II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Beberapa
mempertimbangkan
entitas tanggung
bisnis jawab
menghasilkan sosial.
Di
keuntungan sisi
lain,
tanpa
masyarakat
mengharapkan agar perusahaan lebih banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat, bukan hanya memaksimalkan keuntungan. Sebagai tanggapan terhadap tuntutan tersebut, perusahaan kini berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab sosial mereka (Yin, 2012). CSR kini semakin populer dan mulai direspon oleh kalangan dunia bisnis. Isu ini berkembang seiring dengan semakin meningkatnya masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen. CSR adalah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan secara sukarela (Barth dan Wolff, 2009). Menurut McElhaney (2000), CSR merupakan sebuah strategi bisnis yang terintegrasi dengan tujuan bisnis inti dan kompetensi inti perusahaan, yang dari awal dirancang untuk menciptakan nilai bisnis dan perubahan sosial yang positif, dan tertanam dalam budaya dan operasi bisnis perusahaan. CSR dipandang sebagai seperangkat kebijakan, praktek, dan program yang terintegrasi ke dalam operasi bisnis, rantai pasokan, dan proses pengambilan keputusan. Hal ini berkaitan dengan etika bisnis, investasi masyarakat, masalah lingkungan, tata kelola perusahaan, hak asasi manusia, pasar serta tempat kerja (Tsoutsoura, 2004).
7
Menurut Archie Carroll, CSR lahir pada tahun 1953 dengan terbitnya buku Social Responsibilities of Businessmen karya Howard Bowen, sedangkan di Indonesia mulai muncul di akhir dekade 1990-an, namun baru menjadi isu penting sejak tahun 2004 (Jalal, 2011). Di Eropa dan Amerika, banyak perusahaan yang telah menjadikan CSR sebagai komitmen manajemen, strategi perusahaan, serta budaya perusahaan. Mereka menyadari bahwa tujuan utama perusahaan tidak hanya menciptakan keuntungan saja, tetapi juga memberikan nilai tambah secara sosial bagi masyarakat dan lingkungan (Maharani, 2009). Konsep CSR memang sangat berkaitan erat dengan konsep sustainability development (pembangunan yang berkelanjutan). Tanggung jawab perusahaan secara sosial bukan merupakan konsep yang statis dan pasif yang hanya terbatas pada konsep pemberian donor. Konsep tanggung jawab perusahaan merupakan konsep yang terkait dengan hak dan tanggung jawab yang dimilki perusahaan antar stakeholders. Konsep corporate social responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, dunia bisnis, juga komunitas setempat (lokal) (Rudito & Famiola, 2007).
2.2.
Implementasi CSR di Indonesia Menurut Saidi (2004), ada empat model atau pola CSR yang umumnya
diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1. Keterlibatan langsung Keterlibatan langsung yaitu perusahaan melakukan program CSR secara langsung tanpa perantara dari pihak lain. Program ini biasanya berbentuk kegiatan sosial atau berupa sumbangan ke masyarakat. Program ditangani
8
langsung oleh salah satu bagian perusahaan seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan Program ini dilakukan melalui yayasan yang didirikan sendiri oleh perusahaan atau grupnya. Model ini banyak diterapkan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan sejumlah dana yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa perusahaan yang mendirikan yayasan sebagai salah satu program CSR diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. 3. Bermitra dengan pihak lain Dalam model ini, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan
pihak
lain
seperti
lembaga sosial/organisasi
non-pemerintah
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam pelaksanaannya. Beberapa lembaga yang dipercaya untuk membantu menjalankan CSR oleh perusahaan antara lain Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar). 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium Dalam model ini, perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada
9
pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
2.3.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel
1. Berbeda dengan penelitian Ali, dkk (2010) dan Tsoutsoura (2004) yang mengukur implementasi CSR secara kualitatif, dalam penelitian ini CSR diukur secara kuantitatif. Pengukuran CSR secara kuantitatif sudah dilakukan sebelumnya oleh Babalola (2012), perbedaannya adalah dalam penelitian Babalola (2012) investasi CSR diukur secara total, sedangkan dalam penelitian ini dana CSR tidak hanya diukur secara total, tetapi juga diklasifikasikan kedalam dana CSR yang sesuai dengan core business. Alokasi dana CSR yang diukur dalam penelitian ini juga bukan hanya alokasi dana CSR yang memang dinyatakan dengan istilah CSR oleh perusahaan, tetapi diukur dengan total dana yang dialokasikan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (profit, people, planet) walaupun program tersebut tidak dinyatakan dengan istilah CSR.
10
Tabel 1. Penelitian Terdahulu tentang Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Profitabilitas Perusahaan Nama dan Tahun Penulisan Syahputra (2008)
Judul Penelitian Implementasi CSR dalam pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat di Lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir
Variabel dan Metode yang Digunakan Analisis deskriptif
Hasil Penelitian
- Implementasi
CSR ini merupakan penerapan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dilaksanakan oleh Unit Khusus PKBL. - Program yang dilakukan yaitu program kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi dengan memberikan bantuan yang dapat meningkatkan usaha seperti bantuan kredit lunak, maupuan pembekalan keterampilan. Program CSR yang lain yaitu dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik yang seperti, pembangunan rumah ibadah dan pembangunan jalan. - Bantuan yang diberikan perusahaan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir kepada masyarakat masih bersifat karitas ketimbang filantropis. Artinya bantuan dan sumbangan tersebut masih ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan sesaat, belum memikirkan aspek keberlanjutan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat secara optimal.
- Dampak
penerapan CSR dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun berdasarkan penelitian dan observasi, kurang memenuhi unsur kemanfaatan dan keadilan. Hal ini dikarenakan bentuk bantuan yang kurang menyentuh bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kurang dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat di sekitar perusahaan.
11
Tabel 1. Lanjutan Nama dan Tahun Penulisan Babalola (2012)
Judul Penelitian The impact of corporate social responsibility on firms’ profitability in Nigeria
Nanayakkara (2010)
Socio-economic impacts of corporate social responsibility practices in Sri Lanka domestic manufacturing companies
Dabbas dan Alrawashdeh
The effect of corporate social industrial responsibility on the profitability of the industrial companies in Jordan
Ali dkk (2010)
Corporate social responsibility influences, employee commitment and organizational performance
Variabel dan Metode yang Digunakan Variabel yang digunakan yaitu besarnya dana investasi dalam kegiatan CSR Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier sederhana Analisis deskriptif dengan melihat persepsi responden terhadap aktivitas CSR perusahaan
Variabel yang digunakan adalah: - Kampanye kesadaran dan bimbingan - Sumbangan untuk kegiatankegiatan nonprofit - Asosiasi amal Setiap variabel diukur dengan skala likert yang ditanyakan kepada 60 pekerja profesional yang bekerja pada perusahaan industri. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis korelasi Variabel yang digunakan adalah: - Komitmen pekerja terhadap organisasi - Performa organisasi
Hasil Penelitian
- CSR (yang diukur dengan investasi dalam kegiatan CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan
- Kegiatan CSR yang selalu dilakukan perusahaan yaitu kegiatan amal di bidang pendidikan dan kesehatan. - Kegiatan CSR perusahaan membawa dampak sosialekonomi bagi perusahaan dan masyarakat. Masyarakat diuntungkan dengan adanya lapangan kerja, kualitas produk yang baik. Aktivitas CSR memiliki korelasi yang signifikan dengan profitabilitas perusahaan industry di Jordania. Kegiatan akan CSR tersebut meningkatkan reputasi akan perusahaan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Dalam jangka panjang, hal ini akan meningkatkan pangsa pasar dan pada akhirnya akan memaksimalkan keuntungan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara CSR dan komitmen organisasi karyawan, CSR dan kinerja organisasi, dan komitmen organisasi dan kinerja organisasi. Ini menggambarkan bahwa organisasi dapat
12
Tabel 1. Lanjutan Nama dan Tahun Penulisan Ali dkk (2010)
Tsoutsoura (2004)
Judul Penelitian Corporate social responsibility influences, employee commitment and organizational performance
Variabel dan Metode yang Digunakan Setiap variabel diukur dengan skala likert yang ditanyakan kepada 500 pekerja profesional yang bekerja pada berbagai perusahaan yang melaksanakan CSR.
Metode analisis yang digunakan yaitu Structural Equation Modeling (SEM) Corporate Social Kinerja keuangan Responsibility and diukur dengan: Financial - Return on Performance Asset (ROA) - Return on Equity (ROE) - Return on Sales (ROA) CSR diukur dengan: - Peringkat sosial KLD - Indeks sosial Domini 400
-
Metode analisis yang digunakan adalah regresi dengan menggunakan data panel dari 422 perusahaan selama 5 tahun
Hasil Penelitian meningkatkan komitmen organisasi karyawan mereka dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial misalnya, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan memenuhinya, bekerja untuk lingkungan yang lebih baik, terlibat dalam kesejahteraan karyawan, menghasilkan produk berkualitas bagi pelanggan dan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Semua kegiatan ini secara signifikan dan positif terhadap komitmen karyawan dengan organisasi dan kinerja meningkatkan organisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan dan signifikan antara corporate social performance dengan kinerja perusahaan. Corporate social performance akan meningkatkan citra publik, menciptakan hubungan baik serta dengan masyarakat, mampu menarik karyawan yang lebih terampil.
13
2.4.
Landasan Teori Teori yang mendasari implementasi CSR oleh perusahaan yaitu teori yang
dikemukakan oleh Gariga dan Mele (2004) dan Carrol (1991). Teori tersebut menyatakan bahwa selain bertanggung jawab dalam pencapaian laba (aspek ekonomi), sebagai bagian dari masyarakat, perusahaan juga bertanggung jawab terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya. Selain itu, secara etis, perusahaan juga bertanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, dan seluruh stakeholders yang terlibat.
2.4.1. Teori Corporate Social Responsibility (CSR) Gariga dan Mele (2004) mengelompokkan dasar teori CSR menjadi empat bagian yaitu 1) teori instrumental, 2) teori politik, 3) teori integratif, dan 4) teori etika. a. Teori Instrumental (Instrumental Theory) Teori in menyatakan bahwa CSR hanya dipandang sebagai alat strategis untuk mencapai tujuan ekonomi yaitu penciptaan kekayaan perusahaan. Teori ini sesuai dengan pandangan Friedman bahwa ''satu-satunya tanggung jawab bisnis adalah memaksimalkan keuntungan pemegang saham di dalam kerangka hukum dan etis”. Dalam teori ini, perusahaan berupaya pencapaian tujuan-tujuan ekonomi melalui kegiatan-kegiatan sosial, dimana kegiatan sosial diakui sebagai salah satu alat pemasaran.
b. Teori Politik (Political Theories) Teori ini menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan timbul dari kekuatan sosial yang dimiliki perusahaan. Diasumsikan bahwa perusahaan
14
memiliki kontrak sosial dengan masyarakat. Perusahaan memahami perannya sebagai bagian dari masyarakat, sehinga harus terlibat dalam kemasyarakatan.
c. Teori Integratif (Integrative Theories) Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan menanggapi isu-isu sosial dan politik. Perusahaan menggunakan hukum dan proses kebijakan publik sebagai referensi
untuk
kinerja
sosial.
Dalam
teori
ini,
perusahaan
berusaha
menyeimbangkan kepentingan stakeholders perusahaan melalui respon yang tepat terhadap isu-isu sosial.
d. Teori Etik (Ethical Theories) Teori ini fokus terhadap hal yang benar untuk mencapai masyarakat yang baik,
dengan
mendasarkan
pada
tanggung
jawab
perusahaan
terhadap
stakeholders perusahaan. Teori mendasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia, hak-hak buruh, dan menghormati lingkungan. Teori ini bertujuan untuk mencapai pembangunan manusia dengan mempertimbangkan generasi sekarang dan masa depan. Carrol (1991) menyatakan ada empat jenis tanggung jawab perusahaan yang tercakup dalam CSR secara keseluruhan yaitu ekonomi, hukum, etika, dan filantropis. Selanjutnya, keempat komponen tersebut digambarkan dalam suatu piramida CSR.
a. Tanggung jawab ekonomi Secara historis, organisasi bisnis diciptakan sebagai entitas ekonomi yang dirancang untuk menyediakan barang dan jasa bagi konsumen dengan tujuan utama mencari keuntungan. Bagi beberapa perusahaan, tujuan utama tidak hanya
15
mencari keuntungan tetapi untuk menghasilkan keuntungan maksimal. Semua tanggung jawab bisnis yang lain didasarkan pada tanggung jawab ekonomi perusahaan, karena tanpa ekonomi, pelaksanaan tanggung jawab yang lain akan menjadi pertimbangan.
b. Tanggung jawab hukum Bisnis tidak hanya beroperasi dengan motif keuntungan, pada saat yang sama, bisnis juga diharapkan untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku sebagai aturan dasar di mana bisnis harus beroperasi. Perusahaan diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab ekonomi dalam kerangka hukum. Tanggung jawab hukum mencerminkan bahwa perusahaan mewujudkan operasi bisnis yang adil sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
c. Tanggung jawab Etis Tanggung jawab etis mengarah pada kegiatan dan praktik yang diizinkan atau dilarang oleh anggota masyarakat meskipun tidak dinyatakan dalam suatu undang-undang. Tanggung jawab etis mencerminkan kepedulian terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat secara wajar dan adil.
d. Tanggung jawab Filantropi Filantropi mencakup tindakan-tindakan korporasi yang menunjukkan bahwa bisnis menjadi perusahaan yang baik. Bentuk tanggung jawab seperti aktif terlibat dalam program untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, kontribusi untuk seni, pendidikan, atau masyarakat.
16
Tanggungja wab Filantropi Tanggungjawab Etis Tanggungjawab Hukum Tanggungjawab Ekonomi
Gambar 1. Piramida CSR Sumber: Carrol (1991)
Banyak perusahaan telah melakukan berbagi hal untuk memperbaiki dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka, namun hasilnya belum sebaik yang diharapkan. Hal ini terjadi karena dua alasan. Pertama, bahwa perusahaan menganggap bahwa bisnis itu bertentangan dengan masyarakat, padahal pada kenyataannya keduanya saling bergantung. Kedua, perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dengan cara yang generik yang tidak disesuaikan dengan strategi perusahaan (Porter, 2006). Saling ketergantungan antara perusahaan dan masyarakat dapat dianalisis dengan alat yang sama yang digunakan untuk menganalisis posisi kompetitif dan pengembangan strategi. Dengan cara ini perusahaan dapat memfokuskan pada kegiatan CSR yang akan memberikan dampak terbaik yang menghasilkan manfaat sosial serta keuntungan bisnis yang maksimum (Porter, 2006). Pendekatan ini menekankan bahwa daya saing satu perusahaan berkaitan dengan kinerja perusahaan lain, hubungan dengan pelanggan dan klien dalam konteks lokal atau regional dan faktor-faktor lainnya sepanjang rantai nilai. Sesuai dengan uraian tersebut, maka saat ini CSR dianggap menjadi bagian dari investasi sosial perusahaan. Investasi berarti mengorbankan aset yang dimiliki sekarang untuk mendapatkan aset pada masa yang akan datang, sedangkan investasi sosial (social investment) adalah tindakan perusahaan
17
mencurahkan sebagian sumberdaya finansial, organisasi, dan manusia, untuk memperoleh dukungan masyarakat atas operasinya (csrindonesia, 2013). Investasi ini dapat digunakan untuk membeli peralatan baru yang ramah lingkungan, melakukan perubahan struktur manajemen, peningkatan kapasistas sumber daya manusia, peningkatan pelaksanaan kontrol, diferensiasi produk, dan lain sebagainya (Tsoutsoura, 2004). Konsekuensi dari pengeluaran biaya investasi tersebut, maka tentu saja perusahaan
mengharapkan
manfaat
agar
menjadi
praktek
bisnis
yang
berkelanjutan. Sebuah perusahaan tidak bisa meneruskan kebijakan yang terusmenerus menghasilkan arus kas negatif.
Para pemegang saham juga
menginvestasikan uang mereka dalam perusahaan untuk mendapatkan return tertinggi. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial harus memiliki manfaat agar berkelanjutan (Tsoutsoura, 2004).
2.4.2. Manfaat Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Wibisono (2009), manfaat perusahaan menerapkan CSR antara lain: a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan b. Melebarkan akses sumberdaya bagi operasional usaha c. Membuka peluang pasar yang lebih luas d. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan e. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial (social licence to operate) f. Mereduksi biaya, misalnya biaya yang terkait dengan dampak pembuangan limbah g. Mereduksi risiko bisnis perusahaan
18
h. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders i. Memperbaiki hubungan dengan regulator j. Peluang mendapatkan penghargaan Ismail (2009) menyatakan bahwa secara umum, peran CSR dalam pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Untuk berbagi konsekuensi negatif sebagai akibat dari industrialisasi. Hal ini terkait dengan proses bisnis yang lebih etis. Misalnya di Inggris, kendaraankendaraan dengan emisi yang tinggi akan dikenakan pajak yang lebih tinggi juga, sehingga mengurangi beban pemilik kendaraan-kendaraan kecil. 2. Ikatan yang lebih dekat antara perusahaan dan masyarakat. Melalui CSR keberadaan perusahaan dalam sistem sosial lebih dari sekedar tempat untuk mendapatkan pekerjaan saja atau sebagai produsen barang dan jasa. Dengan demikian, perusahaan dan masyarakat akan tinggal bersama-sama dengan harmonis. Hal ini menjadi modal sosial yang sangat penting dalam pengembangan masyarakat. 3. Membantu untuk mendapatkan tenaga kerja yang potensial. Suatu organisasi yang memiliki reputasai dalam pelaksanaan CSR dapat menarik tenaga kerja yang potensial dengan membuat komitmen mereka sebagai bagian dari nilai tenaga kerja. Ketika karyawan melihat organisasi mereka berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial, maka mereka juga cenderung memiliki sikap yang lebih positif dan hal ini akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. 4. CSR berperan dalam transfer teknologi (TOT). Seperti contoh perusahaanperusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini memiliki aset (seperti kantor dan pabrik) di negara lain selain negara asalnya. Biasanya perusahaan-
19
perusahaan ini memiliki kantor pusat dimana mereka mengkoordinasikan seluruh manajemen secara global. Dengan demikian ada transfer teknologi ke negara lain tersebut yang biasanya adalah negara berkembang. 5. CSR berperan dalam melindungi lingkungan. Beberapa perusahaan terbesar di dunia telah membuat komitmen dalam melaksanakan program CSR, yang ditujukan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Perusahaan memandang bahwa kinerja keuangan dan lingkungan dapat bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan reputasi sosial. 6. CSR adalah salah satu bentuk kepedulian perusahaan terhadap hak asasi manusia. PBB telah meluncurkan "Global Compact" – yaitu seruan bagi perusahaan-perusahaan
internasional
untuk
berkomitmen
terhadap
perlindungan hak asasi manusia (UN Global Compact, 2009). Selain sebagai suatu bentuk tanggung jawab dalam dunia industri, UN Global Compact juga sebagai salah satu kebijakan strategis dengan menyelaraskan operasi dan strategi dalam bidang hak asasi manusia, perburuhan, dan lingkungan. 7. Keterkaitan antara perusahaan dan masyarakat. Hubungan erat antara perusahaan dan masyarakat adalah aspek lain dari peran CSR dalam CD karena
dalam
jangka
panjang
hal
itu
menciptakan
pembangunan
berkelanjutan. Proyek-proyek CSR memberikan bantuan kepada organisasi lokal dan masyarakat miskin. Hal ini tentu menyebabkan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. 8. Program CSR dapat dilihat sebagai bantuan untuk mengentaskan kemiskinan. Contohnya adalah salah satu reality show Malaysia “Bersamamu” dari TV3 yang disponsori oleh Syarikat Faiza Sendirian Berhad (SFSB). Program TV
20
ini difokuskan pada realitas kehidupan orang miskin. Setiap pembelian Produk Faiza, akan disumbangkan untuk Tabungan Bersamamu TV3 yang akan disumbangkan bagi masyarakat miskin. Melalui kerjasama ini dapat memicu perusahaan lain untuk membantu dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan pengembangan masyarakat. 9. Program CSR dapat membantu dalam pengumpulan data yang berguna bagi organisasi publik lainnya. Misalnya di Amerika Serikat, Intel dan IBM membantu departemen kepolisian untuk pengumpulan dan pengolahan informasi dengan memasang kamera dengan kemampuan pemrosesan video di daerah dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Intel juga telah melakukan pendidikan bagi masyarakat lokal tentang bagaimana mereka dapat menggunakan
teknologi
untuk
mencegah
kejahatan
atau
setidaknya
menggunakannya untuk mendeteksi siapa yang melakukan kejahatan. 10. Untuk tujuan keberlanjutan perusahaan. Di Eropa, perusahaan telah mengambil peran sosial untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan. Uni Eropa telah mengembangkan kerangka keberlanjutan perusahaan, dengan menyelaraskan ekonomi, sosial dan lingkungan. Contohnya perusahaan Towers Perrin (2009), yang telah mengembangkan praktek-praktek bisnis yang berkelanjutan (SBP). Praktik-praktik ini merupakan komitmen berkelanjutan oleh perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan anggota keluarga, serta masyarakat setempat dan masyarakat pada umumnya.
21
Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan ekploratif. Selain sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat, implementasi CSR juga diwajibkan oleh hukum dan aturan yang memaksa karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produkproduk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidahkaidah sosial. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontibusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
22
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa dengan melakukan CSR, suatu perusahaan dapat: 1. Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar; 2. Memperkuat posisi merek dagang; 3. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan memelihara karyawan; 4. Menurunkan biaya operasi; 5. Menarik minat investor dan para analis keuangan.
2.5.
Path Analysis Path analysis adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel. Analisis ini mengestimasi serangkaian parameter dalam satu atau lebih persamaan struktural. Path analysis digambarkan dalam sebuah path diagram yang menggambarkan hipotesis hubungan kausal. Hubungan antar variabel digambarkan dengan satu panah lurus. Model jalur dibangun melalui teori tentang sebab akibat dan digunakan untuk menguji hipotesis tentang model yang fit berdasarkan serangkain data. Variabel di dalam path analysis terbagi dalam variabel eksogenus dan endogenus. Variabel eksogenus adalah variabel yang mempengaruhi (menjelaskan) variabel lain. Variabel endogenus adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, yang
23
ditunjukkan dengan panah yang mengarah ke variabel tersebut (Lleras, 2005). Hair dkk (1998) menyatakan bahwa ketika model dalam path analysis sudah menggambarakan banyak hubungan antara variabel laten, maka model itu disebut dengan structural equation modeling.
2.6.
Kerangka Pemikiran Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan
konsep
yang
memperhatikan keseimbangan antara pencapaian keuntungan (profit), masyarakat (people), dan keseimbangan dengan lingkungan (planet). Seiring dengan semakin terbatasnya daya dukung bumi, maka konsep CSR merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan oleh setiap perusahaan. Dalam jangka panjang, pencapaian tujuan sosial dan ekonomi merupakan hal yang berkaitan erat. Demikian juga pada perusahaan perkebunan, khususnya perkebunan dengan bisnis inti kelapa sawit. Dari aspek lingkungan, perkebunan sawit juga mendapat perhatian khusus karena perkebunan sawit dianggap dapat merusak lahan
(lingkungan).
Oleh
karena
itu
perkebunan
diharapkan
dapat
mengimplementasikan CSR secara tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa bentuk program CSR yang sudah dilakukan oleh perusahaan perkebunan yaitu pelayanan kesehatan terhadap karyawan dan masyarakat sekitar di rumah sakit perusahaan, polibun dan rumah sakit rujukan di luar perusahaan untuk karyawan yang membutuhkan penanganan khusus dan pengembangan rumah ibadah di kebun/unit, bantuan terhadap UMKM dan pembinaan petani plasma. Program-program yang dilaksanakan tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif selain bagi masyarakat juga bagi perusahaan sendiri. Seiring
24
dengan semakin tingginya kepedulian masyarakat terhadap CSR, maka implementasi CSR diharapkan dapat meningkatkan pasar dari pelaku CSR tersebut. CSR juga diimplementasikan bagi karyawan, dengan demikian produktivitas karyawan akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Dengan semakin luasnya pasar dan peningkatan produktivitas tentu saja akan meningkatkan profitabilitas. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Tenaga Kerja
CSR
Masyarakat
Lingkungan
Alokasi total dana CSR - Sesuai dengan core business - Tidak sesuai dengan core business
Produksi
Penjualan
Profitabilitas
Perusahaan dengan CSR yang sesuai dengan core business yang lebih banyak
Perusahaan dengan CSR yang sesuai dengan core business yang lebih sedikit
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
25
2.7.
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan tingkat profitabilitas antar perusahaan perkebunan. 2. Alokasi total dana CSR berpengaruh secara langsung terhadap produksi dan penjualan dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap laba pada perusahaan perkebunan. 3. Alokasi dana CSR yang sesuai dengan core business berpengaruh secara langsung terhadap produksi dan penjualan dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap laba pada perusahaan perkebunan.