4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geografi Kabupaten Buleleng Letak geografis Kabupaten Buleleng, yaitu terletak pada posisi 114 0 25’ 55” bujur timur – 1150 27’ 28” bujur timur dan 80 03’ 40” lintang selatan – 80 23’ 00” lintang selatan. Kabupaten Buleleng memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan hujan. Curah hujan
terendah terdapat di daerah pantai dan yang tertinggi ada di daerah
pegunungan. Buleleng adalah kabupaten yang terluas wilayahnya di antara kabupaten lain di Bali. Batas pegunungan yang membujur timur-barat sepanjang pertengahan Bali termasuk ke dalam wilayah Buleleng. Karenanya, Buleleng adalah wilayah yang lengkap memiliki gunung, daratan, dan laut utara Pulau Bali. Kendati memiliki wilayah yang terluas di Bali, sebagian wilayah Buleleng adalah daerah kering terutama di daerah pegunungan Buleleng barat dan Buleleng timur. Kondisi alam yang dimiliki Buleleng membuat Buleleng tak bisa mengandalkan pertanian tanah basah. Namun keadaan ini justru membawa Buleleng sebagai daerah utama perkebunan anggur di pulau Bali (Dinas Pertanian dan Pertenakan Kabupaten Buleleng, 2010).
2.2 Anggur (Vitis vinifera) Anggur Buleleng termasuk dalam family Vitaceae, ordo Vitals, divisio Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Genus Vitis L, dan kerajaan Plantae. Tidak semua jenis dari marga Vitis ini dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan
5
Vitis labrusca. Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri: kulit tipis, rasa manis dan segar, kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dari permukaan laut beriklim kering, termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion (Ruhmana, 1999). Deskripsi tanaman anggur tumbuhan berbentuk semak, berumur panjang (perenial), panjang 8 m, akar tunggang, batang berkayu, silindris, menjalar, warna hijau kecoklatan, permukaan halus. Daun tunggal, tersusun berseling (alternate), warna hijau, bentuk bundar hingga jorong, panjang 10 - 16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis tegar, pangkal berlekuk, tepi bergigi runcing, permukaan berbulu. Bunga majemuk, bentuk malai, muncul di ketiak daun, kelopak berbentuk mangkuk berwarna hijau, daun mahkota berlekatan. Buah buni (bacca), bulat atau lonjong, panjang 2 - 3 cm, warna hijau, ungu, atau hitam, bentuk biji lonjong berwarna cokelat muda. Perbanyaan generatif (biji) atau vegetatif (stek) (Sauri dan Martulis, 1991).
2.3 Budidaya Anggur Kendala dari agribisnis anggur adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 3 tahun dan musim hujan yang datang tidak pada waktunya sehingga pohon anggur dapat terserang penyakit (tepung palsu, cendawan tepung, penyakit karat daun, dan penyakit busuk buah). Karena itu diperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnis. Pohon anggur yang tersedia sekarang umumnya adalah turunan/warisan yang sudah berumur cukup tua, sehingga produktifitas dari pohon anggur tersebut selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
6
Buah anggur yang diperdagangkan sebagian besar berasal dari kebun milik sendiri yang hasilnya dijual kepada para pengepul dengan harga yang masih rendah. Dalam budidaya anggur, pemilihan lokasi, dan cara penanamannya sangatlah penting agar produksifitas pohon anggur dapat menghasilkan buah yang optimal dan berkualitas. Berikut cara pembudidayaan anggur yang baik : 2.3.1 Pemilihan Lokasi Budidaya tanaman anggur membutuhkan pemilihan lokasi tanam untuk menjamin agar usaha produksi anggur dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan agroklimat. Secara rinci lokasi untuk tanam anggur agar berhasil dengan baik adalah : rata-rata Ph berkisar antara 5,5-6,5, kelembaban udara rata-rata 40-60%, intrensitas penyiraman 80-100% (9-10 jam/ hari) dengan temperature udara harian 25°- 31° C ,curah hujan berkisar 500-600 mm/thn dengan 3-5 bulan basah, tanah bertekstur lempung berpasir (30-50 % lembung, 30-50 % pasir,7-12 % liat), subur, gembur, drainase dan aerasi baik, ketingian tempat 4 - 25 m dpl (Sauri dan Martulis, 1991). 2.3.2 Pembibitan Pembibitan bertujuan untuk menyediakan benih/bibit yang bermutu baik, sehingga mampu memproduksi secara optimal sesuai dengan keunggulan varietas, sehat dan daya adaptasi yang baik. Tanaman anggur diperbanyak dengan cara stek. Cara perbanyak tanaman dengan stek dilakukan pertama kali yaitu dengan pemilihan pohon induk minimal 2 tahun, sudah pernah berbuah, daya produksi tinggi dan kualitas buahnya baik; stek diambil dari cabang tersier; stek mempunyai 3-4 mata tunas: diameter stek minimal 1cm; warna kulit bahan
7
stek coklat tua; media tanam berupa pasir, pupuk kandang, tanah dengan perbandingan 1:1:1, media tanam dimasukan kedalam polybag yang telah dilubangi; stec ditancapkan kedalam polybag sedalam 1-2 mata tunas tegak lurus; polybag ditempatkan dibawah naungan yang tidak terkena sinar matahari; persemaian dijaga selalu dalam kondisi lembab dan hindari becek (Setiadi, 1986).
2.3.3 Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bermaksud memperbaiki struktur tanah sehingga kesuburan fisik, kimia dan biologis tanah terjaga dengan baik. Tujuanya untuk menjamin peretumbuhan dan produksi anggur optimal karena kesuburan tanah semakin baik melalui pengolahan tanah. Pembuatan lubang tanam tanaman anggur dengan ukuran 50cm x 50cm x 50cm dengan jarak tanam 2,75m x 5,5m. Pisahkan tanah lapisan atas dengan tanah lapisan bawah. Kemudian lubang tanam dibiarkan/dikering anginkan selama 7-14 hari. Tanah lapisan atas dicampur pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Selanjutnya campuran tanah tersebut kemudian masukkan kedalam lubang tanam dan disirami secukupnya (Sauri dan Martulis, 1991). 2.3.4 Penanaman Penanaman bibit dilaksanakan pada lubang tanam yang telah disiapkan. Sebelum tanam, media pada bibit disiram dahulu sampai basah agar media tidak pecah pada saat polybag dibuka. Selesai tanam bibit disiram untuk mencegah kelayuan, pasang ajirnya agar tanaman tegak, waktu tanam baik pada akhir musim hujan – awal musim kemarau (bulan maret-juni). Karena tanaman anggur bersifat menjalar maka rambatanya menggunakan para-para. Para-para ini
8
digunakan dari kayu tanaman santen yang ditanam bersamaan tanaman anggur dengan jarak tanam 3x3m dengan posisi barisan tanaman anggur. Tinggi tiang para-para adalah 1,75m – 2,25m dan
pada bagian atas para-para dipasang
anyaman kawat atau bilah bambo dengan jarak 40cm x40cm. Para-para dipasang setelah tanaman anggur berumur 1,5 – 2 bulan (Sauri dan Martulis, 1991).
2.3.5 Pengairan Tujuan pengairan pada tanaman anggur adalah untuk menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses pertumbuhan berjalan dengan optimal. Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Tanaman anggur yang produktif memerlukan air yang cukup, pemberian air disesuaikan dengan kondisi tanah (Sauri dan Martulis, 1991 ; Ruhmana, 1999).
2.3.6 Pemangkasan Bentuk Menurut Ruhmana, 1999, pemangkasan bentuk bertujuan untuk memperoleh cabang dan ranting yang subur serta sehat dalam jumlah banyak, serta membentuk pohon sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan pemangkasan bentuk sebagai berikut: a. Tanaman anggur dibiarkan tumbuh sampai ketinggian 50 cm kemudian dipotong. Tunas yang tumbuh disisakan 1 tunas dan dibiarkan tumbuh mencapai para-para. b. Tanaman anggur yang tumbuh di atas para-para kemudian dipotong lagi, sehingga tumbuh tunas yang dipelihara hanya 3 tunas, selanjutnya setelah panjang 1 meter dipotong lagi sehingga tumbuh tunas dan hanya 3 tunas yang dipelihara, demikian seterusnya sampai para-para penuh.
9
2.3.7
Pemangkasan Produksi Menurut Ruhmana, 1999, pemangkasan produksi bertujuan untuk
memperoleh cabang dan renting yang akan menghasilkan buah. Pelaksanaan pemangkasan produksi sebagai berikut: a. Pemangkasan produksi dilakukan pertama kali pada umur tanam 1 tahun b. Pemangkasan produksi perlu di perhatikan waktu dan cara pemangkasan. pemangkasan disisakan 2 - 4 mata tunas. c. Tanaman anggur setelah berumur 10 - 14 hari selesai pemangkasan akan tumbuh tunas baru. Pada setiap tunas di pelihara 1 – 2 malai bunga, selebihnya dibuang. d. Untuk mendapatkan kualitas buah yang baik perlu dilakukan penjarangan buah. Penjarangan buah pertama saat buah sebesar biji kedelai sejumlah 10%. Penjarangan kedua saat buah sebesar biji jagung sebanyak 5%. e. Penjarangan daun dilakukan pada umur 40 hari setelah pemangkasan produksi/pembungaan, caranya dengan mengambil 2 – 3 daun dibawah dompolan bunga.
2.3.8 Sanitasi Kebun Kegiatan sanitasi kebun bermaksud untuk menjaga kebersihan kebun, caranya membersihkan kebun dari gulma,daun-daun, ranting bekas pangkasan dan buah-buah yang rontok dan busuk.
10
2.3.9 Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin pertumbuhan secara optimal sehingga dapat memproduksi secara optimal dan kualitas yang baik. Prosedur penggunaan pupuk yaitu a. Pemupukan harus tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara untuk meningkatkan produktivitas anggur. b. Pemupukan dilakukan pada umur 0 – 3 bulan : pupuk kandang dengan dosis 40 kg/pohon diberikan saat tanam dan umur 3 bulan. c. Pemupukan pada umur 3 – 6 bulan : pupuk kandang 50 kg/pohon diberikan pada umur tanam 6 bulan. d. Pemupukan pada umur 6 – 9 bulan : pupuk kandang ± 50 kg/pohon diberikan pada umur 9 bulan. e. Pemupukan pada umur 9 bulan – 3 tahun : pupuk kandang diberikan saat berumur 9 bulan – 3 tahun dengan dosis 75 kg/pohon. f. Pemupukan pada umur > 3 tahun : pupuk kandang diberikan 75 – 100 kg/pohon, diberikan menjelang pemangkasan produksi.
2.3.10 Panen Menurut Pantastico (1989), panen adalah memetik buah yang telah siap panen yakni buah yang telah mencapai kematangan fisiologis sesuai persaratan yang telah ditentukan. Anggur termasuk golongan buah non klimaterik serta warna dan rasa manis buah ditentukan oleh umur panen yang tepat. Penentuan saat panen dengan cara mengamati penampakan fisik buah dan umur buah sebagai berikut:
11
a. Perubahan warna buah : Jenis anggur merah mengalami perubahan warna dari hijau menjadi coklat kehitaman. b. Buah bila di pijat dengan jari terasa kenyal, tidak keras, tidak terlalu lunak. c. Umur buah optimal 100 – 110 hari setelah pemangkasan. d. Buah anggur mengeluarkan aroma yang khas. e. Butir buah mudah dipisahkan dari dompolannya. f. Semua buah anggur dalam dompolannya berwarna coklat kehitaman.
2.3.11 Pasca Panen Tingkat mutu dan kualitas buah anggur selama ini telah tercapai optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kemantangan buah telah dicapai. Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan anggur. Buah anggur dipanen berumur 90 hari. Panen dilakukan pada cuaca cerah, pemanenan buah anggur dilakukan dengan cara menggunting bagian pangkal tangkai buah. Menurut Pantastico (1986), lapisan lilin yang ada pada buah anggur bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk. Lapisan lilin pada anggur jangan dibersihkan karena berguna untuk menjaga buah agar tetap kelihatan segar, setelah dipotong buah dimasukkan kedalam keranjang hindari hasil panen terkena cahaya matahari. Dalam pasca panen anggur, kegiatan sortasi, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan sangatlah berguna agar mutu produk tetap terjaga (Anggarwati, 1986). Khusus untuk pasar ekspor, perlakuan pasca panen yang tepat untuk buah anggur sangat dibutuhkan. Perlakuan tersebut antara lain adalah kemasan (packaging). Buah anggur segar sebaiknya dikemas dengan kotak karton
12
baru/pengemas dari strofum yang baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan berat anggur 10 kg, 15 kg, 20 kg dan 25 kg.
2.3.12 Pengolahan Buah anggur saat ini mayoritas masih dikonsumsi dalam bentuk segar. Kebanyakan petani tidak mengetahui bagaimana cara pengolahan buah anggur menjadi produk olahan. Bagi para petani pengembangan anggur lebih difokuskan pada peningkatan produksi dan peningkatan mutu buah anggur segar. Sedangkan bagi para pelaku usaha pengolahan hortikultura anggur, anggur merupakan suatu jenis hasil pertanian yang dapat menghasilkan
suatu produk yang dapat
mendatangkan keuntungan yang besar. Buah anggur dapat di olah menjadi sirup, jus anggur, kismis, permen, wane, selai, dll (Widyastuti, 1993). Kebijakan yang diperlukan dalam rangka melindungi kepentingan konsumen serta daya saing produk buah anggur yaitu dengan penerapan standar mutu buah anggur. Standar mutu buah anggur tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01- 4019 - 1996. Adapun klasifikasi dan standar mutu anggur dari 3 jenis mutu, yaitu mutu A (kelas 1 super), mutu B ( kelas 2 BS) dan mutu C. Standar mutu yang berlaku:
a. Mutu A (kelas 1 super) : panjang domplotan anggur 20cm, dompolan rapat, biji buah besar, ukuran buah besar dan seragam, warna hitam pekat dan rasa manis. b. Mutu B ( kelas 2 BS) : panjang domplotan anggur 7,5cm, dompolan renggang ,buah kecil, warna hitam agak merah dan rasa manis sedikit asem. c. Mutu C : di luar ketentuan mutu A dan B.
13
2.4 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis yang dideliniasi oleh batas imaginer ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur ekonomi yang sama sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, pemasaran serta berbagai kegiatan pendukungnya ( Irawan, 2003 ). Tujuan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura adalah : (a) meningkatkan
produksi,
produktivitas
dan
mutu
hasil
pertanian,
(b)
mengembangkan keanekaragaman usaha pertanian yang menjamin kelestarian fungsi dan manfaat lahan, (c) menciptakan lapangan kerja, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan
pendapatan
masyarakat
dan
Negara,
(d)
meningkatkan
kesejahteraan, kualitas hidup, kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat petani, dan (e) meningkatkan ikatan komunitas masyarakat disekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan keamanannya (Anonim, 2008). Manfaat
pengembangan
kawasan
hortikultura
diantaranya:
(a)
pengembangan kawasan hortikultura memungkinkan penanganan berbagai komoditas hortikultura secara terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristiknya, (b) pengembangan kawasan hortikultura membuka kesempatan kepada semua komoditas hortikultura yang ada di suatu kawasan yang ditangani secara proporsional dan tidak mendorong daerah dalam menangani komoditas nasional yang tidak sesuai daerahnya, (c) pengembangan kawasan hortikultura dapat
14
menjadi wadah dan wahana bagi pelaksana desentralisasi pembangunan secara nyata dengan pembagian dan keterkaitan fungsi antar tingkatan pemerintah secara lebih proposional. Eksternalitas pengembangan kawasan yang bersifat lintas wilayah administratif menuntut pembagian kewenangan dan keterkaitan fungsi yang kuat dan harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten, (d) critical mass penggalangan sumberdaya akan lebih tercipta sehingga sinergi dari berbagai sumberdaya tersebut akan terjadi, dan (e) terjadi kejelasan karakter dan pengukuran kinerja untuk jenis kegiatan pengembangan dan perbaikan kawasan, sehingga akan tercipta insentif bagi para pelaksana di kabupaten untuk kedua jenis kegiatan tersebut dibandingkan dengan kecenderungan selama ini yang lebih mementingkan kegiatan pengembangan daripada pemantapan (perbaikan), serta (f) terjadi kegiatan ekonomi di kawasan dan sekitarnya yang mempercepat pertumbuhan pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya sektor – sektor usaha terkait (Backward and forward linkages) (Anonim, 2008).
2.4.1 Strategi Pengembangan Kawasan Agibisnis Hortikultura Pengembangan kawasan diawali dari optimalisasi potensi komoditas unggulan yang telah berkembang di wilayah tertentu dan kemudian secara terfokus dan terarah dikembangkan dengan basis pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. Pengembangan kawasan hortikultura ini tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan keterpaduan dari berbagai program dan kegiatan pengembangan antar sektor/subsektor, antar institusi, dan antar pelaku yang telah ada di daerah, yang terfokus di kawasan.
Pada hakekatnya pengembangan kawasan merupakan
15
kerjasama dari setiap pelaku, termasuk di dalamnya adalah kontribusi dari berbagai sektor terkait, seperti perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM, PU dan lainnya, pusat penelitian, perguruan tinggi, swasta, asosiasi, perbankan, dan lainnya (Irawan, 2003). Strategi dasar yang akan dilaksanakan
dalam
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura menurut Anonim, 2008 adalah sebagai berikut : a. Kawasan sebagai pusat pertumbuhan pengembangan produk hortikultura unggulan (dapat lebih dari 1 komoditas) yang menjadi komoditas unggulan dan spesifik di kawasan tersebut. Keluaran dari pengembangan kawasan difokuskan pada pengembangan produk berdaya saing dengan orientasi pada pasar regional, nasional atau internasional
melalui penerapan Good
Agricultural Practices (GAP). b. Pemerintah sebagai katalisator dan fasilitator, mendorong peran aktif swasta dan masyarakat untuk berinvestasi dalam
mengembangkan agribisnis
hortikultura di kawasan c. Kawasan memiliki keterkaitan dengan sektor industri hulu-hilir , yang merupakan stimulan kegiatan ekonomi, sehingga akan mampu meningkatkan daya saing. d. Pengembangan kawasan mempunyai keterkaitan antar kabupaten/kota ataupun antar provinsi, oleh karena itu keterpaduan menjadi dasar keberhasilan dalam pengembangan kawasan.
2.4.2 Kunci Pengembangan Kawasan Agibisnis Hortikultura Beberapa kunci dalam pengembangan kawasan dapat dirinci sebagai berikut :
16
1. Pemberdayaan atau Penguatan Sumberdaya Manusia Penguatan sumberdaya manusia diarahkan pada para petugas pendamping (penyuluh, staf teknis), petani dan pelaku usaha, dengan orientasi pada budidaya yang baik, pengembangan bisnis dan profesionalisme. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain melalui pengembangan sekolah lapang. Fokus penguatan sumberdaya manusia mencakup aspek budidaya, Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu/SLPHT, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran, serta kelembagaan dalam satu rangkaian yang terfokus pada komoditas unggulan.
2. Pengembangan Pasar Pasar merupakan penarik utama dalam pengembangan komoditas. Potensi pasar perlu dieksplorasi secara optimal, antara lain melalui upaya kajian pasar (tujuan, kontinuitas permintaan, kualitas, dan jumlah), penyediaan informasi pasar, pengembangan jaringan pasar dan promosi (Punjabi, 2005). Pengembangan pasar perlu dibarengi dengan pembenahan manajemen rantai pasok (supply chain management), sehingga produk yang dipasarkan dapat diterima ketangan konsumen dengan kualitas yang baik dan keuntungan terdistribusi secara proporsional pada setiap pelaku usaha serta adanya jaminan pasokan (Martin, 1998).
3. Pengembangan Sarana Prasarana dan Infrastruktur Aspek dasar pengembangan kawasan, terdiri dari pengembangan sarana dan prasarana dasar (infrastruktur fisik seperti jalan, bendungan dan irigasi) dan sarana
prasarana
pendukung
kegiatan
produksi
dan/atau
pengolahan.
Keberadaan infrastruktur sangat penting untuk menjamin akses keluar-masuk
17
transportasi ke kawasan sehingga produk dapat tersalurkan keluar kawasan dengan baik. Aspek sarana & prasarana sangat penting dan menentukan kualitas produk hortikultura yang dihasilkan.
4. Akses terhadap Sumber Permodalan Diperlukan fasilitasi dan kemudahan bagi pelaku usaha di kawasan untuk mempunyai akses yang lebih mudah terhadap Lembaga keuangan serta dengan persyaratan yang tidak memberatkan pelaku usaha. Pelayanan kepada petani diharapkan dapat lebih mudah, serta dapat difasilitasi dengan pendamping dalam mediasi dan mempermudah akses permodalan, seperti yang sudah dilakukan dalam jaringan UKM (Anonim, 2008).
5. Pengembangan Kelembagaan Kelembagaan di tingkat petani, baik itu kelompok tani ataupun kelompok usaha perlu dikembangkan, ditingkatkan, diaktifkan, dikuatkan sebagai ujung tombak pengembangan usaha di kawasan. Pengembangan kelompok tani diarahkan pada pembentukan/ pengaktifan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, asosiasi serta penguatan kelembagaan ekonomi petani. Pendekatan partisipatif dalam pengelolaan kelembagaan untuk selanjutnya akan mewarnai pengembangan kawasan melalui pemberdayaan masyarakatnya. Para champion di setiap mata rantai dari produksi sampai pasar diberdayakan untuk mendorong keberhasilan agribisnis. Kelembagaan usaha di tingkat petani juga di arahkan untuk bermitra dengan perusahaan/ swasta yang mempunyai akses pasar (Anonim, 2008).