II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Kambing Perah Peternakan adalah praktek untuk membudidayakan binatang ternak. Menurut
Rosyid
(2009),
peternakan
adalah
usaha
manusia
untuk
mendayagunakan hewan bagi kesejahteraan umat manusia. Kegunaan yang diperoleh manusia dari ternak yang dipeliharanya, antara lain tenaga kerja; makanan berupa daging, telur, dan susu; olah raga dan rekreasi; serta kotoran yang digunakan sebagai pupuk organik. Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Berdasarkan cara beternaknya, kambing dapat dipelihara dengan sistem intensif, semi-intensif, atau ekstensif. Pemeliharaan dengan sistem intensif cocok dilakukan apabila beternak kambing dijadikan sebagai mata pencaharian. Pemeliharaan sistem semi-intensif dan ekstensif dilakukan apabila beternak kambing hanya sebagai usaha sampingan. Keberhasilan penerapan ketiga sistem peternakan tersebut tergantung pada kesungguhan dan perhatian peternak terhadap kambing peliharaannya3. Dalam peternakan kambing perah, ternak merupakan unsur produksi yang langsung menghasilkan produk. Jumlah dan mutu ternak sangat menentukan tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan. Menurut Novita (2005), ternak perah merupakan ternak yang memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan susunya sampai jangka waktu tertentu. Manajemen kambing perah adalah seni merawat, menangani, dan mengatur kambing yang terdiri dari pemeliharaan, tenaga kerja, modal, pencegahan penyakit, dan kotoran. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan kambing perah, yaitu bibit ternak yang digunakan, makanan ternak, dan tata laksana. Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit sebaiknya dilakukan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype baik.
3
Sugiharto. 2009. Sekilas Kambing Etawa. http://www.kambingetawa.org/sekilas-kambingetawa.html [ 20 Desember 2009]
26
Secara umum ciri bibit yang baik adalah badan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Tata laksana yang baik dilihat dari kandang kambing yang bersih dan segar, pengendalian penyakit, pengelolaan reproduksi, dan pengelolaan pasca panen yang memiliki nilai tambah dari produksi ternak. 2.2. Kambing Penghasil Susu 2.2.1. Kambing Etawa Kambing Etawa berasal dari wilayah Jamnapari (India). Di negara asalnya, Kambing Etawa termasuk kambing tipe dwiguna, yaitu penghasil susu dan daging. Kambing Etawa memiliki karakteristik tubuh seperti badan besar; tinggi gumba jantan 90-127 cm, gumba betina mencapai 92 cm; bobot kambing jantan mencapai 91 kg dan betina hanya mencapai 63 kg; telinganya panjang dan terkulai ke bawah; dahi dan hidungnya cembung; tanduk betina dan jantan berukuran pendek, dan mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Produksi susu rata-rata per hari mencapai 3,8 kg. 2.2.2. Kambing Alpin Kambing Alpin berasal dari pegunungan Alpen di Swiss. Bobot kambing betina dewasa sekitar 55 kg dan memiliki kemampuan yang baik dalam menyusui anak. Kambing ini mampu menghasilkan susu 4,5 kg per hari, terutama dalam masa laktasi kedua dan ketiga. Kambing Alpin dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis yang beriklim kering. 2.2.3. Kambing Saanen Kambing Saanen berasal dari dataran Eropa, yaitu lembah Saanen, Switzerland. Kambing ini merupakan jenis kambing terbesar di Switzerland. Kambing Saanen mampu menghasilkan susu sebanyak 800 kg per ekor per masa laktasi dan berlangsung selama 250 hari. Menurut Mulyono (2009), ciri-ciri Kambing Saanen ialah baik jantan dan betina tidak bertanduk; warna bulu putih 27
atau krem muda; pada umumnya berwarna belang (hitam/krem-putih) pada daerah hidung, telinga, dan ambing; serta telinga relatif kecil dan tegak sehingga dahinya terlihat lebar. 2.2.4. Kambing Peranakan Etawa (PE) Salah satu jenis kambing perah yang memiliki produktivitas susu tinggi dan banyak dikembangkan di Indonesia ialah Kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil pesilangan (grading up) Kambing Etawa dengan kambing lokal, seperti Kambing Kacang. Menurut Kurniasih (2007), Kambing PE memiliki ciri-ciri antara Kambing Kacang dengan Kambing Etawa. Kambing PE memiliki karakteristik tubuh yang besar dengan bobot badan jantan mencapai 90 kg dan betina 60 kg. Kambing PE betina memiliki postur tubuh yang tinggi, berbadan panjang, muka cembung, telinga panjang dan berjuntai, bulu paha belakang lebat dan panjang, ekor melengkung ke atas, ambing susu sedang dan menyambung, puting susu seperti botol yang keduanya tergantung lurus, sejajar, dan simetris. Kambing PE jantan memiliki postur tubuh tinggi, berbadan panjang, muka cembung, telinga panjang dan berjuntai, kaki lurus tegak, bulu mulus mengilap di bagian atas dan bawah leher, pundak dan paha belakang lebih lebat dan panjang, testis berukuran besar dan turun ke bawah dengan panjang sejajar. Kambing PE memiliki bulu berwarna putih, merah coklat, dan hitam. Bentuk tubuh Kambing PE bervariasi dari daerah satu ke daerah lainnya, tergantung dari persentase daerah antara kedua tetuanya. Secara umum, taksonomi Kambing PE adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Sub Kingdom : Vertebrata Class
: Mamalia
Ordo
: Ungulata
Sub Ordo
: Artlodactylata
Section
: Pecora
Family
: Bovidae
Sub Family
: Caprinae
Genus
: Capra
Species
: Caprahircus 28
Kambing PE mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan Indonesia khususnya di daerah yang berhawa dingin, seperti daerah sekitar pegunungan atau dataran tinggi. Di Indonesia, Kambing PE banyak ditemukan di Pulau Jawa, Madura, Sumbawa, dan Sumatera khususnya di Padang Mangatas (Heriyadi 2004). 2.3. Budidaya Kambing Perah 2.3.1. Pemilihan Bibit Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan usaha, yaitu untuk pedaging atau perah. Kambing perah merupakan kambing dwiguna yang mampu menghasilkan daging dan susu. Ciri calon induk yang baik ialah tubuh kompak; dada dalam dan lebar; garis punggung dan pinggang lurus; tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk; jinak dan sorot matanya ramah; kaki lurus dan tumit tinggi; gigi lengkap; mampu merumput dengan baik; rahang atas dan bawah rata; ambing simetris, tidak menggantung dan berputing dua buah. Ciri calon pejantan yang baik ialah tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi; dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi; kaki lurus dan kuat; umur antara 1,5 sampai tiga tahun4. 2.3.2. Reproduksi Reproduksi merupakan fungsi tubuh yang sangat penting untuk tetap menjaga keberlangsungan hidup suatu populasi melalui penurunan generasi baru suatu jenis atau bangsa hewan berikutnya. Keragaan reproduksi kambing perah meliputi siklus birahi, lama kebuntingan, selang beranak, lama kosong, kawin kembali setelah beranak, dan angka kelahiran. Siklus birahi adalah jarak waktu munculnya satu periode birahi ke awal periode birahi berikutnya. Menurut Atabany A (2001), siklus birahi yang terjadi di peternakan Barokah ialah 22,79 hari. Siklus birahi yang terjadi dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Komposisi zat makanan yang lebih baik pada pakan yang diberikan akan mempercepat siklus birahi, dan sebaliknya.
4
Anm. 2009. Budidaya Ternak Kambing. http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/kambing.pdf. [diakses tanggal 18 Maret 2010 ]
29
Ketika masa birahi berlangsung, kambing betina akan menampakkan tanda-tanda birahi, seperti ternak menjadi tidak tenang (gelisah); mengembik terus; menggerak-gerakan ekor; sering kencing; napsu makan rendah; alat kelamin luar tampak membengkak, kemerahan, hangat, dan agak basah; mencoba menaiki betina lain dan diam bila dikawini pejantan. Kelangsungan lama birahi tidak diketahui secara pasti. Menurut Phalepi MA (2004), lamanya birahi berkisar antara 24-36 jam. Perkawinan biasanya terjadi secara alami antara pejantan dengan kambing betina yang sedang birahi. Perkawinan akan berhasil, bila ternak betina yang dikawinkan dalam keadaan birahi. Keberhasilan ditandai dengan terjadinya kebuntingan. Lama kebuntuntingan kambing perah rata-rata selama lima bulan. Jumlah anak sekelahiran adalah jumlah anak yang dilahirkan per induk dalam satu kelahiran. Berdasarkan penelitian Subandtiyo (1993) dalam Phalepi MA (2004), jumlah anak sekelahiran sebanyak 1,5 ekor. Jumlah anak jantan yang dilahirkan lebih banyak daripada anak betina, yaitu 1,08 : 1,00 (Atabany 2001). Tingkat kematian anak kambing perah bisa mencapai 9,30 persen dari total yang dilahirkan atau 4,56 persen dari total populasi (Sukendar 2005). 2.3.3. Pakan Setiap usaha peternakan harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral; mudah dicerna; tidak beracun; disukai ternak; murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua jenis pakan yang diberikan untuk kambing, yaitu hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang relatif tinggi dan kadar energi rendah. Pakan konsentrat yaitu pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi. Biasanya pakan konsentrat berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil, kelapa, vitamin, dan mineral. 2.3.4. Kesehatan Faktor kesehatan sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ternak harus menjadi prioritas utama
30
disamping pakan dan tatalaksana yang memadai. Ada beberapa penyakit yang bisa mempengaruhi kelangsungan hidup kambing perah, diantaranya: 1) Ecthima Contagiosa (bewel) Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus atau jenis pakan yang terlalu banyak bulu, seperti kalanjana, rumput gajah dan sejenisnya. Penyakit ini memiliki ciri-ciri umum seperti luka disekitar bibir kambing, kurangnya napsu makan kambing, badan kambing yang kurus akibat napsu makan yang kurang. 2) Cacingan Kambing dapat terjangkit penyakit cacingan apabila faktor kebersihan kandang tidak diperhatikan secara baik dan pola makan kambing tidak sehat, seperti pemberian rumput muda yang masih basah. 3) Scabies (korep) Penyakit scabies adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang berada disekitar kandang kambing. Peternak biasanya kurang memperhatikan kebersihan kandang secara rutin ataupun pemberian vaksin pada hewan tersebut. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan membersihkan kandang secara rutin atau penyemprotan obat disekitar kandang dengan jadwal yang telah disesuaikan minimal dua minggu sekali. Ciri ciri umum penyakit ini antara lain: a)
Kambing terlihat gelisah karena di sekitar badan yang terjangkit terasa gatal.
b)
Terjadi kerontokan bulu di sekitar badan yang terjangkit
c)
Pada umumnya, jika tidak segera diobati seluruh badan kambing bisa terjangkit.
d)
Daerah yang sering terjangkit penyakit ini ialah di sekitar telinga, leher, atau di sekitar hidung kambing.
4) Kutu Penyakit kutu merupakan penyakit yang sering dijumpai pada hewan berbulu. Penyakit ini tergolong penyakit yang mudah diatasi, namun jika tidak segera mendapat penanganan khusus,
kambing akan terlihat kurus. Ciri-ciri
kambing yang terjangkit penyakit ini ialah bulu terlihat kusam dan tidak rapi. 31
Adapun cara pencegahan penyakit ini berupa pemberian peditok, vertagen, kututox ataupun jenis obat lainnya yang sudah tersedia di toko-toko. 5) Mencret (diare) Mencret merupakan penyakit gangguan pada sistem pencernaan kambing. Kambing yang terjangkit penyakit ini umumnya memiliki badan yang kurus karena cairan dalam tubuh kambing berkurang. Secara tradisional, penyakit ini dapat dicegah dengan cara pemberian pakan daun yang keras, seperti daun nangka. Dalam pengobatan, kambing yang mengalami diare bisa diberikan obat diare yang biasa diminum oleh manusia5. 2.4. Susu Kambing Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Susu merupakan hasil yang sangat penting dari ternak perah. Jumlah susu yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis, umur, bangsa, jumlah anak yang dilahirkan pada setiap kelahiran dan makanan. Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur. Susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik, mengandung vitamin dalam jumlah memadai. Menurut Novita (2005), dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing memiliki perbedaan karakterisrik yaitu warnanya lebih putih; lemak susu kambing lebih mudah dicerna; mengandung mineral, kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks yang lebih tinggi. Oleh karena itu, susu kambing banyak direkomendasikan sebagai produk substitusi susu bagi bayi, anak, maupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi atau jenis makanan lainnya. Menurut Moedji dan Wiryanta, susu kambing merupakan susu terbaik hewan ruminansia yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) Mempunyai sifat antiseptik alami dan bisa membantu menekan pembiakan bakteri dalam tubuh. Hal ini disebabkan adanya flourin yang kadarnya 10-100 kali lebih besar dari pada susu sapi. 2) Bersifat basa (alkaline food) sehingga aman bagi tubuh. 5
Akhsan. 2009. Sekilas, Plus Minus Kambing. http://akhsan99.wordpress.com/2009/11/03/sekilas-plus-minus-kambing-pe/ [18 Maret 2010]
32
3) Proteinnya lembut dan efek laktasenya ringan, sehingga tidak menyebabkan diare. 4) Lemaknya mudah dicerna karena mempunyai tekstur yang lembut dan halus, lebih kecil dibandingkan dengan butiran lemak susu sapi atau susu lainya (bersifat homogen alami). Hal ini mempernudah untuk dicerna sehingga menekan timbulnya reaksi-reaksi alergi. 5) Adanya sodium (Na), fluorin (F), kalsium (C), dan fosfor (P) sebagai elemen kimia yang dominan serta kandungan nutrisi lainya. Maka susu kambing berkhasiat: a) Membantu pencernaan dan menetralisir asam lambung. b) Menyembuhkan reaksi-reaksi alergi pada kulit, saluran nafas dan pencernaan. c) Menyembuhkan bermacam-macam penyakit paru-paru, seperti Astma, TBC, serta infeksi- infeksi akut lainya pada paru-paru. d) Menyembuhkan beberapa kelainan ginjal, seperti nepbrotic syndrom, infeksi-infeksi ginjal serta asam urat tinggi. e) Kandungan kalsium (Ca) yang tinggi dapat membantu menyembuhkan rematik dan mencegah kerapuhan tulang (osteoporosis) f)
Menambah vitalitas dan daya tahan tubuh.
g) Mengatasi masalah impotensi dan gairah seksual, baik bagi pria maupun wanita. h) Berdasarkan beberapa penelitian di amerika, susu kambing terbukti mempunyai efek anti kanker dan HIV6. 2.5. Penelitian Terdahulu Rosid (2009), meneliti tentang kelayakan usaha ternak Kambing Peranakan Etawa (PE). Penelitian tersebut dilakukan di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
6
Munir R. 2009. Susu Kambing Hambat Infeksi Virus HIV. http://ridwanmunir.wordpress.com/2009/03/12/susu-kambing-hambat-infeksi-virus-hiv/ [1 maret 2010]
33
Tujuan penelitian tersebut ialah menganalisis kelayakan usaha Kambing PE dari aspek finansial dan non finansial, serta menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha Kambing PE terhadap perubahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai profil perusahaan dan analisis aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Aspek kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial serta tingkat kepekaan kelayakan usaha tersebut. Analisis aspek finansial pada peternakan tersebut dilakukan dua skenario, yaitu skenario I dan skenario II. Pada skenario I, digunakan modal sendiri dan pinjaman dimana kapasitas keduanya sama, yaitu 50 persen. Pada skenario II digunakan modal sendiri dimana modal tersebut tidak bersumber dari pihak lain ataupun pinjaman bank. Hasil analisis kedua skenario tersebut, menunjukkan bahwa kriteria NPV, IRR, Net B/C, payback period pada skenario I lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario II. Analisis switching value yang dilakukan pada penelitian tersebut berupa penurunan harga susu dan kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada kedua skenario. Penurunan harga susu dapat terjadi karena usaha susu kambing perah berada di pasar persaingan sempurna, sedangkan kenaikan biaya variabel dapat terjadi apabila terdapat kebijakan pemerintah seperti menaikan harga bahan bakar minyak yang berdampak terhadap kenaikan biaya variabel. Skenario II merupakan skenario yang paling sensitif terhadap penurunan harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I. Skenario I memiliki nilai 30,16 persen untuk penurunan harga susu dan 55,43 persen untuk peningkatan biaya variabel. Skenario II memiliki nilai 13,03 persen untuk penurunan harga susu dan 18,52 persen untuk peningkatan biaya variabel. Satria (2009) melakukan analisis pengembangan usaha ternak Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keragaan usaha peternakan Kambing PE dengan menganalisis kelayakan non finansial dan
34
finansial, menganalisis tingkat kepekaan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kelayakan usaha tersebut. Analisis data pada penelitian tersebut sama dengan analisis data yang dilakukan Rosid (2009), yang meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial. Aspek kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial serta tingkat kepekaan kelayakan usaha tersebut. Analisis kelayakan finansial peternakan tersebut meliputi analisis NPV, IRR, Net B/C, payback period, dan BEP. Berdasarkan hasil penelitiannya, kelima kriteria aspek finansial tersebut dapat dikatakan layak. Analisis switching value peternakan ini menunjukan ketidaklayakan peternakan apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 57,16 persen, kenaikan harga pakan sebesar 44,66 persen, dan penurunan harga jual susu kambing sebesar 49,16 persen. Prihatini (2008), melakukan penelitian tentang analisis prospek dan strategi pengembangan usaha ternak Kambing Peranakan Etawa (PE) di Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana prospek usaha dari tingkat pendapatan yang diperoleh dan kelayakan finansial serta menentukan alternatif strategi untuk mengembangkan usaha. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, analisis kelayakan investasi, dan analisis SWOT. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum obyek penelitian. Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung pendapatan peternak dari hasil usaha ternak Kambing PE. Analisis kelayakan investasi digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak Kambing PE. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh internal dan eksternal usaha peternakan untuk merumuskan strategi pengembangan dari usaha ternak Kambing PE tersebut. Berdasarkan hasil penelitian analisis pendapatan, peternakan tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 14.226.108,00
dan nilai R/C sebesar 0,83.
Kerugian tersebut dikarenakan jumlah produksi susu kambing sangat rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan peternakan. Hal tersebut berpengaruh pada kelayakan finansial dimana nilai NPV dari peternakan ini 35
bernilai negatif. Analisis SWOT yang dilakukan pada penelitian tersebut menghasilkan strategi W-O dimana peternakan perlu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Anggororatri (2008) menganalisis daya saing dan strategi pemasaran susu kambing CV Lakta Tridia, Ciwidey, Jawa Barat berdasarkan audit pemasaran dengan konsep Strategic Marketing Plus 2000. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis profil manajemen internal dan profil lingkungan industri CV Lakta Tridia, menganalisis ketepatan strategi bersaing dan strategi pemasaran yang telah dilakukan, dan menganalisis strategi bersaing dan strategi pemasaran yang tepat untuk dilakukan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui strategi, taktik, nilai, dan kondisi lingkungan perusahaan. Analisis kuantitatif dalam penelitian tersebut menggunakan audit pemasaran berdasarkan konsep Strategic Marketing Plus 2000 yang meliputi Company Alignment Profile (CAP) untuk mengidentifikasi profil manajeman perusahaan/analisis lingkungan perusahaan dan Competitive Setting Profile (CSP) untuk
analisis lingkungan
industri. Penelitian tersebut menghasilkan nilai Company Alignment Profile (CAP) yang dirata-ratakan menjadi Company Alignment Index (CAI). Nilai CAI dalam penelitian tersebut sebesar tiga, yang berarti perusahaan bertipe Marketing Oriented Company. Hasil Competitive Setting Profile (CSP) dirata-ratakan menjadi Competitive Setting Index (CSI) dan memiliki nilai sebesar 4,32. Nilai tersebut menunjukan situasi persaingan yang sophisiticated (canggih) menuju chaos (kacau). Manalu (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu Segar Kambing Farm P4S Cita Rasa di Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Bogor. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal peternakan dengan menggunakan Matriks IFE dan EFE. Dari Matriks IFE dan EFE didapat posisi kuadran lima yang berarti peternakan bisa menerapkan strategi Hold and Maintain 36
yang berupa strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Setelah itu, analisis dilanjutkan pada Matriks SWOT yang menghasilkan sebelas alternatif strategi. Kesebelas alternatif strategi tersebut dipilih menjadi lima pilihan strategi, yaitu strategi mempertahankan atau meningkatkan kualitas produk, strategi diversifikasi produk, strategi mempertahankan harga jual susu, strategi peningkatan kualitas manajemen, dan strategi mempertahankan atau meningkatkan kualitas produk. 2.6. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Analisis kelayakan finansial dan strategi pemasaran sudah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini mengkaji kelayakan finansial dan strategi pemasaran susu kambing. Analisis kelayakan usaha yang dalam penelitian ini meliputi aspek finansial dan analisis switching value. Analisis strategi pemasaran yang saya analisis meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal, analisis SWOT, analisis IE, dan analisis QSPM. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4.
37
Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan Penelitian No. 1
Nama Pengarang-Judul Skripsi Abdul Rosid- Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
2
Dicky Satria- Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
3
Prihatini- Analisis Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE) di Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan Bogor.
4
Anggororatri-Analisis Daya Saing dan Strategi Pemasaran Susu Kambing CV Lakta Tridia, Ciwidey, Jawa Barat Manalu-Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu Segar Kambing Farm P4S Cita Rasa di Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Bogor.
5
Persamaan - Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak kambing perah - Menganalisis penurunan harga susu dalam analisis switching value - Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak kambing perah - Analisis switching value berupa penurunan harga jual susu dan kenaikan biaya pakan - Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak kambing perah
- Menganalisis strategi pemasaran susu kambing - Menganalisis strategi pemasaran susu kambing
Perbedaan - Tempat penelitian berbeda - Tidak melengkapi analisis strategi pemasaran - Tempat penelitian berbeda - Tidak melengkapi analisis strategi pemasaran
- Tempat Penelitian berbeda - Tidak melengkapi analisis strategi dengan QSPM - Tidak melengkapi analisis switching value - Tempat penelitian berbeda - Menggunakan alat analisis yang berbeda - Tempat penelitian berbeda - Tidak melengkapi analisis kelayakan finansial
20