j
: total aktivitas ke-j di semua wilayah
X..
: derajat aktivitas total wilayah
Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan adanya konsentrasi suatu aktivitas j di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i. Jika nilai LQij = 1, maka aktivitas j di sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total. Jika nilai LQij < 1, maka aktivitas j di sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah. Analisis Location Quotient (LQ) dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat pemusatan atau basis aktivitas penggunaan lahan kebun manggis di Desa Karacak. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah luas penggunaan lahan kebun manggis dalam unit-unit kampung di Desa Karacak dan total luas penggunaan lahan di Desa Karacak. 3.5.3. Analisis Pusat Sebaran Fasilitas Pusat
sebaran
merupakan
sepasang
koordinat
spasial
yang
menggambarkan posisi suatu titik yang diasumsikan paling mewakili sebarannya. Analisis pusat sebaran dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pusat sebaran fasilitas dan pusat permukiman setiap RW.
20
Penentuan pusat sebaran fasilitas dan pusat permukiman setiap RW Desa Karacak dianalisis dengan pendekatan mean center. Dalam hal ini mean center merupakan sepasang koordinat spasial yang menyatakan posisi pusat dari sebaran fenomena tiap wilayah. Nilai koordinat mean center (Xc , Yc) merupakan rataan nilai koordinat fenomena yang diukur pada sumbu x dan y sehingga koordinat mean center sangat sensitif terhadap nilai ekstrim. Smith (1995) dalam Natasarjana (2006) memformulasikan mean center sebagai berikut:
xc =
yc =
Keterangan: Xc
= koordinat mean center pada sumbu x;
Yc
= koordinat mean center pada sumbu y;
xi
= koordinat fasilitas atau permukiman ke-i pada sumbu x;
yi
= koordinat fasilitas atau permukiman ke-i pada sumbu y. Data yang digunakan dalam penentuan pusat sebaran fasilitas adalah data
koordinat fasilitas setiap RW yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapang dengan menggunakan GPS, sedangkan penentuan pusat permukiman tiap RW menggunakan data atribut koordinat poligon permukiman setiap RW yang diperoleh dari peta penggunaan lahan Desa Karacak. Sementara itu, penghitungan jarak antar pusat sebaran (mean center) dilakukan berdasarkan konsep garis lurus (euclidian distance) yang diperoleh dengan bantuan software Arc View 3.3. Pada penelitian ini juga dilakukan penghitungan parameter rataan jarak tiap fasilitas ke pusat permukiman terdekat yang dijadikan sebagai pembanding terhadap parameter jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat sebaran permukiman. Rataan jarak tiap fasilitas ke pusat permukiman terdekat juga dihitung berdasarkan konsep garis lurus (euclidian distance). Kemudian dilanjutkan dengan analisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua parameter tersebut. Dalam analisis korelasi sederhana, keeratan sifat antara dua parameter yang diamati akan ditunjukkan dari nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif menggambarkan keterkaitan searah antar peubah (parameter) sedangkan keterkaitan antar peubah saling berlawanan apabila koefisien korelasi
21
bernilai negatif. Selain itu, antar peubah tidak ada keterkaitan apabila nilai koefisien mendekati nol. 3.5.4. Analisis Pendugaan Pemusatan dan Dispersi Spasial Fasilitas Sebaran fenomena dalam suatu wilayah dapat mengindikasikan pemusatan dan dispersi. Dalam penelitian ini, analisis pendugaan pemusatan dan dispersi sebaran fenomena bertujuan untuk mengetahui pemusatan dan dispersi dari sebaran fenomena fasilitas setiap RW di Desa Karacak. Pendugaan terjadinya pemusatan atau dispersi dianalisis dengan pendekatan Spatial Standard Distance. Spatial standard distance hanya menggambarkan kecenderungan sebaran data terpusat atau terdispersi dan tidak mampu menunjukkan arah dispersi. Smith (1995) dalam Natasarjana (2006) mengungkapkan bahwa spatial standard distance merupakan akar kuadrat dari rataan kuadrat jarak dari pusat yang diformulasikan sebagai berikut:
Sx =
D=
Sy =
Keterangan: D
= spatial standard distance;
Sx
= spatial standard distance pada sumbu x;
Sy
= spatial standard distance pada sumbu y;
xi
= koordinat fenomena ke-i pada sumbu x;
yi
= koordinat fenomena ke-i pada sumbu y;
xc
= koordinat mean center ke-i pada sumbu x;
yc
= koordinat mean center ke-i pada sumbu y. Beberapa kelebihan dari analisis ini antara lain adalah dapat menduga
kecenderungan dari pola sebaran fasilitas dan dapat menduga jangkauan relatif pelayanan dari suatu sebaran fasilitas. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mampu menunjukkan arah dispersi dari sebaran fasilitas.
Analisis ini
menggunakan data koordinat fasilitas yang diambil dengan GPS dan tidak mempertimbangkan bobot atau kualitas dari masing-masing fasilitas.
Unit
analisis yang digunakan adalah RW dan kelompok fasilitas. Pendugaan pemusatan dan dispersi fasilitas tiap RW menggunakan RW sebagai unit analisisnya. Sedangkan kelompok fasilitas menggunakan fasilitas sebagai unit analisisnya.
22
3.5.5. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menduga pengaruh variabelvariabel penjelas yang terkait dengan struktur pusat-pusat pelayanan (X) terhadap variabel tujuan (Y) yang diamati yaitu jumlah perjalanan penduduk. Data jumlah perjalanan penduduk yang digunakan dalam analisis ini didasarkan atas rata-rata jumlah perjalanan responden tiap RW di Desa Karacak dalam rentang waktu selama satu minggu terakhir. Data tersebut diperoleh dari hasil survei lapang yang dilakukan pada bulan Mei 2010. Analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan RW sebagai unit analisisnya. Model yang digunakan adalah:
Y = α0 + α1x1 + α2x2 + ... + αjxj Dimana: Y : dependent variabel (variabel yang diduga) Xj : independent variabel (variabel penduga) ke-j αj : koefisien regresi peubah ke-j Pada penelitian ini terdapat dua model regresi yang diuji yaitu model regresi untuk total perjalanan internal (Y1) dan total perjalanan eksternal (mencakup ke luar kecamatan) (Y2). Dalam membangun model persamaan di atas, variabel-variabel yang dipilih berdasarkan pertimbangan logis bahwa karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan tersebut terkait dengan orientasi perjalanan penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Namun untuk menghindari terjadinya multikolinearitas (korelasi antar variabel independen) maka persamaan akan diduga dengan metode forward stepwise sehingga tidak semua variabel penjelas/penduga digunakan dalam persamaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Variabel yang Digunakan dalam Analisis Regresi Berganda Variabel Jumlah Perjalanan Internal Jumlah Perjalanan Eksternal+Luar Indeks Perkembangan RW Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Sebaran Permukiman RW Nilai Spatial Standard Distance RW Jumlah Rumah Tangga RW Luas Area Permukiman RW Jumlah Fasilitas Ekonomi RW Jumlah Fasilitas Pendidikan RW Jumlah Fasilitas Penunjang Pertanian RW
Unit/Satuan Perjalanan per minggu Perjalanan per minggu IPRW
Simbol Y1 Y2 X1
Meter Meter KK Hektar Unit Unit Unit
X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8