Analisis Keragaan Pengaruh Tingkat Kemasakan Terhadap Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)
I. PENDAHULUAN Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu sebagai tanaman pembatas/pagar, tanaman obat dan juga penghasil minyak untuk lampu, terutama sewaktu penjajahan Jepang.Belakangan, dengan semakin langkanya ketersediaan bahan bakar fosil, dan pada suatu saat akan habis, maka perlu dicari sumber energi alternatif sebagai pengganti. Minyak jarak pagar merupakan salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil yang cukup potensial.Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai salah satu program nasional yang melibatkan berbagai sektor.Salah satu dari program tersebut adalah pengembangan tanaman perkebunan, termasuk pengembangan tanaman jarak pagar. Pada saat ini penggunaan minyak jarak pagar sebagai bahan baku BBN belum berkembang secara komersial karena tidak bisa bersaing dengan BBM, solar dan minyak tanah yang relatif murah karena disubsidi pemerintah. Namun demikian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah dan sedang berupaya untuk mendapatkan bahan tanaman jarak pagar unggul yang dapat berproduksi tinggi sehingga layak diusahakan secara komersial yang pada gilirannya diharapkan dapat dikembangkan secara luas sebagaimana komoditi pesaing lainnya. Pengembangan jarak pagar untuk tanaman pagar dan mencegah erosi dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan setek.Namun untuk menghasilkan minyak untuk bahan bakar, pengembangannya sebaiknya menggunakan biji karena produktifitasnya lebih tinggi dan periode hidup tanaman yang lebih lama.Dalam rangka mendukung pengembangan tanaman jarak pagar, maka ketersediaan benih jarak pagar unggul dan bermutu merupakan satu keharusan. Benih yang bermutu adalah benih yang terjaga kualitas mutunya meliputi mutu genetik, fisik dan fisiologis. Benih merupakan carrier technology (pembawa teknologi) yang harus dijaga, dalam arti segala teknologi unggul yang terdapat dalam benih harus mampu sampai pada
tingkat pertanaman pekebun, sehingga sifat-sifat unggul muncul pada saat ditanam di kebun. Selain itu, benih juga harus diamankan dari tindakan yang merugikan baik secara teknis pertanian maupun tindakan illegal lainnya. Kualitas benih yang terbaik adalah pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas dan vigornya. Daya simpan benih juga dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah pada saat panen. Tingkat kemasakan buah ditunjukkan oleh periode fase masak fisiologis yaitu melalui perubahan warna morfologi buah. Buah yang dipanen pada waktu setelah masak fisiologis dengan kadar air rendah akan memiliki periode simpan lebih lama, sedangkan yang dipanen sebelum masak fisiologis dengan kadar air tinggi akan memiliki periode simpan lebih pendek. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengetahui keragaan pengaruh
tingkat
berkecambah
kemasakan
benih.Pengujian
buah
jarak
dilakukan
di
pagar
terhadap
laboratorium
daya
BBPPTP
Surabaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Klasifikasi dan Morfologi Jarak Pagar Menurut Prihandana dan Hendroko (2006)dalam Napiah (2009), menjelaskan klasifikasi jarak pagar sebagai berikut. Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotiledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas
Jarak pagar adalah tanaman perdu dengan tinggi mencapai lima meter, bercabang, batang berkayu, berbentuk silindris, bergetah, daun menjari dan dapat diperbanyak dengan menggunakan biji atau stek (Mahmud et al., 2006dalam Napiah, 2009). Tanaman jarak pagar yang diperbanyak dari biji akan tumbuh lima akar yakni empat akar cabang dan
sebuah akar tunggang sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan stek tidak memiliki akar tunggang. Buah jarak pagar berbentuk oval, berupa buah kotak dengan diameter 2-4 cm. Pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Panen pertama dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 6-8 bulan setelah tanam dengan produktivitas mencapai 0.5 – 1.0 ton/ha/tahun, selanjutnya meningkat secara bertahap hingga 5 ton/ha/tahun. Biji berbentuk bulat lonjong, bewarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0.4 – 0.6 g/biji (Prihandana dan Hendroko, 2006dalam Napiah, 2009).
2. Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Viabilitas Benih Daya simpan benih berbeda-beda, tergantung pada jenis benih, cara, kondisi dan tempat penyimpanannya (Sutopo, 2004 dalam Napiah, 2009). Penyimpanan dengan kondisi yang optimum dapat memperlambat laju kemunduran benih (Copeland dan McDonald, 2001dalam Napiah, 2009). Kemunduran benih dapat ditekan seminimal mungkin dengan merancang kondisi penyimpanan. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan sepanjang mungkin. Sehingga waktu simpan berbeda-beda mulai dari hanya beberapa hari hingga tahunan. Jarak pagar termasuk tipe benih ortodoks karena mampu bertahan dan memiliki viabilitas yang tinggi pada saat kadar air mencapai 7-9% (Hasnam dan Mahmud, 2006dalam Napiah, 2009). Menurut Justice dan Bass (2002) dalam Napiah (2009), suhu penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih. Sutopo (2004)dalam Napiah (2009) menyatakan bahwa kadar air benih dapat dikontrol dengan mengeringkan benih dan menyimpannya dalam
ruang
yang
kelembabannya
terjaga.
Selain
itu,
dengan
menurunnya suhu tempat penyimpanan sampai 100C atau lebih rendah lagi, akan sangat membantu memperpanjang umur benih yang disimpan.
3. Kemasakan Buah Tingkat kemasakan buah penting diketahui untuk menentukan waktu panen yang tepat, karena waktu pemanenan sangat mempengaruhi vigor dan viabilitas benih. Harrington dan Robert dalam Justice dan Bass (2002) menjelaskan bahwa kemasakan benih adalah saat dimana bobot
kering maksimum benih tercapai. Menurutnya benih yang masak lebih awet disimpan dibanding benih yang belum masak, selain itu viabilitas dan vigor benih yang sudah lewat masak lebih rendah dari benih yang masak. Benih yang dipanen pada saat mencapai masak fisiologis mempunyai daya berkecambah maksimum karena embrio sudah terbentuk sempurna, sedangkan benih yang dipanen setelah masak fisiologis akan memiliki daya berkecambahan rendah karena telah mengalami deraan cuaca (Hasanah, 1989). Hasil penelitian Kartika dan Ilyas (1994) menujukan bahwa pada kacang jogo, benih yang telah mencapai masak fisiologis memiliki vigor yang maksimum, sedangkan yang belum dan lewat masak memiliki vigor yang lebih rendah. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa vigor benih tertinggi tercapai saat benih masak secara fisiologis, setelah itu benih akan kehilangan vigor secara perlahan-lahan. Moore (1955) dalam Justice dan Bass (2002) menyimpulkan bahwa suatu benih mencapai puncak vigor pada saat benih masak, dan setelah itu vigor akan berkurang karena benih mengalami proses penuaan. Salah satu penyebab berkurangnya vigor benih setelah masak fisiologis dikarenakan adanya deraan cuaca dilapangakibat keterlambatan panen. Tingkat
kemasakan
benih
dapat
dilihat
melalui
fenologi
pembungaan. Menurut Palupi (1991) dalam Utomo (2008) fenologi merupakan ilmu yang menelaah hubungan antara fenomena alam yang terjadi secara periodik dengan perubahan – perubahan musim atau iklim, dalam hal ini adalah hubungan antara perubahan musim atau iklim dengan proses – proses pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan tunas, anthesis, penyerbukan, pemasakan dan sebagainya. Periode masak fisiologis menunjukkan tingkat kemasakan benih. Kualitas benih yang terbaik adalah pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas dan vigornya. Benih yang memiliki viabilitas dan vigor tertinggi akan memiliki periode simpan lebih lama dibandingkan benih dengan tingkat viabilitas dan vigor rendah. Periode masak fisiologis ini ditunjukkan melalui perubahan warna morfologi buah. Menurut Utomo (2008), tingkat kemasakan paling baik pada tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) ditunjukkan dengan warna
kuning sampai dengan kuning kehitaman. Sehingga pemanenan yang tepat
adalah
sejak
buah
sudah
berwarna
kuning
dan
kuning
kehitaman.Menurut Adikarsih dan Hartono (2008), pada jarak pagar masak fisiologis tercapai pada saat buah berwarna kuning penuh (100% kuning). Pada saat ini vigor dan viabilitas benih maksimum. Utomo (2008) menyatakan bahwa masak fisiologis pada buah jarak pagar tercapai mulai umur 52-57 hari setelah antesis (HSA), yaitu pada saat kulit buah berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Pada masa ini nilai DB dan KCT berada pada kondisi maksimum. Viabilitas benih merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan tanam.
III. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium BBPPTP Surabaya pada bulan April 2013 sampai dengan Nopember 2013.
2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih jarak pagar dengan empat tingkat kemasakan (didapat dari kebun induk Andungsari yang berlokasi di Andungsari, Bondowoso). Bahan kemasan dari plastik sedangkan media tanam dari pasir dan box plastik untuk perkecambahan.Alat yang diperlukan adalah ember, timbangan, desikator, oven, alat pengukur suhu dan RH, dan ruang penyimpanan.
3. Metode Pengujian Uji laboratorium menggunakan rancangan acak dengan 4 ulangan, masing – masing 25 biji.
4. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Tahap
persiapan
meliputi
seluruh
rangkaian
kegiatan
yang
menunjang penelitian, seperti penyiapan bahan-bahan yang dibutuhkan dan mengurus seluruh administrasi yang berkaitan dengan penggunaan Laboratorium serta alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. b. Pemanenan Buah Buah dipanen dengan empat tingkat kemasakan yang berbeda (Gambar
1), kemudian
buah
diekstraksi
secara
manual
untuk
memisahkan biji dan kulit buah. Pada kulit biji tidak terdapat selaput yang menyelimuti benih sehingga tidak dilakukan pencucian. Biji yang diperoleh dikering-anginkan hingga mencapai kadar air aman simpan.
Gambar 1. Tingkat Kemasakan Berdasarkan Warna Kulit Buah
c. Pengemasan Benih Benih dengan empat tingkat kemasakan dikemas menggunakan kemasan plastik.Kemudian benih disimpan dalam ruang lemari simpan dengan periode simpan 0, 3, dan 6 bulan.Setiap tiga bulan dilakukan pengujian.
d. Pengujian Viabilitas Benih Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Benih BBPPTP Surabaya. Benih dikecambahkan menggunakan media pasir pada box plastik ukuran 30 cm x 30 cm (Gambar 2). Setiap box plastik ditanami 25 butir benih tiap ulangan.
Gambar 2. Media Perkecambahan
e. Pengamatan Tolok ukur viabilitas benih
yang diamati adalah
daya
berkecambah.Daya berkecambah (DB) adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah normal dalam lingkungan tumbuh yang optimum.DB dihitung berdasarkan presentase kecambah normal (KN) pada hitungan 14 HST. DB (%) =
∑ kecambah normal x 100%
∑ benih yang ditanam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Benih jarak yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari kebun Andungsari, Kabupaten Bondowoso.Benih yang dipanen terdiri dari 4 (empat) kategori yaitu kategori I berwarna kuning, kategori II berwarna kuning kecoklatan, kategori III berwarna coklat, dan kategori IV berwarna coklat kehitaman.Benih
kemudian disimpan di Laboratorium BBPPTP
Surabaya pada kondisi suhu kamar dalam kemasan plastik. Kondisi lingkungan pada saat penelitian cukup stabil, suhu dan kelembaban (RH) relatif sama dari hari ke hari selama masa penelitian. Suhu dan RH pada ruang simpan berkisar antara 25 0C – 300C dan 65%80%, sirkulasi udara pada ruang simpan lancar karena pada ruangan terdapat fentilasi udara. Pada ruang penyimpanan tidak terdapat alat
pengatur suhu dan RH sehingga sangat tergantung dengan kondisi lingkungan. Selama masa penyimpanan tidak terdapat gangguan
hama dan
penyakit karena kondisi ruangan yang cukup bersih dan kering. Gambar 4 menunjukan bahwa sampai masa simpan enam bulan kondisi benih masih utuh dan tanpa mengalami gangguan hama dan penyakit sedikitpun.
2. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah terhadap tolok Ukur Daya Berkecambah Masak fisiologis ditandai dengan berat kering, viabilitas dan vigor benih yang maksimal. Untuk mengetahui viabilitas benih, tolok ukur yang digunakan adalah daya berkecambah dan kadar air. Masing – masing kategori tingkat kemasakan buah jarak pagar memiliki daya berkecambah dan kadar air yang berbeda. Hasil uji daya berkecambah masing – masing kategori ditunjukkan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut menunjukan bahwa pada tingkat kemasakan buah, benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning memiliki daya simpan yang lebih tinggi dari benih dengan tingkat kemasakan buah
berwarna
kuning kecoklatan, coklatdan coklat kehitaman/hitam
kering. Pada periode simpan 3 bulan, benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning memiliki viabilitas yang masih tinggi yaitu 83 %, sedangkan benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning kecoklatan,
coklat,
dan
coklat
kehitaman/hitam
kering
pada
awal
pemanenan saja daya berkecambahnya sebesar 45%, 61% dan 55%, setelah periode simpan3 bulan daya berkecambahnya semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna coklat sampai kehitaman telah mengalami penurunan viabilitas padahal syarat standar benih bermutu harus memiliki daya berkecambah minimal 80%. Fenomena ini sejalan dengan hasil penelitian Adikarsih dan Hartono (2008), bahwa buah yang dipanen berwarna kuning memiliki nilai daya berkecambah tertinggi dari buah yang berwarna hijau dan hitam pada empat bulan masa periode simpan. Utomo (2008) menambahkan bahwa benih yang dipanen dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning (52 HSA) memiliki nilai DB yang lebih tinggi dari benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna coklat kehitaman (57 HSA).
Tabel 1. Hasil Pengujian Pengaruh Tingkat Kemasakan Terhadap Daya Berkecambah Jarak Pagar
No
Kategori Tingkat Kemasakan
1 2 3 4
Pertama ( I ) Kedua ( II ) Ketiga ( III ) Keempat ( IV )
Periode simpan (bln) dalam % 0 91 45 61 55
3 83 55 43 27
6 76 60 62 46
V. PENUTUP Benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning memiliki daya simpan yang lebih tinggi yaitu mencapai periode simpan 3 bulan lebih, sedangkan benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning kecoklatan, coklat dan kehitaman hanya mampu mencapai tiga bulan masa simpan. Pada periode simpan tiga bulan benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning masih memiliki nilai daya berkecambah 83%, sedangkan benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna coklat kehitaman setelah periode simpan tiga bulan nilai daya berkecambahnya hanya dibawah 80%.Semakin lama periode simpan yaitu sampai 6 bulan, daya berkecambah benih semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli, R. (Terjemahan). Cetakan Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hal. Kartika, E. dan S. Ilyas. 1994. Pengaruh tingkat kemasakan benih dan metode konservasi terhadap vigor benih dan vigor kacang jogo. Buletin Agronomi 22(2):44-59 Napiah, A. 2009. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Tingkat Kemasakan Buah Terhadap Daya Simpan Benih Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor Utomo, B. P. 2008. Fenologi Pembungaan dan Pembuahan Jarak Pagar.Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor