II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Program P2BN adalah salah satu manivestasi dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka program ketahanan pangan melalui pendekatan intensifikasi pertanian. Presiden Republik Indonesia mencanangkan RPPK pada tanggal 11 Juni 2005 sebagai salah satu dari Track Strategi dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Sebagai tindak lanjut RPPK, pada tanggal 3 Desember 2005 menteri pertanian telah mencanangkan Revitalisasi Penyuluhan pertanian dalam rangka mewujudkan Revitalisasi penyuluhan pertanian (Deptan, 2007). Pada tahun 2007, pemerintah mengeluarkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) bekerjasama dengan Farmer Managed Extension Activies (FAM). FAM adalah kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh pelaku utama dan pelaku usaha yang bersifat strategis untuk mendongkrak produktivitas komoditas unggulan di suatu wilayah dan usaha agribisnis yang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan pelaku utama dan pelaku usaha. Program P2BN di luncurkan pemerintah pada pertengahan tahun 2007 bekerjasama dengan FAM dan Dinas Pertanian, program ini diluncurkan diseluruh Indonesia secara serentak. Sebagai program intensifikasi pertanian tentu saja membawa teknologi baru dalam pelaksanaannya. Teknologi yang diterapkan diharapkan dapat meningkatkan produksi padi.Tantangan yang harus dihadapi adalah kebiasan petani yang sulit menerima perubahan dalam melaksanakan usahataninya. Hal ini dilandasi kekhawatiran petani bahwa
Universitas Sumatera Utara
teknologi baru tersebut tidak akan memberikan pengaruh bagi produksi padi mereka. Oleh karena itu, seringkali program yang telah dicanangkan pemerintah kurang berhasil karena petani sasaran tidak bersedia menerapkan inovasi teknologi tersebut. Kondisi di atas bisa saja terjadi dalam pelaksanaan program P2BN karena program ini tidak hanya sebatas menggunakan benih bersertifikat tanpa ada penerapan teknologi yang lain (Deptan, 2007). Ada banyak permasalahan yang terjadi dalam usahatani. Salah satu permasalahan yang ada dalam pertanian adalah permasalahan pada saat pengolahan tanah untuk persiapan tanam yang membutuhkan banyak biaya untuk pembelian pupuk, upah tenaga kerja dan pembelian bibit/benih. Tantangan lain yang menjadi masalah adalah soal produktivitas, yang dapat dijadikan sebagai tantangan. Produktivitas adalah the balance between all factors of production that will givve the gratest output for the smallest effort (keseimbangan dari semua faktor produksi yang akan menyumbangkan hasil yang tertinggi melalui upaya yang terendah). Produktivitas adalah kunci dalam mempertahankan usaha. Permasalahan rendahnya produktivitas tanaman ada enam kunci penyebabnya. Pertama, pengusahaan pertanian pada lahan sempit yang tidak mendukung pemanfaatan teknloogi dan skala ekonomi. Kedua penerapan teknologi anjuran yang tidak terjangkau, ketiga pemupukan/pengendalian hama yang tidak efisien, keempat terlalu banyak pematang (yang memakan 10-15% lahan), kelima permasalahan modal yang tidak sampai pada waktunya sehingga terkadang petani meminjam kepada tengkulak dengan resiko dan bunga yang jauh lebih besar. Keenam, harga jual (sales revenue) rendah dan pemasaran yang tidak kompetitif kearena dikuasai oleh paraa pengumpul/tengkulak (buyer) dan bukan oleh
Universitas Sumatera Utara
kelompok petani (producer) sehingga tidak memotivasi terjadinya kenaikan produktivitas (Soemodiningrat 2001). Program P2BN dilakukan oleh petani padi. Upaya peningkatan produksi untuk berkelanjutan padi sawah merupakan salah satu tujuan dari pengembangan program P2BN. Oleh karena itu, keberhasilan pengembangan program P2BN juga sangat bergantung pada tingkat efektivitas penggunaan faktor-faktor produksi (input) yang digunakan oleh petani. Alternatif komponen program P2BN adalah : (1) Varietas Unggul Tipe Baru, (2) Penggunaan Benih Bermutu, (3) Pengelolaan air. Varietas padi yang dipilih adalah varietas unggul tipe baru yang telah dilepas, mempunyai daya hasil tinggi, berumur genjah (pendek), tahan terhadap hama dan penyakit, serta sesuai keinginan pasar. Varietas unggul yang disedikan untuk digunakan adalah : Ciherang, Cilarang, Ciliwung, Cibogo, dan Memberamo Varietas padi tesebut merupakan varietas padi pengganti IR-64 yang telah lama diaplikasikan oleh petani dan sudah tidak tahan terhadap berbagai penyakit. Oleh karena itu varietas IR-64 diharapkan tidak dipergunakan lagi ditingkat lapangan. Benih yang akan ditanam hendaknya yang bermutu tinggi yakni kemurnian dan daya kecambahnya lebih besar dari 90 persen. Pada prinsipnya pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah (low input technology) dan upaya menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Penerapan teknologi budidaya yang berkelanjutan bila mana lahan yang dikelola dapat memberikan produksi tanaman dan atau hewan yang memuaskan tanpa menimbulkan kerusakan atas lahan tersebut sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan oleh sistem pertanian itu sendiri tuntutan untuk membangun sistem pertanian yang
Universitas Sumatera Utara
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan dan bukan merupakan sesuatu yang boleh ditawar-tawar lagi seiring dengan kerusakan lingkungan pertanian yang selama ini mengandalkan masukan input yang tinggi berbasis revolusi hijau. Indonesia, secara tertulis telah menganut konsep pembangunan pertanian berkelanjutan (Mugniasyah, 2001). Salah satu inovasi teknologi yang mulai diadopsi adalah teknologi penangkaran benih padi. Hal tersebut menjadi tujuan utama dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani padi sawah. Dengan menghasilkan benih padi berarti harga jual yang diterima oleh petani lebih tinggi dengan padi konsumsi. Selain itu penangkaran benih padi
dibandingkan
bertujuan untuk
menjaga ketersediaan benih di musim tanam dan meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih bersertifikat (Litbang, 2008).
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Bertani (Onfarm) sebagai Salah Satu Subsistem Agribisnis Agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran (output). Agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan, usaha tani, produk yang memasok bahan masukan usaha tani; terlibat dalam produksi; dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan secara borongan dan penjualan eceran produk kepada konsumen akhir. Sektor pusat dalam agribisnis adalah sektor produksi usaha tani. Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini bertambah, sektor lain juga akan ikut bertambah. Baik buruknya keadaan sektor ini akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan sektor masukan dan sektor keluaran agribisnis. Secara rata-rata, pekerja disektor
Universitas Sumatera Utara
produksi usaha tani kurang berpendidikan dan masih tergolong tingkatan bawah jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Dengan demikian, balai latihan kerja yang dicanangkan pemerintah serta bantuan keuangan seringkali diperlukan agar masyarakat yang berpindah sektor pencaharian ini bisa berhasil (Downey dan Erickson, 2009).
2.2.2. Teori Produksi Richard Rugless beserta istrinya Nancy D. Rugless mendefenisikan pengertian produksi secara lebih luas yaitu In border terms any process that creates value or adds value to already existing goods is production (secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai sesuatu barang adalah produksi). Secara lebih jelas bahwa setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai sesuatu barang adalah produksi (Rosyidi, 2005). Produksi merupakan sesuatu yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi (input) secara sekaligus yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen (Mubyarto, 1994). Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang (Rosyidi, 2005). Sedangkan menurut Sudarman (1992), produksi adalah semua aktifitas untuk menciptakan barang dan jasa. Ditambahkan Mubyarto (1994), bahwa fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi (input). Produksi komoditas pertanian dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani maupun usaha lainnya. Proses produksi lebih dikenal sebagai budi daya tanaman merupakan usaha bercocok tanam di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Bahan segar tersebut dijadikan bahan
Universitas Sumatera Utara
baku untuk menghasilkan bahan setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finished product) di industri-industri pertanian atau dikenal dengan nama agroindustri (agrifood industry). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian antara lain lahan pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi dan manajemen (Rahim dan Astuti, 2008). Petani yang maju dalam melakukan usaha tani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimum. Cara pemikiran yang demikian sangat wajar mengingat petani melakukan konsep memaksimumkan keuntungan (profit maximum). Selain itu, ada pula yang dikenal dengan istilah meminimumkan biaya (cost minimization). Jika dihadapkan dengan keterbatasan biaya dalam melaksanakan usaha taninya, petani perlu mencoba meningkatkan keuntungan dengan faktor biaya usaha tani yang terbatas atau dengan kata lain bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya yang sekecilkecilnya. Petani besar sering dihadapkan pada prinsip bagaimana memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya melalui pendekatan profit maximum karena mereka tidak dihadapkan pada keterbatasan pembiayaan. Sebaliknya, untuk petani kecil
atau
subsistem/gurem
sering
dihadapkan
bagaimana
memperoleh
keuntungan dengan keterbatasan yang mereka miliki atau pendekatan cost minimization. Inovasi usaha tani (teknologi) akan menambah keuntungan melalui pendekatan cost minimization
Universitas Sumatera Utara
Total Revenue/ Cost (Rp)
L
Total Revenue/ Cost (Rp)
P’
D
F’ P
C
P
B
C B
K
F
E
D
E’ 0
A
Quantity
a. profit maximum
0
A
Quantity
b. cost minimization
Gambar 1. Kurva profit maximum dan cost minimization Keterangan: 0P dan 0P’ = total revenue KL
= cost line
EF dan EF’= total cost Produk marginal atau marginal product merupakan tambahan satu unit input atau faktor produksi yang dapat menyebabkan pertambahan/pengurangan satu satuan output atau hasil produksi pertanian, atau dengan kata lain perubahan output (+ atau -) akibat adanya perubahan satu unit input. Hubungan satu input dengan satu output sering dihadapkan dengan 3 (tiga) situasi, yaitu produk marginal konstan, produk marginal menurun, dan produk marginal menaik. Produk marginal konstan dapat diartikan bahwa setiap tambahan satu unit input dapat menghasilkan tambahan satu unit output. Penjelasan terhadap Produk Marginal (PM) lebih berguna bila dikaitkan dengan Produk Rata-rata (PR) dan Produk Total (PT) sehingga lebih informatif atau dapat diketahui Elastisitas
Universitas Sumatera Utara
Produksinya (Ep). Elastisitas produksi komoditas pertanian merupakan persentase perbandingan dari hasil produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari faktor produksi atau input (Rahim dan Astuti, 2008).
Gambar 2. Grafik Hubungan PT, PM, dan PR
Produksi yang dihasilkan dapat diduga dengan mengetahui berapa jumlah input yang digunakan dalam proses produksi. Selanjutnya fungsi produksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi input yang terbaik terhadap suatu proses produksi. Meskipun demikian, hal tersebut sulit untuk dilakukan mengingat informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi tidak sempurna. Soekartawi (1995) menjelaskan biasanya petani menemui kesulitan untuk menentukan kombinasi tersebut karena: 1) Adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman 2) Data yang digunakan untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar. 3) Pendugaan fungsi produksi dapat diartikan gambaran rata-rata pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
4) Data harga dan biaya yang diluangkan (opportunity cost) mungkin tidak dapat diketahui secara pasti. 5) Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus. Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah prroduksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Sementara yang disebut pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani (Soekartawi, 1995).
2.2.3. Teori Biaya Secara umum dapat diketahui bahwa biaya merupakan seluruh sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan dan memperoleh suatu barang dan jasa. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam biaya internal dan biaya eksternal. Biaya internal adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi suatu barang atau jasa, misalnya biaya yang digunakan untuk memproduksi kue adalah biaya untuk memperoleh terigu, gula, telur, tenaga kerja dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses produksi kue tersebut. Sedangkan biaya eksternal adalah biaya yang ditanggung oleh masyarakat secara tidak langsung akibat kegiatan proses produksi suatu perusahaan. Misalnya, rusaknya lingkungan akibat polusi udara dan limbah pabrik yang akan dapat merugikan masyarakat (Bangun, 2007). Biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat menghasilkan output atau semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output disebut dengan biaya produksi (Rosyidi, 2005) sedangkan
Universitas Sumatera Utara
Soekartawi (2002) menyatakan bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya ini berupa pengeluaran aktual petani untuk memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga, menyewa, membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Jadi, faktor produksinya merupakan miliki petani sendiri dan digunakan dalam aktivitas produksinya sendiri. Biaya implisit ini dapat berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga (Salvatore, 2005). Biaya usahatani merupakan korbanan yang dilakukan oleh petani dalam mengelola usahataninya dalam memperoleh hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) diartikan sebagai biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian. Contohnya sewa lahan, alat-alat pertanian dan penyusutannya, upah tenaga kerja, pajak, dan sebagainya. Biaya tidak tetap (variable cost) biaya yang dipengaruhi oleh besar-kecilnya produksi komoditas pertanian. Contohnya biaya untuk sarana produksi komoditas pertanian seperti penambahan tenaga kerja, penambahan pupuk dan pestisida, dan sebagainya. Cara menghitung biaya tetap (fixed cost) adalah sebagai berikut:
FC
Dimana: Xi : banyaknya input ke-i Pxi: harga dari variable Xi (input)
Universitas Sumatera Utara
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung biaya total. Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dengan biaya tidak tetap atau variable cost (VC) sehingga persamaannya adalah sebagai berikut: TC = FC + VC (Rahim dan Astuti, 2008). Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk keperluan produksinya (Mankiw, 2000). Biaya merupakan nilai dari semua masukan ekonomis yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktu dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Menurut Gasperz (1999) pada dasarnya yang diperhitungkan dalam jangka pendek adalah biaya tetap (fixed costs) dan biaya variabel (variable costs). a. Biaya tetap (fixed costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input- input tetap dalam proses produksi jangka pendek. Perlu dicatat bahwa penggunaan input tetap tidak tergantung pada kuantitas output yang diproduksi. Dalam jangka panjang yang termasuk biaya tetap adalah biaya untuk membeli mesin dan peralatan, pembayaran upah dan gaji tetap untuk tenaga kerja. b. Biaya variabel (variable costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input–input variabel dalam proses produksi jangka pendek perlu diketahui yang bahwa penggunaan input variabel tergantung pada kuantitas output yang di produksi dimana semakin besar kuantitas output yang diproduksi, pada umumnya semakin besar pula biaya variabel yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan.Dalam jangka panjang, yang termasuk biaya variabel adalah biaya atau upah tenaga kerja langsung, biaya bahan penolong dan lain – lain sebagainya. Diasumsikan bahwa semua usaha mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan usaha akan dipertimbangkan: - Sebuah usaha dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga. - Sebuah usaha dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan. - Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka usaha tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Usaha ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, usaha bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya. - Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, usaha harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak
Universitas Sumatera Utara
memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian usaha hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, usaha menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. 2.2.4 Teori Penerimaan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
TR = Y x Py Dimana:
TR : Total penerimaan Y : Produsi yang diperoleh dalam usahatani Py : Harga Y
Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis simultan usahatani. Bila sebidang lahan ditanami berbagai macam tanaman maka disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis). Sebaliknya, bila hanya satu tanaman yang diteliti maka disebut analisis parsial usahatani (Rahim dan Astuti, 2008). Penerimaan adalah hasil penjualan dari sejumlah barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang kepada pihak lain. Jumlah penerimaan didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang tertentu yang diperoleh dari jumlah barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan setiap satuan (Soedarsono, 1995). Menurut Mosher (2002), bahwa penerimaan di bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan
Universitas Sumatera Utara
biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Ditambahkan Mubyarto (1994) penerimaan dibidang pertanian adalah hasil yang diharapkan akan diterima petani pada saat panen. Penerimaan usahatani (farm receipt) adalah penerimaan dari semua sumber usahatani meliputi; jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah atau yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani itu sendiri adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual
(Widodo, 2004).
2.2.5. Teori Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR –TC TR = Y x Py TC = FC + VC Dimana: Pd : Pendapatan usahatani TR : Total penerimaan (total revenue) TC : Total biaya (total cost) FC : Biaya tetap (fixed cost) VC : Biaya variabel (variable cost) Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : Harga Yang (Rahim dan Astuti, 2008). Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Ditambahkan oleh (Mosher, 2002), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang merupakan nilai harga jual dikalikan dengan produksi. Sehingga pendapatan adalah penerimaan dikurang biaya produksi. Ada beberapa pembagian tentang penadapatan menurut Suharto (1990) yaitu : a. Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan usaha yang dikurangi biaya. b. Pendapatan tentang kerja (labour income) adalah jumlah seluruh penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja. c. Pendapatan tenaga kerja keluarga (Family’s labour income) adalah total pendapatan tenaga kerja di tambah tenaga kerja dalam keluarga. d. Pendapatan keluarga petani (family’s income) adalah pendapatan bersih di tambah dilai tenaga kerja keluarga. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan, atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisa usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Siregar, 2009). Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: 1) Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi usahatani dikalikan
Universitas Sumatera Utara
harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. 2) Pendapatan bersih usahatani. adalah selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Menurut Soekarwati (2005), pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya infestasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pemasaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan usahatani menurut Shinta (2011) ada dua bagian besar yaitu luas usaha yang terdiri atas pendapatan usaha tani yang menunjukkan volume usaha, total investasi modal, tenaga kerja. Selanjutnya adalah tingkat produksi yang diukur berdasarkan prouktivitas, index penanaman (persentase dari index pertanian dikali luas areal petani) dan indek pertanian (intensitas produksi dari suatu usahatani di daerahnya).
2.2.6. Teori Harga Kekuatan permintaan dan daya dorong penawaran sering disebut sebagai teori harga. Determinasi harga terhadap permintaan atau penawaran dengan mengasumsikan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dianggap tetap (ceteris paribus) menghasilkan Hukum Permintaan atau Penawaran, sedangkan bila permintaan atau penawaran yang mendeterminasi harga maka disebutlah sebagai teori permintaan dan penawaran (Rosyidi, 2005). Permintaan adalah banyaknya
Universitas Sumatera Utara
jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain: harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera, ramalan atau estimasi dimasa yang akan datang, harga barang substitusi, distrubusi, dan lain sebagainya. Hukum Permintaan adalah apabila harga naik maka permintaan akan turun dan sebaliknya, dengan asumsi ceteris paribus. Teori Permintaan adalah perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya, yaitu apabila permintaan naik maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun maka harga relatif akan turun (Gasperz, 1999). Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Faktorfaktor yang mempengaruhi produsen menawarkan produkya pada suatu pasar antara lain: harga barang itu sendiri, harga bahan baku, kebijakan pemerintah, anggaran, daya konsumsi masyarakat, biaya produksi, tujuan produksi perusahaan, teknologi, dan lain-lain. Hukum Penawaran adalah apabila harga naik maka penawaran akan meningkat dan sebaliknya, dengan asumsi ceteris paribus. Teori Penawaran adalah perbandingan terbalik antara penawaran terhadap harganya, yaitu apabila penawaran naik maka harga relatif akan turun dan sebaliknya bila penawaran turun maka harga relatif akan naik (Mubyarto, 1994). Hasil produksi sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat tidak elastis (turun naik harga tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan). Dalam jangka panjang konsumsi produk dari sektor pertanian bertambah secara alami artinya perubahan itu bukan
Universitas Sumatera Utara
karena semakin tingginya daya beli masyarakat, melainkan karena bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini berdasarkan teori angel yang mengisyaratkan bahwa: apabila pendapatan masyarakat bertambah besar dari sebelumnya, maka konsumsi barang primer (hasil pertanian) relatif akan semakin menurun (rasionya) (Soekartawi, 1995).
2.3. Penelitian Sebelumnya Penelitian oleh Erfinda, wici (2008) yang berjudul Analisa Perbandingan Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan jumlah petani smpel 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa anjuran teknologi yang disarankan oleh
pemerintah untuk pelaksanaan program P2BN ini tidak dilaksanakan 100% oleh petani, namun program tetap dilaksanakan karena pelaksanaan program P2BN disesuaikan dengan keadaaan dan kondisi wilayah ternpat dilaksanaka Teknik budidaya yang dilakukan oleh petani tidak berbeda baik sesudah maupun sebelum program P2BN. Penelitian oleh Danti Novitasari (2010) yang berjudul Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode dasar penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik survei dengan jumlah petani smpel 50 orang. orang yang diambil dengan metode proportional random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
Universitas Sumatera Utara
usahatani petani dalam kategori sedang (16-25 tahun). Pendidikan formal dalam kategori sedang atau tamat/tidak tamat SMP. Pendidikan non formal termasuk dalam kategori sering. Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam kategori tinggi. Keterpaan media massa dalam kategori sedang. Pengaruh kebudayaan dalam kategori tinggi. Sikap petani terhadap tujuan subsidi benih dalam kategori setuju/positif, sikap petani terhadap sasaran dalam kategori ragu-ragu/netral, sikap petani terhadap pelaksanaan tergolong setuju/positif, sikap petani terhadap kualitas benih tergolong tidak setuju/negatif, dan sikap petani terhadap manfaat dan hasil tergolong setuju/positif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sularno (2012) tentang kontribusi varietas unggul baru pada usahatani padi dalam rangka meningkatkan keuntungan petani menyimpulkan bahwa usahatani dengan mengintroduksikan varietas unggul baru (VUB) Inpari 6 dapat meningkatkan produksi sebesar 1,500 ton(21,96 %.) per ha dan introduksi VUB Inpari 6 keuntungan bersih yang diperoleh petani lebih tinggi Rp 4.800.000,- (47,73 %) per ha bila dibandingkan dengan varietas Conde. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi dan pendapatan akan meningkat jika penggunaan varietas unggul diterapkan dalam usahatani padi sawah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani perlu dilakukan penggunaan pupuk organik. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan Yahumri (2011) tentang efisiensi penggunaan pupuk dan lahan dalam upaya meningkatkan produktivitas padi sawah. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Produktivitas padi berkisar 3,65 sampai dengan 5,9 ton GKP per ha. Hasil pengkajiian menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
aplikasi pupuk organik mampu mengurangi dosis pupuk kimia sebesar 4 sampai dengan 16,7%, menghemat biaya pupuk 4 sampai dengan 12% dan meningkatkan produktivitas padi 15,1 sampai dengan 37%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Benu dkk (2011) mengenai analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada usaha padi sawah di Desa Mopuya Utara Kecamatan Domuga Utara Kabupaten Bolang Mongondow menyimpulkan bahwa
faktor produksi lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja
secara bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Desa Mopuya Utara. Penggunaan produksi lahan, pupuk, dan tenaga kerja belum efisien untuk meningkatkan produksi, sedangkan penggunaan faktor produksi benih tidak efisien perlu pengurangan benih.
2.4. Kerangka Pemikiran Kehidupan petani yang masih berada di tingkat rendah merupakan masalah klasik. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan ketersediaan saprodi untuk kegiatan pertanian yang masih belum tertata dengan baik. Perubahan iklim yang tidak tidak teratur juga mendorong keadaan para petani semakin sulit karena semakin tingginya tingkat kegagalan panen. Untuk meningkatkan pendapatan petani pemerintah meluncurkan program P2BN. Program P2BN adalah salah satu manivestasi dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka program ketahanan pangan melalui pendekatan intensifikasi pertanian. Upaya peningkatan produksi untuk berkelanjutan padi sawah merupakan salah satu tujuan dari pengembangan program P2BN yang dilakukan dengan cara penggunaan varietas unggul ,penggunaan benih bermutu dan pengelolaan air. Jika program P2BN dapat berjalan dengan baik maka akan meningkatkan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
petani. Penelitian ini bertujuan. untuk membandingakan apakaha ada perbedaan antara pendapatan petani sebelum dan sesudah P2BN karena diharapkan dengan program P2BN ini diharapkan para petani dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi sawah yang dia tanam. Jika program P2BN dapat berjalan dengan baik maka akan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya juga akan meningkatkan taraf hidup petani itu sendiri. Adapun skema kerangka pemikira dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Program P2BN
Usaha Tani
Input
Sebelum
Biaya Produksi
Produksi dan Produktivitas
Pendapatan Petani
Sesudah
Analisis Peubah
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan biaya produksi padi sawah sebelum dan sesudah P2BN di
Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara. 2. Terdapat perbedaan produksi dan produktivitas padi sawah sebelum dan sesudah P2BN di Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara. 3. Terdapat perbedaan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah P2BN di Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Universitas Sumatera Utara