II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi dan Taksonom Taksonomi mi S Sambung ambung Nyawa Nyaw Ny a a (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) Sambung nyawa nyaw ny awa merupakan tanaman perdu tega gak jika masih muda, dan tegak merambat jika jik ka sudah cukup tua,, berperawakan ber erpe peraawa waka kan he hherba rba berdaging. g Batang segiempat beruas-ruas berwarnaa hhijau ijau ij au dengan bercak k ung gu. D aun au nnya berupa da ddaun un tunggal beruas-ruas ungu. Daunnya be erb rbentuk el elip ips me m manj njan ang, tersebar, tepi daun ber rto toreh, ber eram ambu but halus, ppanjang anjang berbentuk elips memanjang, bertoreh, berambut tangka kaii 0, 0,5 5-3,5 cm, cm, helaian daun 3,5-12,5 cm dengan bagia ian n atas bberwarna erwa er warna hhijau ijau tangkai 0,5-3,5 bagian mu da m engk gkilat, tulang daun menyirip, dan menonjol pada permukaan permu uka k an daun dau aun bagian an muda mengkilat, bawa ba wah, ddan an lebar daunnya 1,5-5 cm. Susunan bunga majemuk ca awan be berw rwarna bawah, cawan berwarna orange e-kuning, mahkota bertipe tabung berwarna hijau atau jingga, benang sari saari r orange-kuning, berben ntuk jarum berwarna kuning dengan kepala sari berlekatan menja adi satu u, dan n berbentuk menjadi satu, bracht hteea involucralis be berb rben entu tuk k garis berujung ng rruncing unci un cing ng atau tumpul (v (va an Steen enis is brachtea berbentuk (van Steenis dkk., 1975 ; Backer dan van den Brin ink, k, 11965). 965). Brink, Sambung nyawa diduga berasal dari Myanmar dan terseb ebaar ssampai amp am pai tersebar Tion Ti ongk g okk serta serta t Asia Asia ia Tenggara Ten enggara (Jawa, (Jaw (J awa, a, K alim al imantan, dan dan Fi Fili lipina) i ) (Sudarto, (Sudarrto (S to, 19 1990). Tiongkok Kalimantan, Filipina) Di Jawa Jaw awaa banyak b ny ba yak dditemukan itemukan pada ke it ketinggian n 1-1200 1-1200 m dpl, l terutama ter erut u ama tumb mbuh dengan tumbuh baik pada ketinggian 500 m dpl, banyak tumbuh tum mbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput (Backer (Backe ker dan van n den Brink, 1965). Tanaman sambung nyawa umumnya dapat dipanen se ssetelah telaah umur 4 bulan, kemudian dilakukan peremajaan hingga dapat dipanen selama m 4 tahun (Aryanti dkk., 2007).
8
9
Kedudukan taksonomi sambung nyawa menurut Backer dan van den Brink (1965) : Kerajaan Divisi Kelas Bangsa Sukuu Marga Ma JJenis enis
: Planta ae Plantae Sp : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Asterale es Asterales Asteraceeaee : Asteraceae Gy : Gynura Gynnura procumbens (Lour.) Gy (L Lou our. r.)) Me Mer rr. : Gynura Merr.
(a) (b) (b (c) (d) (c) (d) Gambar 1. Tanaman Sambung Ny Nyaw a a (a (a)) D aun (b) Batang (c) Akar (d) Bung ngaa Nyawa Daun Bunga 201 14; 4 Zadel, 2013; Richter, 2014) (Dokumentasi pribadi, 20 2014;
B Ka Kimi Ki mia Sambung Samb Sa mbung Nyawa Nyaw Ny awa a B.. Kandungan Kimia Pe Pene neli liti tian Akowuah dkk. (2002) ), menunjukkan bahwa b hw ba hwaa da daun sambung Penelitian (2002), nyawa mengandung flavonoid, sa aponin, tanin, tanin n, dan terpenoid. Suganda dkk. (1988), saponin, mengemukakan bahwa daun sam mbung ny yawa mengandung senyawa flavonoid, sambung nyawa tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam asaam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, hid k i benzoat. b i dkk ) asam para kkumarat, ddan asam p-hidroksi Menurut Jenie dkk. ((2014), sambung nyawa mengandung sterol, glikosida sterol, quercetin, kaempferol -3- Oneohesperidosida, kaempferol -3- glukosida, quercetin -3- rhamnosyl (1-6)
10
galaktosida, dan quercetin-3-rhamnosyl (1-6) glukosida. Menurut Wahyuningsih (2004), senyawa yang terkandung dalam sambung nyawa mempunyai aktivitas dalam memerangkap radikall bebas, beb be bas, yang da dapa pat digunakan sebagai antioksidan. dapat Menurut Rahman dan dan Asad (2013), kandungan antiok oksi sidan dari daun sambung antioksidan nyawa dapatt ddiketahui iketahui dengan eekstraksi kstr trak aksii m engg en ggun u akan n-hexane, n-hexanee, dichloromethane, menggunakan methannol, dan ethyl acetate. acet ac etat atee. methanol, Flav Fl avon onooid 1. Flavonoid Menurut Marais dkk. (2006) flavonoid biasanya biasaany n a di digu guna naka k n un untuk Menurut digunakan me produk yang dihasilkan tanaman yang term rmasuk uk kkee dalam m menjelaskan termasuk M rs Ma rsto ton n dan senyawa dengan rumus kimia C6-C3-C6. Menurut Marston Hostettmann (2006), senyawa flavonoid memiliki ikatan gli ikosid da ya ang glikosida yang dapat didegradasi oleh aktifitas enzim yang didapatkan dari ba bahan n tanaman baik baaik ddalam alam al am bbentuk entuk segar ma maup upun un kkering. e ing. Ekstrak er ksi flavono noid id maupun Ekstraksi flavonoid dibutuhkan pelarut yang sesuai seesu suai ai dengan dengan kepolarannya. Beberapa flavonoid flavo vono noid id ada yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon yang ng termetilasi, terme metiila lasi, ddan an fl flavon onol ol yang da dapa patt di diek ekstraksii dengan deng de ngan ppelarut elarut l kkloroform, loro lo rofform, flavonol dapat diekstraksi diklor orom ometana, dietil eter er, atau eti till asetat, namun fl flav avonoid gl glik ikosida dan diklorometana, eter, etil flavonoid glikosida aglikone yang lebih pol lar dapat diekstraksi dieekstraksi dengan menggunakan pelarut polar alkohol atau campuran alkohol-air. alkohol-airr. al Menurut Harborne (1987), (19877), flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat berubah bila dita ambahkan senyawa yang bersifat basa atau ditambahkan ammonia. Flavonoid di alam merupakan senyawa yang larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan menggunakan etanol 70%. Flavonoid umumnya
11
terdapat dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Ikatan senyawa flavonoid dengan gula menyebabkan banyaknya bentuk kkombinasi omb om binasi yang g da ddapat pat terjadi di dalam tumbuhan, sehingga fflavonoid lavonoid pada tumbuhan jarang ditemukan la dite di t mukan dalam keadaan tung nggal, flavonoid sering serring g terdapat terd te dap apat at cam ampuran yang ter rdi d ri dari flavonoid tunggal, campuran terdiri yang berbeda da kelas. kel elaas. Fl Flavonoi oidd yang terdiri dari rangkaii karbon k rbon C6-C3-C6, terd ka terdiri rdiri dari Flavonoid beberaapa bentuk dasar, yang dilihat dari posisii cincin be n aaromatiknya. roma ro m tikn knya. beberapa Menurut Me Grotewold (2006), flavonoid dibagi menjadi tiga tig i a bentuk bent be ntu uk dasar dasaar antara lain :
Gambar 2. Struktur Flavonoid Kete Ke tera rang ngan an : 11.. Fl Flavonoid, d, 22.. Is Isof ofla lavo vonoid id,, ddan an 33.. N eofl eo flav avon onoi oid Keterangan Isoflavonoid, Neoflavonoid (Sum (S umbe berr : Grotewold, Grotew wol old, d, 22006) 006) 00 6) (Sumber Kegunaan dari flavonoid fl d bagi kesehatan diantaranya adalah emampuan mengikat logam, stimulasi dari sistem aktivitas antioksidan, ke kemampuan imun,
pencegahan
nit tra r si nitrasi
tir irosin, tirosin,
antialergi,
antibakterial,
dan
kk., 2001). kk antikarsinogenik (Merken ddkk., 2. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif
12
permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harborne, 1987). Sa Sap ponin adalah ah gglikosida likosida yang aglikonnya disebut Saponin sapogeninn ((Gunawan Gunawan dan Mulyani, 2004). Berdasarkan stru rukt ktur ur ddari arii ag ar aaglikonnya, liiko k nnya, saponin saponiin dapat dibedakan struktur menjadi dua duua ma macam, yaitu saponin ssteroid teero roid id dan saponin ttriterpenoid. riterpenoid. Sapo Sa poni ninn steroid steroi oidd mudah mudah larut dalam air dan al alko k hol, ttetapi etap apii ti ttidak dak laru ut dalam Saponin alkohol, larut et aponin steroid tersusun dari suatu aglikon steroid ster eroid (sapogenin) (sap (s apog ogen enin) yang ya eter. Sa Saponin te eri rikat pada suatu oligosakarida yang biasanya hekso sosa ddan an pentos sa terikat heksosa pentosa (Farnsworth, 1966). 33.. Tanin Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul mo olekul ccukup ukup p tinggi (lebihh dari dari 1000) 100 000) 0) dan dapat membentuk mem embe bent ntuk uk kompleks dengan deng ngaan prote ein n. protein. Tanin terdapat luas dalam tu tumb mbuhan berpembuluh, dalam angiospermae angiospeerm rmaae tumbuhan terdapat khusus dalam jaringan kayu. Dalam tumbuhan, tanin terpisah ter erpi pisa sah h dari d ri da pr ottein i da dann en enzi zim sitopl plas asma ma, bi bila la jjaringan aringan n tu tumb mbuhan h rusak, ma maka ka dapat dapat protein enzim sitoplasma, tumbuhan te rjadi j i reaksi re penyamaka kan. Tani in memiliki efek effek bberagam erag gam m ppada ada sistem terjadi penyamakan. Tanin biologis karena dapat bberperan erperan se ebagai pengendap protein, pengkhelat sebagai logam dan antioksidan bbiologis iologis (Hagerman, (H Hagerman, 2002 ; Harborne, 1987). 4. Triterpenoid Triterpenoid merupakan a senyawa yang tidak memiliki warna warna, berbentuk kristal, memiliki titik leleh yang tinggi dan merupakan senyawa optik aktif, yang sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia.
13
Triterpenoid memiliki kerangka karbon yang berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, Trrit iter erpenoid dapat dap pat diklasifikasikan menjadi empat yaitu skualena. Triterpenoid golongan bbesar esar yaitu, triterpena, steroid, saponin, sapon onin i , dan glikosida jantung au kkardenolida ardenolida (Harb borrne ne,, 1987). 19 987 87). ). atau (Harborne,
naan an Sambung Sambung ng Nyawa Nyawa C.. Keguna Kegunaan Menu Me n rut Pe Permadi (2008), efek farmakologis sambun ng nyaw awaa di dipe p roleh h dari Menurut sambung nyawa diperoleh peng nggu gunaan n daun. Daun sambung nyawa oleh sebagian masyarakat masy syarak kat IIndonesia n onessia nd i penggunaan digu di gunakaan sebagai obat kanker kandungan, kanker payudara, dan n kank nkerr ddarah arah h digunakan kanker (Meiyaanto 1996). Selain itu, sambung nyawa dimanfaatkan sebagai antikoagulan, (M antiko koag agulan n, (Meiyanto mencaairkan pembekuan darah, menghentikan pendarahan, menghilang gkan pan anass, mencairkan menghilangkan panas, n in nfeksi kerongkong gan (Wijayakusuma dkk., 1992). Dalimartha Dalimart rthaa (1999), (1999 99), ), dan infeksi kerongkongan mbun ung ny nyaw awa dapat untuk mengatasi batu gginjal, injaal, in mengemukakan bahwa daun samb sambung nyawa dara da rah tinggi, dan kencing manis. darah Seca Se cara ra in vivo, viv ivoo, flavonoid flav fl avon onoi oid d ya yang ng terabsorbsi ter erab abso sorb rbsi si aakan kan ka n ak akti tiff me meng ngha hamb mbat at rradikal adikal ad Secara aktif menghambat beba bass ya yang ng ddiakibatkan iaki ia kibaatk tkan oleh si ito totoksisitas ooleh leh peroks ksid idasii le lema mak k (Y (Yut utin ing dkk., bebas sitotoksisitas peroksidasi lemak (Yuting flavonoi oid mengha ambat peroksidasi lemak, pada tahap 1990). Secara in vitro, flavonoid menghambat penggik i at anion n superoksida dan radikal hidroksil inisiasi berperan sebagai pengikat (Afanas’ev dkk., 1989).
14
D. Metode Ekstraksi Senyawa Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa terlarut (solut) ke dalam g be bers rsif ifat at aanorganik norganik atau disebut senyawa polar pelarut (solvent). Senyawa yang bersifat dapat terlarut oleh pela larrut polar, sedangkan senyawa oorganik rganik atau non-polar dapat rg pelarut terlarut oleh pe pel larut non-polar. Sifat tersebut dikenal dengan n istilah like dissolve pelarut like (Pec ecsok dkk., 19 976 76). M enur en urut u H arrbo born rnee (1 (198 987), ekstraks ksii yang tepat (Pecsok 1976). Menurut Harborne (1987), ekstraksi berg rgantung ppada adaa tekstur da ad dann kkandungan andungan air ba bbahan han ha n tu ttumbuhan mbuhan n yyang ang an g diekst tra r ksi dan bergantung diekstraksi jjenis enis senyawa s ny se nyaw awa ya ang diisolasi. Umumnya sebelum dilakukan dilakukaan ekstraksi, eksttra raks ksi, i, pencegahan pencega gahan yang akan an ooksidasi k idassi maupun hidrolisis senyawa dalam tumbuhan perluu dilakukan ks dilaku kuka kan n dengan dengaan cara peng cara geringan atau perendaman dengan etanol mendidih. pengeringan Pengeringan tumbuhan dilakukan dalam keadaan terawasi untu uk me menc ncegah ah untuk mencegah terjadi inya perubahan kimia yang terlalu banyak. Tumbuhan yang dikerin ngkan ha haru us terjadinya dikeringkan harus dila laku kukkan secepat-cepatnya y , tanpa menggunakan suhu tinggi dan memi mili lik ki alira ran n dilakukan secepat-cepatnya, memiliki aliran udara yang baik. Setelah tumbuhan tumbuha han n kering, k ring ke ng, tu tumbuhan dapat disimpan untuk jangka jaang ngka ka wa wakt ktu yang lama sebelum dianalisis (Harborne, 1987). Ekstraksi menggunakan men nggun unak akan waktu pe pela laru rutt ya yang ng ssedikit edik ed ikit it ddan an ddilakukan ilak il akuk ukan an bberulang e ullan er ang g ka kali li aakan kan me ka meng ngha hasi silk lkan an hhasil asil as il eekstraksi kstr ks traksi pelarut menghasilkan yang ng llebih ebih eb ih bbaik aikk da ai dari rippadda ekstrak aksi satu kali li dengan dengan pelarut peela laru r t yang yang banyak ban anya yak k (Pecsok daripada ekstraksi dkk., 1976). Menurut Agoes (2007), ekstraksi eks k traksi merupakan merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan menstr rum u (pelarut (pe pelarut atau campuran pelarut) dan larutan menstrum ekstrak yang diperoleh disebut dengan n micella. Menurut Harborne (1987), metode ekstraksi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus. Ekstraksi sederhana terdiri dari maserasi, perkolasi, reperkolasi, evakolasi, dan dialokasi. Ekstraksi khusus terdiri dari sokletasi, arus balik, dan ultrasonik.
15
Ekstraksi sederhana merupakan ekstraksi menggunakan pelarut namun tidak menggunakan tambahan perlakuan lain seperti panas, misal maserasi yang dapat disebut dengan ekstraksi ddingin, ingi in gin, sedangk gkan an ekstraksi khusus menggunakan sedangkan perlakuan lain sepe pert rtii pemanasan atau pemecahan sel el m enggunakan ultrasonik seperti menggunakan dalam mend dap apatkan senyawa yan ang g di diin ingi gink nkan a (M (Moelyono, 1996) 6). mendapatkan yang diinginkan 1996). 1. Maserasi Me M nurutt Da Darwis (2000), maserasi merupakan merupakaan pr me pros oses perendaman peren endaman Menurut proses sa el dengan pelarut organik yang digunakan pad sampel ada suhu u rruangan uang ua n an (2 ((200pada 266oC). Proses ini sangat menguntungkan dalam isolas isolasi si senyawa seny nyaw awa baha bahan an alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan an tterjadi erjadii er pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekan nan ddii dala am tekanan dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam m sitopl plaasma ma sitoplasma akan terlaru ut da dala lam m pe pela l rut organik da dan n ekstraksi ekst ek stra raks k i senyawa akan ak kan sempu urn rnaa terlarut dalam pelarut sempurna karena dapat diatur lama pperendaman eren er nda daman yang digunakan. Pemilihan pelarut pela pe laru rut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang ti ing nggi gi dengan den eng gan tinggi memperha hati tika kann kelarutan kelaruta tan n se seny nyaw awaa bahan bahan al alam am ppelarut elar l utt ttersebut. ersebut.. memperhatikan senyawa Me Men nurut Meloan (19 1 99) dalam dala lam Yuningsih (2 (200 007)), ke lebi ebiha han metode Menurut (1999) (2007), kelebihan maserasi diantaranya metodenya metodenya sederhana, seederhana, tidak memerlukan alat yang rumit, relatif murah, dann dengan m etode ini dapat menghindari kerusakan metode komponen senyawa karenaa tidak k menggunakan panas sehingga baik untuk sampel yang tidak tahan panas. panaas Kelemahan metode ini antara lain adalah dari segi waktu yang lebih lama dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan efisien karena jumlah pelarut yang digunakan relatif banyak.
16
Menurut Voigt (1994), pembuatan ekstrak dengan metode maserasi mengikuti syarat yaitu bahan dihaluskan dengan cara dipotong-potong ke ddisatukan isat atuk u an dengan bahan pengekstraksi. atau dibuat serbuk,, kemudian laamanya maserasi berbeda-beda, m a ing-masing farmakope as Waktu lamanya masing-masing meencantumkan 4-10 ha hhari, ri, menurut ri menu me nuru rutt pe pengalaman 5 hari har arii sudah memadai. mencantumkan ser e as asii bahan disimpan di tempat temp mpat at yyang ang terlindung an gi dari cahaya Selama mas maserasi terlindungi laang ngsu sung n untuk uk mencegah mencegah reaksi perubahan perubah han warna. warna. langsung Pe ekstrak aksi ffitokimia itok okim imia ia sebagai seb bag a ai Penggunaan metode maserasi dalam ekstraksi an ntioksidan telah banyak dilakukan salah satunya adala ah pene neli liti tian yan ng antioksidan adalah penelitian yang dilakukan Yuliarti dkk. (2013), yaitu mengisolasi, mengidentifikasi, mengide dentiffik ikas asi, i dan menguji
antioksidan
daun
tempuyung
(Sonchus
ar rvensis arvensis
L .) L.)
menggunakan maserasi dengan variasi pelarut n-hexane dan eta tanoll. etanol. Penelitian llain ainn ya ai yang ng m enggunakan n m etod et odee ma m serasi adalah adalaah peneliti tian an menggunakan metode maserasi penelitian yang dilakukan Mokogin nta dkk. dkk kk. (2013), menguji aktivitas penangkal penaang ngka kal Mokoginta radikal bebas ekstrak metanol kulit biji pinang yaki ((Arec eca a ve vest stia iarria (Areca vestiaria Gi Gisek ke)). Giseke). 2. Soklet tas asii Sokletasi Menurut Darwis ((2000), 2000), sokl letasi merupakan proses ekstraksi yang sokletasi menggunakan penyarian n berulangg dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara carra me emanaskan pelarut hingga membentuk uap memanaskan dan membasahi sampel r t yang sudah membasahi sampel kemudian sampel. Pelaru Pelarut akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena
17
terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas. Harb bor orne (1987), ) keuntungan keu e ntungan ekstraksi dengan cara Menurut Harborne ad pelarut yang digunakan lebih lebi bih h sedikit dan waktu yang sokletasi adalah dibu buttuhkan lebih sedikit sed dik ikit it daripada dar arip ipad ada de ddengan ngan maserasi maseras asii atau perkolasi. dibutuhkan araa ini ini adalah tidak dapatt ddigunakan igun ig unak akan an untuk senya awa w -senyawa Kerugian car cara senyawa-senyawa yang termolabil. ter ermolabi bill. yang Pe kst straksii te tela lah h bany nyak Penggunaan metode sokletasi dalam ek ekstraksi telah banyak dilaakukan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan dilakuk kan Marliana Mar arli liaana dk kk. k dilakukan dkk. (2 afi la lapi piss tipis (2005), yaitu skrining fitokimia dan analisis kromatogra kromatografi lapis wartz)) dalam dalaam komponen kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Sw Swartz) ekstrak etanol.
E Sifat Pelarut dalam Ekstraksii E. kan ttetapi etaapi et Dalam ekstraksi dapat digunakan berbagai macam pelarut, ak akan peng pe n gu guna naan an ppelarut elar el arut ut ttoksik oksi ok sikk ha haru russ dihi hind ndar ari. i P elarrut yyang el ang an g digunakan digu di guna naka kan n dalam da penggunaan harus dihindari. Pelarut meng ngek ekst stra raks ksii ssenyawa eny nyaw awa dapat di dipe p rtimbang ngk kan berd dassar arkan n su suhu hu ddidihnya idih id hnya agar mengekstraksi dipertimbangkan berdasarkan 07). Menuru ut Pecsok dkk. (1976) ekstraksi dapat mudah dihilangkan (Agoes, 2007 2007). Menurut nyawa terga antung pada perbedaan dalam koefisien memisahkan dua hingga lebih sen senyawa tergantung coefficieent n s) at atau konstanta dielektrikum (Dielectric ( penyebaran (distribution coefficients) terseb but (Tabel 1). Constant) yang dimiliki pelarut tersebut
18
Tabel 1. Pelarut-pelarut yang biasa digunakan dalam ekstraksi senyawa Konstanta Titik didih o Titik beku ( C) dielektrikum Pelarut (oC) (Debye ( y unit)) Diethyl ether 35 3 5 -116 4,3 Carbon disulfide 46 -111 -11 111 2,6 Acetone 56 -95 20,7 Chloroform 61 -64 4,8 Metanol 65 5 -98 32,6 Tetrahydrofuran Tetrah hydrofuran 66 --65 65 7,6 Di-isopropyl Di-is isopropyl eter 68 -60 60 3,9 3 3, 9 Carbon tet Ca tetrachloride etraach chloride 76 -23 2,2 2 Ethyl ac acetate cet etat atee 77 -84 84 6,0 Ethanol Etha h no noll 78 -117 24,3 2 24 ,3 Benzene Be enz nzen ene 80 5,5 2,3 2, 3 Cyclohexane Cycl Cy clohex xane 81 6,5 2,0 2, 0 Isopropanol Isop Is o ropa panol 82 -89 18,3 18 Airr A Ai 100 0 78,5 78 8,5 Dioxane D ioxaane 102 12 2,2 2 Toluene T olu uene 111 -95 2,4 Acetic Acet etic acid (glacial) 118 17 6,2 N,N N-Dimethyl N,N-Dimethyl 154 -61 334,8 4,8 form mamide formamide Diethylene Diet Di ethylene glycol 245 -10 10 34,7 34 ,7 7 Sumber er : P Pecsok ecso ec sokk dk dkk. k. ((1976) 19976 76) Pengekstrak organik berdasarka berdasarkan kan konstanta dielektrikum dapat dibedakan dib bed edak akaan menjadi dua, pelarut Konstanta dielektrikum menj me njad adi du dua a, yyaitu aitu ai tu ppelarut elar el arut ut polar pol olar ar dan pelar rut nnon-polar. on-p on -pol olar ar. Ko Kons nsta tanta t di diel elek ektr trik ikum diny di nyat atak akan seb bag agai ai ggaya ay ya to tola lakk-me m no ola lak k antaraa dua dua ppartikel a tiike ar kell ya yang ng bermu muat atan an listrik dinyatakan sebagai tolak-menolak bermuatan inggi ko konstanta dielektrikumnya maka pelarut dalam suatu molekul. Semakin ttinggi (Sudarmad dji dkk., 1989). 198 89). semakin bersifat polar (Sudarmadji ikenal ddengan engan alkohol kayu atau metil alkohol Metanol atau yang lebih ddikenal ed derhana. Metanol merupakan pelarut polar adalah turunan alkohol yang paling ssederhana. yang memiliki konstanta dielektrikum sebesar 32,60 (Sudarmadji dkk., 1989). Menurut Sumihe dkk. (2014), metanol merupakan salah satu pelarut organik kuat
19
yang mampu melarutkan unsur-unsur bioaktif (termasuk anti-kanker) pada tanaman herba medisinal.
F. Senyawa Radika kall Bebas Radikal Menuru rutt Soematmaji (1998), (1998), ) radikal bebas ((free radical) rad adical) adalah suatu Menurut senyawaa atau molekul ul yyang angg meng an gan ndu dung n ssatu attu at atau au llebih ebih eb ih elektron elektron tidak tidaak berpasangan mengandung pada da orbit luarnya. lua uarn rnya ya. Adanya ya eelektron lekt le ktron yang tidak k bberpasangan erpa er pasangan m enye en yebabkan n senyawa menyebabkan terseb butt sangat san angat reaktif reaaktif mencari pasangan dengan cara men re enyerang ng ddan an men ngi g kat tersebut menyerang mengikat elek ktr tron on mol olekul yang berada di sekitarnya. Radikal beba bas te ers rseb ebu ut dapat dap pat a elektron molekul bebas tersebut me meng ngoksi sidasi asam nukleat, protein, lemak, bahkan DNA sel da an me eng ngin inis i iasii mengoksidasi dan menginisiasi ti timb m ulnnya penyakit degeneratif (Leong dan Shui, 2002). timbulnya Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi di dua, yyaitu aitu u endo doge gen dan eksogen (Rohmatussolihat, 2009). ) Radikal bebas end dog ogeen dapat dap apat at endogen endogen terbentuk melalui autoksidasi, ooksidasi ksid ks i asii en enzimatik, fagositosis dalam respi pira rasi si, respirasi, tr tran nsf s or elektron di mitokondria dan oksidasi ion-ion logam transisi. Se Seda dang ngka kan transfor Sedangkan ra radi dika kall bebas beba be bass ek ekso soge genn be bera rasa sall da dari ri lluar uar si ua sist stem em tubuh, tub ubuh uh,, misalnya misa mi saln lnya ya UV. UV. D samp mpin ing g itu, radikal eksogen berasal sistem Dii sa samping radi dika kall bebas beba be bass ek ekso oge genn dapat be era rasal dari aaktivitas ktivitas lingk kt gkun u gaan (R (Roh ohma matu tussolihat, radikal eksogen berasal lingkungan (Rohmatussolihat, 2009). Terbentuknya senyawa ra rradikal, dikal, bbaik aik radikal bebas endogen maupun eksogen terjadi melalui sederetan re eaksi. D eretan reaksi radikal bebas dapat dilihat reaksi. Deretan pada Gambar 3.
20
Gambar 3. De Der Deretan reta tan n Re Reak Reaksi aksii R Radikal adikal Bebas ad (Su (S umberr : Ro Rohm hmat atus ussooliiha hatt, 20 2009 0 ) (Sumber Rohmatussolihat, 2009) M ula-mul ulaa te tterjadi rjad rj di pe emb mbentukan awal radikal bebas (inisiasi), (in inis isiasi), lalu lal alu u perambatan perambattan pe a atau Mula-mula pembentukan terben entu tukn knya rradikal adikal baru (propagasi), dan tahap terakhir yaitu ad yaait itu pemusnahan peemu musn snahan atau atau terbentuknya pe eng ngubahan an senyawa radikal menjadi non radikal (terminasi) (R Rohm mat atussso solihatt, pengubahan (Rohmatussolihat, 20 2009 0 ). R adikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk mengikat meng gikat at elektron elek el ektron 2009). Radikal yang ada adda pada molekul lain seperti DNA dan sel. Jika radikal bebas ban nya y k bereda darr, banyak beredar, m aka akan banyak pula sel yang rusak. Kerusakan yang ditimbu ulkan ddapat apaat maka ditimbulkan menyeb babkan se sell te ters rsebut menja j di tidak stab abil il yang g berp pot oten ensi si mempercepat pro osees menyebabkan tersebut menjadi stabil berpotensi proses pe penuaan dan kanker (Rohmatussolihat at,, 20 22009). 09). (Rohmatussolihat,
G Antioksidan n G.. An An A tioksi sida dan adalah zat yan ang dapatt m elawan pengar aruh uh bahay ayaa da dari radikal Antioksidan yang melawan pengaruh bahaya bebas yang terbentuk sebagai hasil haasil metabol lisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksimetabolisme reaksi kimia dan proses metaboli ik yang ter rjadi di dalam tubuh (Rohmatussolihat, metabolik terjadi 2009). Antioksidan memiliki fungsii untuk uk menghentikan atau memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas yang tterdapat e dapat di dalam tubuh, er tubuh sehingga dapat menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas (Hernani dan Rahardjo, 2005). Antioksidan berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan
21
cara memberikan satu elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menjadi nonradikal (Rohmatussolihat, 2009). Berdasarkan sumberny nyaa, antioksid dan ddibagi ibagi dalam dua kelompok yaitu sumbernya, antioksidan antioksidan alami (a (ant ntiioksidan hasil ekstraksi bahan alami) alami mi)) dan antioksidan sintetik (antioksidan (antioksidan n yang yang diperoleh dari daari r hhasil asill ssintesis as inte in tesiss reaksi kimia). An A tioksidan alami Antioksidan berasall ddari ari senyawa ffenolik enol en oliik seperti golongan fflavonoid lavo la vono noid id ((Astuti, Astuti, 2008). ) A ntioksidan Antioksidan sin ntesis, seperti seepe pert rti BHA B A (Butylated BH (Bu Buty tylated hydroxyanisole), BHT BHT ((Buty yla late ted d hy hhydroxytoluene), droxyttol o uene), sintesis, (Butylated TBHQ Q ((Tert-butyl Tert-bu Te uty tyl hydroquinone), Propyl gallate, dan to toko k fero ol. A n iokssid nt i an tokoferol. Antioksidan sint ntettik tersebut terrsebut telah diproduksi untuk tujuan komersial (Ayucitra (Ayuci citra dk dkk. k., 2011 1). ) sintetik dkk., 2011). Se Seda dangka kan berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan digolong ngkan n menjadi menj me n adi Sedangkan tiga kelompok, kellompok, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier (Winars si, 200 007). (Winarsi, 2007). Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan enzimatis. A ntioks ksidan an Antioksidan primer er meliputi enzi im superoksida supe su pero roks ksida dismutase, e, kkatalase, atal at alas ase, e, dan glutation n pperoksidase eroksida dase se enzim ((W inarsi, 2007). Enzim-enzim ini m engh en ghaambat pembentukan radikal bebas de eng ngan an (Winarsi, menghambat dengan ca m cara e utus rantai (polimerisasi), dan mengubahnya menjadi produk em uk yyang an ng le leb bih memutus lebih st stab abil i . Antioksidan Anti tiokksid idan ke kelo lom mpok inii ddisebut iseb is ebut ut jjuga ugaa chain-br ug brea eaki king-antioxidant i t (W (Win inarsi, stabil. kelompok chain-breaking-antioxidant (Winarsi, 2007 7). 2007). Antioksidan sekunder ddisebut isebut jug ga antioksidan eksogenus atau nonjuga enzimatis. Cara kerja sistem aantioksidan ntioksidaan non-enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas (Lampe, 1999). Akibatnya radikal bebas tidak bereaksi dengan n komponen seluler seluler. Contoh antioksidan sekunder ialah vitamin E, vitamin C, flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin (Lampe, 1999).
22
Antioksidan tersier contohnya enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal bebas (Winarsi, 2007). Kerusakan Kerus usak akan DNA yan ang g terinduksi senyawa radikal bebas yang dicirikan oleh rusak knya single dan double strand, baik k ggugus ugus basa maupun nonrusaknya basa. Perbai ika kan kerusakan basa sa ddalam alam al m D NA yang diinduksii senyawa oksigen Perbaikan DNA reaktiff tterjadi erjadi melalu lui pe perb r aikan jalur eksisii basa bas asaa (Winarsi, (Wiinarsi, 2007). (W ) Eksisi basa melalui perbaikan me merupakan n pe perb rbai a kan DN DNA A dengan cara memotongg basa basa yang yaang rusak rus usak (Emmanouil, (Emm manouil, perbaikan 2011). ). Pa Pada da umu mumnya, eksisi basa terjadi dengan cara memo oto t ng basa asa yyang ang ru an usa s k, umumnya, memotong rusak, ya ang n ddilakukan ilakuk ukan oleh DNA glikosilase (Winarsi, 2007). yang
H. Ujii Aktivitas Antioksidan menggunakan Metode DPPH Menurut Bendra (2012), salah satu metode yang umum digun nakan uuntuk ntuk k digunakan me ene nenntukan aktivitas antioksidan suatu bahan adalah metode DPPH. DPPH DPP PPH (1 1,1 ,1-menentukan (1,1difenil-2-pikrilhidrazil) (Gambar 4 (1)) (1 adalah adal ad alah ah radikal bebas yang bersifat stabi il da dan n stabil be bera raktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, l, ssehingga ehin eh ing gga beraktivitas mo mole l ku kull tersebut ters te rseb ebut ut tidak tid idak ak reaktif reaakt ktif if sebagaimana seb ebag agai aimaana rradikal adik ad ikal al bebas beb ebas as yyang ang an g la lain in.. Pr Pros oses delokasi del elo okasi molekul lain. Proses inii ditunjukkan ditu di tunj njuk ukka kann dengan deng de ngan an adanya wa warna ungu ((violet) violet) peka vi katt ya yangg ddapat apat ap at ddikarakterisasi ikar ik arak akterisasi pekat pada pita absorbansi dalam pelarut pelaru ut etanol pada paada d panjang gelombang 520 nm. Ketika larutan DPPH dicampurkan dengan den ngan subst tansi yang dapat mendonorkan atom substansi hidrogen, maka dapat menimbulkan an bentuk ben ntu tuk tereduksi (bentuk netral) (Gambar 4 (2)) dengan memudarnya warna ungu menjadi menjadi warna kuning (Molyneux, 2004).
23
Gambarr 44.. Formasi DPPH P sebagai radikal bebas (1) ddan a tidak radikal (2) an (Sumber (Sum mbeer : Molyneux, Moly Mo lyne neux ux, 2004) Menuru rutt Menurut
Hanani
dkk kk. dkk.
(200 (2 005) 5), (2005),
me meto t de metode
uji
aaktivitas ktiv kt ivitas
ant n ioksidan antioksidan
m engggu guna naka kann radi dika kal bebas DPPH banyak dipilih karena na met tod odee in iinii sederhana, sederh rhana, menggunakan radikal metode mu uda dah, h, cepat at, peka, dan hanya memerlukan sedikit sampel. Kapasitas Kap apasitas as antioksidan ant ntioksid dan a mudah, cepat, pa da uji iini ni bergantung pada struktur kimia dan antioksidan. Pengurangan Pengu uranggan radikal radikall pada DP tergantung pada jumlah kelompok hidroksil yang ada padaa antio ioks ksid i an n, DPPH tergantung antioksidan, sehing gga metode ini memberikan sebuah indikasi dari ketergantunga an struktu turaal sehingga ketergantungan struktural kema ke m mpuan antioksidan dari antioksidan biologis (Vattem dan Shetty, 2006 06). kemampuan 2006). Menurut B enabbadj djii dk dkk k. ((2004), 2 04), 20 ), m ekaaniisme reak ek ksii yang terjadi adalah ada dalaah Benabadji dkk. mekanisme reaksi pros pr o es reduksi senyawa DPPH oleh antioksidan yang menghasilkan pengurangan pengu guraang ngaan proses inte in tens nsit itas as w arna ar na dari dar arii la laru ruta tann DPPH DPPH sehingga seh hin ingg ggaa wa warn rnaa ungu ungu dari dar arii radikal radi ra dika kall me menj njadi intensitas warna larutan warna menjadi me emu muda darr (w (war arna na kun unin ing). Se Seny n awaa DPPH PH (dalam m me eta tano nol) l) bberwarna erw er warn rna ungu memudar (warna kuning). Senyawa metanol) terdeteksi pada panjang gelombang gelomban ng sinar tam mpak sekitar 517 nm (Molyneux, 2004). tampak Pemudaran warna akan mengaki ibatkan pen nurunan nilai absorbansi sinar tampak mengakibatkan penurunan dari spektrofotometer. Semakin pudar pud u ar w arna DPPH setelah direaksikan dengan warna antioksidan menunjukkan kapasitass antioksidan yang semakin besar pula (Benabadji dkk., 2004). Reaksi tersebut dapat digambarkan dalam persamaan berikut ini :
24
DPPH (Radikal Bebas)
+
AH (Antioksidan)
DPPH-H (Netral)
+
A (Radikal bebas baru, stabil,, tidak reaktif))
Warna ungu
Warna kuning
Gambar 5. Me Mekanisme Penghambatan Radikal Bebas as oleh Antioksidan (Sumbe ber : Benabadji dkk., 2004) (Sumber Ke Keberadaan ssebuah eb bua uahh anti iok oksi sida dan n da dapa patt me meny nyum umbangkan el lek ektron kepada antioksidan dapat menyumbangkan elektron DP PPH, menghasilkan meng ngha hasi silk l an warna na kuning kuning yang merupakan merupak akan an ciri spesifik spessif ifik ik dari dari reaksi reak ksi s radikal DPPH, DPPH H. Senyawa Seny Se n awa yyang ang memiliki kemampuan penangkal ra radikall be beba bass umum mnya DPPH. bebas umumnya meru rupa pakan ppendonor endonor atom hidrogen (H), sehingga atom H terseb but u dap apat at dditangkap i angk it kap merupakan tersebut dapat oleh radik oleh kal DPPH untuk berubah menjadi bentuk netralnya (Kiay ddkk., kk., 20 201 11). ) radikal 2011).
I. Uj ji Kandungan Total Fenolik Uji Fenolik atau polifenol berasal dari kata ppoli oli (banyak) dan fen nol ((senyawa senyaw awaa fenol fenol) sehingga polifenol dapat di dika kata t kaan se seb bagai suatu senyawa yang terdirii dari dar ari dikatakan sebagai ba bany nyak gugus fenol. Polifenol merupakan suatu senyawa yang ter rja jadi di ddari ari banyak terjadi po poli lime meri risa sasi si ffenol enol en ol yyang angg be an begi gitu tu kkompleks ompl om plekss da dan n um umum umny nyaa me memp mpun unya yaii ra rant ntai ai ppanjang anjjang an polimerisasi begitu umumnya mempunyai rantai (M Mak akfo foel eld, d 1992). 199 992) 2). Fe Fen nolik pada ttanaman a aman mem an emiliki banyak ak manfaat man nfa faat at uuntuk ntuk nt uk kesehatan kesehatan (Makfoeld, Fenolik memiliki manusia. Salah satu golongan se enyawa fenolik fen nolik adalah flavonoid yang diketahui senyawa dapat menghambat pertumbuha an sel kan nker dengan meningkatkan aktivitas pertumbuhan kanker antioksidan, anti-inflamasi, dan aaktivitas ktivittas vaskular (berkaitan dengan sistem sirkulasi darah) (Kim dkk., 2007). Pengujian total fenol perlu dilakukan karena fenolik berperan atas kapasitas atau jumlah oksigen dalam kebanyakan produk dengan bahan baku tanaman. Pengujian total fenol yang umum digunakan adalah metode menggunakan reagen
25
Folin-Ciocalteu (FC). Reagen FC dibuat dengan campuran sodium tungstat (Na2WO4.2H2O), sodium molibdat (Na2MoO4.2H2O), HCl, 85% asam fosforik, dan Li2SO4.4H2O yang menghasil lka kan n larutan berw rwar a na kuning yang jernih. menghasilkan berwarna
Gambar 6. Struktur Kimia Asam Ga Asa sam Galat Gala latt (Sumber : Masoud dkk., 2012) 201 12) Pembanding yang Pemb Pe banding yang digunakan pada penelitian ini adalah ah asam m ga galat ya ang n memiliki memi me miliki nama nama kimia asam 3,4,5-trihidroksibenzoat (C6H2(OH)3CO COOH) COOH H) (G (Ga (Gambar ambarr 5). Metode 5). Meto tode Folin-Ciocalteu untuk kuantifikasi fenolik memiliki keterbatasan keterrba b tasa s n ya yyaitu ittu bereaksi secara spesifik hanya pada fenolik tetapi juga pada senyaw wa lain ya yangg tidak bereaksi senyawa mu h teroksidasi seperti asam askorbat, amina aromatik, gula pereduks si, dan dan asam asaam mudah pereduksi, ik ((van vann Al va Alfe fenn, 22014). 014) 01 4). Hasil pengukuran peng pe nguk ukur uran an umumnya umu mumn mnya y dinyatakan setara seeta tara ra amino aromatik Alfen, deng de n an asam galat (GAE). Asam galatt digunakan karena tidak mahal, larut laru ut da dala lam m dengan dalam air, m udah ud ah terk kriista tali lisa sasi si, kering, keri ke ring ng,, da ddan n stab bil dalam dal alam am bentuk ben entu tuk k kkering ering i g ((Singleton Sing Si ngle leto ton n dk dkk., air, mudah terkristalisasi, stabil 19999 99)). 1999).
J. Hipotesis 1. Metode ekstraksi sokletasi menghasilkan sokletaasi s m enghasilkan ekstrak dengan aktivitas antioksidan paling tinggi. 2. Daun sambung nyawa umur panen 4 bulan menunjukkan aktivitas antioksidan paling tinggi dan sudah dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan alami.