II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pascapanen Padi
Padi merupakan salah satu bahan pangan yang menjadi perhatian, terutama berkaitan dengan pemenuhan
sebagai makanan pokok bagi masyarakat
khususnya Indonesia. Padi merupakan komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Kalau pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diproyeksikan sebesar 65,9 juta ton GKG (Balitbangtan, 2015).
Untuk peningkatan produksi padi, diperlukan pula peningkatan dalam usaha pengolahan setelah panen disebut dengan pascapanen yang meliputi perontokan, pembersihan gabah, pengeringan, dan penyimpanan sementara. Padi setelah dilakukan pemanenan segera dilakukan pengumpulan ke suatu tempat yang dekat dengan alat perontokan. Ditempat pengumpulan diberi alas dengan menggunakan terpal dengan tujuan untuk menekan kehilangan hasil.
Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah pemotongan atau memanen. Tujuan tahapan ini adalah melepaskan bulir-bulir gabah dari malainya.
12
Pada saat dilakukan perontokan gabah ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni: (a) pelaksanaan perontokan harus dilakukan sesegera mungkin setelah panen, dan (b) untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer sebaiknya digunakan alas, untuk alas dapat dipakai plastik, anyaman bambu atau tikar.
Menurut Andoko (2002 dalam Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015), setelah padi dipanen gabah harus segera dirontokkan malainya. Tempat perontokan dapat dilakukan di lahan atau di halaman rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau dengan alat mesin. Perontokan padi merupakan salah satu tahapan pascapanen yang memberikan kontribusi cukup berarti bagi kehilangan hasil dan mutu padi secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan suatu usaha mencari alternatif perontokan yang tepat sehingga hasil perontokan padi menghasilkan gabah bermutu dan kehilangan hasil yang kecil.
Berdasarkan hasil penelitian BPS ternyata besarnya kehilangan hasil selama perontokan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas padi, alat atau cara perontokan dan alas perontokan, tempat perontokan serta pelaku perontokan (Tabel 1).
13
Tabel 1. Pengaruh beberapa cara dan alat perontokan terhadap tingkat kehilangan hasil No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan-kegiatan Tingkat Kehilangan hasil Iles/injak-injak 3,99% Pukul/geding 4,54% Banting/gebat tanpa tirai 6,4 – 12,3 % Banting/gebat dengan tirai 4,45 – 5,06 % Pedal Tresher Belum ada data Power Tresher - TH-6-quick 1 0,84% - TH-6-quick 2 1,54% Modifikasi TH-6-Aceh 1 0,34% Modifikasi TH-6-Aceh 2 0,64% Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Pusat Pelatihan Pertanian 2015
2.1.1. Pembersihan gabah
Pembersihan adalah proses pemisahan bahan dari benda asing, kotoran lainnya yang akan merusak benih/gabah saat disimpan, maksud pembersihan gabah: a. Memperkecil waktu dan biaya pengeringan b. Menghindari memburuknya gabah selama penyimpanan c. Menghindari bahan dari kerusakan conveying dan penggilingan d. Menghindari bahan dari penurunan grade e. Memperkecil kebutuhan penyimpanan
2.1.2. Pengeringan gabah
Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen berkisar antara 20–25%, sehingga perlu diturunkan kadar airnya dengan cara pengeringan sampai gabah mencapai kadar air maksimum 14%. Tujuan pengeringan adalah agar gabah
14
tidak mudah rusak sewaktu disimpan, rendemen giling dan mutu tetap baik. Untuk mencapai tujuan tersebut sebaiknya pengeringan dilakukan segera setelah pemanenan dan perontokan untuk mencegah butir kuning.
Pengeringan gabah umumnya dilakukan dengan memanfaatkan panas sinar matahari, tetapi jika panen terjadi musim hujan disarankan menggunakan alat pengering buatan seperti mesin pengering (dryer) atau silo pengering.Sebelum melakukan penjemuran dengan sinar matahari perlu diperhatikan bahwa tempat penjemuran bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Penjemuran dilakukan ditempat yang leluasa menerima sinar matahari, bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya. b. Membuat lantai jemur dengan permukaan dari semen dan dibuat gelombang. c. Jika terjadi cuaca cerah penjemuran gabah sebaiknya dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dibolak balik 1 – 2 jam sekali dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau bambu. Bila menggunakan alas jemur, jangan menggunakan terpal berbahan plastik karena dapat mempengaruhi peningkatan kadar air. d. Waktu penjemuran dianjurkan mulai pukul 08.00 pagi sampai jam 16.00 e. Jika pengeringan gabah dalam jumlah besar maka pada malam hari tetap dibiarkan diatas jemuran dengan cara digundukkan dan ditutupi dengan plastik, terpal, untuk menghindari hujan dan embun. Jika gabah-gabah yang dikeringkan dalam jumlah kecil, sebaiknya gabah diusahakan dalam ruangan dengan memakai alas tikar atau plastik.
15
Setelah dijemur selesai (pukul 16.00) gabah dapat dimasukkan ke media penyimpanan dan disimpan dalam ruangan jika volumenya tidak banyak. Namun jika volumenya besar gabah dapat dibiarkan di luar, tetapi harus ditumpuk dan ditutupi dengan plastik agar tidak terkena embun dan hujan.
Dengan cara penjemuran seperti ini selama 2–3 hari pada cuaca baik akan diperoleh gabah dengan kadar air kurang lebih 14%. Penjemuran yang terlalu lama dapat berakibat gabah banyak yang pecah saat penggilingan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan: a. Pengeringan dilakukan sesegera mungkin setelah perontokan. b. Tempat pengeringan harus memperoleh penyinaran matahari serta bebas dari gangguan ayam atau unggas lainnya. c. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, gabah dapat dipanaskan pada ruangan di dalam rumah. Untuk menggantikan panas dapat digunakan lampu petromaks atau sumber panas yang lain. Tebal hamparannya antara 2 – 3 cm dan pembalikan juga harus tetap dilakukan.
Menurut Abubakar (2009 dalam Samsul 2012), tingkat kehilangan hasil panen padi di Indonesia saat ini masih tinggi yakni mencapai 20,4% atau sebesar 11 juta ton GKG per tahun. Kehilanggan gabah terbesar berasal dari panen dan perontokan padi yang mencapai l4%. Jika tingkat kehilangan hasil mampu ditekan 2% per tahun maka persedian beras untuk dikonsumsi akan bertambahsekitar 0,6 juta ton. Saat ini masih banyak petani melakukan pengeringan yang mengandalkan panas matahari, di pinggir jalan atau menggunakan lantai jemur, jika pengeringan tidak maksimal akibatnya memperburuk kualitas beras dan
16
rendemen giling. Pengunaan teknologi dryer dalam proses pascapanen, barusekitar 10% gabah dikeringkan dengan teknologi tersebut.
2.2. Penyimpanan padi
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu/kadar air dan bernasnya. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangga-serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Menurut saragih (2010) cara penyimpanan gabah dapat dilakukan dengan: (1) sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.
Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penyediaan bahan pangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah: a. Gabah yang disimpan dengan kadar air maksimum 14% bersih dari kotoran, gabah hampa maksimal 3%. b. Menggunakan media penyimpanan yang bersih dan bebas hama. c. Gudang atau lumbung penyimpanan diusahakan agar dibangun memanjang dari arah Timur Barat. Untuk menghindari luasnya dinding yang terkena sinar matahari terlalu lama, sehingga gudang cukup sejuk. d. Gudang atau lumbung harus dibersihkan dari hama gudang dan termasuk dari serangan tikus.
17
e. Sirkulasi udara cukup baik guna menjaga kelembaban dan suhu yang seragam. f. Jika lantai gudang dibuat dari semen, maka harus menggunakan alas kayu, guna menghindari kontak langsung antara wadah gabah dengan lantai semen. g. Dinding gudang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari hama bersembunyi.
Gudangpun harus memiliki lubang udara yang cukup, sedangkan gabah yang akan digunakan sebagai benih harus dipilih yang benar-benar baik. Kadar air perlu diturunkan lagi menjadi 11% dengan cara dijemur lagi satu hari. Kemudian gabah dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik dengan ukuran kecil dan kantong ini dimasukkan ke dalam blek atau kaleng, dan ditutup sampai kedap udara menggunakan lilin. Sedangkan penyimpanan beras sebelum dikonsumsi atau dijual, beras disimpan dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan dengan teknik yang baik dapat memperpanjang daya simpan dan pencegahan kerusakan beras. Penyimpanan beras umumnya menggunakan pengemas yang berfungsi sebagai wadah untuk melindungi beras dari kontaminasi, dan mempermudah dalam pengangkutan.
2.3. Kutu Beras (Sithopilus oryzae. L)
Menurut Kalshoven (1981), biologi hama ini adalah: kingdom Animalia,filum Arthropoda, klas Insecta, ordo Coeloptera, famili Curculionidae, genus Sitophylus,spesies: Sitophylus oryzae L.
18
Telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan lebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya. Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya. Stadium 3 hari pada suhu 20-25 ˚C. Dalam satu hari seekor betina dapat bertelur sampai 25 butir, tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir. Banyak butir yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1995).
Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuaikan dengan ukuran makanan tempat larva tinggal. Setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan kedinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat (Pracaya, 1991). Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam bijian. Stadia larva 3-4 minggu (Marbun dan Y. Pangestiningsih, 1991).
Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang dkk., 2009).
19
Siklus hidup hama selama 30-45 hari pada kondisi optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14% dan RH 70%. Imago dapat hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36 hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun. Keperidian imago betina sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk., 2004).
Gambar 1. Siklus Hidup Sitophylus oryzaeL. (Kartasapoetra 1987; IITA 2004)
2.3.1. Ciri morfologi Sitophylus oryzae L.
S. oryzae dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotom terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedangkan pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Wordpress, 2008 dalam Arief Hidayat 2012).
20
Gambar 2. Hama Gudang Sitophylus oryzae L.(Kartasapoetra 1987; IITA 2004)
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir padi yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yag dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran padi yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberapa waktu, larva akan tetap berada didalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup selama ini sekitar 30-45 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Wordpress, 2008 dalam Arief Hidayat 2012).
2.3.2. Gejala serangan Sitophylus oryzae L.
S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain. Gejala serangan pada butir-butir komoditas menjadi berlubang-lubang (Bulog, 1996). Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobiarufipes tetapi liang gerekannya sempit dan bercabangcabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di sudut-sudut
21
dimana butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan disekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membentuk semacam kokon yang tidak sempurna disudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang(Wordpress, 2008 dalam Arief Hidayat 2012). Serangan S. oryzae pada padi utuh akan rusak dan hancur menjadi menir dan menir itu disukai oleh serangga (Charles, 2009).
Kerusakan yang yang ditimbulkan butiran gabah yang diserang berlubang. Sering kali telur telah dimasukkan dalam butiran padi sebelum dipanen dan larva timbul setelah ada didalam gudang penyimpanan (Pracaya, 2008). Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981).
2.4. Pengendalian
Pengendalian serangga hama S. oryzae dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami hama antara lain Anisopteromalus calandrae how (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Selain itu, penjemuran produk simpanan pada terik matahari merupakan salah satu cara pengendalian yang baik, karena dengan adanya penjemuran ini hama S. oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan yang baik yang ditunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya, dan dengan melakukan
22
fumigasi terhadap produk yang disimpan (Istiningdyah 2010 dalam Hidayat, Arief 2012).
S. oryzae merupakan salah satu hama penting dalam gudang. Selama perkembangan dari telur sampai imago dapat menurunkan produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu (Pracaya, 1991). Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh S. oryzae dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Soekarna, 1982).
2.5. Kandungan Gizi Padi
Padi termasuk keluarga padi-padian. Batangnya beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), tingginya 1-1,5 meter. Pada tiap-tiap buku batang tumbuh daun, yang berbentuk pita dan berpelepah. Pelepah itu membalut hampir sekeliling batang. Di dalam tanah, dari tiap buku tumbuh tunas yang dapat mengadakan batang (anak padi). Anak padi itu dapat pula beranak, dan demikian berturut-turut. Itulah makanya kita tak heran, apa sebabnya dari sebutir padi dapat tumbuh 40-50 batang.
Bila telah sampai waktunya, dari tiap-tiap batang keluar bunga. Bunga itu bunga majemuk, yang galibnya disebut sebagai bulir. Pada tiap bulir keluar 100-400 bunga.Pada bunga ada 2 helai sekam kelopak dan 2 helai sekam mahkota. Waktu terjadi penyerbukan, bunga itu merekah (terbuka). Dan kalau penyerbukan telah berlalu, maka dasar bunga itu tertutup kembali. Sekam mahkota itulah yang selanjutnya menjadi kulit padi.
23
Sekam mahkota yang dua lembar tersebut tidak sama besarnya. Sekam mahkota yang besar, pada beberapa macam padi mempunyai ekor atau janggut. Padi yang berekor itu bisanya disebut orang sebagai padi janggut atau padi bulu. Yang tidak berekor disebut cereh, dan gabahnya mudah luruh. Padi bulu bisanya tak mudah luruh.
Sebutir padi berisi biji sebutir buah. Buah itu bisanya disebut beras. Buah itu mempunyai selaput. Selaput itu banyak berisi zat vitamin, yang sifatnya dapat menolak penyakit beri-beri. Selaput ini pada beberapa macam padi, mengandung zat warna: ada yang merah muda, ada yang merah tua dan ada pula yang merah hitam. Jika beras dimasak, zat warna itu meresap ke dalam, sehingga nasi menjadi berwarna, menurut warna yang dikandung oleh selaput beras itu (Soemartono, 1980).
Beras merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok. Dibeberapa negara terutama Asia, beras merupakan makanan pokok terpenting. Selain dijadikan nasi beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kuekue. Beras adalah bagian bulir padi (gabah)yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa, merang) secara anatomi disebut ‘palea’ (bagian yang ditutupi) dan ‘lemma’ (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemprosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
24
Sebagaimana bulir serealia lain, beras memiliki kandungan gizi antara lain, bagian terbesar didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati adalah polisakarida alami dengan bobot molekul tinggi yang terdiriatas unitunit glukosa. Umumnya pati mengandung dua tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantai lurus mengandunglebih dari 6000 unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α-1,4 glikosidik (Horton dkk.dalam Lukman, 2011). Amilosa bersifat tidak larut dalam air dingin tetapi menyerap sejumlah besar air mengembang. Amilopektin memiliki struktur bercabang yang molekul-molekulnya dihubungkan dengan ikatan α-1,6 glikosidik (Imeson 1999 dalam Lukman, 2011). Amilopektin memiliki daya ikat yang baik dan dapat memperlambat disolusi zat aktif (Schwartz dkk. dalam Lukman, 2011).
Amilosa merupakan jenis pati dengan struktur tidakbercabang. Sementara amilopektin, merupakan jenis pati dengan struktur bercabang. Komposisi amilosa dan amilopektin dalam beras akan menentukan warna dan tekstur nasi (Damardjati, 1998).
Menurut Wijaya (2005), berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu: (1) beras dengan kadar amilosa tinggi 25% – 33%;(2) beras dengan kadar amilosa menengah 20% –25%; (3) beras dengan kadar amilosa rendah 9% –20%; dan (4) beras dengan kadar amilosa sangat rendah <9%. Beras ketan praktis tidak memiliki amilosanya (1% –2%), sedangkan beras yang mengandung amilosa lebih dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan ketan. Beras berkadar amilosa rendah mempunyai sifat nasi yang pulen,
25
tidak terlalubasah maupun kering. Sedangkan beras berkadar amilosa tinggi mempunyai sifatnasi yang keras, kering dan pera.
Menurut Tarigan dan Kusbiantoro (2011), padi Mentikwangi bentuknya mirip dengan beras Pandanwangi yang bulat, namun warnanya sedikit kusam. Bau wangi yang ditimbulkan beras Mentikwangi merupakan aroma alami bawaan dari beras tersebut, air 11,49%, kalori (kal/100 g) 348,97%, abu 0,51%, amilum 5,27%, lemak 1,34%, amilosa 16,366%, protein 9,78%, amilopektin 48,37%, serat kasar 0,46%, logam berat ( Hg, As, Pb, Cd ), dan karbohidrat 76, 41%.
Keunggulan dan manfaat beras Mentikwangi, lebih pulen, aroma yang khas, anti aging alami, sebagai antioksidan, memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat dan proteinnya mudah terurai, aman dan sangat baik dikonsumsi penderita diabetes, baik untuk program diet, mencegah kanker, jantung, asam urat, darah tinggi, dan vertigo.
Padi Ciherang termasuk dalam padi Indica. Padi ini merupakan kelompok padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah. Padi ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dari permukaan laut (Litbang, 2010). Hasil penelitian menunjukkanberas varietas Ciherang mempunyai nilai indeks glikemik rendah (54,5) sehingga sesuai untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Berdasarkan berat kering, kandungan protein beras varietas Ciherang 10,3%, lemak 0,72%, dan karbohidrat 87,6%. Tiap 100 g beras Ciherang mengandung energi 401,9 kalori, vitamin B1 0,30 mg, vitamin B2 0,13 mg, vitamin B3 0,56 mg, vitamin B6 0,12 mg, asam folat 29,9 mikrogram, besi 4,6 ppm, dan seng 23 ppm. Beras varietas Ciherang dengan kandungan
26
amilosa 23,2% dan konsistensi gel 77,5 mm menghasilkan nasi dengan tekstur pulen (Litbang, 2010). Ketebalan kulit padi Ciherang 0,23 mm (Mulsanti dkk, 2007).
Pandanwangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu varietas unggul lokal Javanica. Aroma yang dimiliki oleh padi dan beras ini adalah aroma daun pandan, maka sejak tahun 1973 padi ini dikenal dengan sebutan “pandanwangi”. Padi Pandanwangi telah dimurnikan selama lima musim tanam oleh Dr. Aan A Daradjat dan Ir. Suwito, MS. Ahli peneliti pada tahun 2001, atas dasar usulan dari Pemerintah Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB TPH) Provinsi Jawa Barat serta Balai Penelitian Padi Departemen Pertanian (Anonim, 2013). Kandungan Gizi padi Pandanwangi abu 0,35%, protein 9,17%, lemak 0,95%, karbohidrat 77,68%, serat kasar 0,78%, amilosa 24,96%, gula reduksi 0,12% (Natura Grow, 2009).
Ciri khas khusus Padanwangi adalah aromanya yang wangi pandan. Namun sering pula terdapat beras yang wangi pandan karena zat pewangi kimia. Namun masih terdapat ciri yang lainnya bisa membantu agar anda tidak salah pilih, yaitu beras Pandanwangi tidak panjang, tetapi cenderung bulat. Selain bulat beras Pandanwangi juga berwarna sedikit kekuningan tapi tidak putih namun bening. Tekstur beras Pandanwangi setelah dimasak pulen (BPP Padi, 2012).
27
2.6. Media Penyimpanan
Salah satu cara untuk mempertahankan agar gabah atau beras tetap dalam keadaan baik sebelum dijual yaitu dengan penyimpanan, pengemasan, dan pemberian label secara baik, bobot tidak susut, bau tidak berubah, demikian juga warna dan aromanya.Yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan beras yaitu kualitas gabah, alat pengemas, dan faktor lingkungan.
Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan bahkan yang sering kita alami yaitu timbulnya serangan kutu beras, tentunya itu semua akan dapat menurunkan mutu gabah (Saripudin, 2010).
Menurut Samad (2015), apabila beras akan disimpan maka tempat penyimpanan atau gudang harus dipersiapkan dengan baik. Tempat penyimpanan yang baik dapat dilakukan dengan cara: proteksi terhadap gangguan hama gudang melalui pembersihan (gabah/beras dan wadahnya), pengeringan, pengendalian (fisik dan insektisida). Usahakan bangunan dan wadah gabah/beras kedap air.
Karung plastik telah banyak digunakan untuk mengganti karung goni, meskipun masih banyak kekurangan yaitu daya tahannya kurang, sehingga karung lebih mudah pecah serta mudah meluncur kebawah pada tumpukan-tumpukan di gudang. Karung plastik diganco maka akan bocor, karena tidak dapat tertutup kembali seperti halnya karung goni (Winarno dan Laksmi, 1974).
Karung plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene. Polyethylene (PE) terbuat dari ethylene polimer dan terdiri atas tiga macam yaitu
28
Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan High Density Polyethylene (HDPE). Low Density Polyethylene (LDPE) paling banyak digunakan sebagai kantung, mudah dikelim dan sangat murah. Medium Density Polyethylene (MDPE) lebih kaku dari pada LDPE dan memiliki suhu leleh lebih tinggi dari LDPE. High Density Polyethylene (HDPE) paling kaku di antara ketiganya, tahan terhadap suhu tinggi (1200) sehingga dapat digunakan untuk kemasan produk yang harus mengalami sterilisasi (Syarief dan Irawati, 1988).
Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah, mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-500C), transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi, dan tidak tahan terhadap minyak (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembab, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.
Toples sifatnya yang ringan dan kuat membuat bahan lebih banyak dipakai orang dibanding dengan kemasan dari bahan lain. Toples mengandung zat kimia yang disebut phthalates, zat yang membantu pembuatan plastik PVC lebih fleksibel. (National Geograpi Indonesia, 2014)
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah atau berupa wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan
29
untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Wikipedia. 2015).
Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Kaleng merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa 1800-an. Kelebihan menonjol dari kemasan kaleng adalah dapat dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet (Anonim,2009).
Bagian dalam kaleng dapat dihindarkan dari terjadinya karat ataupun reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara melapisinya dengan enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran dari oleoresin seng oksida, karena logam timah (Sn) dipilih sebagai bahan dasar pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat (Azis, 2007).
Kemasan
kertas
merupakan
kemasan
fleksibel
yang pertama
sebelum
ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan.
30
Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Bahan baku pembuatan kertas adalah selulosa kayu atau merang padi yang diberi perlakuan kimia, dihancurkan, dipucatkan, dibentuk menjadi lapisan dan dikeringkan. Kayu terdiri atas 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat adhesif di lamela tengah, 20% karbohidrat berupa xylan, mangan serta resin, tanin dan gum.