II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peranan Jagung Pada Masyarakat Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman familia poaceae (Graminae).
Berwarna kuning, batang bulat, masif, tidak bercabang, tinggi kurang lebih 1,5 meter. Bunga majemuk berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di ujung batang dan di ketiak daun, warna putih. Buah berbentuk tongkol, panjang 820 cm, warna hijau kekuningan. Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU – 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 - 1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10,000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23 - 270 C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah (keasaman tanah) antara 5,5 - 7 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 100kg/ha dan KCl sebanyak 50kg/ha (Warisno, 1998). Biji jagung kaya akan kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Sebagian besar berada pada
Universitas Sumatera Utara
9
endospermium. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung per 100 gram : Kandungan Gizi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Ferrum Vitamin A Vitamin B1 Air
Nilai Kadar Gizi 355 kalori 9,2 gr 3,9 gr 73,7 gr 10 mg 256 mg 2,4 mg 510 SI 0,38 mg 12 gr
Sumber : http://pangan.litbang.pertanian.go.id
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural (furfural termasuk dalam sakarida dan merangsang saraf lidah merasakan manis). Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Universitas Sumatera Utara
10
Zat gizi dan Manfaat yang terdapat pada jagung : 1. Serat Memakan jagung yang masih segar, atau yang masih terdapat bonggolnya, memberikan kepuasaan tersendiri. Selain rasa kenyang, rasa puas ini juga karena kandungan serat yang tinggi pada jagung. Serat yang terdapat pada jagung membantu memlihara kesehatan pencernaan. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa jagung mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus besar, serta dapat diubah menjadi asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek ini memberi energi pada sel–sel usus sehingga dapat menurunkan risiko yang berhubungan dengan masalah pencernaan termasuk kanker usus besar. Untuk mendapatkan manfaat serat, konsumsi jagung yang segar lebih disarankan dibandingkan dengan jagung yang sudah dikalengkan. 2. Gula Jagung memiliki kandungan yang rendah terhadap gula, selain itu indeks glikemik untuk jagung sekitar 60 yang tergolong Indeks Glikemik sedang. Oleh karena itu, konsumsi jagung bagi diabetisi tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Konsumsi 1-2 cup jagung menunjukkan hasil yang baik terhadap glukosa darah baik pada pada diabetisi tipe 1 maupun tipe 2. Hal ini juga dapat dipengaruhi kandungan serat, protein, vitamin B kompleks yang terdapat pada jagung, dimana zat-zat gizi tersebut bekerja sinergis menjaga kadar gula darah. 3. Magnesium dan Fosfor Kandungan mineral magnesium dan fosfor pada jagung sangat baik untuk mencegah kerusakan gigi. Magnesium menahan kalsium di dalam email gigi sehingga gigi tetap kuat, sedangkan fosfor merupakan endapan awal untuk
Universitas Sumatera Utara
11
membentuk gigi. Kedua mineral ini juga memegang peranan penting terhadap metabolisme di dalam tubuh. Fosfor dalam bentuk fosfat merupakan bagian esensial dari DNA dan RNA , pembawa gen /keturunan di dalam inti sel. Sementara itu magnesium bertindak sebagai katalisator (mempercepat) reaksi yang berkaitan dengan sintesis, degradasi, dan stabilisasi bahan gen DNA. 4. Antioksidan Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi Warna kuning yang menjadi warna alami pada jagung mengandung senyawa fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan, yaitu lutein and zeaxanthin. Lutein and zeaxanthin dapat mengurangi risiko kanker dan tumor. Kandungan mineral selenium dan mangan sangat berpotensi menangkal radikal bebas yang menyerang tubuh.
Universitas Sumatera Utara
12
Tabel 2. Komposisi / Unsur Pangan Fungsional Jagung Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Komposisi / Unsur Pangan Fungsional Jagung Serat pangan/ dietary fiber Asam lemak esensial β-karoten
Manfaat Bagi kesehatan Mengantisipasi kanker, menjaga kolesterol dan gula darah, menurunkan hipertensi, Mengantisipasi obesitas, dll. Tumbuhkembang sistem syaraf termasuk otak, dll. Antikanker, antipenuaan, antihiperlipidemia, antithrombotik, antivirus, antiangiogenic
(pro vitamin A) Antosianin
Terkait pada penyakit jantung koroner, stroke, dll.
Asam amino esensial
Membangun hubungan silang protein (Lisin dan Triptofan) (kolagen, elastin) dan biosintetis karnitin Prekusor serotonin / nikotinamid (vit.B,) dll
Mineral Ferum Calium Phosphor Magnesium Vitamin B/Thiamin B/Niacin E Asam folat B12
Pembentukan sel darah merah, dll. Pembentukan tulang, dll Pemeliharaan pertumbuhan, kesehatan tulang, kesehatan tulang normal Mempertahankan denyut jantung normal dan kekuatan tulang Menjaga kesehatan syaraf dan fungsi kognutif Mengantisipasi penyakit pellagra Antioksidan dan membantu pertumbuhan Mengantisipasi kelahiran bayi tidak normal Mencegah anemia
Sumber : Suarni dan Yasin; Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional.
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Jagung bisa menjadi bahan makanan pokok pengganti beras karena mempunyai kandungan gizi yang hampir sama dengan beras. Beberapa olahan makanan yang terbuat dari jagung : jagung rebus, jagung bakar, pop corn, pergedel jagung, brondong jagung, kolak jagung, kripik jagung, sayur janten (jagung masih muda), cake jagung, bubur jagung, puding jagung.
Universitas Sumatera Utara
13
Tabel 3. Perbandingan Kandungan Gizi Nasi Putih Dengan Jagung
Kandungan Gizi Nilai Nutrisi per 100 gram Karbohidrat Serat Lemak Protein Vitamin A Thiamin (Vit. B1) Riboflavin (Vit. B2) Niacin (Vit. B3) Vitamin C Calcium Iron Phosphorus
Nasi Putih Energi 130 kilokalori 28,59 g 0,3 g 0,21 g 8,7 g 0 0,167 mg 0,016 mg 1,835 mg 0 mg 3 mg 1,49 mg 37 mg
Jagung Energi 150 kilokalori 11,4 g 0,4 g 0,6 g 6,8 g 30 RE (retional equivalent) 0,07 mg 0,04 mg 60 mg 3 mg 2 mg 0,3 mg 47 mg
Sumber : http://oxycjdw.co.id/artikel_kesehatan.php?no=23
Secara umum, memang kandungan gizi nasi putih dan jagung tidak memiliki selisih yang banyak. Namun jika dibandingkan jenis kandungan gizinya, jagung memiliki jenis nutrisi yang lebih lengkap dibandingkan nasi putih. Jagung kaya akan vitamin A dan vitamin C yang tidak terkandung di dalam nasi putih. Serat yang terkandung di dalam jagung juga lebih tinggi sehingga lebih bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Lemak di dalam jagung sangat dianjurkan untuk para penderita penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi. Jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan, karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, serta harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Di sisi lain, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak. Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei dilapangan, penggunaan jagung
Universitas Sumatera Utara
14
sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10% untuk setiap tahun.
Sementara itu industri lain khususnya industri makanan, juga masih
banyak membutuhkan jagung. Misalnya industri minyak jagung, industri gula jagung, tepung maizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002). Menurut Kartasapoetra, G (1985), pemasaran jagung terus mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit (Purwono dan Rudi, 2005). Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011). Semua bagian jagung sangat berfungsi untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dilihat dari pohon industri jagung pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
15
1. PAKAN 2. KOMPOS
DAUN
KULIT KELOBOT
1. PAKAN 2. KOMPOS 3. INDUSTRI ROKOK
1. PAKAN 2. PANGAN 3. POP CORN 4. PUFF CORN
GRIT
JAGUNG
TEPUNG
BUAH JAGUNG
JAGUNG PIPILAN
PATI
1. 2. 3.
PAKAN PANGAN BAHAN BAKU INDUSTRI
1. 2. 3. 4. 5.
PAKAN PANGAN BAHAN BAKU INDUSTRI GULA RENDAH KALORI SIRUP
LEMBAGA
MINYAK
KULIT API
BAHAN BAKU INDUSTRI
1. 2. 3. 4. 5. 6.
PAKAN KOMPOS BAHAN BAKAR PULP ARANG TEPUNG ( UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI 7. PENTOSA (BAHAN BAKU FURFURIAL)
TONGKOL
RAMBUT 1. PAKAN 2. PULP 3. KERTAS 4. BAHAN BAKAR
BATANG
Sumber : Anggiat, 2013 Gambar 1. Pohon Industri Jagung
Universitas Sumatera Utara
16
2.2
Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Indonesia Pada
perkembangannya,
Indonesia
masih belum dapat
memenuhi
permintaan akan jagung. Berdasarkan data yang dihimpun dari Uncomtrade, pada rentang waktu 1997 hingga 2013 Indonesia selalu melakukan import terhadap jagung kecuali pada tahun 1998 seperti yang disajikan pada gambar 2.
Sumber : Lampiran 17
Gambar 2. Ekspor dan Impor Jagung Indonesia Berdasarkan data tersaji dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk
memenuhi
kebutuhan
nasional.
Indonesia
rata-rata
mengimport
1,224,268 ton pada rentang 1997 hingga 2013. Import tertinggi pada tahun 2011 sebesar
3,207,657 dan import jagung terendah pada tahun 2005 sebesar 185,597
ton. Hampir sebagian besar jagung yang dihasilkan digunakan untuk bahan makanan manusia, terutama dalam bentuk tepung, digiling atau dimasak seperti beras atau dicampur dengan beras. Persentase kegunaan jagung di Indonesia adalah 71,7 persen untuk bahan makanan manusia, 15,5 persen untuk makanan ternak, 0,8 persen untuk industri, 0,1 persen untuk diekspor dan 11,9 persen untuk kegunaan lain (Sudjana dkk.,1991).
Universitas Sumatera Utara
17
2.3
Konsep Permintaan dan Penawaran
2.3.1
Konsep Permintaan Menurut Swastika. D. (1999), permintaan masyarakat terhadap barang
tertentu berarti ketersediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu terlalu tinggi maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan oleh Desmizar dan Kasir, (2003), menyebutkan bahwa bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap. Hukum permintaan menurut Mankiw (2003), menyatakan bahwa bila harga barang naik/tinggi, maka jumlah barang yang dibeli akan menurun, sedangkan bila harga rendah/turun maka jumlah barang yang dibeli akan bertambah.
Unit dasar dari teori permintaan adalah konsumen individu atau
rumah tangga. Masing-masing individu dihadapkan pada sebuah pilihan dimana keinginan individu yang tidak terbatas dibatasi oleh sumber daya yang terbatas sehingga masing-masing individu melakukan pilihan untuk memaksimumkan kepuasan. Menurut Chiang. A. (2005), kurva permintaan dapat dibuat grafik seperti yang ditunjukan gambar 3. Bentuk kurva permintaan di samping memiliki kemiringan (slope) negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya apabila harga turun, jumlah barang yang diminta bertambah atau sebaliknya (ceteris paribus).
Universitas Sumatera Utara
18
Harga (P)
Kurva permintaan (D)
P1 P2
0
Q1
Q2
Jlh barang (Q)
Gambar 3. Kurva Permintaan Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya, pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga dimasa depan.
Dalam teori
permintaan dikemukakan Umar. H. (2008), bahwa tingkat permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, harga barang tersebut (relatif terhadap harga barang-barang lainnya), dan selera. Seperti di kemukakan sebelumnya, tingkat partisipasi konsumsi jagung menurun dengan meningkatnya pendapatan. Sukirno Sudono (2005), menyebutkan permintaan
seseorang
atau
sesuatu masyarakat ke atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah : 1. Harga barang itu sendiri: Harga barang akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan barang tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga: Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi, Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun. 4. Selera masyarakat: Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. 5. Jumlah penduduk: Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang diminta akan meningkat. 6. Perkiraan harga di masa depan: Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. (Sukirno, 2005). Menurut Pratama & Mandala (2002), teori permintaan bertujuan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada tingkat harga yang tidak berubah adalah: 1. Adanya
perubahan
tingkat
pendapatan
konsumen
dimana
dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu
Universitas Sumatera Utara
20
barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang. 2. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat. 3. Harga komoditi lain. Dilihat dari keeratan hubungan antar komoditi, komoditi dapat digolongkan menjadi dua yaitu komoditi subsitusi dan komoditi komplemen. Suatu kenaikan harga komoditi subsitusi dari suatu komoditi akan membuat permintaan terhadap komoditi tersebut meningkat, dan sebaliknya. Suatu penurunan harga komoditi komplemen dari suatu komoditi akan menyebabkan jumlah permintaan komoditi tersebut meningkat dan sebaliknya. 4. Selera konsumen terhadap suatu barang dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh berubahnya pendapatan, umur, lingkungan dan sebagainya. Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya kegemaran konsumen akan suatu barang, sehingga permintaan meningkat, dapat pula berupa menurunnya kegemaran sehingga permintaan berkurang. Menurut Desai (2010) terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian, yaitu: 1. Harga Komoditas Permintaan untuk produk permintaan dipengaruhi oleh harga komoditas. Secara umum semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta. 2. Pendapatan Pendapatan untuk komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dalam banyak kasus semakin besar pendapatan akan semakin
Universitas Sumatera Utara
21
besar jumlah yang diminta. Namun tidak selalu benar dalam komoditaskomoditas pertanian. Hal ini disebabkan sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan hidup dan permintaan dibatasi oleh perut. Peningkatan pendapatan dapat saja tidak meningkatkan permintaan komoditas. Disisi lain, peningkatan pendapatan diatas tingkat tertentu akan membuat penurunan pada permintaan produk-produk pertanian. 3. Harga barang-barang terkait Permintaan juga dipengaruhi oleh perubahan harga pada komoditas yang terkait. Pada beberapa kasus permintaan untuk suatu komoditas akan meningkat dikarenakan meningkatnya harga komoditas lain (pada kasus subsitusi yang dekat) pada kasus lain permintaan suatu komoditas dapat menurun disebabkan harga komoditas lain meningkat (pada kasus barang komplementer). 4. Rasa, kebiasaan, dan trend Permintaan untuk barang-barang pertanian juga dipengaruhi oleh rasa, kebiasaan dan trend yang berkembang di masyarakat pada suatu waktu yang bersifat sementara. Apabila dinyatakan dalam bentuk matematis menurut Dowling. E, (1980) dapat ditulis : Qd = f (H, Hs, Hk, Y, t) ...........................................................................( 1) dimana : Qd
= Jumlah barang yang diminta.
H
= Harga barang yang bersangkutan.
Hs
= Harga barang substitusi.
Universitas Sumatera Utara
22
Hk
= Harga barang komplementer.
Y
= Pendapatan konsumen.
t
= Selera (taste), biasanya faktor ini dihilangkan karena sulit untuk mengukurnya secara kuantitatif. Dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan nilainya
tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang dipekirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu (Winardi, 1976). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. 2.3.2
Konsep Penawaran Penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang
dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2013). Menurut Pratama & Mandala (2002) penawaran merupakan jumlah barang yang produsen tawarkan pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Menurut Suryana (2003), hukum penawaran menunjukkan bahwa semakin tinggi harga
Universitas Sumatera Utara
23
suatu komoditas, semakin besar jumlah komoditas yang akan ditawarkan, sebaliknya semakin rendah harga suatu komoditas, semakin sedikit pula jumlah komoditas. Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Contoh dari kurva penawaran disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Kurva Penawaran Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran barang. Kenaikan harga menyebabkan penurunan penawaran. Sehingga ketika diperkirakan harga di masa depan naik, maka penjual akan mengurangi jumlah barang yang dijualnya. Menurut Agus (2011), secara matematis, fungsi penawaran dapat ditulis sbb: Qs = f (H1, H2, B, t) ..................................................................................(2) dimana : Qs = jumlah barang yang ditawarkan H1 = harga barang yang ditawarkan
Universitas Sumatera Utara
24
H2 = harga barang lain B = budget (anggaran) t = teknologi Menurut Pratama & Mandala (2002), Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, tekonologi produksi, jumlah pedagang/penjual, tujuan perusahaan, kebijakan pemerintah. Menurut Sukirno (2005), sampai dimana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor. Diantaranya yang terpenting adalah : a) Harga barang itu sendiri: apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun. b) Harga barang-barang lain: apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah. c) Biaya produksi: biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi.
Universitas Sumatera Utara
25
Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat. d) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut: perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen. e) Tingkat teknologi yang digunakan: kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak, Nachrowi dan Usman, ( 2006). Swastika (1999), penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh penawaran tahun sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea tahun sebelumnya.
Tambunan
(2003)
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penawaran adalah luas areal panen, cuaca dan faktor-faktor lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, harga jagung periode sebelumnya, dan luas areal panen.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4
Penelitian Terdahulu Prayudi (2009). “Analisis Penawaran dan Permintaan Jagung di Sulawesi
Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran dan permintaan jagung di Sulawesi Selatan terutama. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengambil sampel 12 kabupaten sebagai wilayah sentra dan wilayah pengembangan produksi jagung. Perilaku luas areal jagung pada wilayah pengembangan lebih dipengaruhi oleh tingkat fluktuasi harga jagung yang dihadapinya, sedangkan pada wilayah sentra lebih dipengaruhi oleh luas panen tahun sebelumnya. Sebaliknya terjadi pada perilaku produktivitas jagung dimana peubah utama yang berpengaruh pada wilayah sentra adalah harga jagung, sedangkan pada wilayah pengembangan adalah tingkat produktivitas tahun sebelumnya. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung masyarakat dipengaruhi oleh harga jagung, jumlah penduduk, krisis moneter, serta tingkat permintaan tahun sebelumnya. Sedangkan permintaan jagung untuk pakan ternak hanya dipengaruhi oleh harga dedak. Perilaku harga jagung di Sulsel dipengaruhi oleh harga ekspor jagung dan harga jagung tahun sebelumnya. Luas areal jagung di wilayah sentra tidak responsif terhadap harganya dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang. Sedangkan pada wilayah pengembangan responsif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perilaku produktivitas pada kedua wilayah tidak responsif terhadap perubahan harganya. Penawaran jagung di Sulsel cukup responsif terhadap perubahan harga jagung baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Diperkirakan di masa depan tingkat penawaran jagung lebih tinggi dibanding tingkat permintaannya.
Universitas Sumatera Utara
27
Isna (2010). “Analisis Permintaan Jagung Di Kabupaten Klaten”. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja (purposive). Kabupaten Klaten digunakan sebagai lokasi penelitian didasarkan pada permintaan jagung yang selalu meningkat. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 0.884 yang berarti sebesar 88,4% permintaan jagung di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung, beras, ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya 11,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F variabel harga jagung,beras, ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga ketela pohon dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel harga beras dan kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Claudya (2008), melakukan analisis permintaan jagung di Kabupaten Blora , Jawa Tengah menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS). Dimana mempelajari hubungan harga jagung, harga ubi kayu, dan jumlah penduduk. Kesimpulan yang didapat adalah harga jagung, harga ubi kayu dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Susanto (1999). “Analisis penawaran dan permintaan jagung di Indonesia tahun 1976-1997”. Penelitian yang dilakukan oleh bertujuan untuk mempelajari
Universitas Sumatera Utara
28
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia. Melalui pendekatan ekonometrika yang dirumuskan dalam model linier persamaan yang terdiri dari 5 persamaan struktural yaitu : (1). Persamaan luas areal jagung, (2). Persamaan harga provenue, (3). Persamaan produksi jagung, (4). Persamaan Import dan, (5). Persamaan permintaan jagung serta persamaan keseimbangan yaitu jumlah permintaan sama dengan jumlah produksi dalam negeri ditambah impor. Maina (2014). “Permintaan dan penawaran jagung di Provinsi Aceh”. Permintaan jagung di Provinsi Aceh mempunyai potensi yang terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan peningkatan konsumsi jagung seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan adanya peningkatan industri pakan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Aceh adalah harga jagung itu sendiri, harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah harga jagung, luas areal dan produktivitas jagung dapat mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Aceh. Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model persamaan regresi linier berganda dengan bantuan Software SPSS versi 16.0. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel dependen jumlah penawaran jagung (Qsj) dan jumlah permintaan jagung (Qdj) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independent harga jagung (Pj). Luas areal panen jagung (La) dan harga jagung periode sebelumnya (pt), mempengaruhi penawaran jagung. Pendapatan per kapita (lk), jumlah penduduk (Jp) mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan jagung.
Universitas Sumatera Utara
29
Naomi (2010), melakukan penelitian permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku dengan metode regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitiaannya di dapat bahwa harga jagung, dan pendapatan per kapita, jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku. Permintaan jagung hanya tidak dipengaruhi oleh impor jagung. Swastika (1999), “Penerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia”. Penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh harga jagung periode sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea tahun sebelumnya. Permintaan dipengaruhi oleh permintaan sebelumnya, harga komoditi tahun sekarang, pendapatan per kapita tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang. Keseimbangan penawaran dan permintaan beras di Indonesia adalah konvergen atau stabil. Astria (2014). “Permintaan dan Penawaran Jagung di Indonesia periode 1990-2005”. Dalam penelitian ini akan dianalisa: (1) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran jagung di Indonesia; (2) seberapa besar dampak faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan penawaran jagung di Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan jagung, jumlah penawaran jagung, harga jagung, harga beras, pendapatan perkapita, luas areal, dan upah buruh. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder periode 1990-2005 yang diperoleh dari BPS, FAO dan sumber-sumber lainnya. Metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari pola permintaan dan penawaran ini menggunakan metode
Universitas Sumatera Utara
30
ekonometrik TSLS. Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji koefisien determinasi (R2), uji t-statisik, uji f-statisik, uji multikolinearitas, uji Durbin-Waston. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel harga jagung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan jagung dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung. Harga beras sebagai produk substitusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Variabel pendapatan perkapita juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Variabel luas areal jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung. Sedangkan variabel upah buruh berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung.
2.5
Kerangka Pemikiran Komoditas jagung sebagai komoditas ekonomis mempunyai sistem
permintaan jagung dan sistem penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara, Permintaan dan penawaran disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing. Kedua hal ini sangat terkait satu dengan yang lainnya, permintaan jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga dimana permintaan dipengaruhi oleh harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita di Sumatera Utara. Penawaran jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Penawaran dipengaruhi harga jagung, harga jagung pada tahun sebelumnya dan luas panen Jagung. Secara sistematis kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
31
Penawaran Jagung (Qs)
Permintaan Jagung (Qd)
a. b. c.
Harga jagung (HJG) Jumlah penduduk (JPSU) Pendapatan per kapita (PKP)
Keterangan :
a. b. c.
Harga jagung (HJG) Harga jagung periode sebelumnya (HJG (-1)) Luas areal panen (LPJ)
: Variabel Terikat : Variabel Bebas : Mempengaruhi
Gambar 5. Sistematika Penelitian 2.6
Hipotesis Penelitian
1. Harga Jagung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan per kapita Mempengaruhi Permintaan Jagung Provinsi Sumatera Utara. Harga jagung berpengaruh negatif terhadap permintaan. Jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara. 2. Harga Jagung, harga jagung priode sebelumnya dan luas areal panen jagung berpengaruh terhadap penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara Harga jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran, harga jagung periode sebelumnya dan luas panen jagung berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara