II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simantri 2.1.1 Pengertian Simantri Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 Tahun 2010 mengenai keberlanjutan program Simantri, menjelaskan bahwa Simantri adalah suatu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam mempercepat alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Simantri dalam prakteknya mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya baik itu secara vertikal seperti pembuatan sarana produksi maupun horizontal seperti pasca panen dan pemasaran yang tentunya disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dengan mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada (Distan TP Provinsi Bali, 2010). Pengembangan Simantri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambah produksi yang dihasilkan tanpa adanya limbah yang terbuang. Sistem ini diharapkan mampu menekan resiko kegagalan sehingga diharapkan
dapat
meningkatkan
penghasilan
petani
sekaligus
mampu
mempertahankan kelestarian sumber daya pertanian yang ada untuk dapat dikelola selamanya. Kegiatan integrasi yang dilakukan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah dan menghasilkan 4F (Food, Feed, Fertilizer, dan Fuel) (Distan TP Provinsi Bali, 2010).
7
8
Kegiatan utama dari program Simantri adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak. Berbagai limbah tanaman diolah menjadi pakan ternak sebagai cadangan makanan pakan pada musim kemarau atau ketika petani kesulita mencari pakan ternak. Limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk kompos dan bio pestisida (Distan TP Provinsi Bali, 2010). Pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi antara sektor pertanian dengan peternakan secara kompeherensif, ramah lingkungan dan berbasis sumber daya lokal, potensi lokal akan dapat dimanfaatkan secara optimal. Maka dari itu kedepannya akan tercipta sistem pertanian mandiri, kompeherensif, ramah lingkungan, berbasis sumber daya lokal, melembaga, dan berkelanjutan. Tentunya hal tersebut akan diiringi dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani (Distan TP Provinsi Bali, 2012) Menurut (Distan TP Provinsi Bali, 2010) adapun tujuan dan maksud didirikannya Simantri ini sebagai berikut : 1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan agribisnis. 2. Sebagai
salah
satu
upaya
pengentasan
kemiskinan,
pengurangan
pengangguran, mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (Clean and Green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara. 3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit pengolahan kompos, pengolahan pakan, instalasi biourine dan biogas. 4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan, dengan target pendapatan petani pelaksana meningkat minimal dua kali lipat dalam empat sampai lima tahun kedepan.
9
Beberapa indikator keberhasilan Simantri yang diharapkan dapat terwujud dalam jangka pendek (3 s.d. 4 tahun) antara lain sebagai dibawah ini (Distan TP Provinsi Bali, 2010). 1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani. 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usahatani. 4. Meningkatnya insentif berusahatani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usahatani (pupuk, pakan, bio urine, bio pestisida, diproduksi sendiri) 5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik. 6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi pedesaan dan 7. Peningkatan pendapatan petani Model penerapan Simantri dapat dijelaskan dengan integrasi perkebunan kopi. Sistem integrasi tersebut adalah tanaman kopi dimanfaatkan bijinya untuk dikonsumsi sebagai minuman, pohonnya sendiri dimanfaatkan sebagai tanaman penaung yang bisa dimanfaatkan oleh lebah untuk membuat rumah. 2.1.2 Paket Utama Kegiatan Simantri Paket kegiatan utama Simantri pada tahap awal meliputi (Distan TP Provinsi Bali, 2010) : a. Pengembangan komoditi tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan intensifikasi perkebunan sesuai potensi wilayah. b. Pengembangan ternak sapi atau kambing dan kandang koloni (untuk 20 ekor sapi dan atau 40 ekor kambing).
10
c. Bangunan bio gas dua unit; kapasitas 11m3 sebanyak satu unit dan kapasitas 5m3 satu unit dilengkapi dengen kompor untuk biogas. d. Bangunan instalasi bio urine sebanyak satu unit. e. Bangunan pengolah kompos dan pengolahan pakan masing-masing sebanyak satu unit. f. Pengembangan tanaman kehutanan sesuai kondisi dan potensi masing-masing wilayah.
2.2 Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok pada dasarnya adalah gabungan atau suatu kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat tetap dan memiliki struktur tertentu. Winardi (2004) mengemukanan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok diantaranya : (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif lama; (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari anggota kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai normanorma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok, dalam artian para anggota
11
mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok tersebut. Departemen Pertanian RI (1980) dalam Mardikanto (1996) memberikan batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani. Dalam pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut: 1. Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya. 2. Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun. 3. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20 s.d. 30 orang. 4. Keanggotaan kelompok tani bersifat nonformal. Beberapa keuntungan dari dibentuknya kelompok tani, antara lain diungkapkan oleh Torres dalam Mardikanto (1993) sebagai berikut. a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara tepat jiwa kerjasama antar petani. c. Semakin cepatnya proses difusi inovasi. d. Semakin meningkatnya kemampuan rata-rata pengembalian hutang.
12
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkan. f. Dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri. Mardikanto (1993) mengemukakan tiga alasan utama dibentuknya kelompok tani. a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik dan optimal semua sumberdaya. b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan c. Adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk terikat oleh amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok tani.
2.3 Kelas Kemampuan Kelompok Tani Penilaian Kelas Kelompok tani merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi dan memotivasi petani agar bisa lebih berprestasi, selain itu dengan dilakukan penilaian akan dapat dilihat kelemahan dari kelompok tani sehingga mudah untuk dilakukan pembinaan. Penentuan Kelas Kemampuan Kelompok tani pada awalnya meliputi 10 jurus, yang diantaranya (Turindra, 2009) : 1. Daya serap informasi, kelincahan kontak tani dan pengurus kelompok dalam mencari, mengolah dan menjelaskan info yang bermanfaat bagi seluruh anggota. 2. Perencanaan, kemampuan merencanakan kegiatan-kegiatan kelompok untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. 3. Kerjasama dalam pelaksanaan pekerjaan, kekompakan para anggota.
13
4. Pengembangan fasilitas dan sarana, perkembangan fasilitas dan sarana yang mendukung/ menunjang usahatani. 5. Pemupukan modal, perkembangan permodalan – pembinaan berkoperasi. 6. Ketatan terhadap perjanjian, kemampuan dalam menaati perjanjian (Contoh Dalam Perkrediatan). 7. Kemampuan mengatasi keadaan darurat, Kecekatan dalam penggerakan daya dan untuk mengatasi masalah mendesak 8.
Pengembangan
karder,
Pembinaan
anggota
sehingga
meningkatkan
keahliannya. 9. Hubungan melembaga dengan koperasi, Contoh Semua anggota menjadi anggota koperasi kontak tani/pengurus kelompok pengurus koperasi 10. Produkivitas UT, Produktivitas UT tinggi, menggunakan tekanan baru. Menurut Arman (2013) Berdasarkan SK Mentan No. 41 tahun 1992 jurus kemampuan Kelompok tani dipadatkan menjadi lima Jurus yang diantaranya: 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani-nelayan (termasuk pasca panen dan analisa usahatani nelayan) para anggotanya dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, selanjutnya disebut : perencanaan. a. Kelompok mengetahui potensi wilayah (infrastruktur, sistem sosial, budaya dll), potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim, sumber air, area penangkapan ikan, dll) yang ada di lingkungannya. b. Kelompok mengetahui permaslahan, baik yang bersifat perilaku maupun non perilaku, misalnya dalam hal adopsi teknologi, ketersediaan sarana produksi, dll
14
c. Kelompok mengetahui teknologi yang dibutuhkan dan cara memilihnya. d. Kelompok mengetahui cara memanfaatkan dan menggali sumberdaya pertanian di wilayahnya e. Kelompok mengerti langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan kelompok f. Kelompok mampu dalam menyusun rencana kegiatan secara tertulis sesuai dengan kondisi dan atas dasar kesepakatan musyawarah dalam kelompok 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain selanjutnya disebut : perjanjian. a. Merasakan perlunya perjanjian dengan pihak lain di luar kelompok b. Mengetahui macam-macam perjanjian dalam meningkatkan usahatani c. Kelompok mengadakan perjanjian dengan pihak lain d. Kelompok melaksanakan kesepakatan yang dibuat dengan kelompok atau pihak lain 3. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional, selanjutnya disebut : pemupukan modal. a. Merasakan perlunya pemupukan modal b. Melaksanakan pemupukan modal c. Nilai modal yang dikumpulkan dikaitkan dengan kemampuan para anggotanya d. Anggota kelompok secara bersama-sama maupun perorangan mampu memanfaatkan modal dan penghasilan yang didapat sebaik-baiknya. 4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok taninelayan dengan KUD, selanjutnya disebut : Hubungan dengan KUD.
15
a. Merasakan perlunya mengadakan kerja sama dengan KUD b. Kelompok mampu mendorong anggotanya untuk menjadi anggota KUD c. Pengurus kelompok mampu dan mau menjadi pengurus KUD d. Kelompok mampu dan mau memanfaatkan pelayanan yang disediakan oleh KUD e. Kelompok mampu dan mau menjadikan kelompok sebagai Tempat Pelayanan KUD (TPK) 5. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi, serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani-nelayan para anggota kelompok tani nelayan, selanjutnya disebut : Produktivitas. a. Kelompok berinisiatif mencari informasi yang diperlukan. b. Kelompok mau dan mampu mempelajari informasi/teknologi yang diterima c. Anggota kelompok yang mendapat/memanfaatkan informasi d. Kelompok secara aktif bekerjasama dalam penerapan teknologi e. Produktivitas dan mutu hasil usaha tani kelompok meningkat dibandingkan dengan waktu sebelumnya
2.4 Koperasi Simpan Pinjam Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit merupakan suatu lembaga yang berusaha mencegah anggotanya terjerat kaum lintah darat ketika mereka memerlukan sejumlah uang pada waktu-waktu tertentu atau mendadak, dengan cara menggalang tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang atau barang dengan bunga serendah-rendahnya (Kartasapoetra, 2001).
16
Koperasi dalam memberikan pinjaman kepada anggotanya tentu memerlukan adanya modal. Sumber modal koperasi yang utama adalah simpanan anggotanya. Dari uang simpanan yang dikumpulkan secara kolektif, akan disediakan untuk kemudian dipinjam oleh anggota yang memerlukan. Maka dari itu Koperasi Kredit lebih tepat disebut Koperasi Simpan Pinjam (Panji, 2003) Pengumpulan modal pada Koperasi Simpan Pinjam dapat dilakukan melalui dua metode yaitu (Kartasapoetra, 2001): a. Permodalan internal : modal internal berasal dari anggota dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, usaha-usaha koperasi dan cadangan sisa hasil usaha (SHU). b. Permodalan eksternal : modal eksternal berasal dari pinjaman atau simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi, termasuk pula modal atau fasilitas dari pemerintah Fungsi dan tujuan dalam Koperasi Simpan Pinjam sesuai dengan tujuantujuan koperasi pada umumnya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya (Panji, 2003). Namun perbedaannya adalah kegiatan yang dilakukan pada Koperasi Simpan Pinjam hanya menghimpun dana dari anggota untuk dijadikan modal pinjaman kepada anggota maupun non anggota yang memerlukan dana. Adapun tujuan Koperasi Simpan Pinjam adalah : a. Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat yang ringan b. Mendidik anggota agar giat menabung sehingga membentuk modal sendiri c. Mendidik anggota untuk hidup hemat dengan menabung sebagian kecil dari penghasilannya d. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian
17
2.5 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Mengatasi lahan yang kurang produktif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penerapan intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pangan dengan meluaskan areal tanam, dan intensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif pada lahan yang sudah ada. Program intensifikasi selain dilakukan dengan penggunaan lebih banyak tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah, dilakukan pula dengan sarana produksi (seperti pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama dan penyakit, kredit serta pengairan) yang digunakan secara efektif dan efisien (Mubyarto, 1991) Pada awalya penerapan intensifikasi dilakukan dengan program panca usaha tani, kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Sapta usaha tani meliputi kegiatan sebagai berikut a. Pengolahan tanah b. Pengairan yang baik c. Penggunaan bibit unggul d. Pemupukan e. Penanganan hama dan penyakit f. Pengolahan pasca panen g. Pemasaran
2.6 Sistem pertanian organik Menurut Sutanto (2002) definisi pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian yang berlandaskan pada daur ulang secara hayati, dimana
18
mendaur ulang unsur hara tanah dapat menggunakan limbah tanaman, dan ternak maupun limbah lain yang mampu meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah. Filosofi dari pertaian organik adalah bagaimana kita juga memberikan makanan atau nutrisi pada tanah, dan kemudian tanah pun akam menyediakan makanan atau nutrisi kepada tanaman, bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Menurut Kasumbogo dalam Mutiarawati (2009) pertanian organik merupakan sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami, dengan memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usahatani. Pertanian organik menurut International Federation of Organik Agriculture Movements (IFOAM, 2014) didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
2.6.1 Prinsip Pertanian Organik IFOAM (2014) menetapkan prinsip-prinsip dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Prinsip – prinsip tersebut sebagaimana yang tertera dibawah ini :
19
a. Prinsip kesehatan : pertanian organik harus berlandaskan pada pelestian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi. Tiap makhluk hidup tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem tanah, tanah yang sehat tentunya mampu menghasilkan tanaman sehat yang menunjang kehidupan hewan dan manusia b. Prinsip ekologi : pertanian organik harus mengacu pada sistem dan siklus ekologi. Pertanian, peternakan dan pemanenan pruduk organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi alam. Pertanian organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal, mengurangi bahan asupan dan memakai bahan yang dapat di daur ulang. c. Prinsip keadilan : pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan keterlibatan dalam pertanian organik harus mampu membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan keadilan. d. Prinsip perlindungan : pertanian organik harus dikelola dengan baik untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi saat ini dan mendatang, berikut lingkungan hidup sebagai ekosistem. Sehingga pertanian organik semestinya mampu mencegah resiko dengan teknologi tepat guna. 2.6.2 Pedoman Praktek Pertanian Organik Pedoman praktek pertanian organik tanaman padi dan non padi, sebagaimana yang telah dikeluarkan oleh Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia (Jaker PO Indonesia, 2005) sebagai berikut. a. Benih/bibit : melarang penggunaan benih hasil rekayasa, benih bukan berasal dari prodes produksi bahan kimia, benih teruji minimal tiga periode
20
musim tanam, melalui proses adaptasi, diutamakan dari pertanian organik dan seleksi alam, asal usul jelas, diutamakan benih lokal. b. Lahan : masa peralihan lahan bekas sawah selama 3-4 musim tanam berturut-turut secara organik, lahan bukaan baru, tanpa konversi,percepat pemulihan lahan dengan pupuk hijau c. Pupuk : tidak menggunakan bahan kimia, mendorong penggunaan pupuk kompos, diutamakan dari kotoran ternak sendiri, menggunakan pupuk cair dari bahan alami, mendorong penggunaan MOL d. Pengelolaan OPT dan gulma : melakukan pencegahan, mengendalikan hama dengan predator alami (prinsip alami), pengamatan intensif, gulma dikendalikan sebelum merugikan tanaman, dipandang sebagai unsur hara e. Konversi lahan dan air : mengutamakan pencegahan erosi, mendukung pertubuhan dan perkembangan mikroorganisme
2.7 Konsep Usahatani 2.7.1 Pengertian usahatani Menurut Fresco (dalam Semaoen, 1991) sistem usahatani adalah suatu unit pembuatan keputusan yang melibatkan subsistem rumah tangga petani, subsistem pertanian (dalam arti luas: tanaman, hewan atau ikan), dan subsistem sumber daya alam dan lingkungan. Kemudian hasil dari kegiatan tersebut dapat dikonsumsi langsung oleh keluarga maupun dijual. Kekhawatiran para pakar ekologi terkait akibat jangka panjang dari tekanan terhadap daya dukung alam (natural support system) memunculkan suatu konsep sistem usahatani berkelanjutan (SUB). Menurut Budiasa (2011) pertanian
21
berkelanjutan adalah sebuah sistem usaha tani yang dipandang secara holistik, secara ekonomi menguntungkan, ramah lingkungan, dapat diterima oleh masyarakat dan menjamin keadilan sosial, serta selaras dengan budaya setempat. Sistem usahatani terpadu (integrated farming sistems) merupakan bentuk sistem usahatani yang menuju kearah pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Terpadu dalam pengertian itu mecakup pengertian penggunaan teknologi yang tepat (apprioriate technology) dan macam cabang usahatani yang sesuai dengan kondisi dan permintaan jasa lingkungan pada saat ini dan saat yang akan datang. Tujuan usahatani dalam SUB tidak hanya ditekankan pada peningkatan dan pendapatan tetapi juga stabilitasnya dan konservasi sumberdaya lahan. Maka dari itu, strategi yang diperlukan adalah meningkatkan intensitas penggunaan lahan dengan menggunakan sistem bertanam yang tepat, mempromosikan manfaat sistem usahatani campuran agar penggunaan sumber daya alam lebih efisien, dan tercapai keseimbanganpendapatan dan penyediaan pangan (Semaoen, 1991). 2.7.2
Perilaku biaya Untuk
memahami
perilaku
biaya,
ada
dua
faktor
yang harus
dipertimbangkan. Pertama, kita harus mengidentifikasi aktifitas yang diperkirakan sebagai penyebab timbulnya biaya. Kedua, kita harus menetapkan rentang aktifitas yang mencakup perubahan biaya yang menjadi perhatian kita. Rentang aktifitas ini disebut dengan rentang yang relevan. Ada tiga klasifikasi yang paling umum dari perilaku biaya adalah biaya variabel, biaya tetap, dan biaya campuran (Niswonger, dkk, 2000).
22
a.
Biaya tidak tetap (Variable cost) Menurut Niswonger, dkk, 2000 Biaya tidak tetap merupakan biaya yang jumlanya bervariasi secara proporsional dengan perubahan tingkat aktifitas. Contohnya input produksi, dimana jika mengharapkan produksi yang tinggi input perlu ditambah. Sehingga biaya tidak tetap akan berubah-ubah.
b.
Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan, walaupun tingkat produksi mengalami perubahan. Contoh yang dapat diambil adalah pajak, pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani gagal.
c.
Biaya campuran Biaya campuran merupakan biaya yang memiliki karakteristik baik sebagi biaya tidak tetap maupun biaya tetap. Seperti selama satu rentang aktifitas, total biaya campuran mungkin tetap sama. Jadi, biaya itu memiliki perilaku seperti biaya tetap. Pada rentang aktifitas lainnya, biaya campuran dapat berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktifitas. Jadi, biaya tersebut memiliki perilaku seperti biaya tidak tetap. Biaya campuran kadangkala disebut juga biaya semivariabel atau biaya semi tetap.
2.7.3
Analisis Usahatani Usahatani dikatakan efektif ketika petani mampu mengalokasikan
sumberdaya yang dikuasai dengan baik, dan efisien ketika penggunaan sumberdaya menghasilkan output yang melebihi input. Efisiensi usahatani dapat diukur melalui efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1995) Produksi adalah muara dari proses ekonomi yang melibatkan beberapa masukan (input). Sehingga dapat diartikan kegiatan produksi adalah kegiatan
23
kombinasi berbagai macam input untuk menghasilkan output. Analisis usaha tani dapat dilihat melalui tiga perhitungan yaitu biaya, penerimaan dan pendapatan. Total biaya produksi adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut : TC = FC + VC Keterangan : TC (total cost)
= Total biaya (Rp)
FC (fixed cost)
= Biaya tetap (Rp)
VC (variable cost)
= Biaya tidak tetap (Rp)
Penerimaan usaha tani adalah hasil kalo antara hasil produksi dengan harga jualnya. Persamaan dari perhitungan penerimaan dapat ditulis sebagai berikut : TR = Y x PY Keterangan : TR (total revenue)
= Total penerimaan (Rp)
Y (yield)
= Hasil produksi
PY (price Y)
= Harga Y (Rp)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya total. Persamaan dari perhitungan pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : Pd = TR – TC Keterangan : Pd
= Pendapatan (Rp)
TR (total revenue)
= Total penerimaan (Rp)
TC (total cost)
= Total biaya (Rp)
(Soekartawi, 2002)
24
2.8 Kerangka Pemikiran Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya mengatasi masalah di pedesaan terutama
menyangkut
kemiskinan,
menciptakan
kesempatan
kerja
dan
meningkatkan pendapatan merintis sebuah program yang dinamakan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) sejak tahun 2009. Simantri adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. Konsep Simantri mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya baik secara vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Salah satu Gapoktan penerima program Simantri adalah Gapoktan Sarwa Ada yang berlokasi di Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Dalam sistem Simantri itu sendiri tidak dikelola oleh seluruh anggota Gapoktan. Gapoktan menunjuk salah satu Poktannya yang dipercaya untuk mengelola Simantri. Poktan yang mengelola Simantri 030 ini adalah Poktan Satya Kencana yang terletak di Banjar Tebuana, Desa Taro. Untuk mengevaluasi, menilai atau melihat seberapa tingkat keberhasilan Simantri dapat dilihat melalui tujuh indikator keberhasilan Simantri. Ketujuh indikator tersebut diantaranya: 1.
Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian dan petani.
2.
Berkembangnya lembaga usahatani pedesaan
3.
Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usahatani.
4.
Meningkatnya insentif berusahatani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usahatani
25
5.
Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga.
6.
Tercipta dan berkembangnya pertanian organik.
7.
Peningkatan pendapatan petani Dengan tujuh indikator tersebut, maka dapat diteliti sejauh mana pencapaian
program Simantri. Hasil penelitian akan dibahas dan disajikan dalam analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan analisis tersebut maka akan dapat dihasilkan kesimpulan dan saran dari peneliti kepada Poktan Satya Kencana sebagai pelaksana Simantri 030 untuk mampu menjalankan program dengan lebih baik.
26
Simantri 030 Poktan Satya Kencana
Tujuh Indikator Keberhasilan Simantri 1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani. 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usahatani. 4. Meningkatnya insentif berusahatani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usahatani (pupuk, pakan, bio urine, bio pestisida, diproduksi sendiri) 5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik. 6. Berkembangnya lembaga usahatani pedesaan dan 7. Peningkatan pendapatan petani
Analisis Deskriptif
Hasil Analisis
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keberhasilan Program Simantri 030 pada Poktan Satya Kencana Tahun 2014