II. TINJAUAN PUSTAKA
A. RANCANGAN ALAT TANAM “CO Seeders” 1. “CO Seeders” Prototipe I Prototipe “CO Seeders” (Control Automatic Seeders) pertama kali dikembangkan oleh tim PKMT Abdul Wahid Monayo dkk pada tahun 2010 dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIMNAS) XXIII di Bali. Alat tanam benih ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika. Rangka mekanis terdiri atas rangka alat, roda tugal, roda pembantu, tempat penampungan benih (hopper), piringan penjatah (matering device), tabung penyalur dan penutup alur. Sedangkan komponen elektronik yang menyempurnakan alat ini tersusun atas mikrokontroler, motor stepper, SPC motor controller dan sensor magnet. Dimensi dari alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hooper) adalah 1.5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung. Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan mikrocontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika adalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo dkk 2010).
Gambar 1. Alat tanam benih “CO Seeders” prototipe I Hasil pengujian skala laboratorium adalah bahwa jarak tanam yang diperoleh setelah pengukuran ulang adalah 80.5 x 20.3 cm dengan diameter hasil penugalan sebesar 4.9 cm. Hasil keluaran benih oleh piringan penjatah adalah: keluaran benih dengan jumlah 1 benih perlubang adalah 30 %, 2 benih perlubang 60%, sedangkan 3 biji perlubang tanam adalah sebesar 10 %. Berdasarkan hasilperhitungan bahwa kapasitas lapang untuk penanam benih dengan luasan lahan 1 hektar dibutuhkan waktu selama 5.3 jam.
4
2. “CO Seeders” Prototipe II Pada desain “CO Seeders” prototipe II tidak jauh berbeda dengan prototipe I, perubahan desain dibuat pada bentuk mata tugal yaitu berbentuk prisma berongga dan penambahan hopper furadan yang terletak pada samping hopper benih. Dimensi dari alat ini sama dengan prototipe I yaitu 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm.
Gambar 2. Alat tanam benih “CO Seeders” prototipe II Mata tugal dirancang berbentuk prisma segitiga dengan bahan plat besi dengan ketebalan 3 mm. Dimensi mata tugal lebar 6 cm, tinggi 5 cm, dan panjangnya 6 cm dengan penambahan baut pada bagian bawah mata tugal untuk menempelkan pada velk. Hopper benih dibuat dari bahan akrilik atau mika transparan dengan tebal 3 cm dan kemiringan bagian celah lempengan penjatah 45o. Akrilik di potong sesuai desain yang telah dibuat dengan pisau khusus plastik kemudian potongan-potongan disatukan sesuai bentuk dengan lem super. Bahan dasar hopper yang menggunakan akrilik transparan dimaksudkan untuk mempermudah pemantauan ketika benih akan habis saat di lahan. Selain itu jga menghindari terjadinya korosi yang biasa terjadi pada besi plat yang ditakutkan dapat tercampur pada benih dan mengganggu proses perkecambahan benih. Volume hopper benih sekitar 1997 cm3 atau 1350 g, sehingga dapat menampung sebesar 1,3 – 1,5 kg benih. Penjatah benih dan pupuk dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan mudah dalam pembuatannya. Penjatah ini dibuat dari bahan plastik polietilen/nylon dengan diameter penjatah benih 12 cm dan penjatah furadan 8 cm. Pada penjatah benih terdapat 8 buah lubang celah berdiameter 8 mm dan 4 buah lubang celah pada penjatah furadan berdiameter 8 mm. Kedua penjatah ini digerakkan oleh motor DC yang diberi tegangan masing-masing 12 V (Wijaya, 2011).
5
B. KINERJA ALAT TANAM JAGUNG 1. Kapasitas kerja Penanaman benih yang dilakukan secara tradisional yang banyak memakan waktu dan tenaga kerja, kapasitas yang dihasilkan relatif kecil, sehingga efisiensi yang dihasilkan juga akan rendah. Untuk itu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi secara terus menerus melalui rekayasa dan modifikasi prototipe baru, sehingga kapasitas yang diharapkan dapat dicapai, juga sesuai dengan luas lahan yang dikehendaki oleh alat tersebut. Modifikasi dan rekayasa dilaksanakan berdasarkan bentuk lahan, luas lahan serta pada kondisi tanah yang diusahakan untuk pertanaman biji-bijian (Sudirman 2008). Alat tanam tugal (ATT) yang dilakukan petani umumnya, kapasitas yang dihasilkan relatif rendah. ATT petani saat penanaman menggunakan tenaga kerja 2 orang yakni satu menugal dan satu lagi memasukkan dan menutup lubang benih sehingga membutuhkan waktu kerja 130.9 jam/ha atau kapasitas kerja aktual 0.008 ha/jam (Sudirman 2008). 2. Penjatuhan benih Penjatuhan benih dari beberapa alat yang diuji ternyata bervariasi berarti penjatuhan benih perlubang akan berpengaruh pada kebutuhan benih per hektar. Alat tanam tipe tugal (ATT) memliki jumlah penjatuhan 2-3 biji per lubang relatif rendah (34-63%) sedangkan alat tanam tipe dorong (ATD) memiliki jumlah penjatuhan 2-3biji per lubang yang cukup baik yakni sekitar 83%. ATT petani memiliki jumlah 2-3biji/lubang 8% lebih tinggi karena penempatan benih dilakukan oleh manusia, sehingga ketepatan sangat tinggi (Sudirman 2008). Produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tempat tumbuh atau keadaan tanah dan jarak tanam. Oleh karena itu, agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan tentunya menghasilkan tongkol dan biji yang banyak, maka faktor tersebut perlu diperhatikan. Menurut Purwono dan Hartono (2007), jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan yang kering, sawah dan pasang surut. Secara umum ada beberapa persyaratan kondisi yang dikehendaki tanaman jagung antara lain : 1. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol dan bisa juga Grumosol. Namun pada dasarnya, tanah yang akan menjadi media tanam jagung, perlu adanya pengolahan tanah secara baik serta aerasi dan drainase yang baik pula. 2. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5.6 – 7.5 3. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dengan kondisi baik. Jagung termasuk tanaman familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Dalam proses perancangan alat penanam jagung, setidaknya diketahui berat jenis dari jagung tersebut. Karena, akan dirancang pula penampung dari benih jagung maka densitas jagung itu sendiri akan mempengaruhi berapa volume yang akan dirancang. Berikut tabel densitas berbagai jenis jagung.
6
Tabel 3. Densitas Berbagai Jenis Jagung Corn type
1999
2000
White
N 45
Mean 1.34
High 1.36
Low 1.3
SD 0.02
N 40
Mean 1.34
High 1.38
Low 1.31
SD 0.02
Hard endosperm
45
1.32
1.36
1.29
0.02
42
1.32
1.37
1.27
0.02
Waxy
34
1.32
1.37
1.26
0.02
29
1.33
1.40
1.30
0.02
High Oil
25
1.26
1.29
1.23
0.02
30
1.28
1.35
1.24
0.03
17
1.31
1.34
1.28
0.02
20
1.30
1.33
1.16
0.04
Elevator corn
169
1.30
1.37
1.23
0.02
140
1.29
1.34
1.23
0.02
Export corn
31
1.31
1.34
1.28
0.01
39
1.30
1.34
1.27
0.01
Nutrionally enhanced
nd
sumber : White, J.& Lawrence A., 2003. CORN: Chemistry and Technology. 2 ed. American Assosiation of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, Minesota, USA. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal di antaranya kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan lebar alur/jarak tanam. Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2.5-5 cm, bergantung pada kondisi tanah. Pada tanah yang kering, penempatan benih lebih dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara 20,000-200,000 tanaman/ha. Hasil penelitian Subandi et al(2004) menunjukkan bahwa populasi tanaman optimal untuk empat varietas yang diuji (Bisma, Semar-10, Lamuru, dan Sukmaraga) adalah 66,667 tanaman/ha. Syarat lain yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat berkembang secara optimal adalah jarak tanam. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, pola tanam, dan kesuburan tanah. Jarak tanam jagung yang umum digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 80 cm x 25 cm, 75 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm, 2 benih/lubang. Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Sebenarnya pengertian dari kesuburan tanah tidak hanya dikaitkan pada ketersediaan hara tanaman saja tetapi juga keseluruhan sistem tanah beserta fungsinya bagi tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri banyak dihubungkan dengan keadaan lapisan olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman berkembang dengan baik. Untuk itu pengolahan tanah memegang peran penting bagi tumbuhnya tanaman (Purwono dan Hartono 2007).Berikut adalah contoh gambar lahan tanam jagung.
Gambar 3. Lahan tanam jagung
7
C. PERKEMBANGAN ALAT DAN MESIN PENANAM Operasi penanaman menyangkut penempatan biji atau umbi di dalam tanah pada kedalaman tertentu, secara acak atau menyebarkan biji di permukaan tanah (broadcasting), atau menancapkan bibit tanaman kedalaman tanah. Mesin yang menempatkan biji di dalam tanah dan sekaligus menutupnya akan menghasilkan barisan tanaman. Jika jarak barisan cukup jauh, sehingga mesinmesin dapat beroperasi di atas pertanaman, disebut row-crop planting. Jika jarak barisan terlalu rapat, sehingga mesin-mesin tidak dapat lagi beroperasi di atasnya, disebut solid planting. Dengan menggunakan alat tanam yang tepat, biji-bijian dapat didistribusikan kedalam tanah dengan pola sebagai berikut yakni penghamburan secara bebas (broadcasting), penjatuhan benih secara bebas pada alur yang telah dibuat). (drill seeding), penempatan sebutir benih dalam barisan dengan jarak tanam tertentu (precission drilling), penempatan sekelompok benih dalam barisan dengan jarak tertentu (hill dropping), penempatan benih yang saling tegak lurus (check row planting). Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan tanaman untuk tumbuh di lapangan seperti daya kecambah biji, kondisi fisik persemaian, kadar air tanah, kontak biji dengan tanah, kedalaman penanaman, unjuk kerja mesin tanam serta adanya hama dan penyakit. Untuk jagung misalnya daya tumbuh 89-90% adalah biasa, sedangkan untuk kapas berkisar 50-80%, tergantung berbagai faktor tersebu di atas Macam-macam alat pengatur benih adalah plat tegak dan plat mendatar. Tipe plat mendatar digolongkan lagi berdasar letak benih dari satu sel yakni mendatar, tidak teratur, dan lebih dari satu butir (Bainer dan Smith 1960 dalam Bobsibyanto 2005). Menurut Smith (1976) penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan di dalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik. Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu : Jumlah biji yang ditanam Daya kecambah biji Perlakuan terhadap biji Keseragaman ukuran biji Kedalaman penanaman Jenis tanah Kelembaban tanah Mekanisme pengeluaran biji Keseragaman penyebaran Tipe pembuka dan penutup alur Waktu penanaman Tingkat pemadatan tanah sekitar biji Drainase yang ada Hama dan penyakit Keterampilan operator Penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat sederhana ataupun dengan bantuan mesin-mesin penanam. Dalam perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk yang sederhana atau tradisional sampai dalam bentuk yang modern. Macam dan jenis alat/mesin penanam dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan sumber tenaga atau tenaga penarik yang digunakan, yaitu:
8
1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia Alat penanam dengan sumber tenaga manusia berupa peralatan tanam tradisional dan semimekanis. Penanaman jagung yang umumnya dilakukan petani adalah dengan tugal. Cara ini memerlukan banyak waktu, tenaga, dan melelahkan. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar. Tugal bentuknya bermacam-macam sesuai dengan modifikasi suatu daerah atau negara. Bentuk tugal di Indonesia merupakan bentuk tugal yang paling sederhana, karena pada tugal tersebut tidak terdapat mekanisme pengeluaran benih. Di sini benih dimasukkan ke dalam tanah secara terpisah, artinya memerlukan tenaga manusia lagi. Tidak demikian halnya dengan tugal yang telah dikembangkan di India dan di Inggris. Berat alat ini berkisar 0.2 sampai 2 kg. Beberapa modifikasi telah dilakukan terhadap alat tanam tugal, diantaranya menghasilkan alat tanam modifikasi model V. Bagian-bagian utama dari tugal yang dimodifikasi adalah sebagai berikut: Tangkai pegangan Tempat atau kotak benih (hopper) Saluran benih Pengatur keluaran benih Prinsp kerja tugal ini adalah jika ujung tugal ditancapkan atau dimasukkan ke dalam tanah, maka tekanan ini akan menyebabkan terbukanya mekanisme pengatur pengeluaran benih sehingga dengan sendirinya benih-benih akan jatuh ke dalam tanah. Sebagai contoh tugal semi mekanis yang menggunakan pegas (Gambar 3), pada saat mata tugal masuk kedalam tanah, pengatur pengeluaran benih tertekan ke atas oleh permukaan tanah. Kemudian mendorong tangkai pegas, sehingga lubang benih terbuka dan benihpun terjatuh kebawah. Selanjutnya pada saat tugal diangkat dari permukaan tanah, kembali dalam posisi semula karena kerja dari pegas, dan gerakan ini menutup lubang jatuhnya benih. Cara penggunaan alat ini cukup sederhana, cukup dengan memegang tangkai kendali dan menugalkannya kedalam tanah, kemudian mendorong tangkai kendali kedepan secukupnya, lalu mengangkatnya kembali. Kapasitas penugalan adalah 60 jam/ha, lebih baik dari cara tradisional yang membutuhkan waktu 85 jam/ha (Hendriadi et al: 2010).
Gambar 4. Alat tanam tugal modifikasi model V (Subandi et. al 2002)
9
Selain alat tanam tugal modifikasi kini juga telah dikembangkan alat tanam semi-mekanis yang lebih kompleks dari tugal modifikasi yaitu alat tanam benih “CO Seeders”. Alat-alat penanam ini cocok digunakan, baik pada tanah-tanah ringan maupun berat serta cocok untuk benih-benih berukuran besar dan kecil. Dengan berat alat 20 sampai 26 kg. Bagian-bagian utama dari alat penanam tipe ini adalah: Tangkai pendorong Roda depan Kotak benih Pengaturan pengeluaran benih Saluran benih Pembuka alur Penutup alur Roda belakang Mekanisme penjatuhan benih berlangsung dengan putaran roda yang terdapat sensor magnet pada tiap bagian mata tugal yang terhubung dengan rangkaian mikrokontroler yang akan mengatur katup antara pembuka/ penutup lubang jatuhnya benih (Monayo dkk 2010). Bila seorang manusia melakukan suatu kerja maka akan mengubah energi makanan yang dicernanya menjadi kerja mekanis. Dalam hal ini manusia berfungsi sebagai motor dan hasil kerja mekanis ini dapat digunakan untuk banyak hal, antara lain: mengangkat, mendorong, menarik, memutar engkol, dan sebagainya (Daywin et al 1991) Daya yang dipakai untuk memutar engkol tergantung dari susunan engkol tersebut, yang tertinggi ialah bila engkol terletak pada ketinggian sekitar 30 cm, dengan kecepatan berputar 20-50 kali/menit. Manusia yang normal mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan rata-rata 7-10 kg m/detik berubah-ubah dari 5 kg pada 1.1 m/detik dengan mesin sampai 64 kg pada 0.15 m/detik ketika melangkah dengan dibebani beratnya sendiri. Pada pekerjaan yang kontinyu, manusia dapat menghasilkan tenaga sekitar 8 kg m/detik atau 0.1 hp (Hopfen 1969). Kerja manusia merupakan sebagian dari aktivitas dalam kehidupannya. Moens (1978) membagi kapasitas kerja manusia sebagai berikut : 1. Kapasitas perseptif, yaitu kemampuan manusia untuk mengumpulkan informasi. 2. Kapasitas mental, yaitu kemampuan manusia untuk mengolah informasi menjadi keputusan. 3. Kapasitas fisik, yaitu tenaga dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan tugas-tugas fisik. Dalam suatu kerja fisik, selain koordinasi yang baik dari organ-organ penting dalam tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja . Yang perlu diperhatikan dalam rangka mencpai kondisi yang optimal, dan efisiensi serta kesejahteraan yang tinggi dinyatakan sebagai norma-norma kerja (Raharjani, 1978), dimana beberapa diantaranya mencangkup : 1. Beban kerja fisik yang diperkenankan 2. Sikap tubuh dalam bekerja 3. Macam kegiatan fisik serta masalah umum lainnya. Sedangkan menurut Suma’mur (1980), agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaikbaiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kapasitas kerja. Pengeluaran tenaga mekanis untuk jenis pekerjaan harian berkisar antara 70-150 watt (0.1 0.2 hp) tergantung dari kondisi iklim atau lingkungan tempat kerja dan kondisi tubuh seseorang. Berdasarkan suatu hasil penelitian, rata-rata pengeluaran tenaga bagi orang Indonesia dewasa sebesar
10
2200 kkal/8 jam (312 watt) telah tergolong berat. Dengan asumsi efisiensi tenaga mekanisnya 20%, berarti tenaga mekanis yang dapat dimanfaatkan hanya sebesar 64 watt (Wisnubrata 2003). Dengan mengukur kadar udara pernafasan ditetapkan 60 – 90 watt sebagai beban sedang dan layak dikerjakan petani dengan masa kerja efektif enam jam sehari (Sigit 1989). Interaksi antara manusia dengan alat atau mesin perlu diperhatikan dalam perancangan alat agar diperoleh suatu alat atau mesin yang nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu, dimensi alat yang dirancang perlu disesuaikan dengan ukuran tubuh pengguna.Tabel acuan desain alat berdasarkan Ergonomika dapat dilihat pada lampiran. 2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan Alat penanam dengan sumber tenaga hewan juga banyak sekali macamnya tergantung modifikasi suatu daerah serta jenis benih yang akan ditanam. Alat penanam tipe ini yang paling sederhana adalah tipe yang hanya mempunyai satu atau dua buah jalur dengan pemasukan benih dilakukan secara terpisah, artinya benih dijatuhkan oleh operator melalui corong pemasukan terus melalui saluran benih yang kemudian sampai dan masuk kedalam tanah. Alat penanam dibuat dari logam kecuali corong pemasukan dan saluran benih. Kedalaman dan jarak dapat di atur sesuai dengan kebutuhan. Alat penanam yang dikombinasikan dengan alat pemupuk dengan tenaga penarik hewan. Bagian-bagian alat penanam sederhana ini adalah: Batang tarik Batang pengendali Pembuka alur Corong benih Saluran benih 3.
Alat penanam dengan sumber tenaga traktor Berdasarkan cara penanaman, maka alat penanaman dengan sumber tenaga dari traktor dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu: a. Alat penanaman sistem baris lebar b. Alat penanaman sistem baris sempit c. Alat penanaman sistem sebar Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik tenaga hewan atau traktor. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut: Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal) Mekanisme penjatahan benih Penutupan alur atau lubang (khusus tugal) Seiring dengan meningkatnya penggunaan mesin dalam kegiatan budidaya pertanian secara tidak langsung mendorong peningkatan penggunaan peralatan mekanis. Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah membuat alat tanam mekanis model ATB1-2R-Balitsereal untuk menanam jagung. Dalam pengoperasiannya, alat ini ditarik traktor tangan 8.5 HP dan dapat dioperasikan pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Kapasitas alat berkisar antara 8-10 jam/ha tergantung pada kondisi lahan dan keterampilan operator. Berikut gambar dari alat tanam mekanis model ATB1-2R Balitsereal.
11
Gambar 5. Alat tanam mekanis model ATB1-2R-Balitsereal Mesin tanam jagung tipe empat alur juga telah dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB-Mektan). Dalam pengoperasiannya, alat ini digandeng dengan traktor tangan 10.5 HP. Kapasitas kerja alat adalah 3-4 jam/ha dengan jumlah 1-2 operator.
Gambar 6. Alat tanam mekanis dengan tenaga penggerak traktor tangan rekayasa BB Mektan
12
D. RANGKAIAN ELEKTRONIKA PADA ALAT TANAM Selain dengan alat mekanis, mesin tanam kini sedang berkembang dengan penambahan komponen elekronika yang biasa digunakan untuk merakit robot dapat menggantikan fungsi dari komponen-komponen alat mekanis. Berbagai macam komponen elektronika yang dapat digunakan pada “CO Seeders” prototipe II seperti: a. Mikrokontroler Komponen utama adalah mokrokontroler yang berfungsi mengontrol seluruh sistem kecuali gaya dorong maju alat, penutup lubang tanam, dan pembuka alur pupuk. Mikrokontroler yang digunakan adalah tipe DT-51 ATMega 8535 yang akan mengontrol sistem open gate pada tabung penyaluran benih dan furadan, putaran motor penjatah benih dan furadan, dan menerima input dari sensor magnet. b. EMS Dual H-bridge 2 A Selanjutnya adalah komponen motor driver sebagai penghubung driver motor DC dan mikrokontroller, atau dengan kata lain agar perintah dari mikrokontroller dapat diterjemahkan dengan baik oleh motor DC. Motor driver yang digunakan adalah tipe EMS Dual H-bridge 2A yang mampu mengontrol 2 motor sekaligus yang di rangkai pararel. EMS ini mengontrol putaran penjatah benih dan furadan, serta putaran pada sistem buka-tutup pada tabung penyaluran benih dan furadan sebelum jatuh tepat pada lubang tanam. c. Rangkaian pembagi tegangan Rangkaian pembagi tegangan ini adalah rangkaian yang berfungsi membagi tegangan yang berasal dari aki kering 12 V. Rangkaian ini akan meneruskan tegangan input 12 V dan akan membagibagikan tegangan yang melewati IC seri 78xx sehingga keluaran tegangnya menjadi 5 V, 9 V, atau 12 V berdasarkan keluaran seri IC yang di lewati tegangan input. d. Sensor Magnet Sensor magnet berfungsi sebagai penanda penugalan yang terhubung oleh mikrocontroler untuk melakukan perintah pada motor DC pada open gate. sensor yang digunakan adalah sensor magnet Allegro 3144e. Sensor magnet di letakkan di rangka dengan dudukannya yang sejajar dengan magnet yang ditempelkan sejajar pada velk tiap-tiap mata tugal. e. Rangkaian penguat Op-Amp Rangkaian penguat ini merupakan rangkaian yang bisa menguatkan tegangan pada masukan serta membalik hasil penguatan tersebut, jadi keluaran dari rangkaian ini akan selalu memiliki polaritas yang berlawananan dengan sinyal masukannya. Rangkaian ini menggunakan komponen IC LM324 dan trimpot 10KΩ. Rangkaian ini digunakan sebagai penguat tegangan pada kaki output sensor magnet sebelum menuju mikrokontroler sebagai indikasi pemrogramannya. f. Motor DC Motor DC yang digunakan adalah motor DC yang memiliki RPM rendah. motor DC berfungsi untuk memutar piringan penjatah benih dan furadan, selain itu juga untuk memutar open gate pada tabung penyaluran benih dan furadan sebelum jatuh di lubang tanam.
13