10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Gambaran Umum Komoditi Kakao di Kabupaten Asahan Sumatera Utara Tanaman kakao di Sumatera Utara diperkenalkan tahun 1975 – 1977 di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan. Kemudian di kembangkan pada tahun 1980 di Desa Sijabut Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan melalui Proyek Rehabilitasi dan Peningkatan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pada tahun 1984 – 1985 tanaman sudah menghasilkan dan tahun 1985 tanaman kakao berproduksi sangat baik. Komoditi kakao menjadi komoditi andalan dan sangat menguntungkan petani kakao karena tanaman kakao merupakan salah satu tanaman
ekspor
komoditi
perkebunan.
Serangan
hama
dan
penyakit
mengakibatkan produksi tanaman kakao menurun, saat itu belum diketahui serangan hama yang mengganggu tanaman kakao. (Sabirin, 2006) Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan menggunakan pengendalian alami yang sudah tersedia di kebun. Berbagai hal sudah di coba, seperti pemasangan perangkap warna dan cahaya, penerapan bahan penolak serangga seperti kamper dan bawang putih, introduksi cecak pohon di kebun kakao, penyemprotan agensia hayati (Beauveria thoracycus) dan introduksi semut rang-rang (Oesophyta smaragdina). Namun yang cukup efektif adalah dua cara terakhir yaitu introduksi semut hitam dan semut rang – rang ke kebun kakao. Pada tahun 1999 Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP), yakni program pengendalian Hama Terpadu – Perkebunan Rakyat (PHT-PR) mengembangkan Sekolah Lapang – Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). Desa
Universitas Sumatera Utara
11
Lubuk Palas dijadikan salah satu lokasi pengembangan proyek tersebut. Pada tahun 2004 akhir hadir lembaga swadaya masyarakat (LSM) PANSU yang memperkuat petani dalam menangani hama PBK ini lewat teknik PsPSP Plus. Teknik PsPSP Plus merupakan teknik perbaikan budidaya kakao dengan menerapkan Ps = panen sering, maksudnya buah – buah kakao dipanen seminggu sekali. Dengan pemanenan setiap minggu akan didapatkan larva – larva PBK yang masih bersarang di buah ataupun di kulit buah sehingga akan terpotong siklus hidupnya. P = pemangkasan, khusus tanaman kakao akan sangat memerlukan proses pemangkasan secara rutin sehingga proses pembungaan dan pembuahan akan lebih baik. S = sanitasi, maksudnya sanitasi terhadap buah – buah yang sudah terserang PBK ataupun penyakit lain di kebun harus dilakukan. Buah yang terserang PBK harus diturunkan dan dikubur sehingga larva yang ada tidak akan berkembang. Sedangkan P terakhir adalah pemberian pupuk. Pupuk yang disarankan adalah pupuk organik dengan mengolah sisa - sisa tanaman (serasah) yang ada di kebun menjadi kompos, ataupun menggunakan pupuk kandang. Sementara plus diterapkan dengan merehabilitasi tanaman kurang produktif dan tanaman tua dengan teknik sambung samping (side grafting) dengan klon yang unggul secara lokal. Beberapa petani dilibatkan dalam proses sekolah lapang PBK yang dimulai tahun 2004 dan berjalan sampai akhir tahun 2005.(Sabirin, 2006)
2.1.2 Peningkatan Penanaman Tanaman Kakao untuk Meningkatkan Produksi Kakao Luas areal kakao nasional pada tahun 2013 mencapai 1.740.612 ha atau sekitar 95% di kelola oleh rakyat yang melibatkan sekitar 1,66 juta KK petani. Luas areal komoditi kakao tersebut seluas 446.265 ha merupakan Tanaman Belum
Universitas Sumatera Utara
12
Menghasilkan (TBM), 878.253 ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 416.095 ha (24%) Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak (TTM/TR). Kondisi tanaman yang tidak menghasilkan atau rusak tersebut cukup luas yang meliputi tanaman tua, tanaman yang terserang hama dan penyakit dengan kondisi berat dan tidak produktif. Dalam rangka meningkatkan produksi dan mutu kakao pada tahun 2009 sampai 2013 telah dilaksanakan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao seluas 457.963 ha termasuk di dalamnya kegiatan Peremajaan, Rehabilitasi tanaman, Intensifikasi tanaman, Intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa. Setelah tahun 2013 pemerintah tetap memperhatikan kakao sebagai komoditas strategis baik untuk petani maupun bagi devisa negara. Pada tahun 2014 dan 2015 pengembangan kakao tetap dilanjutkan namun tidak dengan kegiatan Gernas Kakao tetapi dilaksanakan dengan tugas pembantuan melalui kegiatan pengembangan kakao. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao berkelanjutan tahun 2015 ( DITJENBUN, 2015) adalah:
Peremajaan Kebun Merupakan upaya penggantian tanaman yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru sesuai standar teknis dengan menggunakan bahan tanam benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif adapun persyaratan tanaman kakao yang akan diremajakan adalah kebun kakao dengan kondisi tanamanya sudah tua (umur >20 tahun) atau rusak. Jumlah tegakkan/populasi tanaman <50% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). Terserang berat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama (Hama PBK dan Helopeltis spp.) serta penyakit (Vascular Streak Dieback/VSD dan Busuk Buah).
Universitas Sumatera Utara
13
Rehabilitasi Kebun Rehabilitasi
tanaman
adalah
upaya
perbaikan
kondisi
tanaman
(pertumbuhan dan produksi) melalui teknologi sambung samping, syarat kebun tanaman kakao yang akan direhabilitasi merupakan hamparan/berkelompok dengan kondisi tanaman berumur produktif (umur 15 – 20 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping. Jumlah tegakkan/populasi tanaman antara 70% - 90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). Terserang OPT utama dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. Standar penggunaan bantuan pestisida, pupuk, peralatan dan bantuan upah kerja bagi petani peserta.
Intensifikasi Kebun Intensifikasi tanaman adalah upaya untuk meningkatkan produksi tanamana melalui penerapan standar teknis budidaya, persyaratan kebun kakao yang mendapat
perlakuan
intensifikasi
adalah
kebun
yang merupakan
hamparan/berkelompok dengan kondisi tanamannya masih muda (<15 tahun) tetapi kurang terpelihara. Jumlah tegakkan/populasi tanaman >70% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). Terserang OPT utama dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. Standar penggunaan bantuan pestisida, pupuk, peralatan dan bantuan upah kerja bagi petani peserta.
Intercropping Tanaman Kakao di bawah Tanaman Kelapa Intercropping tanaman kakao di bawah tanaman kelapa merupakan upaya untuk optimalisasi lahan sekaligus meningkatkan produksi kakao nasional, dilaksanakan pada kebun kelapa dengan kondisi antara lain tanaman kelapa produktif (>10 tahun), jumlah tegakkan/populasi tanaman kelapa 50 – 100 pohon
Universitas Sumatera Utara
14
per hektar, lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. Standar penggunaan bantuan pestisida, pupuk, peralatan dan bantuan upah kerja bagi petani peserta.
Integrasi tanaman kakao dengan ternak Mencakup pengembangan ternak kambing di kebun kakao, pengadaan alat limbah kakao, pembuatan kandang, pemanfaatan limbah kakao sebagai pakan ternak. Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kakao dibentuk satuan pelaksanaan di setiap kabupaten. Satuan Pelaksanaan (Satlak) merupakan unit pelayanan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan lapangan dalam aspek teknis maupun administrasi. Pelaksanaan bidang teknis menyusun jadwal tahapan pelaksanaan teknis lapangan mengacu pada jadwal yang disusun oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan teknis dengan tenaga pendamping, melakukan pengawalan, pembinaan, pendampingan dan monitoring evaluasi kegiatan teknis, dan menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan teknis kepada koordinator Satuan Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan administrasi adalah menyusun jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan administrasi lapangan mengacu pada jadwal yang disusun oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan, mengkoordinasikan
pelaksanaan
kegiatan
administrasi
dengan
tenaga
pendamping, melakukan pengawalan, pembinaan, pendampingan, dan monitoring evaluasi kegiatan administrasi, menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan administrasi kepada koordinator satuan laksana.
Universitas Sumatera Utara
15
2.2 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan Farid, dkk (2013) faktor – faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kakao di Desa Karang Rejo Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat adalah luas lahan, bibit BCL, bibit RCL, dan pengalaman bertani berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan pupuk non organik tidak berpengaruh nyata. Faktor – faktor internal yang menjadi kekuatan adalah (tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai, petani setempat berpengalaman dalam membudidayakan kakao, buah/biji kakao mudah untuk diuangkan, produksi dan kualitas kakao lebih baik dari kakao daerah lain, kakao lebih tahan penyakit dan serangan hama) dan kelemahan (masih banyak petani yang menggunakan bibit RCL, tingkat serangan penggerek buah kakao tinggi, luas lahan rata – rata masih sempit, banyaknya tanaman yang berumur tua, kekurangan modal dan pemasaran) dan faktor eksternal, peluang (harga jual kakao kering tinggi, terdapat jenis varietas unggul baru, produksi daerah lain lebih rendah di banding tempat penelitian, harga kakao cenderung meningkat satu tahun belakangan dan peluang usaha dari bisnis kakao terbuka lebar) dan ancaman (serangan hama penyakit, penyimpangan iklim, kelangkaan tenaga kerja, perkembangan produksi di daerah lain, dan pihak luar kurang tertarik buah kakao di tempat pelitian) di peroleh hasil analisis strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kakao di daerah penelitian melalui beberapa program adalah: 1) program pembimbingan replanting kakao varietas RCL menjadi varietas BCL, 2) program teknologi pasca panen, dan 3) program pengadaan lelang panen kelompok tani. Hasil penelitian Manistasari dan Nurhadi (2013) menunjukkan bahwa usaha peningkatan produktivitas tanaman kakao di Desa Banjar Harjo Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
16
Kalibawang Kabupaten Kulon Progo adalah: 1) Kondisi fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani kakao di daerah penelitian meliputi, kondisi iklim dan tanah di daerah penelitian sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kakao. Kondisi non fisik yang berkaitan terhadap usahatani kakao di daerah penelitian adalah modal, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, fasilitas kredit, serta teknologi. 2) Faktor penyebab penurunan produktivitas tanaman kakao adalah umur tanaman kakao yang sudah terlalu tua, adanya hama penyakit kakao, kekurangan air, kurangnya modal dan keterbatasan waktu pengelolaan tanaman kakao. 3) Usaha peningkatan produktivitas kakao meliputi usaha teknis dan non teknis, usaha teknis antara lain: pemilihan bibit ungul, sanitasi, pemetikan rutin, sambung samping, sarungisasi kakao, usaha non teknis antara lain: mengikuti penyuluhan, kelompok tani, mencari informasi tentang usaha tani kakao melalui buku maupun media masa. Hasi penelitian Saputra (2015) faktor – faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi adalah tenaga kerja, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan kemitraan yang berpengaruh nyata sebagai input terhadap produksi kakao sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian Rubiyo dan Siswanto (2012) menjelaskan peningkatan produksi dan pengembangan kakao di Indonesia menjelaskan bahwa usaha untuk perbaikan mutu dan daya hasil yang mendukung peningkatan produksi dan pengembangan kakao di Indonesia dapat diusahakan dengan menggunakan teknologi bahan tanaman kakao unggul, informasi kesesuaian lahan untuk kakao, teknologi perbanyakan tanaman, teknologi pengendalian hama dan penyakit
Universitas Sumatera Utara
17
utama, teknologi klonalisasi, teknologi pengolahan hasil, dan teknologi pengembangan industri kakao. Bahan tanam unggul sangat penting dalam usaha tani kakao di Indonesia, produktivitas dan mutu hasil kakao sangat ditentukan oleh kualitas bahan tanam. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kakao dapat dilakukan dengan teknik klonalisasi dengan cara teknik sambung samping.
2.3
Landasan Teori
2.3.1
Teori Strategi Strategi menjelaskan bahwa tujuan utama perencanaan strategis adalah
agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi – kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep – konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. ( Rangkuti , 2008) Konsep – konsep stratejik selalu memberi perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan sasaran organisasi, faktor – faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahannya, serta peluang – peluang dan tantangan yang senantiasa dihadapi oleh setiap organisasi. Analisis mengenai faktor – faktor ini sangat berguna dalam merumuskan alternatif – alternatif yang akan memudahkan para pengambil keputusan tertinggi dalam setiap organisasi memilih alternatif terbaik. (Salusu,1996) Pemilihan strategis (strategic choice) adalah merupakan keputusan untuk menseleksi berbagai alternatif strategi yang tersedia dan memilih strategi yang terbaik. Keputusan yang dibuat berarti pemusatan pada beberapa alternatif strategi
Universitas Sumatera Utara
18
mempertimbangkan berbagai faktor yang dijadikan sebagai alat penilaian terhadap berbagai alternatif strategi dihadapkan kepada kriteria yang ada, serta melakukan pemilihan yang sebenarnya (actual choice). Dengan membangun beberapa alternatif strategi berarti dicoba untuk menggeneralisasi beberapa alternatif strategi
yang
memungkinkan
untuk
dianalisis
baik
kebaikan
maupun
keburukannya sehingga dapat dipilih strategi yang terbaik. (Parentahen, 1996) Pilihan dari beberapa alternatif stratejik berupa ketetapan mengenai aspirasi - aspirasi stratejik yang realistik, yaitu keinginan yang masuk akal dan dapat direalisasikan. Shirley (1978) menyatakan bahwa maksud dari keputusan stratejik ialah merumuskan hubungan antara organisasi dan lingkungannya. Jadi keputusan stratejik, katanya, antara lain harus dapat menentukan bagaimana hubungan lembaga dengan lingkungan, yaitu hubungan yang harus saling mempengaruhi satu dengan yang lain, serta memberi arah bagi semua kegiatan administratif dan operasional organisasi (Cope, 1981). Keputusan stratejik dengan lingkungan, tujuan dan sasaran organisasi umumnya dirumuskan dan ditetapkan oleh tingkat manajemen puncak, keputusan stratejik mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengendalikan suatu organisasi dan akan mempengaruhi keseluruhan atau sebagian besar tubuh organisasi itu dan lingkungan tempat ia bergerak. Dengan demikian dapat dirumusakan delapan komponen penting yang memberi makna bagi keputusan stratejik, yaitu: 1) Keputusan stratejik haruslah dibuat oleh pembuat keputusan tingkat tinggi 2) Dibuat untuk mencapai tujuan, sasaran tertentu dari suatu organisasi 3) Dibuat setelah memperhitungkan kemampuan internal
Universitas Sumatera Utara
19
4) Memperhitungkan nilai – nilai dan karakteristik pribadi dari pembuat keputusan 5) Mempertimbangkan lingkungan eksternal 6) Ada relasi antara berbagai variabel eksternal dan internal 7) Pilihan yang dilakukan atas dasar beberapa alternatif stratejik, dan 8) Mengandung makna persaingan atau kompetisi Dalam studi pengembangan organisasi diketahui bahwa tidak seorang pun yang mempunyai kewenangan mengenai suatu bidang lain jikalau ia tidak memiliki tanggung jawab untuk juga berbuat sesuatu disitu. Singkatnya, seseorang tidak dapat membuat keputusan sepanjang ia tidak memiliki kewenangan untuk itu. Kewenangan di sini harus diartikan sebagai kekuasaan yang dilegalisasikan. Keputusan stratejik dibuat oleh pejabat tingkat atas dalam suatu organisasi. Setiap unit organisasi dapat membuat keputusan stratejik sepanjang keputusan itu hanya berlaku dan menyangkut ruang dari unit organisasi itu sendiri. Keputusan stratejiknya tidak dapat melampaui kewenangan geografisnya, kewenangan fungsionalnya, dan sebagainya. Churchman mencoba mengartikan pembuat keputusan sebagai orang yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan untuk mengubah sistem. (Salusu,1996)
2.3.2
Lingkungan Strategi Perubahan akan selalu terjadi, dan pada era globalisasi perubahan –
perubahan berlangsung dengan cepat dan dalam intensitas yang tinggi pula. Perubahan pada lingkungan tersebut harus terus diantisipasi karena pengaruh yang signifikan akan menentukan koreksi yang harus dilakukan terhadap strategi atau bahkan mungkin juga akan mempengaruhi visi dan misi perusahaan. Analisis
Universitas Sumatera Utara
20
lingkungan strategi merupakan suatu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentisifikasikan peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pada dasarnya, struktur lingkungan dapat dibagi atau dibedakan menjadi dua elemen utama, yaitu:
a. Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal bisa dikatakan sebagai komponen – komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi/perusahaan. Komponen tersebut cenderung berada di luar jangkauan organisasi, artinya organisasi/perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponen – komponen tersebut.
b. Lingkungan Internal Lingkungan internal terdiri dari komponen – komponen atau variabel lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi/perusahaan itu sendiri. Komponen – komponen dari lingkungan internal ini cenderung lebih mudah dikendalikan oleh organisasi/perusahaan atau berada di dalam jangkauan intervensi mereka. Karena sifatnya yang berasal dari dalam organisasi, maka organisasi/perusahaan lebih memiliki bargain value untuk berkompromi atau mensiasati komponen – komponen yang berada di dalam lingkungan internal. (Dirgantoro, 2001)
2.3.3. Teori Faktor Kelembagaan Ekonomi pertanian Masyarakat hidup dalam bentuk dan dikuasai oleh lembaga – lembaga tertentu. Yang dimaksud lembaga (institution) di sini adalah organisasi atau
Universitas Sumatera Utara
21
kaidah – kaidah, baik formil maupun informil, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan – kegiatan rutin sehari – hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Aspek kelembagaan yang mempunyai peranan sangat penting dalam pertanian yaitu:
a. Administrasi Pemerintahan Administrasi yang baik menjamin lancarnya hubungan antara pemerintah beserta program nasionalnya, dengan aparat pelaksana pada berbagai tingkat dengan petani produsen, pedagang dan lain – lain yang mempunyai hubungan dengan kegiatan ekonomi. Petugas – petugas yang merupakan pelaksana kebijaksanaan
Departemen
Pertanian
adalah
antara
lain
para
kepala
Dinas/Inspektur Pertanian di tingkat Provinsi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Kecamatan. Kepala Dinas Pertanian dalam kenyataan harus bekerjasama dan dibantu oleh kepala – kepala Dinas Pembangunan Masyarakat Desa dan Perdagangan dimana petugas pemerintah tersebut secara vertikal masing – masing mendapatkan instruksi dan pedoman – pedoman kerja tertentu dalam melaksanakan suatu program nasional. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, para pejabat pelaksana di setiap daerah harus mampu memahami latar belakang setiap program pemerintah sejauh program tersebut menyangkut bidang tugasnya dan mereka harus bersimpatik pada setiap persoalan yang dihadapi petani, menjaga keseimbangan antara keperluan melaksanakan kebijaksanaan dan mencapai target yang telah disusun pemerintah pusat dengan tanggapan dan kemampuan petani serta kenyataan yang ada di lapangan. (Mubyarto, 1984)
Universitas Sumatera Utara
22
b. Penyuluhan Pertanian Koordinasi dari seluruh tugas administrasi pemerintahan adalah fungsi dari pada penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian dapat juga disebut bentuk pendidikan non – formil suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, waktu maupun tempat petani. Tujuan utamanya adalah menambah kesanggupan petani dalam usaha taninya untuk meningkatkan penghasilan pertaniannya dan penghasilan keluarganya. Untuk itu selain meningkatkan produksi mereka juga berkepentingan agar biaya produksi pertaniannya dapat ditekan serendah – rendahnya dan penerimaan dari penjualan hasilnya dapat dinaikkan setinggi – tingginya. Tugas utama dari penyuluh pertanian membantu petani agar senantiasa meningkatkan efisiensi usahatani dan bagi petani penyuluh adalah suatu kesempatan pendidikan di luar sekolah, dimana mereka dapat belajar sambil berbuat. Penyuluh pertanian mempunyai fungsi memperkenalkan praktek – praktek dan penemuan – penemuan baru dalam teknologi. (Mubyarto, 1984)
2.3.4 Aspek Produksi Pertanian Produksi pertanian adalah fokus pertama yang mempengaruhi proses sehingga menghasilkan output. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dapat dijelaskan antara lain:
1. Luas Lahan Pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan bahwa semakin luas lahan maka
Universitas Sumatera Utara
23
semakin
besar jumlah
produksi
yang dihasilkan
oleh
lahan
tersebut.
(Rahim, 2008)
2. Tenaga Kerja Faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian adalah tenaga kerja. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi – inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. (Rahim, 2008) Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian petani kakao masih kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerapkan cara – cara pengelolaan kebun kakao yang baik. Penerapan good agriculture practice (GAP) di tingkat petani masih sangat rendah. Hal ini tidak semata – mata karena masalah teknis, tetapi juga terkait masalah sosial – ekonomi dan sistem tataniaga. (Wahyudi, 2013)
3. Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala usahatani, macam komoditas, dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala usahatani makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. (Rahim, 2008)
Universitas Sumatera Utara
24
Penciptaan modal oleh petani dalam mengambil berbagai rupa tetapi semuanya selalu berarti menyisihkan kekayaannya atau sebagian hasil produksi untuk maksud yang produktif dan tidak untuk maksud – maksud konsumtif. Modal adalah uang tidak dibelanjakan, jadi disimpan untuk kemudian diinvestasikan. Modal dapat dibagi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit). Dalam proses produksi tidak ada perbedaan apapun antara modal sendiri dan modal pinjaman, masing – masing menyumbang langsung pada produksi. Bedanya pada bunga modal yang dipinjamkan harus dibayar pada kreditor untuk modal pinjaman. (Mubyarto, 1984)
2.4 Kerangka Pemikiran Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi peningkatan produksi biji kakao di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan sangat perlu untuk diperhatikan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi biji kakao. Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peranan yang sangat penting bagi petani kakao dalam meningkatkan penghasilan mereka dan kakao juga sebagai penyumbang bagi negara karena biji kakao merupakan komoditas ekspor. Karena biji kakao memiliki banyak manfaat di dalam kehidupan, membuat tanaman perkebunan ini menjadi komoditi yang baik untuk dikembangkan dan merupakan komoditi yang mampu bersaing dalam pasar internasional maka tanaman ini sangat memiliki peluang untuk dibudidayakan. Provinsi Sumatera Utara juga memiliki perkebunan kakao dan perkebunan ini merupakan perkebunan yang luas setelah kelapa, kelapa sawit dan karet. Di Provinsi Sumatera Utara daerah yang memiliki lahan kakao terluas adalah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
25
Asahan yang merupakan kabupaten pertama yang berhasil menjadi daerah percontohan budidaya tanaman kakao pada tahun 1985. Untuk melihat strategi yang layak menjadi pertimbangan dalam peningkatan produksi kakao rakyat maka penelitian ini dilaksanakan. Strategi yang tepat akan menghasilkan kebijakan yang baik dan kebijakan yang baik dan tepat akan banyak dampaknya bagi mereka yang membutuhkan kebijakan tersebut. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar dapat melihat secara objektif kondisi – kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Adapun faktor lingkungan internal Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan: pelatihan, pendampingan petani, fungsi kelembagaan, bantuan sarana produksi, bantuan pengadaan peralatan penunjang untuk petani kakao, bantuan modal dan faktor lingkungan eksternal pengalaman berusaha tani, kemampuan petani mengatasi HPT, harga jual kakao ditingkat petani, modal yang digunakan petani, luas lahan, permintaan kakao, ketersediaan tenaga kerja, peng gunaan bibit unggul, sarana pendukung dan infrastruktur, pelaksanaan GAP. Lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan dan lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan sehingga proses pengambilan strategi untuk meningkatkan produksi kakao rakyat dapat dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan .
Universitas Sumatera Utara
26
Faktor-Faktor Strategis Peningkatan Produksi Kakao
Eksternal
Internal o Pelatihan o Pendampingan Petani o Fungsi Kelembagaan o Bantuan Sarana Produksi o Bantuan Pengadaan Peralatan Penunjang untuk Petani Kakao o Bantuan Modal
Kekuatan
Kelemahan
o Pengalaman Berusahatani o Kemampuan Petani Mengatasi HPT o Harga Jual Kakao di Tingkat Petani o Modal yang Digunakan Petani o Luas Lahan o Permintaan Kakao o Ketersediaan Tenaga Kerja o Penggunaan Bibit Unggul o Sarana Pendukung Dan Infrastruktur o Pelaksanaan GAP (Good Agriculture Practice)
Peluang
Ancaman
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI KAKAO Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produksi Kakao di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan
Universitas Sumatera Utara