II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi mengenai teori-teori yang mendukung penelitian serta metode penelitian yang digunakan. 2.1.1. Dampak Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang serta jasa , yang sama dengan produk domestik bruto (GDP). Pengeluaran yang direncanakan (planned expenditure) adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa (Mankiw, 2006). Pengeluaran pemerintah dalam fungsi konsumsi akan dijelaskan pada Gambar.2. Pengeluaran yang direncanakan, E
MPC $1
Pendapatan, Output, Y Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006
Gambar 2. Pengeluaran Yang Direncanakan Sebagai Fungsi Pendapatan
Pengeluaran yang direncanakan tergantung pada pendapatan, karena pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi, yang merupakan bagian dari pengeluaran yang direncanakan. Kemiringan fungsi pengeluaran yang direncanakan ini adalah kecendungan mengkonsumsi marjinal (MPC). 2.1.2. APBD sebagai Pengeluaran Pemerintah Menurut Departemen Pertanian (2009), dalam rangka meningkatkan akselerasi dan penajaman prioritas, pembangunan sektor pertanian masih memerlukan dukungan keberpihakan dan komitmen dari para penentu kebijakan pembangunan, baik ditingkat pusat maupun daerah. Penajaman prioritas ini pada gilirannya harus tercermin dalam alokasi pendanaan yang besarnya sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Dapat dikatakan bahwa alokasi anggaran merupakan vcerminan dari keberpihakan komitmen para pengambil kebijakan dalam memajukan sektor pertanian di daerah setempat. Pendanaan yang relatif terbatas merupakan salah satu masalah serius pembangunan pertanian di daerah. Prioritas pembangunan sektoral dapat dilihat dari pangsa alokasi anggaran daerah terutama APBD untuk masing-masing sektor. Pangsa alokasi APBD juga merefleksikan keberpihakan politik dan komitmen dari pimpinan daerah. Dana pembangunan daerah, termasuk dialokasikan untuk pembangunan pertanian, berasal dari berbagai sumber, baik dalam negeri maupun luar negeri. Besarnya dana pembangunan pertanian yang bersumber dari APBD umumnya jauh lebih memadai, dan hal ini dapat menjadi bottle neck kemajuan pembangunan pertanian.
15
2.1.3. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan dan Output Kenaikan dalam belanja pemerintah menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas, kenaikan belanja pemerintah sebesar ∆G meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B, dan pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2. Kenaikan dalam pendapatan ∆Y melebihi kenaikan belanja pemerintah ∆G, jadi kebijakan fiskal dapat memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan (Mankiw, 2006). Pengeluaran aktual
Pengeluaran, E
Pengeluaran yang direncanakan
B
E2= Y2
∆G ∆Y E1 = Y1
A
Pendapatan, output, Y E1 = Y1
∆Y
E2= Y2
Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006
Gambar 3. Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian 2.1.4. Kebijakan Anggaran dan Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Menurut Hidayat (2012) APBD adalah suatu anggaran daerah. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsurunsur sebagai berikut : 1.
Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci;
16
2.
Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan;
3.
Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka;
4.
Periode anggaran, biasanya satu tahun. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Pembuatan
anggaran
dalam
organisasi
sektor
publik,
terutama
pemerintahan, merupakan sebuah proses yang rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan. Berbeda dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai kinerja atau performa yang baik jika segala aktivitasnya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya
17
kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Melalui proses anggaran kinerja, pemerintah kota/kabupaten menetapkan keluaran dan hasil dari masing-masing program dan pelayanan. Kemudian pemerintah daerah membuat target pencapaiannya. Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value for Money (Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas) dan prinsip tata pemerintahan yang baik termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah diharuskan menetapkan anggaran kinerja karena memudahkan pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas tujuan, sasaran, program, kegiatan dan belanja, memudahkan dalam mengkomunikasikan prioritas Pemerintah Daerah
kepada
masyarakat,
meningkatkan transparansi
dan
akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan anggaran, dan mematuhi peraturan perundangan yang disyaratkan pemerintah pusat. Menurut Rimaru (2012) Berbagai fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UndangUndang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu : 1.
Fungsi Otorisasi Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2.
Fungsi Perencanaan
18
Anggaran
daerah
merupakan
pedoman
bagi
manajemen
dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3.
Fungsi Pengawasan Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4.
Fungsi Alokasi Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5.
Fungsi Distribusi Anggaran daerah harus mengandung arti/memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6.
Fungsi Stabilisasi Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
perekonomian. Kebijakan anggaran tentunya akan berdampak besar pada sektor pertanian. Pertanian merupakan suatu kegiatan unit usaha uang meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan (BPS,2003). Pertanian dianggap sebagai usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut petani gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup (Nasoetion, 2005).
19
Menurut Mubyarto (1994), pertanian dalam arti luas mencakup : 1.
Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit
2.
Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)
3.
Kehutanan
4.
Peternakan
5.
Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) Ditinjau dari segi ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga
(pertanian subsisten atau setengah subsisten), sedangkan perusahaann pertanian adalah perusahaan pertanian yang diusahakan sepenuhnya secara komersial. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja di sektor pertanian atau dari produk yang berasal dari pertanian. Lapangan pekerjaan sangat terbatas di bidang pertanian atau secara relatif berarti jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada sumberdaya alam dan faktor produksi lainnya. Kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur (disguised unemployment). Pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang bersala dari pertanian (Mubyarto, 1994). Permasalahan yang dihadapi petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi yang memiliki peranan penting dalan
20
tindakan-tindakan
petani.
Perbedaan
yang
jelas
antara
permasalahan-
permasalahan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi diluar bidang pertanian adalah jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu dalam bidang pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan bidang industri. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus dilakukan setiap hari, setiap minggu atau kadangkadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba. Hasil pertanian sangat rendah pada saat panen maka sebenarnya petani dua kali terpukul, yaitu pertama karena harga hasil produksinya yang rendah dan kedua karena ia harus menjual lebih banyak untuk mencapai jumlah uang yang diperlukannya. Untuk mengatasi permasalahan demikian maka salah satu tujuan utama kebijakan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga dan pendapatan petani antara musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun (Mubyarto, 1994). 2.2.
Pendekatan Input-Output Menurut Daryanto (2010), salah satu model yang bisa memaparkan
dengan jelas bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi adalah model input-output(I-O) yang pertama kali dipetrkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian menndapatkan hadiah Nobel pada tahun 1973 (Miller dan Blair, 1985). Melalui model I-O dapat ditunjukan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor A meruapakn output dari sektor B, dan sebaliknya input dari sektor B
21
merupakan output dari sektor A, yang pada akhirnya keterkaitan antarsektor akan menyebabkan kesinambungan penawaran dan permintaan dalam perekonomian. 2.2.1. Konsep Dasar Input-output Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama denfan total output dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Dalam
model
Input-Output
pengaruh
interkasi
ekonomi
dapat
diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) pengaruh langsung (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh langsung yang secara langsung oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan (Daryanto,A. 2010).
22
2.2.2. Struktur Tabel Input-Output Tabel Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menunjukan atau menggambarkan arus transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Kolom pada tabel Input-Output menunjukan pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk pelaksanaan proses produksi, sedangkan baris pada tabel input-output memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk mememnuhi permintaan antara dan permintaan akhir (Arnella dalam Biro Pusat Statistik,1998). Sebagai suatu model yang bersifat kuantitatif, I-O bisa juga memberikan gambaran menyeluruh mengenai (Arnella dalam BPS,1995): 1.
Struktur perekonomian nasional atau regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2.
Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi.
3.
Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berskala impor.
4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektorsektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan ekspor. Tabel Input-Output terbagi menjadi empat kuadaran, yaitu (1) kuadran
antara; (2) kuadran permintaan akhir; (3) kuadran input primer; dan (4) kuadran input primer-permintaan akhir. Kuadran antara adalah matriks yang menunjukan transaksi antar sektor produksi dan perekonomian. Kuadaran ini menunjukan
23
keterkaitan antar sektor perekonomian sehingga penting untuk melihat pengaruh perubahan output suatu sektor terhadap sektor lainnya. Kuadran permintaan akhir menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk permintaan akhir. Permintaan akhir ini terdiri dari beberapa komponen seperti pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubaha stok dan ekspor yang merupakan sisi pengeluaran dalam sistem perhitungan nasional. Komponen permintaan akhir merupakan komponen eksogenus yang berdiri sendiri dalam suatu sistem produksi. Namun beberapa komponen permintaan akhir dapat mejadi komponen eksogenus sehingga dapat dimasukan kedalam kuadran pertama. Kuadran input primer menunjukan pembelian input oleh sektor-sektor dalam kuadran antara di luar sistem produksi. Komponen-komponen kuadran input primer adalah pendapatan rumah tangga seperti upah dan gaji, pembayaran kepada pemerintah seperti pajak tidak langsung dan subsidi, surplus usaha yang menyangkut penyusutan dan keuntungan serta impor. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan daerah tersebut. Kuadran input primer- permintaan akhir menunjukan transakasi langsung antara kuadran input primer dengan kuadran permintaan akhir. Transaksi yang terjadi dilakukan tanpa melalui kuadran antara. Dengan demikian keempat kuadran dalam tabel input-output dapat dibedakan berdasarkan sifatnya. Kuadran I menunjukan keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Kuadran II dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dari luar sistem produksi. Kuadran III menunjukan penggunaan input primer. Kuadran IV
24
menunjukan transaksi yang tidak berhubungan dengan sisem produksi. Secara bersama-sama keempat kuadran tersebut merupakan klasifikasi transaksi yang logis dan konsisten dalam perhitungan nasional maupun regional serta merupakan dasar analisis ekonomi dengan menggunakan analisis input-output. 2.2.3. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output
Intermediate Demand Production Struktur Input Sectors
Final
Total
Demand
Output
1
J
N
Intermediate Production 1
X11
X1j
X1n
F1
X1
Input
J
Xj1
Xjj
Xjn
Fj
Xj
N
Xn1
Xjn
Xnn
Fn
Xn
Primary Input
V1
Vj
Vn
Total Input
X1
Xj
Xn
Sector
Sumber : BPS, 2008
Gambar 4. Ilustrasi Tabel Input-Output Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada intermediate sektor, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand (F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh X1 hingga Xn. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat dinotasikan sebagai berikut : 𝑛 𝑗 =1 𝑥𝑖𝑗
+ 𝐹𝑖 = 𝑋𝑖
(1)
25
Dimana : Xij
: banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input produksi
Fi
: permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto, perubahan stok dan ekspor.
I
: 1, 2, 3,........, n
Xi
: jumlah output total sektor i Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian / penggunaan
intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi. Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai berikut : 𝑛 𝑖=1 𝑥𝑖𝑗
+ 𝑉𝑗 = 𝑋𝑗
(2)
Dimana : Xij
: banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i
Vij
: input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, indirect taxes dan impor)
J
: 1, 2, 3,......., n Berdasarkan kedua persamaan diatas , terlihat pada tabel angka-angka
yang terdapat pada sel-sel tabel input output memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan sektor ekonomi. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada tabel 1 dimana output X1 dialokasikan dan didistribusikan sepanjang baris sebesar X11, X1i, dan X1n, masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, i, dan n. Sedangkan sisanya sebesar F1 dialokasikan untuk
26
memenuhi permintaan akhir. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan masingmasing output diatas dapat dinotasikan dengan : X11
+
: X1n
Xij
+
: +
Xnj
Xin
+
: +
Xnn
F1
=
: +
X1 :
Fn
=
Xn
Sedangkan inputnya, dapat dibuat dengan persamaan sebagai berikut : X11
+
: Xn1
Xi1
+
: +
Xin
Xn1
+
: +
Xnn
V1
=
: +
X1 :
Vn
=
Xn
Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisien input dapat diperoleh dengan membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j (Xij) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan : αij =
𝑋𝑖𝑗
(3)
𝑋𝑗
Koefisen input menggambarkan hubungan antara output dan inputnya, atau lebih jelas menunjukan jumlah input yang dibutuhkan oleh setiap sektor untuk menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input output, hubungan ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat
peningkatan-peningkatan
output
dalam
perekonomian.
Hal
ini
dikarenakan proses produksi didalam analisis input output mengikuti fungsi produksi Leontief yang bersifat return to scale. Fungsi produksi yang demikian menyatakan bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path diperoleh dengan proporsi penggunaan input yang konstan. Di sepanjang isoquant
27
dari suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi (Bappeda Kota Bogor, 2012). Menurut Daryanto (2010) dengan menggunakan model Input-Output dapat diketahui arah distribusi suatu output, dan input yang digunakan oleh sektor tesebut. Pada Gambar 5. akan dijelaskan mengenai distribusi output pada suatuu sektor jika dilihat dari sisi permintaan. Teknologi
Permintaan Akhir Lainnya Permintaan Antara
Permintaan akhir Konsumsi Rumah tangga
Total Permintaan
Input Primer Lainnya
Tenaga Kerja
Sumber: Daryanto A, 2010
Gambar 5. Model Sederhana Input-Ouput 2.2.4. Asumsi dan Keterbatasan Model Input-Output Model I-O didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi itu dintaranya adalah: (1) homogenitas, yang berarti suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor, (2) liniearitas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, dan (3) aditivitas ialah suatu
28
prinsip dimana efek total dan pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni bahwa koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan), maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibat perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output (Daryanto A, Hafizrianda A, 2010). 2.2.5. Manfaat Analisis Input-Output Kegunaan analisis input-output adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005) 1.
Menggambarkan keterkaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung memengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap.
2.
Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah.
3.
Dapat
meramalkan pertumbuhan
ekonomi
dan kenaikan tingkat
kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui
29
akan meningkat. Hal ini dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran). 4.
Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif.
5.
Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan
modal
dalam
perencanaan pembangunan
ekonomi
wilayah,
seandainya input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal. 2.2.6. Koefisien Input Menurut Tambunan (2003) , semua barang, jasa dan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output dikategorikan sebagai input yang dibedakan menjadi input antara dan input primer. Dalam penyajian tabel input output, input antara berada di kuadran I dan input primer berada di kuadran III. Jumlah input adalah input antara ditambah dengan input primer. Sesuai dengan prinsip penyusunan tabel input-output, jumlah input harus sama dengan jumlah outputnya. Relasi antara input antara dengan output disebut koefisien input antara (aij): aij =
Xij Xj
(4)
dan relasi antara input primer dengan output disebut koefisien input primer (Vij): Vij =
Vij Xj
(5)
Dimana aij + Vij = 1
30
2.2.7. Matriks Kebalikan Matriks kebalikan yang diturunkann dari suatu tabel input output merupakan bilangan-bilangan pengganda (multiplier) yang dipakai untuk menghitung dampak dari suatu perubahan dari suatu variabel makro terhadap variabel makro lainnya. Matriks kebalikan dihitung dari koefisien input antara (A) dan merupakan bilangan pengganda antarsektor yang saling mempengaruhi secara beruntun dalam proses produksi. Sesuai dengan jenis transaksi yang digunakan, matriks koefisien input antara ada dua jenis, yaitu matriks input antara untuk transaksi domestik atau matriks Ad. Jika yang akan dihitung adalah matriks kebalikan untuk transaksi total maka rumus yang digunakan adalah I-A, sedangkan untuk transaksi domestik dipakai rumus I- Ad. I dalam kedua rumus tersebut adalah matriks identitas, yakni suatu matriks yang isinya 1 untuk sel-sel diagonal dan 0 untuk semua sel di luar diagonal. Berdasarkan rumus diatas, maka matriks kebalikan yang dihitung adalah (I-A)-1 atau (I- Ad) -1. Secara matematis, matriks kebalikan (I- Ad) -1dalam model input output menunjukan koefisien arah yang menghubungkan output dan permintaan akhir domestik. (Tambunan, 2003) 2.2.8. Analisis Keterkaitan Keterkaitan yang antar sektor dalam aliran input dan output akan mengakibatkan terjadinya dampak ekonomi. Dampak yang pertama adalah dampak terhadap penggunaan input. Jika sebuah sektor j outputnya meningkat, maka peningkatan output tersebut (atau untuk meningkatkan output tersebut)
31
dibutuhkan penggunaan input yang lebih banyak dari sektor ekonomi yang lain yang memproduksi output yang digunakan sebagai input antara oleh sektor tersebut. Dampak ini karena adanya hubungan dari sisi permintaan (demand side). Dampak yang kedua disebabkan karena adanya peningkatan output sektor j itu juga mengakibatkan alokasi output dari sektor j semakin banyak digunakan oleh sektor-sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor j sebagai input antara dalam kegiatan produksi. Dampak ini terjadi karena adanya hubungan dari sisi penawaran (supply side) (Bappeda Kota Bogor, 2012). Ada suatu pemikiran bahwa sektor-sektor yang memiliki koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dikatakan sebagai sektorsektor yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya sektor-sektor tersebut lebih banyak menggunakan input antara yang berasal dari produksi domestik, dan lebih banyak menjual outputnya untuk memenuhi kebutuhan input antara dari sektor produksi domestik. Dengan kata lain lebih sedikit menggunakan input yang berasal dari impor, dan lebih sedikit digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Sektor-sektor semacam ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Untuk menganalisis sektor yang dimaksudkan tersebut maka sebaiknya digunakan dua indeks keterkaitan Ramussen yaitu daya penyebaran dan derajat kepekaan. (Daryanto,A.2010). 2.2.9 Analisis Multiplier Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Di dalam tabel Input Output, stimulus
32
ekonomi umumnya merupakan perubahan/ peningkatan satu unit permintaan akhir suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja. Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai aktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini rumah tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan seperti posisi sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota Bogor, 2012). 2.3.
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang dampak pengeluaran pemerintah maupun tentang
peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah telah banyak dilakukan, baik dengan menggunakan analisis Input-Output maupun dengan analisis yang lain. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat peranan sektor pertanian masih memiliki peranan
penting dalam upaya peningkatan
perekonomian suatu wilayah. Menurut Puspitawati (2000) dalam Tesis yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis Input- Output), hasil analisis menunjukan bahwa sektor pertanian yang menghasilkan output dan nilai tambah terbesar adalah sektor : kelapa sawit, padi,perikanan, pengeringan dan lain-lain, sayuran dan karet. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
33
Sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya memiliki niolain keterkaitan yang relatif tinggi, hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mendukung sektor ekonominya dalam perekonomian Sumatera Utara. Dampak terbesar perubahan pengeluaran konsumsi pemerintahdan rumah tangga terhadap output sektor ekonomi, terdapat pada sayur-sayuran dan unggas dan peternakan lainnya. Sehingga sektor tersebut menjadi andalan bagi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan PDRB Sumatera Utara. Menurut Arnella (2001) dalam Disertasinya yang berjudul “Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Barat” dijelaskan bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan data diambil dari tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat tahun 1999. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alokasi dana pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian berdampak langsung pada pembentukan total output, pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah secara absolut lebih besar dibandingkan sektor industri , pertambangan dan sektor perdagangan. Hal ini disebabkan alokasi dana pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian jauh lebih besar dari ketiga sektor lainnya. Namun apabila dilihat secara proporsi terhadap nilai total, sektor pertanian menempati peringkat ketiga dari empat sektor yang diteliti. Pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian ternyata kurang mendukung kinerja sektor pertanian. Karena dari analisis menghasilkan efek pengganda pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerjanya. Selain itu, pembentukan output yang dihasilkan juga lebih rendah dibandingkan tiga sektor yang dianalisis.
34
Menurut Putri (2008) dengan judul “Peran Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Provinsi Bangka Belitung (Analisis Input Output)” dijelaskan bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan data diambil dari tabel Input-Output Provinsi Bangka Belitung tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan multiplier, sektor pertanian tidak dapat dijadikan sebagai Leading Sector meskipun sektor tersebut mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Dari hasil analisis dalam studi ini, Leading Sector dimiliki oleh sektor industri pengolahan karena sektor tersebut memiliki keterkaitan dan multiplier efek yang paling besar diantara sektor-sektor lainnya. Menurut Wibowo (2009), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Dampak Investasinya terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Analisis Input-Output) menunjukan bahwa nilai keterkaitan ke depan terbesar ada pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sedangkan nilai keterkaitan ke depan sektor pertanian berada di urutan ketujuh dari sembilan sektor. Nilai keterkaitan ke belakang terbesar ada pada sektor listrik, gas, dan air minum, sedangkan nilai keterkaitan ke belakang sektor pertanian berada di urutan terakhir. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang memakai input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya lebih dari satu, sedangkan sektor pertanian tidak mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang memakai input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya kurang dari satu. Sektor listrik, gas, dan air minum mampu mendorong pertumbuhan industri
35
hulunya karena nilai koefisien penyebarannya lebih dari satu, sedangkan sektor pertanian tidak mampu mendorong pertumbuhan industri hulunya karena nilai koefisien penyebarannya kurang dari satu. Sesuai dengan analisis multiplier menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan air minum memiliki nilai multiplier output dan tenaga kerja terbesar. Sektor Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan memiliki nilai multiplier pendapatan terbesar, sedangkan sektor pertanian nilai multiplier output dan tenaga kerjanya berada di urutan terakhir, dan multiplier pendapatannya berada di urutan ke delapan dari sembilan sektor. Perbedaan penelitian Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dari segi lokasi yang mengambil sektor pertanian di perkotaan. Penelitian ini tidak hanya menganalisis mengenai peranan sektor pertanian, tetapi juga menganalisis dampak dari pengeluaran pemerintah berupa dana APBD.
36