8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Potong Bunga potong adalah sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga besarta tangkainya. Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan untuk bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, perkawinan dan kematian. Oleh sebab itu, apabila dilihat dari fungsinya maka bunga dapat dikatakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hasil rangkaian yang terpadu antara warna dan jenis bunganya yang tertata menarik, menjadi simbol pernyataan dan ungkapan perasaan. Namun sebenarnya masih banyak lagi manfaat dan kegunaannya pada masa sekarang ini, seperti hiasan meja, dekorasi, hari-hari besar seperti natal, tahun baru dan lebaran. Produk bunga potong dapat berupa bunga krisan, garbera, anggrek, mawar dan lainnya.
2.2 Gambaran Umum Bunga Krisan Bunga krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower), yang berasal dari daratan China. Bunga krisan pernah dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800 dan mulai tahun 1940, dikembangkan secara komersil. Bunga krisan yang biasa ditanam di Indonesia terdiri dari bunga krisan lokal, bunga krisan introduksi
9
(krisan modern atau krisan hibrida) dan bunga krisan produk Indonesia yang dilepas oleh Balai Tanaman Hias. Bunga krisan tumbuh menyemak dengan daur hidup sebagai tanaman semusim atau tahunan. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau, bagian tepi dari daun memiliki celah dan bergigi serta tersusun dengan berselang seling pada batang. Bunga krisan memiliki akar yang rentan kerusakan akibat dari lingkungan yang kurang mendukung. Perakaran menyebar hingga kedalaman 30 centimeter – 40 centimeter. Adapun taksonomi bunga krisan menurut beberapa ahli botani krisan dikelompokan ke dalam: Kingdom
:
Plantae
Divisio
:
Spermatophyta
Subdivisio
:
Angiospermae
Kelas
:
Dicotyledoneae
Bangsa (Ordo)
:
Asterales
Suku (Famili)
:
Asteraceae
Marga (Genus)
:
Chrysanthemum
Jenis (Species)
:
Chrysanthemum, sp
Pada kegiatan pemasaran bunga krisan, biasanya para pemasar menjualnya dalam bentuk bunga pot ataupun bunga potong. Bunga pot merupakan sosok tanaman kecil, tingginya 20 - 40 centimeter, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polybag atau wadah lainnya. Bunga potong ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi dan umumnya ditanam di dalam green house.
10
Berdasarkan jumlah bunga yang dipelihara dalam satu tangkai, bunga krisan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : 1. Tipe Spray Pada tipe ini, dalam satu tangkai bunga krisan memiliki 10 - 20 kuntum bunga dengan ukuran yang kecil, sehingga terlihat ramai dan indah. Bunga krisan tipe spray terdiri dari varietas Puma, Yellow Puma, White Regent, Town Talk, Heidi Yellow, Heidi White, Pompon, Sonya, Caymano dan Casablanca. 2. Tipe Standar Berbeda dengan tipe spray, pada tipe standar ini satu tangkai bunga krisan hanya memiliki satu bunga dengan ukuran yang besar karena petani hanya terfokus pada satu bunga sehingga saluran makanan hanya tertuju pada satu bunga tersebut. Bunga krisan tipe spray terdiri dari varietas White Fiji, Yellow Fiji, Allouis, Astro, Snowdown White, Cassandra dan Pingpong. Bentuk bunga krisan sangat bervariasi, antara lain: a. Single Bentuk bunga krisan yang mempunyai mahkota memanjang dan lebar, sedangkan bagian tengahnya bundar dan sedikit mengembang. Bila sudah terlalu mekar, bagian tengah akan tampak menguning karena tepung sari mulai pecah. Di Indonesia jenis ini dikenal dengan bentuk aster. b. Anemone Mahkota sebelah luar seperti bentuk single hanya lebih kecil dan pendek, sehingga tidak begitu membuka melainkan agak menggulung. Bagian
11
tengah bunga tidak terlihat adanya benangsari, sehingga apabila bunga terlalu mekar maka bunga bagian tengah akan mengembang dan mahkota sebelah luar akan terlihat sedikit. Di Indonesia jenis ini dikenal dengan bentuk kancing. c. Spider Mahkota terlihat menggulung, sehingga terlihat memanjang dan menyebar ke hampir semua bagian bunga dan tidak terlihat adanya bagian tengah seperti jenis anemone dan single. Di Indonesia jenis dikenal dengan bentuk jarum. d. Pompom Mahkota berkembang sama panjangnya, sehingga bentuk bulat seperti pingpong, biasa disebut pompom. e. Dekoratif Mahkota bunga bagian luar berkembang lebih panjang dari bagian tengah, sehingga seperti pompom tetapi tumbuh lebih besar dan membuka.
2.2.1. Syarat Tumbuh Persyaratan kebutuhan hidup tanaman bunga krisan meliputi: suhu, cahaya matahari, air, tempat tumbuh dan perlakuan perawatan yang sesuai. Suhu. Pengaruh suhu berkaitan dengan proses asimilasi, yaitu pembentukan cadangan makanan dan proses disimilasi yaitu penguraian makanan dan pernafasan. Di daerah tropis, seperti Indonesia, temperatur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman krisan pada siang hari adalah antara 20°C – 26°C. Toleransi tanaman krisan terhadap faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik
12
adalah antara 17°C – 30°C. Temperatur berpengaruh terhadap kualitas pembungaan krisan. Temperatur yang ideal untuk pembungaan yaitu antara 16°C - 18°C. Pada temperatur yang tinggi (lebih dari 18°C) bunga krisan cenderung berwarna kusam, sedangkan temperatur yang rendah (kurang dari 16°C) berpengaruh baik terhadap warna bunga, karena cenderung makin cerah. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20°C – 26° C dan pembungaan pada temperatur 16°C – 18°C dengan kelembaban udara antara 70 - 80 persen, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah berketinggian antara 700–1200 m dari permukaan laut. Cahaya. Agar mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp) membutuhkan cahaya yang lebih lama dari panjang hari normal. Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan, setelah matahari terbenam atau selama periode gelap.
Penyinaran dilakukan
selama satu bulan untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman dan menunda masa generatif. Sumber cahaya buatan yang umum digunakan adalah lampu esensial dengan ukuran 13 - 16 watt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu esensial lebih mempercepat pertumbuhan generatif tanaman krisan dibandingkan dengan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang terbaik adalah pada tengah malam antara pukul 22.00 – 02.00. Jarak antar lampu adalah 2,35 meter dan lampu dipasang setinggi 2,5 meter dari tanaman. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai batas tertentu fase vegetatif (± 4 minggu). Kelembaban Udara. Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara (RH) tinggi. Pada fase pertumbuhan awal, seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek, diperlukan kelembaban
13
udara antara 90 - 95 persen. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban udara antara 70 - 80 persen. Hujan deras atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam green house atau bangunan rumah plastik dan rumah kaca. Kebutuhan Air. Bunga krisan tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya tercukupi. Banyaknya penyiraman dan frekuensi penyiraman bunga krisan bergantung pada cuaca (suhu, angin dan cahaya), jenis, ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan. Kelebihan air tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman bunga krisan, sedangkan kekeringan dapat menimbulkan terjadinya dehidrasi yang berakibat pada pertumbuhannya yang tidak baik. Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari sampai dengan tahap pemanenan. Tanah. Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, mempunyai drainase dan aerasi yang baik dan mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH sedikit asam. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman krisan adalah sekitar 5,5 sampai 6,5.
2.2.2 Bunga Krisan Sebagai Produk Produk yang memiliki daya saing ditandai dengan meningkatnya nilai tambah, efisiensi atau produktifitas, berorientasi pada permintaan pasar, mengandalkan kekuatan inovasi tekhnologi dan kemampuan skill sumberdaya manusianya. Rakyat yang banyak dapat dilibatkan sebagai pelaku produksi,
14
diharapkan manfaat ekonomi yang dihasilkan juga dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan merupakan bagian dari pengembangan sistem dan usaha agribisnis bunga potong krisan, sehingga upaya ini tidak hanya berdaya saing tetapi juga akan berkelanjutan. Usaha untuk mengembangkan bunga potong krisan yang sesuai dengan permintaan, memerlukan kemampuan produsen untuk dapat membaca selera dan kebutuhan konsumen. Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengembangkan dan menemukan inovasi baru, seperti: 1. Menghasilkan varietas-varietas baru melalui persilangan. 2. Kemajuan teknologi, seperti penggunaan internet sebagai media untuk mempermudah pemasaran produk dengan sifat tidak tahan lama (perishable product) tetapi harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar dan berkualitas. Penggunaan internet juga dapat digunakan untuk mencari informasi tentang selera konsumen bunga saat ini.
Bunga potong krisan yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar sehingga bunga menjadi awet dan tahan lama. Bunga krisan dibagi menjadi dua jenis yaitu standar dan spray. Permintaan konsumen paling banyak adalah untuk bunga krisan jenis standar karena biasanya jenis ini digunakan untuk bahan dasar rangkaian bunga. Bunga krisan tidak hanya dapat dijadikan sebagai bunga potong rangkaian bunga untuk dekorasi maupun ucapan selamat. Bunga krisan juga dapat dijadikan tanaman hias dalam pot. Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa, dari waktu ke waktu permintaan terhadap bunga krisan baik dalam bentuk bunga
15
potong maupun dalam pot mengalami kenaikan. Selain sebagai hiasan, bunga krisan juga dapat dapat dijadikan sebagai obat, bahan kosmetika dan juga minuman. Indonesia memiliki potensi yang tersedia untuk usaha agribisnis bunga potong krisan, terutama dalam segi keadaan geografisnya dan luas lahannya. Namun sistem agribisnis tidak dapat berkembang tanpa dukungan usaha-usaha agribisnis. Para pelaku usaha, termasuk petani produsen dan perusahaan yang merancang, merekayasa dan melakukan proses agribisnis, mulai dari proses pemasaran sampai ke proses produksi.
2.3 Sistem Agribisnis Bunga Potong Bunasor dalam Wahyuningsih (1999 : 9) menyatakan bahwa, sistem agribisnis bunga potong terdiri dari subsistem yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem tersebut terdiri dari: 1. Subsistem pengadaan input dan penyaluran sarana produksi. Dalam pengadaan input dan saran produksi dalam budidaya ini meluputi bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Bibit yang digunakan adalah anakan dari induk tanaman krisan yang dapat dipanen maksimal enam kali panen, yang diantaranya lima kali panen untuk produksi dan satu kali panen untuk indukan baru, yaitu dengan cara stek. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik diantaranya Urea, TSP, ZA dan KNO3,
sedangkan
untuk
obat-obatan
digunakan
untuk
pemeliharaan dan perawatan seperti fungisida dan insektisida.
kegiatan
16
2. Subsistem Usahatani (Budidaya) Kegiatan yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu atau subsistem pengadaan input dan penyaluran sarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer. Peran penyuluh dalam hal ini sangat diperlukan, bukan saja untuk upaya alih tekhnologi, tetapi juga tidak kalah pentingnya dalam mengubah sikap berusaha menjadi “business oriented” yang dapat dihubungkan melalui kemampuan mengelola, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Hal ini penting mengingat usaha bunga potong memerlukan penanganan yang serius dan telaten menyangkut penerapan cara-cara budidaya. 3. Subsistem Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk pelanggan sasaran. Subsistem pemasaran terdiri dari standarisasi mutu, pengolahan, penyimpanan, transportasi, distribusi, mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai ke titik konsumsi. Berdasarkan tingkatannya, saluran pemasaran terdiri dari beberapa macam. Gambar 1, dijelaskan bahwa saluran pemasaran terbagi menjadi dua, yaitu pemasaran langsung dan pemasaran tidak langsung. Pemasaran langsung dilakukan langsung kepada konsumen tanpa perantara. Pada kegiatan
17
pemasaran tidak langsung, dapat melalui beberapa perantara di antaranya pedagang grosir, pemborong, pengecer dan langsung ke konsumen akhir. Produsen
Produsen
Produsen
Produsen
Grosir
Grosir
Pemborong
Konsumen
Pengecer
Pengecer
Pengecer
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Gambar 1 Saluran Pemasaran Produk Secara Umum Sumber: Kotler (1997)
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Turnip (2004) yang mengenai formulasi strategi pengembangan teh hijau, dapat dilihat bahwa hasil Analisis Matriks EFE menunjukan bahwa nilai rata-rata dengan skor adalah 2,4433, yang berarti perusahaan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi perusahaan. Sementara itu, hasil dari Analisis Matriks IFE menunjukan nilai rata-rata dengan skor 2,5388 yang menunjukan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan yang di miliki. Berdasarkan matriks IE dapat diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada posisi V, yang berarti mampu menerapkan strategi pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tahap
18
pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT yang kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan matriks QSPM. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lusiana (2005), mengenai analisis kelayakan usaha bunga potong krisan (Glory Farm) Kabupaten Cianjur. Alat analisis yang dipakai adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Analisis dilakukan pada dua pola, yaitu pola 1 adalah usaha berjalan (pembibitan mandiri dan penanaman mitra), pola 2 adalah pola usaha alternatif (pembibitan dan penanaman mandiri). Hasil analisis kriteria investasi yang menggunakan discount rate rata-rata modal yaitu sebesar 8,5 persen, hasilnya menunjukan bahwa kedua pola usaha layak secara finansial, namun hasil analisis memperlihatkan bahwa pola 2 lebih layak dibandingkan dengan pola 1. Utami (2003), melakukan penelitian mengenai analisis pengambilan keputusan strategi bauran pemasaran bunga potong krisan pada PT Saung Mirwan. Alat analisis yang digunakan adalah Proses Hierarki Analisis (PHA). Berdasarkan hasil analisis dengan metode PHA, dapat diketahui bahwa prioritas menyeluruh
menempatkan
sasaran
meningkatkan
pangsa
pasar
dan
mengoptimalkan pendapatan sebagai prioritas utama. Prioritas kedua adalah sasaran meminimumkan biaya produksi, dan prioritas ketiga adalah sasaran meningkatkan daya saing. Nurmawati (2003) melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan pasar produk bunga potong (Kasus PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas). Analisis kuantitatif digunakan pada Analisis Matriks IFE, Analisis Matriks EFE, Analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Sedangkan untuk
19
penentuan prioritas rekomendasi strategi pengembangan pasar menggunakan matriks QSPM. Berdasarkan Analisis Matriks IFE didapat nilai total skor sebesar 3,023 menunjukan posisi internal perusahaan yang kuat dalam menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang ada, sedangkan Analisis Matriks EFE menghasilkan total nilai skor sebesar 2,764 menunujukan posisi eksternal perusahaan rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Tahap pencocokan menggunakan Matriks SWOT kemudian dilanjutkan dengan penentuan prioritas strategi dengan menggunakan QSPM. Penelitian tentang krisan yang telah dilakukan sebelumnya memiliki persamaan
dan
Persamaannya
perbedaan adalah
dengan
penelitian
memformulasikan
yang
strategi
dilakukan
suatu
usaha
penulis. dengan
menggunakan metode yang sama. Perbedaannya adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Untuk memprioritaskan strategi, penulis menggunakan Road Map Strategi yang bertujuan agar strategi yang dijalankan berjalan dengan baik berdasarkan waktu penerapannya. Manfaat dari penggunaan Road Map Strategi adalah perjalanan lebih terarah, strategi jelas dalam artian tidak ada tumpang tindih strategi, kegiatan terpetakan, kondisis awal teridentifikasi secara menyeluruh dan strategi yang diambil dipahami menyeluruh oleh semua pihak sehingga semua mengetahui tugas masing-masing dalam pelaksanaan strategi.