II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Kentang Kentang pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1794 di daerah
Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang di tanam di Cisarua diduga berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Varietas kentang yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenhiemer. Pada tahun 1811 kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah,terutama di pegunungan (dataran tinggi) Facet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat), Wonosobo, Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (JawaTimur), Aceh, Tanah Karo, Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Minahasa,Bali dan Flores (Rukmana, 1997). Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim, berumur pendek kurang lebih hanya 90 s.d 180 hari dan berbentuk perdu atau semak. Bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997). 2.1.1 Klasifikasi kentang (Solanum tuberosum L.) Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom
: Plantoe (tumbuh - tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisio
: Angiospermae (Berbiji tertutup)
Clasis
: Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo
: Solanales
Familia
: Solanaceae
7
8
2.1.2
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum tuberosum Linn
Syarat tumbuh tanaman kentang Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi
atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000 s.d 3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300 s.d 700 m dpl. (Samadi, 1997). Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15 s.d 20o C. Kelembaban udara 80 s.d 90% cukup mendapat sinar matahari (moderat ) dan curah hujan antara 200 s.d 300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 s.d 180 C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C dan lebih dari 30o C (Samadi, 1997). Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5 s.d 6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri solum tanah agak tebal antara 1 s.d 2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral (Rukmana, 1997).
9
Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain. 2.2
Pengertian Kemitraan
a.
Menurut Hafsah (2000) "Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan antara masing-masing dari pihak pemitra."
b.
Menurut Rachmat (2004) "Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai pihak yang strategis, bersifat sukarela, dan berdasar prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar."
c.
Menurut Hafsah (1999) ada enam dasar etika berbisnis dimana empat yang pertama merupakan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis. Keenam dasar etika tersebut adalah sebagai berikut. (1) Karakter, integritas. dan kejujuran Karakter merupakan kualitas yang dimiliki seseorang atau kelompok yang membedakan dengan yang lainnya dalam bermitra pelaku yang dibutuhkan adalah yang berkarakter tidak putus asa. Integritas adalah sikap bertindak jujur dan benar, satu kata dengan perbuatan. Kejujuran adalah ketulusan hati dan merupakan sifat dasar yang harfiah yang
10
dimiliki oleh manusia yang selalu diawali dengan niat dan praktek sehari-hari. (2) Kepercayaan Kepercayaan yang teguh akan orang lain merupakan modal dasar dalam menjalin bisnis. Kemitraan yang direncanakan oleh kedua pihak mitra atas dasar kepercayaan dan saling mempercayai. (3) Komunikasi yang terbuka Merupakan suatu proses dimana suatu informasi atau gagasan dipertukarkan secara terbuka. Pertukaran informasi secara bebas oleh pelaku yang bermitra akan melahirkan suatu ide atau gagasan cemerlang yang akan memicu kreativitas sehingga berdampak pada kegiatan yang dilakukan. (4) Adil Kemitraan yang dilandasi sikap adil menunjukkan pengorbanan dari pihak yang bermitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. (5) Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra Keinginan ini merupakan suatu konsekuensi logis dari suatu kemitraanBatasan dari pencapaian keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan dalam hal nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak, sehingga dengan bermitra terjadi sinergi antara pelaku yang bermitra.
11
(6) Keseimbangan antara insentif dan resiko Kemitraan merupakan keseimbangan antara resiko yang diberikan dengan
hasil
yang
diterima.
Keseimbangan
ini
harus
tetap
dipertahankan dalam melakukan praktek bisnis secara umum 2.2.1
Syarat-syarat kemitraan Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,
khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut: (1) Tujuan umum yang sama (2) Kesetaraan (3) Saling menghargai (4) Saling memberi kontribusi (5) Ada efek sinergi (6) Saling menguntungkan 2.2.2
Tujuan kemitraan
(1) Meningkatkan pendapat usaha kecil dan masyarakat. (2) Meningkatkan perbolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. (3) Meningkat pemeran dan pemberdayaan masyarakat. (4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
12
(5) Memperluas kesempatan kerja. (6) Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional 2.2.3
Kendala umum kemitraan Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan
usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai.Dengan pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa kendala antara lain. (1) Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil (2) Kualitas produksi belum teijamin (3) Kerja sama kurang berkembang (4) UB bersifat integral vertical (5) Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari ub dan uk (6) Belum
berkembangnya
sistem
dan
pola
kemitraan
dan
belum
berkembangnya unsur pendukung Pada negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar, atas dasar tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha Kecil dan Menengah dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya.
13
Pola dan system kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi good practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru. (1) Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting (2) Positive restructuring yang meliputi outsourcing, spinoffs, management by-outs, community renewal dan trade offs. (3) SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor. (4) Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon pemitra (5) Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi wilayah. Latihan manajemen dan ketrampilan, magang, studivisit dan alih teknologi adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi uk. Jadi, agar kesenjangan manajemen dan teknologi antara ub dan uk tidak terlalu jauh ketinggalan, maka pengembangan SDM hams selalu menjadi agenda kemitraan. 2.2.4
Beberapa pola atau jenis kemitraan usaha antara lain.
(1) Inti-plasma, inti berfungsi melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran, sedangkan plasma melakukan fungsi produksi. (2) Sub kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi komponen yang di perluas oleh usaha menengah dan besar sebagai bagian dari
14
produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi melakukan pembelian komponen dari usaha kecil untuk keperluan produksinya. Pola ini di dorong oleh ketentuan dan peraturan yang di tetapkan untuk menyelamatkan usaha. kecil sebagai mitra bagian yang tidak terpisahkan, pola ini lebih sederhana dan mudah diterapkan bila didukung oleh suatu aturan yang jelas dari pemerintah. (3) Dagang Umum pola ini usaha menengah dan besar memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis atas dasar saling menguntungkan. (4) Waralaba pemberian waralaba memberikan hak penguasaan lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat menggunakan pola ini seperti fast food, industri kima, obat-obatan dan industri jasa lainnya. Pola ini secara bisnis lebih menjamin keberhasilan namun dalam jangka panjang pola ini dapat menguras devisa negara sangatlah besar karena royalti yang akan dibayar secara totalitas sangatlah besar. (5) Keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan di mana usahakecil di berikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dan usaha menengah dan besar sebagai mitranya.
15
2.2.5
Manfaat kemitraan Menurut Saptana dan Ashari (2007) kemitraan pada usaha agribisnis
mampu memberikan manfaat, sebagai berikut. (1) Meningkatkan
produksi
pertanian
secara
moderat,
stabil,
dan
berkesinambungan. (2) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. (3) Mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran di pedesaan. (4) Meningkatkan pemerataan dan keadilan sosial. (5) Menciptakan kerja dan lapangan berwirausaha. (6) Meningkatkan efisiensi pengangguran sumberdaya alam dan lingkungan. (7) Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis. (8) Melestarikan
kualitas
lingkungan
untuk
mendukung
kegiatan
pembangunan berkelanjutan. 2.2.6
Kelebihan pola kemitraan dalam usaha agribisnis.
(1) Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan permodalan kepada petani atau pembudidaya, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani atau pembudidaya dengan modal yang terbatas. (2) Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan sarana-sarana produksi, sehingga petani atau pembudidaya tidak kesulitan dalam mengadakan sarana-sarana produksi. (3) Sektor pemasaran akan lebih terjamin, karena basil produksi akan dibeli atau disalurkan oleh perusahaan mitra petani atau pembudidaya.
16
(4) Adanya pendampingan teknis oleh perusahaan tentu akan memberikan tambahan pengalaman kepada petani atau pembudidaya dalam hal teknologi budidaya. (5) Kualitas produksi akan lebih terkontrol, sehingga petani atau pembudidaya akan lebih disiplin selama proses produksi (6) Penetapan target produksi, sehingga dapat memacu produtivitas di sektor pertanian. (7) Jika sistem kemitraan berkembang dengan baik, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pada suatu daerah. (8) Produktifitas lahan yang tinggi akan memberikan pengaruh pada perekonomian nasional. 2.2.7
Kekurangan pola kemitraan dalam usaha agribisnis.
(1) Adanya keterkaitan dan tanggung jawab banyak orang, sehingga sistem kemitraan ini akan memerlukan banyak proses dalam pelaksanaannya. (2) Aturan yang dibuat biasanya berdasarkan kepentingan perusahaan untuk memenuhi pangsa pasar yang dikelolanya, sehingga petani atau pembudidaya tidak memiliki nilai tawar yang kuat (3) Jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka akan menimbulkan suatu perselisihan. (4) Dalam pola kemitraan dengan sistem inti plasma, biasanya pihak plasma akan menggantungkan pada pihak inti, sehingga apabila terjadi kerugian pada perusahaan inti, maka kegiatan pihak plasma pun akan terhenti.
17
(5) Standarisasi produk yang sangat ketat, jika produksi yang dihasilkan oleh petani banyak yang tidak masuk pada criteria standar yang telah ditetapkan, maka akan dilakukan sortasi dalam jumlah yang besar. Hal ini tentu saja sangat merugikan petani atau pembudidaya. (6) Jika tenis budidaya yang dikembangkan mengikuti arahan teknis dari perusahaan, dan pada suatu ketika dalam proses produksi mengalami kendala, misalnya serangan hama atau penyait, maka penanganan pun akan sedikit terhambat, karena tidak jarang yang menunggu instruksi atau persetujuan perusahaan untuk menanggulangi serangan hama atau penyakit. Hal ini akan menimbulkan resiko yang lebih besar terutama pada pihak produsen. 2.2.8
Tipe tantangan dan permasalahan kemitraan agribisnis di Indonesia
1.
Tipe disparsial Tipe disparsial diartikan sebagai pola hubungan antara pelaku usaha yang
satu sama sekali tidak memiliki ikatan formal yang baik. Tipe ini dicirikan tidak ada hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung. 2. Tipe sinergis Tipe sinergis diartikan sebagai pola hubungan antara pelaku usaha yang satu sama sekali yang memiliki ikatan formal yang baik atau saling membutuhkan satu sama lain sehinga saling berhubungan satu sama lain. Tipe
18
ini dicirikan adanya hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat langsung. 3. Tipe saling menguntungkan Tipe saling menguntungkan ini adalah ketika perusahaan dengan para petani
menerima
keuntungan
masing-masing
sehingga
menciptakan
kerjasama yang baik untuk ditinggkatkan kembali antara satu sama lain oleh perusahaan maupun oleh petani kentang 2.3
Usahatani Kentang Dalam usahatani kentang ini mebahas mengenai biaya produksi,
produktivitas, dan penerimaan petani dalam menjalin kemitraan. 2.3.1
Biaya produksi Biaya
produksi
usahatani
merupakan
semua
pengeluaran
yang
dipergunkan dalam mengorganisasikan dan melaksanakan proses produksi, termasuk di dalamnya modal, input-input, dan jasa-jasa yang digunakan di dalam produksi (Hafsah, dalam Yuliani, 2004). Secara umum, biaya dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang dalam jangka waktu tertentu besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada besar kecilnya produksi (Raharja, 2004). 2.3.2
Produktivitas Husein (2002) mengatakan bahwa produktivitas merupakan perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.
19
Menurut Ravianto (1985) produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktifitas dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien maupun tetap menjaga kualitas. 2.3.3
Penerimaan Menurut Soekartawi (2002), penerimaan merupakan perkalian antara hasil
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani diartikan sebagai penerimaan dari semua bidang usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai, penjualan hasil, dan dikonsumsi. 2.4
Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Latifah Nur Hikmah (2010) dengan judul Sikap Petani
Tembakau terhadap Program Kemitraan PT. Gudang Garam di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, menyimpulkan bahwa pola kemitraan yang telah terjadi tergolong efektif. Hal ini disebabkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman pribadi, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif dan tingkat kepercayaan 99 %. Adapun hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani tembakau terhadapprogram kemitraan PT.Gudang Garam dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian Muhamad nizam (2013) dengan judul “Analisis Pendapatan Peternak Ayam (Broiler)” pada pola kemitraan yang berada di Kabupaten Bone, menyimpulkan bahwa pola kemitraan tergolong efektif. Dikarenakan pola
20
kerjasama antara peternak dengan kemitraan perseorangan (bakul) wajib memberikan uang jaminan tanpa kontrak tertulis sedangkan peternak yang bermitra dengan perusahaan sebaliknya tidak memberikan uang jaminan namun terdapat kesepakatan kontrak yang bersifat tertulis.Sedangkan pendapatan peternak yang bermitra dengan perusahaan cenderung lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (bakul). Hasil penelitian Reni Elfida Siburian (2014) dengan judul “Pola Kemitraan Antara Petani Sayuran dengan Koperasi Merta Nadi di Desa Plaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung”, menyimpulkan bahwa pola kemitraan tergolong efektif. Hal ini dikarenakan adanya keberhasilan dalam kemitraan antara petani dengan koperasi merta nadi yang dapat dilihat dari nisbah keuntungan yang diperoleh petani sebesar 1,36 dan nisbah keuntungan yang diperoleh koperasi sebesar 0,85. Dari keuntungan yang diperoleh koperasi mampu meningkatkan modal koperasi, sehingga koperasi mampu membeli seluruh hasil produksi sayuran petani dan juga mampu memperluas daerah pemasaran dan memenuhi daerah pemasaran tersebut. 2.5
Kerangka Pemikiran Pada kerangka pemikiran ini petani kentang yang terdapat di desa
Candikuning terbagi menjadi dua golongan dimana diantaranya petani yang mengikuti kemitraan dan tidak mengikuti kemitraan, petani yang mengikuti kemitraan akan mendapatkan hak dan kewajiban baik itu dari perusahaan maupun petani itu sendiri. Petani yang tidak mengikuti kemitraan tidak memperoleh hak dan kewajiban karena melakukan kegiatan dengan swadaya sendiri. Pendapatan
21
antara petani kentang yang mengikuti dan tidak mengikuti kemitraan akan diperhitungkan dengan analisis usahtani dimana didalamnya terhitung biaya, pendapatan dan juga penerimaan. Setelah itu akan diberlakukannya uji perbandingan karena terdapat perbedaan pendapatan antara petani yang bermitraa dan petani yang tidak bermitra, sehingga mendapatkan hasil perbandingan yang nanti akan dijadikan sebagai kesimpulan dan di rekomendasikan kepada petani kembali.
22
Petani Kentang
Kemitraan
Non Kemitraan
Hak & Kewajiban
Analisis Usahatani
Analisis Usahatani
Penerimaan Biaya Pendapatan
Penerimaan Biaya Pendapatan
Pendapatan
Perbandingan
Kesimpulan
Rekomendasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Petani Kentang di Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan