II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Salak Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman buah asli dari
Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Ternyata tidak hanya di Indonesia, salak juga dapat tumbuh dan menyebar di Malaysia, Filipina, Brunei, dan Thailand (Widyastuti, 1996). 2.1.1
Agronomi tanaman salak Tanaman salak termasuk dalam keluarga Palmae yang diduga dari Pulau
Jawa. Klasifikasi tanaman salak menurut Steenis (1975) dan Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut. Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angospermae
Klas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Principes
Familia
: Palmae
Genus
: Salacca
Spesies
: Salacca zalacca (Gaert) Voss
Sinonim
: Salacca edulis Reinw
Tanaman salak dapat tumbuh hampir di seluruh daerah di Indonesia. Akan tetapi, untuk dapat tumbuh dengan produktif tanaman ini membutuhkan lingkungan yang ideal. Ketinggian tempat yang diinginkan berkisar antara 1 m s.d. 400 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 200 s.d. 400 mm/bulan. Suhu udara harian daerah antara 20oC s.d. 30oC dan terkena sinar
10
11
matahari antara 50% s.d. 70% menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhannya. Jenis tanah yang ideal adalah tanah yang gembur, mengandung bahan organik, air tanah yang dangkal, dan mampu menyimpan air tetapi tidak mudah tergenang (Widyastuti, 1996). Tanaman salak tumbuh secara berumpun dan tinggi tanaman dapat mencapai 7 m, tetapi rata-rata yang tumbuh tidak lebih dari 4,5 m. Tanaman ini merupakan tanaman berumah dua yang dapat menghasilkan bunga jantan terpisah dengan tanaman yang menghasilkan bunga betina. Batang berduri hampir tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun yang tumbuh rapat. Daun tersusun berbentuk roset seperti pedang dengan panjang antara 2,5 m s.d. 7 m. Bunga jantan dan bunga betina merupakan bunga majemuk yang masing-masing tersusun dalam bunga tongkol. Buahnya tersusun dalam tandan yang masing-masing muncul dari ketiak daun. Buah yang dihasilkan biasanya berbentuk bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian pangkal meruncing. Kulit buah salak ini mempunyai sisik dan tersusun rapih seperti genteng. Warna buah salak ini beragam dari kuning sampai hitam. Tiap buah salak terdiri dari tiga septa daging buah. Rasanya bervariasi, ada yang manis, asam, sepat atau kombinasi dari ketiganya (Widyastuti, 1996). Tanaman salak yang sudah mencapai umur enam bulan s.d. tujuh bulan pada umumnya sudah dapat dipanen sejak hari penyerbukan. Buah yang dipetik pada umur tersebut sudah masak, rasanya manis, beraroma salak dan masir. Cara pemanenan buah salak biasanya dilakukan dengan memotong tangkai tandannya menggunakan sabit. Buah salak dalam satu tandan memiliki kematangan yang
12
tidak seragam. Oleh sebab itu, dilakukan petik pilih dari tandannya (Mandiri, 2010). Buah salak yang sudah matang ditandai dengan sisik yang jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) bila ditekan terasa lunak, warnanya mengkilat, dan mudah terlepas bila dipetik dari tandannya (Mandiri, 2010). 2.1.2
Salak Bali (Salacca Zalacca Var. ambonensi) Keberadaan Salak Bali ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.
585/Kpts/TP.240/7/94. Dalam buku ini, pengertian Salak Bali meliputi seluruh jenis atau kultivar, termasuk salak gula pasir. Tanaman salak (Salacca edulis Reinw) sinomin Salacca zalacca (Gaertner) Voss (Schuiling and Mogea, 1991) yang telah lama dibudidayakan di Bali, terutama di Kabupaten Karangasem adalah varietas ambonensis (Salacca zalanca var. ambonensis) yang dikenal sebagai buah Salak Bali. Tanaman Salak Bali memiliki dua varietas, yaitu varietas gula pasir dan varitas Bali. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Yayasan Wisata Agro Dewata Denpasar diketahui bahwa ada sekitar lima belas jenis salak yang ada di Bali. kelima belas jenis salak tesebut ada yang dikatogorikan ke dalam varietas gula pasir dan ada pula yang dikategorikan ke dalam varietas Bali. jenis-jenis buah salak tersebut adalah sebagai berikut. A. Salak varietas gula pasir. Jenis salak yang termasuk dalam varietas gula pasir hanya salak gula pasir. Buah salak gula pasir merupakan salah satu jenis buah Salak Bali yang rasanya paling manis dan getas. Kulit buahnya coklat kehitaman, sebagaimana jenis buah
13
Salak Bali yang lain. Dari segi tampak luar, buah salak gula pasir ini hampir tidak ada bedanya. Perbedaannya akan mencolok ketika kulit buahnya dikupas. Tampak daging buahnya yang berwarna putih, memiliki daging buah lebih tebal, lebih berair, dan lebih kenyal dibandingkan dengan jenis buah Salak Bali yang lain. Keistimewaan buah salak ini adalah sudah terasa manis dari masih berumur muda tanpa harus menunggu buah salak ini matang. Hal ini menyebabkan harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan buah Salak Bali yang lain. Harga buah salak ini bisa mencapai empat hingga lima kali lipat dari harga buah Salak Bali yang lain. B. Salak Bali varietas Bali Terdapat 14 jenis salak yang termasuk ke dalam varietas Bali. jenis-jenis salak tersebut antara lain. 1. Salak gondok Salak gondok merupakan tanaman salak yang paling banyak populasinya dan lazim dikembangkan. Konotasi nama buah Salak Bali di kalangan masyarakat umum pada umumnya adalah buah Salak Gondok, karena jenis inilah yang paling banyak diperdagangkan. Bentuknya agak bulat dengan pangkal meruncing. Warna kulit buahnya yang coklat dan dasarnya terdapat seburat merah, jika dikupas daging buahnya putih kekuningan. Daging buahnya tebal, rasanya manis dengan sedikit berbau cempaka, getas, dan berair. Inilah yang menimbulkan kesan buahnya segar. Bijinya kecil dan saat buahnya benar-benar sudah masak, daging buahnya tidak melekat lagi dengan bijinya, sehingga saat buah ini digoyangkan akan terdengar bunyi batu bergerak didalam buah salak ini.
14
2. Salak nenas Buah salak nenas memiliki ciri-ciri bentuk dan kulit buahnya sangat mirip dengan buah salak gondok. Warna buahnya coklat kekuningan. Namun, jika dikupas daging buah akan terlihat lebih putih dibandingkan dengan buah salak gondok. Buah salak ini memiliki rasa lebih manis dan ada juga rasa masam serta daging buahnya tebal dan berair. 3. Salak nangka Buah salak nangka memiliki ciri-ciri bentuknya besar, montok, dan berwarna coklat kekuningan. Jika kulit buahnya dikupas, daging buahnya akan tampak kekuningan dengan aroma khas mirip nangka. Buah salak ini memiliki daging buah yang tebal dan berair. Terkadang, pada daging buah terdapat warna coklat kehitaman dan berbentuk garis dua sampai tiga garis. Hal Ini akan menambah rasa yang manis dan segar. Orang sibetan sendiri menyebut buah salak ini dengan sebutan salak porong (salak nangka yang terdapat garis ataupun warna coklat didalam daging buahnya). Buah salak ini memiliki kemiripan dengan buah salak injin. 4. Salak nyuh Buah salak nyuh memiliki ciri-ciri warna kulit buahnya coklat kemerahan. Buah salak ini memiliki bentuk lebih bulat dari buah salak nenas, tetapi memiliki ukuran yang sama. Jika dibandingkan buah salak nenas, buah salak nyuh ini memiliki rasa salak yang lebih sepat. 5. Salak injin Buah salak injin memiliki ciri-ciri bentuk dan kulit buahnya mirip dengan buah salak nenas. Jika kulitnya dikupas, daging buahnya terdapat warna hitam,
15
apabila semakin matang, warna ini akan semakin banyak bahkan bisa sampai membuat seluruh daging buah ini akan berwarna seperti ketan hitam. Dari sinilah nama salak injin (ketan hitam) ini diambil. 6. Salak gading Buah salak gading memilki ciri-ciri ukuran buahnya sama dengan ukuran buah Salak Bali pada umumnya. Namun, warna kulitnya putih kekuningan seperti halnya kulit bule sehingga disebut sebagai buah salak gading ataupun buah salak bule. Rasa buah salak ini kurang manis bahkan bisa dibilang masam. 7. Salak embadan (salak raja) Buah salak embadan memiliki ciri-ciri bentuk lebih mirip buah salak nangka, tetapi buah salak ini memiliki kandungan air yang lebih banyak dibandingkan buah salak nangka. Dahulu, buah salak ini merupakan salah satu buah salak kesukaan Raja Karangasem. Oleh karena itu, buah salak ini diberi nama buah salak raja. Saat ini populasi buah salak ini sangat terbatas, yaitu hanya terdapat di Dusun Dukuh Sibetan. 8. Salak getih Buah salak getih memiliki ciri kulit agak kehitaman dibagian ujungnya, mirip dengan buah salak gula pasir. Jika kulit buah salak ini dikupas, daging buahnya akan terlihat warna merah yang mencolok. Hal inilah yang membedakan dengan buah salak yang lainnya. Dilihat dari ukurannya, buah salak getih berukuran sedikit lebih besar dari buah salak gula pasir. Buah salak ini memiliki rasa yang manis dan segar.
16
9. Salak cengkeh Salak cengkeh memiliki ciri-ciri bentuk tanaman mirip dengan Salak Bali yang lain, tetapi buahnya kecil-kecil dan bulat. Buah salak ini memiliki rasa getas dan manis sedikit pedas dengan aroma seperti cengkeh. Buah salak ini biasanya digunakan sebagai obat sakit perut di kalangan petani salak. 10. Salak bingin Salak bingin memiliki ciri-ciri ukuran tanaman kecil tetapi daunnya agak keriting. Tanaman ini sangat cocok dipakai tanaman bonsai. Selama ini belum diketahui adanya buah salak bingin yang menghasilkan buah. 11. Salak mesui Buah salak mesui memiliki ciri-ciri bentuknya mirip buah salak gondok, rasanya manis dengan aroma buah seperti mesui (pohon kayu manis). 12. Salak biji putih Buah salak biji putih memiliki ciri-ciri mirip dengan buah salak nangka. Perbedaanya adalah ada pada bijinya yang mana biji buah salak ini akan terlihat putih walaupun buah salak ini sudah tua. Buah ini memiliki rasa sepat, sehingga kurang bagus untuk di konsumsi. 13. Salak maong Buah salak maong dalam bahasa bali berarti kotor. Begitulah buah salak ini disebut karena pada kulit buah salak ini terdapat bercak bercak putih sehingga buah salak ini terkesan kotor.
17
14. Salak penyalin Perbedaan buah salak penyalin dengan buah salak yang lain yaitu buah salak ini memiliki pelepah daun yang lebih besar. Buah salak ini mirip dengan buah salak nyuh tetapi rasa buahnya lebih sepat. 2.1.3
Kandungan gizi buah salak (Salacca edulis Reinw) Menurut Soetomo (2001) buah salak mengandung nilai gizi tinggi. Dalam
setiap 100 g nilai gizi buah salak dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Salak per 100 g No Kandungan Gizi 1 Kalori (Kal) 2 Protein (g) 3 Karbohidrat (g) 4 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 6 Zat besi (mg) 7 Vitamin B (mg) 8 Vitamin C (mg) 9 Air (mg) 10 Bagian yang dimakan (%) Sumber : Soetomo (2001)
Proporsi 77,00 0,40 20,90 28,00 18,00 4,20 0,04 2,00 78,00 50,00
Buah salak (Salacca edulis Reinw) merupakan sumber serat yang baik dan mengandung karbohidrat. Rasa buahnya manis dan memiliki bau dan rasa yang unik. Buah salak mengandung zat bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C, serta senyawa fenolik. Buah salak memiliki umur simpan kurang dari seminggu karena proses pematangan buahnya cepat dan mengandung kadar air yang cukup tinggi yakni sekitar 78% (Ong dan Law, 2009).
18
2.2
Permintaan (demand) Dalam istilah ekonomi, permintaan (demand) mempunyai arti tertentu,
yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang ingin dibeli dan harga barang tersebut. Permintaan merupakan jumlah dari suatu barang yang ingin dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal yang lain tetap sama (ceteris paribus). 2.2.1
Konsep permintaan (demand) Sudarman (2000) menyatakan bahwa secara umum bila harga suatu
komoditas tinggi, maka hanya sedikit orang yang mau dan mampu mebelinya. Akibatnya, jumlah komoditas yang dibelinya hanya sedikit saja. Kalau harga komoditas tersebut diturunkan, maka lebih banyak orang yang mau dan mampu dibeli, sehingga jumlah komoditas yang dibeli semakin banyak. Menurut Mceachern (1993) menyatakan bahwa hukum permintaan mengatakan bahwa dengan menganggap hal lainnya tak berubah (Ceteris Paribus), ketika harga sebuah barang meningkat, maka kuantitas barang yang diminta menurun. Menurut Wijaya (1997) yang termasuk dalam ceteris paribus adalah selera, banyaknya konsumen, pendapatan konsumen, harga barang lain yang bersangkutan dan ekspektasi. Hukum permintaan (the low of demand) pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut, yang mana hubungan tersebut berbading terbalik, yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya apabila harga turun, maka jumlah barang yang diminta meningkat.
19
Jumlah permintaan (quantitiy demand) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli. Hukum permintaan mengatakan, semakin rendah harga suatu komoditas semakin banyak jumlah komoditas yang diminta demikian sebaliknya. Menurut Wijaya (1997), Hirshleifer and Amihai (1992), Koutsoyiannis (1979), Anderson and Quand (1980), dan Lipsey (1995) yang termasuk didalamnya adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain yang bersangkutan, pendapatan konsumen, selera, ekspektasi, dan banyaknya konsumen pembeli, masing-masing dapat dijelaskan berikut ini. 1. Harga produk itu sendiri Disebutkan dalam suatu hipotesis ekonomi dasar bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor lainnya dianggap tetap atau konstan. Dengan kata lain semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu semakin besar, dan semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta. Hubungan antara harga dan jumlah komoditi yang diminta dengan menganggap faktor lain konstan dapat dituangkan dalam bentuk kurva seperti pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kurva Permintaan dan Pergeseran Sepanjang Kurva Sumber : Lipsey et al. (1995)
20
Keterangan : P1, P2 = Tingkat harga Q1, Q2 = Jumlah permintaan A = jumlah permintaan (Q1) pada tingkat harga (P1) B = Jumlah permintaan (Q2) pada tingkat harga (P2) D = Kurva permintaan
Dilihat dari harga, apabila terjadi perubahan harga, maka terjadi perubahan pada kurva permintaan. Penurunan harga akan meningkatkan jumlah permintaan, misalnya pada Gambar 2.1 yang awalnya permintaan pada harga P1 dan jumlah permintaan Q1 terletak pada titik A. Titik A akan berubah pada titik B ketika harga komoditi turun, yang mana harga turun dari P1 ke P2 dan jumlah komoditi akan meningkat dari Q1 ke Q2. 2. Harga barang-barang lain yang bersangkutan Barang-barang lain yang bersangkutan bisa merupakan barang substitusi (pengganti) atau barang komplementer (pelengkap) atau barang lain yang tidak ada hubungannya. Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harganya tak berubah, lalu harga barang tersebut menjadi lebih murah secara relatif, maka permintaan suatu barang akan naik bila harga barang substitusinya naik. Sebaliknya, apabila harga barang pengganti turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga brang pengganti. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu menyebabkan permintaan akan barang tesebut turun. Contohnya, antara oli dan bensin, apabila harga bensin naik, maka akan mengurangi berkendara dengan mobil, dan akibatnya permintaan oli akan turun. Demikian sebaliknya, apabila harga bensin turun, maka permintaan oli akan naik. Contoh lain barang-barang komplementer,
21
yaitu kamera dan film, pukul besi dan paku, gula dan kopi, dan sebagainya. Kemungkinan lain adalah barang bebas dimana masing-masing tak ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah margarin dengan bola tenis, beras dengan buku, jam tangan dengan pisang goreng, dan sebagainya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2. Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva Sumber : Lipsey et al. (1995) Keterangan : D0, D1, dan D2 = Kurva permintaan
Gambar 2.2, menunjukkan bahwa harga produk substitusi yang menurun, menyebabkan kurva permintaan suatu produk bergeser ke sebelah kiri, yaitu dari D0 ke D2. Sebaliknya, jika harga produk substitusi naik, kuva permintaan suatu produk akan bergeser ke kanan, yaitu dari D0 ke D1. Berbeda dengan harga produk substitusi, penurunan harga produk komplementer akan meningkatkan jumlah permintaan suatu produk sehingga kurva permintaan bergeser ke kanan (D0 ke D1). Sebaliknya, ketika harga produk komplementer naik, permintaan suatu produk akan turun dan kurva permintaan akan bergeser ke kiri (D0 ke D2).
22
3. Pendapatan konsumen Pendapatan konsumen menunjukan faktor penting dalam menentukan permintaan suatu barang adalah perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Sifat permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi: a. barang inferior adalah barang yang paling diminati oleh masyarakat berpendapatan rendah. Pendapatan meningkat, maka permintaan terhadap barang tersebut berkurang. Contohnya adalah ubi kayu. b. barang esensial adalah barang yang sangat penting, artinya dalam kehidupan masyarakat sehai-hari. Contohnya, makanan (nasi, kopi, dan gula). c. barang normal adalah barang yang akan mengalami kenaikan dalam permintan akibat kenaikan pendapatan. Contohnya, pakalain. d. barang mewah adalah jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif tinggi. Contohnya, emas, mobil, dan lain-lain. 4. Selara Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi barang tersebut, misalnya karena pengaruh iklan akan berarti lebih banyak yang akan diminta pada setiap tingkat harga sehingga permintaan akan naik. Sebaliknya, berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan akan turun. 5. Ekspektasi Ekspektasi pada konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian akibat kenaikan harga. Demikian juga halnya apabila konsumen memperkirakan pendapatan akan naik di masa depan. Hal yang
23
sebaiknya
terjadi
yaitu
penurunan
permintaan
apabila
para
konsumen
memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatan akan turun. 6. Banyaknya konsumen pembeli Dilihat dari volume pembelian, apabila volume pembelian oleh masingmasing konsumen sama, maka kenaikan jumlah konsumen di pasar yang diakibatkan oleh perbaikan transportasi dan komunikasi atau karena pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan yang menggeser kurvanya ke kanan. Penurunan jumlah konsumen akan menyebabkan penurunan permintaan. Persamaan fungsi permintaan dapat ditulus sebagai berikut. Qd = F(Px, Py, I, S, Pop, Hd) Keterangan : Qd = Jumlah permintaan Px = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang terkait I = Pendapatan konsumen S = Selera Pop = Jumlah penduduk Hd = Harapan masa yang akan datang
2.2.2
Elastisitas permintaan Sukirno (2003) menyatakan bahwa dalam analisis ekonomi, secara teori
maupun dalam praktek sehari-hari adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan atau yang sering disebut dengan elastisitas permintaan. Soekartawi (1989) menyatakan bahwa elastisitas suatu barang terhadap barang lain adalah persentase perubahan harga barang yang satu disebut X dan
24
barang lain disebut Y, maka secara matematis elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut. E
=
= Menurut Pappas dan Mark (1995), elastisitas dapat diukur dengan dua cara yang berbeda yaitu elastisitas titik dan elastisitas busur. Elastisitas titik mengukur elastisitas di titik tertentu di sebuah fungsi. Konsep elastisitas titik dipergunakan untuk mengukur pengaruh terhadap dependen Y dari sebuah perubahan yang sangat kecil atau marginal dalam variabel independen X. Konsep ini tidak dipergunakan untuk mengukur pengaruh perubahan berskala besar terhadap Y, karena elastisitas pada umumnya bervariasi di titik-titik yang berbeda di sepanjang sebuah fungsi. Elastisitas busur digunakan untuk menilai pengaruh perubahan berskala besar dalam X. Elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata di sepanjang kisaran tertentu dari sebuah fungsi. Burhan (2006) menyatakan bahwa elastisitas permintaan adalah ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang. Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing elastisitas tersebut. 1. Elastisitas harga Sudarman (2000) menyatakan bahwa elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahaan harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional
25
dari sejumlah barang yang diminya dibagi dengan perubahan proporsional dari harga. Pappas dan Mark (1995) menyatakan bahwa dengan menggunakan rumus elastisitas
titik,
elastisitas
harga
dari
permintaan
dapat
dirumuskan
sebagai berikut. Ep
( )
=
( )
= Berdasarkan angka elastisitas harga (
) maka dapat digolongkan menjadi
tiga macam besaran angka elastisitas, yaitu sebagai berikut. (1)
1, maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis, artinya perubahan harga yang kecil akan menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap jumlah barang yang diminta.
(2)
, maka permintaan terhadap barang dikatakan inelastis, artinya perubahan harga tidak akan menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap jumlah barang yang diminta.
(3)
, maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis tetap atau unitaryelasticity, artinya harga berbanding lurus dengan permintaan. Ada pula dua kasus elastisitas yang jarang ditemua, yaitu :
(1) Ep =
artinya elastisitas sempurna yaitu akan dibeli sejumlah barang yang
tidak terbatas pada harga yang tetap atau sama. (2) Ep = 0, artinya inelastisitas sempurna yaitu kalau jumlah barang yang diminta atau dibeli tetap jumlahnya dan tidak tergantung pada tingkat harga.
26
2. Elastisitas silang Sukirno (2003), elastisitas silang merupakan koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Soekartawi (1989) berpendapat bahwa elastisitas silang adalah besaran elastisitas yang tidak saja menunjukkan perubahan suatu barang yang diminta saja, tetapi juga terhadap perubahan barang lain yang berkaitan dengan barang yang diminta tersebut. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Es
=
= Besarnya Es dapat negatif atau positif tergantung dari sifat barang yang diminta oleh konsumen. Apabila sifat barang tersebut saling mengganti (substitute) maka Es positif, sebaliknya apabila sifat barang saling melengkapi (complement), maka Es negatif. Es sama dengan nol berarti merupakan barang netral atau tidak berhubungan. Dengan demikian tanda Es dapat dipakai untuk mengidentifikasi hubungan kedua barang tersebut saling mengganti, saling melengkapi atau netral. 3. Elastisitas pendapatan Sukirno (2003) menyatakan bahwa elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang sebagai akibat daripada suatu perubahan pendapatan pembeli. Kebanyakan
27
barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan barang tersebut, sehingga terjadi hubungan yang searah diantara perubahan pendapatan dan
perubahan
permintaan,
dengan
demikian
elastisitas
pendapatan
bertanda positif. Elastisitas pendapatan dari permintaan menurut Pappas dan Hirschey (1995) mengukur daya tanggap permintaan terhadap perubahan dalam pendapatan, dengan mempertahankan pengaruh semua variabel lainnya tetap konstan. Membiarkan I untuk mewakili pendapatan, elastisitas titik dari pendapatan didefinisikan sebagai berikut. EI
( )
=
( )
atau
= Berdasarkan
angka
elastisitas
pendapatan
( ) maka
dapat
digolongkan menjadi. (1) EI
0, berarti merupakan barang inferior, yaitu permintaan produk yang
menurun sementara pendapatan meningkat, contohnya adalah bahan makanan dasar. (2) 0
EI
1, berarti merupakan barang normal, yaitu produk yang permintaan
relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, contohnya adalah perlengkapan kebesihan, minuman, rokok, dll. (3) EI
1, berarti merupakan barang mewah atau produk yang permintaanya
secara kuat dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, contohnya adalah mobil, motor, dan perumahan.
28
2.3
Hasil Penelitian Terdahulu Antara dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa fungsi permintaan buah
Pisang Ambon oleh rumah tangga yang representatif adalah fungsi permintaan linear. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah Pisang Ambon oleh rumah tangga yaitu harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Elastisitas harga atas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastis, elastisitas pendapatan menunjukkan bahwa buah Pisang Ambon termasuk kategori barang normal, buah lainnya (buah pepaya, semangka, jeruk, dan buah mangga) dapat dikategorikan sebagai barang substitusi dari buah Pisang Ambon berdasarkan hasil elastisitas harga silang. Kartika (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah semangka merah tanpa biji di Kota Bandar Lampung secara simultan (bersama-sama) adalah harga semangka, harga melon, harga jeruk lokal, harga apel, harga pepaya lokal, jumlah anggota keluarga dan jumlah pendapatan rumah tangga. Namun secara parsial (individu) adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan rumah tangga, elastisitas harga semangka terhadap permintaan semangka bersifat barang elastis. Elastisitas silang semangka terhadap apel bersifat komplementer, dan elastisitas pendapatan semangka bersifat normal. Asmidah (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jeruk manis yang representatif adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Priyanti (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah kriting secara simultan
29
(bersama-sama) adalah harga beli cabai, jumlah tanggungan rumah tangga, pendapatan rumah tangga, frekuensi pembelian cabai dalam satu bulan, tempat pembelian, dan suku. Namun secara parsial (individu) variabel yang berpengaruh signifikan adalah jumlah anggota keluarga, tempat pembelian, dan suku. Dalam hal ini, terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaan adalah dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis regresi linier berganda dan analisis regresi logaritma natural. Alat analisis tersebut digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap suatu produk. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya yaitu komoditi dan lokasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komoditi buah Salak Bali dan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian. Penelitian sebelumnya digunakan sebagai tambahan informasi untuk peneliti agar peneliti lebih paham tentang analisis permintaan konsumen terhadap suatu produk. 2.4
Kerangka Pemikiran Di sejumlah pasar tradisional, para pedagang menawarkan berbagai jenis
komoditi buah-buahan seperti : apel, jeruk, rambutan, semangka, salak dan masih banyak jenis komoditi lainnya. Di sisi rumah tangga (konsumen), mereka yang pergi ke pasar menemukan berbagai jenis komoditi buah-buahan yang dijual oleh pedagang. Keputusan masing-masing rumah tangga dalam membeli buah-buahan relatif beragam. Ada beberapa rumah tangga yang hanya memilih membeli buah Salak Bali dalam jumlah tertentu, namun ada pula rumah tangga yang membeli kombinasi berbagai jenis buah-buahan dengan membeli beberapa jenis buah yang ada di pasar sekaligus termasuk di dalamnya adalah buah Salak Bali. Melihat
30
keadaaan itu, terdapat fenomena rumah tangga memilih membeli buah salak khususnya buah Salak Bali dari pada buah-buah yang lain, rumah tangga membeli lebih banyak buah Salak Bali dibandingkan dengan buah yang lain, dan rumah tangga membeli lebih sedikit buah Salak Bali dibandingkan dengan buah yang lain. Menjelang hari raya, permintaan buah-buahan yang didalamnya termasuk buah Salak Bali di pasar tradisional cenderung meningkat, karena digunakan untuk sarana upacara keagamaan. Dari uraian tersebut, artinya terjadi perubahan jumlah buah Salak Bali yang diminta oleh rumah tangga yang tidak menentu. Permintaan konsumen terhadap suatu komoditas tertentu secara umum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : harga barang itu sendiri, harga barang lain yang bersangkutan, pendapatan, selera, ekspektasi, dan banyaknya konsumen pembeli. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali dan besarnya perubahan permintaan buah balak bali oleh rumah tangga akibat dari perubahan harganya, perubahan harga barang lain, dan perubahan pendapatan dapat dianalisis dengan fungsi permintaan regresi berganda dengan data yang ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural. Hasil analisis yang di dapat berupa model permintaan buah Salak Bali. model tersebut harus memenuhi uji ketepatan model agar dapat digunakan untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali. Uji ketepatan model tersebut antara lain uji asumsi klasik (normalitas, multikolinieritas, dan heterokedastisitas) dan uji statistik (R2, uji F-hitung, dan uji t-hitung). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3
31
Kebutuhan Gizi Masyarakat
Permintaan Buah Salak Bali
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Harga Buah Terkait (buah salak bali)
Harga Buah yang Lain : 1. Harga buah jeruk 2. Harga buah apel 3. Harga buah mangga
Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah Anggota Rumah Tangga
Situasional (hari raya/bukan hari raya)
Analisis Data
Fungsi Permintaan Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik (normalitas, multikolinieritas, dan heterokedastisitas)
Uji Statistik (R2, F-hitung, dan t-hitung)
Model Permintaan
Kesimpulan n Rekomendasi
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual Permintaan Buah Salak Bali oleh Rumah Tangga di Kota Denpasar.
32
2.5
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan
buah Salak Bali oleh rumah tangga di pasar tradisional Kota Denpasar dipengaruhi oleh harga buah itu sendiri (buah Salak Bali), harga buah jeruk, harga buah apel, harga buah mangga, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan situasional (hari raya atau bukan hari raya).