II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Budidaya Cabai
2.1.1 Cabai Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negaranegara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010). Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A,C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin yang berkhasiat memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal. 2.1.2 Teknik budidaya cabai Teknik budidaya cabai adalah dengan GAP (good agriculture practice) yaitu cara melakukan budidaya tanaman degan baik dan benar sebagai pedoman
8
9
pelaksana untuk petani agar menghasilkan mutu cabai yang sama. Adapun teknik budidaya cabai adalah sebagai berikut. 1. Pengadaan Benih Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara menbeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Keberhasilan produksi cabai merah sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh tingginya produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih baik membeli dari distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurnian dan daya kecambahnya (Tjahjadi, 1991). 2. Pengolahan Tanah Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (Anonim, 1992). (Rismunandar, 1983). 3. Penanaman Adapun tahapan-tahapan dari penanaman adalah sebagai berikut. a. Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman.
10
b. Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. c. Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. d. Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. e. Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (Anonim, 1992). Penanaman cabai dilakukan dengan teknik sebagai berikut: (a) Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50 s.d 60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar barisan 60 s.d 70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan tanaman lain; (b) Lubang dibuat dengan kedalaman 8 s.d 10 cm, dilakukan dengan cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar sedikit daripada lubang tanam; (c) Polibag dibuka kemudian media bersama tanaman yang tumbuh disemai, dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak pecah, kedalaman pembuatan bibit sebatas leher akar media semai, tidak terlalu dalam terkubur (Hewindati, 2006). 4. Pemeliharaan Tanaman Hewindati(2006) menyatakan tanaman cabai yang telah ditanam harus selalu dipelihara dengan teknik sebagai berikut. a. Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan minggu kedua setelah tanam.
11
b. Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali). c. Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat dilakukan sekitar 17 s.d 21 HST di dataran rendah atau sedang, 25 s.d 30 HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daundaun yang telah tua kira-kira 75 HST. d. Pemupukan diberikan 10 s.d 14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral red pada umur 35 HST. e. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50 s.d 65 HST dan pada umur 90 s.d 115 HST. f. Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering. Penyiraman dengan kocoran diterapkan jika tanaman sudah kuat. Sistem terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat meresap ke perakaran. g. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari. h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm dibatas terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai berdaun
12
atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang tegak atau miring. 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Menurut Harpenas (2010), salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5 s.d 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut: Ulat Grayak (Spodoptera litura), Kutu Daun (Myzus persicae Sulz), Lalat Buah (Bactrocera dorsalis), dan Trips (Thrips sp). Menurut (Hewindati, 2006) selain hama, musuh tanaman cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur/cendawan ataupun bakteri. Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu: Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf), Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian), Antraknosa/Patek, Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm), Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht), dan Rebah Semai (Phytium debarianum Hesse dan Rhizoctonia soloni Kuhu). 6. Panen dan Pasca Panen Anonim (2010) menyatakan pemanenan tanaman cabai adalah pada saat tanaman cabai berumur 75 s.d 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabai siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi
13
pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 s.d 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan. Anonim (2009) menyatakan penanganan pasca panen tanaman cabai adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabai tetap segar.Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport. Setelah buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabai dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Dengan penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabai yang saat ini banyak dibutuhkan. 2.1.3 Syarat tumbuh Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah sebagai berikut.
14
1. Iklim Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24 s.d 28ºC. Pada suhu tertentu seperti 15ºC dan lebih dari 32ºC akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. (Tjahjadi, 1991) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain. a. Sinar Matahari Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal. b. Curah Hujan Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800 s.d 2000 mm/tahun. c. Suhu dan Kelembaban Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21ºC s.d 28ºC, malam hari 13ºC s.d 16ºC, untuk kelembaban tanaman 80%. d. Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
15
2. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal. 3. Tanah Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan 11 tanah untuk cabai adalah antara 0 s.d 100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010). Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6 s.d 7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) sangat disukai (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai dapat tumbuh di segala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang. 2.2
Struktur Pasar
2.2.1 Pengertian struktur pasar Struktur pasar yaitu suatu pandangan yang menjelaskan tentang definisi industri dan perusahaan mengenai jumlah yang ada dalam satu pasar, distribusi perusahaan dengan berbagai ukuran dan diferensiasi produk, serta syarat-syarat keluar masuk pasar (Azzaino, 1983 dalam Melania, 2007). Struktur pasar merupakan pendekatan deskriptif yang menjelaskan dimensi fisik dari industri dan
16
pasar yang meliputi: (1) Jumlah lembaga tataniaga dalam suatu pasar; (2) Distribusi lembaga tataniaga dalam berbagai ukuran dan konsentrasi; (3) Deskripsi produk dan diferensiasi produk; (4) Kebebasan lembaga lain untuk masuk dalam pasar (Bresssler dan King, 1970).Struktur pasar adalah karakteristik organisasi pasar yang memengaruhi sifat kompetisi dan harga di dalam pasar (BAIN, 1952).Unsur-unsur struktur pasar meliputi: (a) Konsentrasi; (b) Differensiasi produk; (c) Ukuran perusahaan; (d) Hambatan masuk; (e) Integrasi vertikal; dan (f) Diversifikasi. 2.2.2 Jenis-jenis struktur pasar dan karakteristik pasar Struktur pasar yang menjelaskan dimensi fisik dari industri dan pasar itu sendiri memiliki berbagai bentuk atau tipe ditinjau dari beberapa aspek seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Salah satu karakteristik komoditas pertanian yang sangat penting dalam memelajari struktur pasar adalah sifat homogen dan massal.
Sifat
homogen
mengindikasikan
bahwa
konsumen
tidak
bisa
mengindikasi sumber-sumber penawaran disubstitusi secara sempurna oleh produsen lainnya. Sifat massal memberikan indikasi bahwa jumlah komoditas total yang dipasarkan, sehingga produsen pertanian secara individu tidak dapat memengaruhi harga yang berlaku di pasar dan bertindak sebagai penerima harga (price taker). Menurut Dahl dan Hammond (1972) terdapat 4 karakteristik untuk menentukan struktur pasar yaitu: (1) Jumlah perusahaan yang terdapat pada suatu pasar; (2) Diferensiasi produk; (3) Kemudahan memasuki pasar; (4) Status pengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi pasar diantara pelaku pemasaran
17
(Melania, 2007).Pembagian jenis-jenis pasar tersebut yang lebih rinci disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.Tipe-tipe Struktur Pasar dan Karakteristiknya
Struktur
Persaingan Sempurna
Persaingan Monopolistik
Jumlah Penjual
Banyak
Banyak
Diferensiasi Produk
Contoh
Pengendalian Penjual terhadap Harga
Produk identik
Produk pertanian dasar seperti padi
Tidak ada
Banyak produk diferensiasi
Pedagang eceran makanan atau minuman
Sedikit
Pasar semen
Sedikit
Pasar cabai merah
Sedikit
Sedikit diferensiasi atau tidak ada sama sekali Sedikit diferensiasi atau tidak ada sama sekali
Oligopoli
Sedikit
Duopoli
Dua
Monopoli
Tunggal
Close subtitute
Telepon, listrik, BBM
Sangat besar
Struktur
Jumlah Pembeli
Diferensiasi Produk
Contoh
Pengendalian Pembeli terhadap Harga
Persaingan Sempurna
Banyak
Produk identik
Produk pertanian dasar seperti padi
Tidak ada
Oligopsoni
Sedikit
Sedikit diferensiasi atau tidak ada sama sekali
Pasar wortel
Sedikit
Monopsoni
Tunggal
Close subtitute
Perangkat kereta api
Sangat besar
Sumber: Bahan Ajar Pengantar Ilmu Ekonomi 2.2.3 Saluran Pemasaran Djaslim Saladin (2006:153) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
18
menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Philip Kotler (2007:122) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah organisasiorganisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Berdasarakan bentuknya, saluran pemasaran dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut. 1. Saluran pemasaran langsung yaitu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir tidak melalui perantara lembaga pemasaran, melainkan konsumen datang langsung ke tempat produsen tersebut. 2. Saluran pemasaran tidak langsung yaitu kegiatan penyaluran dari produsen ke konsumen akhir melalui jasa perantara lembaga pemasaran seperti agen dan pedagang. Lembaga pemasaran merupakan suatu organisasi atau individu yang menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir. Kotler (1997) menyatakan bahwa lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memeroleh komoditas yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Sedangkan Sudiyono (2001) menjelaskan lembaga pemasaran sebagai badan usa atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkanjasa dankomoditas dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain.
19
2.3
Perilaku Pasar
2.3.1 Pengertian perilaku pasar Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses (mental) pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatankegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memeroleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk. Pemahaman terhadap profil dan perilaku pasar akan menjelaskan tentang: (1) Siapa, apa, berapa, kapan, di mana pembelian dilakukan; (2) Mengapa suatu produk dibeli; dan (3) Bagaimana proses pembelian terjadi. Profil dan perilaku pasar tidaklah selamanya konstan, akan selalu mengalami perubahan. Perilaku pasar kemarin berbeda dengan perilaku pasar sekarang. Dan akan berbeda perilakunya di masa mendatang. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya perlu dipertanyakan untuk masa sekarang saja, tetapi perlu diberikan juga untuk menjelaskan profil dan perilaku pasar di masa-masa mendatang. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Informasi statistik Informasi statistk mampu menjawab siapa,apa, berapa, kapan, dan di mana pembelian dilakukan. Jenis, luas, dan peranan individu dalam pasar (pasar potensial, pasar tersedia, atau pasar dilayani) yang memerlukan produk tertentu (jenis, jumlah, frekuensi, saat, tempat pembelian) baik masa sekarang maupun masa mendatang. 2. Informasi psikologi
20
Informasi psikologi mampu menjelaskan mengapa seseorang membeli atau menolak suatu produk. Peranan motivasi, persepsi, pemahaman, sikap, kepercayaan, dan kepribadian seseorang yang mendasari tindakan pengambilan keputusan atau tindakan melakukan kegiatan tertentu seperti tindakan membeli atau tidak membeli. 3. Informasi dinamis Informasi dinamik mampu menjelaskan bagaimana proses pembelian terjadi. Proses pembelian merupakan proses indivdu untuk mengatasi persoalan yang dihadapi konsumen dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Model proses pembelian mendasarkan pada model pengambilan keputusan (decision making process) atau pemecahan masalah (problem solving process). 2.3.2 Fungsi pemasaran Downey dan Erikson (1987) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi pemasaran. Tiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut. a. Fungsi pertukaran (exchange function),yaitu produk harus dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran. b. Fungsi
fisik
(physical
function)tertentu
harus
dilaksanakan
seperti,
pengangkutan, penggudangan,dan pemprosesan produk. c. Fungsi fasiltas (facilitating function), Berbagai fungsi penyediaan sarana harus ada dan dilakukan dalam proses pemasaran sekurang-kurangnya ada informasi pasar yang tersedia, harus menerima risiko kerugian yang mungkin terjadi, produk sesekali harus distandarisasi atau dikelompokan menurut mutunya untuk mempermudah penjualan produk tertentu dan serta memiliki dan menyediakan pembiayaan selama proses pemasaran berlangsung.
21
2.4
KinerjaPasar Kinerja pasar merupakan hasil akhir yang dicapai akibat dari penyesuaian
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu, didefinisikan sebagai seberapa baik sistem pemasaran bisa memenuhi harapan masyarakat dan pelaku pasar. Secara teoritis kinerja suatu industri ditentukan oleh 2 faktor yaitu: (1)Struktur industri (jumlah dan ukuran perusahaan, derajat diferensiasi produk, dan kemudahan keluar masuk pasar); dan (2)Marketconduct (harga di tingkat produsen, produk dan strategi promosi) (Kohl dan Uhl, 1990 dalamMelania, 2007).Kinerja pasar dapat diteliti dengan menggunakan margin pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi pemasaran. 2.4.1 Margin pemasaran Limbong dan Sitorus (1987) dalam Sari (2006) menyatakan bahwa margin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. 2.4.2 Farmer’s share Sari (2006) menyatakan bahwa farmer’s share merupakan bagian harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir. Bagian yang diterima oleh petani menunjukkan hasil adil atau tidaknya pembagian hasil yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap petani. 2.4.3 Efisiensi pemasaran Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap
22
keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran (Downey dan Steven, 1992). Soekartawi (1989:29), menyatakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jika: (1) Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan; (2) Pemasaran dapat lebih tinggi; (3) Persentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; dan (4) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Seluruh pihak terlibat dalam efisensi pemasaran baik produsen, pedagang, maupun konsumen. Semakin tinggi margin pemasaran, maka tingkat efisiensinya semakin rendah. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Perhitungan margin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat produsen dan di tingkat konsumen. Komponen margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2004). Terdapat jenis-jenis penentuan harga yaitu sebagai berikut. a. Penetapan harga fleksibel adalah kelenturan atas kesediaan untuk memotong harga demi mempertahankan bagian pasar. b. Penetapan harga diferensial adalah perhitungan harga pokok untuk sejenis produk yang diperhitungkan atas dasar biaya-biaya yang berbeda.
23
c. Penetapan harga mark-up adalah dengan menetapkan harga jual dilakukan dengan cara menambah suatu persentase tertentu dari total biaya variabel atau harga beli dari seorang pedagang. d. Penetapan harga cost plus adalah penetapan harga jual dengan cara menambah persentase tertentu dari total biaya.
2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian serupa sudah pernah dilakukan sebelumnya di beberapa daerahpada komoditas berbeda. Hasil dari penelitian tersebut tercantum pada Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Judul dan Hasil Penelitian Terdahulu No. Judul 1 Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara (Luhut Sihombing, 2005) 2
Analisis Pemasaran Tataniaga Anggur di Bali (Suharyanto, 2005)
3
Analisis Tataniaga Cabai Merah Keriting di Kota Padang (Studi Kasus: Pasar Raya Padang) (Angela Fizriza, 2012) Analisis Struktur Pasar Kedelai Struktur pasar oligopsoni, posisi Sebagai Alternatif Peningkatan tawar petani lemah, saluran Posisi Tawar Petani pemasaran dimulai dari petani (Evi Yulia Parwanti dan sampai dengan pengecer/KOPTI. Banatul Hayati, 2008) Berdasarkan tabel di atas, terdapat kesamaan struktur pasar pada tiga
4
dan
Hasil Struktur pasar tidak oligopsoni, harga yang diterima petani masih rendah, hubungan pasar kurang terintegrasi secara vertikal. Struktur pasar anggur berbentuk monopsoni, margin pemasaran tertinggi terdapat pada pola pemasaran 1, share tertinggi diterima petani pada pola pemasaran 3. Struktur pasar persaingan sempurna, terdapat empat saluran pemasaran dan dua diantaranya efisien.
penelitian yaitu struktur pasar oligopsoni/monopsoni dan satu penelitian dengan struktur pasar persaingan sempurna. Posisi pada penelitian ini memiliki
24
persamaan dengan penelitian di atas yaitu meneliti bagaimana bentuk struktur pasar yang dilihat dari saluran pemasaran dan jumlahnya, meneliti kinerja pasar menurut margin pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada kajian mengenai perilaku pasar. Penelitian sebelumnya tidak meneliti bagaimana perilaku pasar.
2.6 Kerangka Pemikiran Analisis terhadap struktur, perilaku, dan kinerjapasar sangat penting karena akan memudahkan pengawasan terhadap perubahan harga yang terjadi di tingkat petani dan lembaga pemasaran, digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
dan
meningkatkan
pososi
tawar
(bargaining
position)
petani,digunakan sebagaipengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi pasar diantara pelaku pemasaran. Keadaan harga yang diterima oleh petani cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Banglimengalami ketimpangan. Hal ini disebabkan oleh adanya margin pasar yang cukup jauh di tingkat petani cabai sebagai produsen dengan pihak konsumen. Sehingga perlu dilakukan analisis struktur, perilaku dan kinerjapasarcabai terhadap pendapatan petani cabai di daerah ini. Melihat kondisi petani cabai dengan produk utama yaitu cabai dan sudah menjadi mata pencaharian mereka, menarik untuk dikaji bagaimana struktur, perilaku, dan kinerjapasarcabai di Kintamani melalui analisismargin pemasaran, farmer’s share, dan analisis efisiensi pemasaran. Sehingga hasil dari penelitian ini mampu direkomendasikan kepada petani cabai agar tidak ada ketimpangan harga
25
cabai di tingkat petani sebagai produsen dengan konsumen yang sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam melakukan penelitian ini, hal-hal yang perlu diketahui yaitu: (1) Keadaan petani cabai di Desa Bayung Gede; (2)Bagaimana harga, pasokan, dan produksi cabai, sehingga dari kedua hal tersebut dapat dilakukan analisis struktur, perilaku, dan kinerja pasar cabai. Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli disajikan pada gambar 1. Petani Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
Harga, Pasokan, Produksi
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar
Struktur Pasar
Perilaku Pasar
Kinerja Pasar
1. 2. 3. 4. 5.
Saluran Pemasaran Jumlah Lembaga Pemasaran Diferensiasi Produk Halangan Keluar/Masuk Pasar Hubungan/koordinasi Vertikal
1. Praktik Pertukaran/Fungsi Pemasaran 2. Strategi Harga 3. Strategi Produk 4. Penggunaan Informasi 5. Kerjasama
1. Margin Pemasaran 2. Farmer’s Share 3. Efisiensi Pemasaran
Rekomendasi
Gambar1.
Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Struktur, Perilaku, danKinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli