II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JAMBU BIJI Jambu biji (Psidium guajava L.) termasuk ke dalam famili Myrtaceae dengan genus Psidium (Parimin, 2005). Taksonomi jambu biji selengkapnya sebagai berikut (Parimin, 2005) Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
Menurut Astawan (2008), tanaman jambu biji termasuk tanaman perdu dengan tinggi dapat mencapai 10 meter atau lebih. Ia menambahkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 5 – 1200 meter dari permukaan laut. Umumnya, tanaman ini dapat mencapai umur 30 – 40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji biasanya berumur lebih panjang daripada tanaman hasil cangkokan ataupun hasil okulasi. Namun, tanaman hasil okulasi memiliki postur lebih pendek dan mempunyai lebih banyak cabang sehingga mudah dalam perawatan. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur 2 – 3 bulan (Parimin, 2005).
Pohon jambu biji mempunyai batang berkayu keras, liat dan tidak mudah patah. Kulit batangnya berwarna coklat dan mengelupas, sedang bagian dalamnya berwarna hijau, licin dan agak basah (http://www.griyokulo.tv). Daun jambu biji berukuran sedang dengan ujung lancip ataupun tumpul. Warna daunnya beragam namun merupakan variasi dari warna hijau seperti hijau tua, hijau kuning dan hijau muda. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berkelopak sepanjang tahun. Bunganya berwarna putih biasanya terselip diantara ranting pangkal daun. Buah jambu biji berbentuk bulat agak lonjong dengan kulit berwarna hijau saat muda dan berubah kekuningan saat mulai matang. Namun ada pula buah jambu biji yang berwarna merah saat muda dan saat tua menjadi merah tua. Warna daging buah jambu biji biasa dibedakan menjadi putih dan merah. Aroma buah biasanya harum saat matang. Orang Inggris menamainya Guava, dan nama lain untuk jambu biji antara lain jambu siki, jambu klutuk, kayawese, kojabas, bayawas, tetokal, tokal dan jambu bhender. Terdapat berbagai macam jenis jambu biji. Setidaknya terdapat 97 varietas jambu biji yang diketahui di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri ada 10 jenis jambu biji yang populer di masyarakat, yakni jambu biji kecil, jambu biji sukun, jambu biji bangkok, jambu biji variegata, jambu biji australia, jambu biji brasil, jambu biji merah getas, jambu biji susu, jambu biji khemer, jambu biji bangkok epal dan jambu biji pasarminggu. Jambu biji kecil buah dan daun serta bunganya berukuran kecil. Jambu biji ini disebut juga jambu biji menir. Jambu biji sukun dikenal tidak mempunyai biji, meskipun ada pula jambu biji sukun yang mempunyai biji. Jambu biji bangkok
6
termasuk pendek dan buahnya sangat lebat. Jambu biji variegata mempunyai 3 jenis daun yang berbeda. Jambu biji australia dikenal unik karena baik batang, daun maupun buahnya berwarna merah. Jambu biji brasil buahnya kecil dan kemerahan saat tua. Jambu biji merah getas merupakan persilangan dari jambu biji pasarminggu yang berwarna merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji susu dinamakan demikian karena daging buahnya berwarna putih seperti susu. Jambu biji khmer mempunyai buah bulat panjang dan melancing di bagian tangkai dan dagingnya berwarna merah. Jambu biji bangkok epal banyak dikenal di Malaysia, kulit buahnya halus, rata dan licin. Jambu biji pasarminggu merupakan seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Bentuk buahnya agak lonjong, manis, dan dagingnya berwarna merah (Parimin, 2005). Selain kesepuluh jenis jambu biji yang telah disebutkan, dikenal juga jenis jambu apel, jambu sari, jambu kamboja, jambu harum manis dan jambu palembang (Astawan, 2008). Jambu biji kaya akan zat gizi dan non gizi yang berguna bagi manusia, seperti vitamin C, potasium, besi, serat, karotenoid, flavanoid dan polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi. Buah ini juga mengandung minyak atsiri meski tak sebanyak pada daunnya. Kandungan vitamin C pada buah jambu biji, sekitar 87 mg tiap 100 g buah jambu biji, cukup untuk memenuhi kebutuhan harian vitamin C orang dewasa. Vitamin C pada jambu biji sebagian besar berada pada bagian kulit dan daging luar yang lunak dan tebal (Astawan, 2008). Buah jambu biji sering dikonsumsi sebagai makanan buah segar ataupun sebagai obat. Sebagai obat, buah jambu biji dikonsumsi sebagai obat penyakit
7
diabetes, hemoroid yang disertai pendarahan (Parimin, 2005). Kandungan Buah jambu biji juga dipercaya dapat meningkatkan kadar trombosit dalam darah dan berguna dalam proses penyembuhan terhadap penyakit demam berdarah berkat kandungan quercetin pada buahnya yang dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang diperlukan untuk mereplikasi virus DBD penyebab demam berdarah (Info Ristek, 2006). Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji lainnya juga digunakan sebagai obat adalah daun. Daun jambu biji dapat digunakan untuk mengobati diare, kembung dan berbagai masalah pencernaan.
Gambar 1. Struktur kimia Quercetin.
Macam olahan buah jambu biji antara lain bubur jambu biji (puree), pasta jambu biji, buah dalam kaleng, tepung jambu biji dan sari buah. Bubur jambu biji merupakan produk antara dari berbagai produk pangan olahan seperti jus dan sirop. Pasta jambu biji dibuat dengan menguapkan daging buah yang dicampur dengan gula, dimakan sebagai kue manis. Buah jambu biji kalengan dibuat dengan terlebih dahulu men-dehidrasi-kan irisan-irisan bagian luar buah tanpa biji. Buah dikupas, dibelah dua dan direbus dalam sirup encer kemudian dikalengkan. Tepung jambu biji dibuat dengan mengeringkan bubur jambu biji, ekstrak jus ataupun konsentrat ekstrak jus jambu biji (Info Ristek, 2006).
8
Tanaman jambu biji Makan langsung Buah Buah kalengan Jus atau Sari buah Bubur jambu biji Konsentrat jambu biji Pasta jambu biji Tepung jambu biji Obat Diabetes Obat demam berdarah Flavor Daun
Obat diare
Batang
Bahan bangunan
Gambar 2. Pohon industri jambu biji (Disarikan dari Info Ristek, 2006)
Dalam proses budidaya jambu biji, kerap dijumpai hama dan penyakit yang hinggap pada tanaman jambu biji, baik yang muda maupun yang tua. Hama yang
9
sering menyerang tanaman ini antara lain hama ulat, penggerek, belalang, kelelawar, lalat, tikus, kumbang, kutu-kutuan dan musang. Adapun penyakit yang kerap menyerang tanaman ini anatara lain bercak daun, bercak coklat, layu fusarium, antraknose, embun jelaga dan mosaic virus. Bercak daun disebabkan oleh Cercosprora sp., Pestalosiopsis sp. Dan Gleosporium sp. Penyakit ini menyebabkan bercak berwarna kelabu pada daun dan menyerang buah. Antraknose disebabkan oleh jamur Collectricum gleoosporoides Penz. Atau Glomerella cingulata Son. Penyakit ini biasa menyerang buah, daun dan tunas muda tanaman jambu biji. Gejalanya adalah tunas muda yang berwarna coklat akan mengering. Daun muda akan mengeriting dan mengering di bagian tepi atau ujung daun. Lama-kelamaan daun menjadi rontok sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pada buah yang masih mentah akan timbul bercak kecil yang membulat dan lama-lama menjadi besar, mengakibatkan buah menjadi keras dan bergabus. Layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Daun yang terserang jamur ini akan segera layu dan mati, sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu. Bercak atau karat coklat (Botryoshaeria Brown Fruit Rot) disebabkan oleh serangan jamur Botryoshaeria ribis yang menyerang jambu biji. Serangannya ditandai dengan munculnya kanker atau karat berwarna coklat, akibatnya buah menjadi busuk ataupun rontok. Embun jelaga (sooty mould) disebabkan oleh kapang Capnodium sp. yang tumbuh di permukaan daun dan menghambat fotosintesis. Kapang ini juga dipicu oleh hadirnya hama kutu-kutuan pada daun, cairan manis yang dikeluarkan kutukutuan tersebut mengundang kapang tersebut. Adapun mosaic virus menyerang
10
daun tanaman jambu biji, menjadikan daun keriting atau menggulung. Hal ini membuat daun lebih kaku dan kecil dibandingkan daun yang sehat dan akhirnya menghambat pertumbuhan tanaman jambu biji (Parimin, 2005).
B. KELOMPOK TANI Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 93/Kpts/OT.210/3/97, kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan produktivitas
sumberdaya usaha tani
pertanian dan
untuk
kesejahteraan
bekerjasama anggotanya.
meningkatkan Adapun
dasar
penumbuhan kelompok tani dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian adalah 1. penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan bersama, baik berdasarkan hamparan usaha tani kebun, domisili atau jenis usaha tani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan; 2. anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya; 3. merupakan
pengorganisasian
petani
yang
mengatur
kerjasama
dan
pembangunan tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usaha tani kelompok di hamparan kebun; 4. besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usaha tani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang; 5. keanggotan kelompok tani bersifat non formal.
11
Tugas dan tanggungjawab pengurus serta anggota kelompok tani adalah sebagai berikut 1. Pengurus Kelompok Tani a. Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani. b. Wajib mengikuti bimbingan dan petunjuk dari petugas/penyuluh untuk seterusnya diteruskan kepada anggota kelompok. c. Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain. d. Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota. e. Secara
berkala,
minimal
satu
bulan
sekali
mengadakan
pertemuan/musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/penyuluh. f.
Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota, selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan.
2. Anggota Kelompok Tani a. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usahatani yang dilakukan. b. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku. c. Wajib bekerjasama dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas/penyuluh. d. Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok.
12
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam pendekatan pengembangan kelompok tani antara lain 1. Keanggotaan tidak terikat oleh jumlah; Karena sifatnya yang bersifat partisipatif dan arahnya ke pemberdayaan maka yang terpenting bukanlah jumlah, melainkan minat anggota untuk melakukan kegiatan secara bersama dan teratur. Seiring perkembangan kelompok tani, jumlah anggota bisa bertambah atau juga berkurang. 2. Keterlibatan kaum perempuan; Kaum perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok tani, disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan. Kelompok dapat terdiri dari laki-laki saja ataupun perempuan saja dan bisa juga campuran keduanya. 3. Berpihak pada mereka yang miskin sumberdaya, tidak berpendidikan dan ‘kelompok terabaikan’ lainnya; Masyarakat yang terlibat bukan hanya tokoh (elit) masyarakat saja, tetapi terutama mereka yang miskin, yang tidak berpendidikan dan kelompok lainnya agar pembangunan merata. 4. Orientasi kegiatan berdasarkan kebutuhan, bukan ditentukan komoditasnya oleh pihak luar; Bantuan berorientasi komoditas tidak akan menciptakan rasa kepemilikan masyarakat atas program, karena penentuan komoditas dari luar bukanlah berdasarkan kebutuhan masyarakat. 5. Aspek keswadayaan tercermin dalam setiap kegiatan, termasuk pembiayaan; Mulai dari awal proses, keswadayaan masyarakat penting untuk diterapkan. Dengan demikian, masyarakat akan merasa sebagai bagian dari proses
13
pembangunan dan bukan hanya sekadar penerima bantuan. Keswadayaan penting untuk menunjang keberlanjutan suatu kegiatan. 6. Kelompok sebagai pelaku utama pengambil keputusan; Kelompok tani merumuskan apa yang mereka anggap sebagai permasalahan, mencari jalan keluar ataupun mengusulkan kegiatan dan pihak luar hanya mendampingi. 7. Demokratis dan terbuka/transparan; Dalam
perjalanan
pendampingan
kelompok,
pendamping
perlu
memperlihatkan dan menanamkan sikap yang demokratis yakni terbuka terhadap pendapat semua anggota dan transparan yakni terbuka termasuk mengenai keuangan. 8. Berwawasan lingkungan dan budaya; Pendamping perlu memperhatikan kegiatan yang dikerjakan oleh kelompok sehingga tidak merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang dicanangkan juga perlu mencerminkan nilai-nilai budaya lokal. 9. Mengoptimalkan sumberdaya lokal; Sedapat mungkin kegiatan-kegiatan kelompok memanfaatkan sumbedaya lokal seperti bahan baku dari sekitar dusun/desa. 10. Peran masyarakat semakin meningkat, peran pendamping semakin berkurang. Dalam perjalanan pendampingan, peran masyarakat makin meningkat sedangkan peran pendamping diarahkan semakin berkurang. Bila perlu, pendamping dapat terus berperan sebagai penasehat.
14
Dalam upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah terwujudnya kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai disiplin, tanggungjawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan usahataninya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha ke arah yang lebih besar dan bersifat komersial.
C. USAHA KECIL DAN MENENGAH Berdasarkan undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil diartikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang sebagai berikut a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan nilai ini berubah-ubah sesuai kondisi perekonomian; c. milik Warga Negara Indonesia; d. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
15
Pemberdayaan Usaha Kecil bertujuan untuk antara lain a. menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Usaha Kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi Usaha Menengah; b. meningkatkan peranan Usaha Kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.
Pemerintah menumbuhkan iklim usaha bagi Usaha Kecil melalui penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan meliputi aspek: a. pendanaan; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk memperluas sumber pendanaan, meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan dan memberikan kemudahan dalam pendanaan. b. persaingan; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk meningkatkan kerjasama sesama Usaha Kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi, dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar Usaha Kecil, mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli, dan monopsoni yang merugikan Usaha Kecil, mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang-perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Kecil.
16
c. prasarana; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Kecil, memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Kecil. d. informasi; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk membentuk dan memanfaatkan bank data dan jaringan informasi bisnis, mengadakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, teknologi, desain, dan mutu. e. kemitraan; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk mewujudkan kemitraan, mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan Usaha Kecil dalam pelaksanaan transaksi usaha dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar. f. perizinan usaha; Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan dengan mengupayakan terwujudnya sistem pelayanan satu atap, memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan. g. perlindungan. Dalam aspek ini, pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk
17
a) menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya; b) mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai nilai seni budaya yang bersifat khusus dan turun temurun; c) mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan Usaha Kecil melalui pengadaan secara langsung dari Usaha Kecil; d) mengatur pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja Pemerintah; e) memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
D. TATA NIAGA PERTANIAN Tata niaga diartikan sebagai seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur penyaluran suatu komoditas dari produsen kepada konsumen sehingga dicapai tujuan-tujuan tertentu. Proses penyaluran komoditas tertentu perlu diatur terutama untuk komoditas vital seperti sembilan bahan pokok untuk menjamin ketersediaan dan keadilan harga bagi produsen, pedagang dan konsumen. Secara ringkas, tata niaga dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni konsentrasi, equalisasi dan dispersi. Yang dimaksud dengan tahap konsentrasi adalah tahap pengumpulan komoditas sejenis sehingga jumlahnya menjadi banyak agar dapat disalurkan secara lebih efisien sesuai kebutuhan. Equalisasi adalah tahap kedua dimana dilakukan penyesuaian permintaan dan penawaran barang-barang yang telah dikumpulkan tadi berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. Tahap
18
ketiga yaitu dispersi adalah tahap penyebaran barang-barang yang telah dikumpulkan tadi sesuai dengan hasil equalisasi yang telah dilakukan. Tata niaga suatu komoditas seringkali digambarkan menurut rantai tata niaga. Rantai tata niaga menggambarkan urutan perjalanan suatu komoditas dari produsen awal hingga menuju konsumen akhir ataupun menuju pasar. Panjang dan lebarnya jalur yang terdapat pada rantai tata niaga mengambarkan kerumitan yang ada pada perjalanan komoditas tersebut. Dari tiap anak rantai acapkali ditemukan adanya perbedaan harga atau nilai suatu barang. Tata niaga suatu komoditas seringkali berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut disesuaikan dengan sifat komoditas tadi. Secara umum, komoditas barang dapat dibedakan menjadi komoditas hasil pertanian dan komoditas non hasil pertanian. Komoditas hasil pertanian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1. musiman, barang hasil pertanian tidak selalu tersedia; 2. mudah rusak, rentan terhadap kerusakan fisik, kimiawi dan mikrobiologi; 3. ukuran tidak seragam, perlu sortasi melalui grading; 4. perlu penanganan spesifik yang bergantung pada jenis produk.
Berdasarkan karakteristik komoditas hasil pertanian maka tata niaga komoditas hasil pertanian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1. Mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai; 2. Tindakan untuk mencapai tujuan mempunyai komponen yang melaksanakan berbagai fungsi transportasi, penyimpanan, processing, grading, standardisasi,
19
dan informasi pasar untuk memproduksi dan konsumsi akhir dari produk tersebut; 3. Membutuhkan pengaturan yang diperlukan dari keberadaan fungsi-fungsi tersebut; 4. Membutuhkan perencanaan dan struktur pengambilan keputusan yang mengontrol dan mengkoordinasi kekuatan-kekuatan tersebut untuk bekerja; 5. Mempunyai dimensi ruang dan waktu.
Secara umum rantai tata niaga pertanian di Indonesia dapat digambarkan seperti pada gambar berikut.
Gambar 3 : Saluran umum tata niaga pertanian di Indonesia (Gutama, Ari Wisynu 2009; dengan modifikasi)
20
Dari tangan para petani, produk hasil pertanian disalurkan kepada para pedagang,
para
pengepul/tengkulak,
koperasi
dan
pengolah/agroindustri.
Pedagang lokal dapat langsung memasarkan produk tadi kepada konsumen, sedangkan pengepul biasanya menjual kembali barang dagangannya kepada pedagang lain untuk disalurkan di tempat lain. Pihak pengolah produk pertanian atau agroindustri perlu terlebih dahulu melakukan perubahan baik bentuk maupun perlakuan lain sebelum dijual kepada pedagang lain seperti grosir maupun pedagang eceran. Pada beberapa kasus, petani produsen terikat dengan perjanjian kepada supermarket ataupun grosir untuk menjual hasil panen mereka kepada supermarket-supermarket tadi. Seperti telah disebutkan sebelumnya, para petani dapat juga membentuk koperasi ataupun menjual hasil panen mereka kepada koperasi yang bersedia menampung hasil panen mereka. Pemasaran hasil pertanian melalui koperasi juga dapat menuju pasar dunia. Selain sebagai alat pemasaran produk, koperasi juga kerap digunakan sebagai media intervensi pihak luar seperti pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat terhadap kelompok petani dan lingkaran kerja petani.
E. MANAJEMEN RANTAI PASOK Indrajit dan Djokopranoto (2006) mengartikan rantai pasok sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai
21
organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Konsep ini berbeda jika dibandingkan dengan manajemen logistik, dimana manajemen logistik memandang logistik sebagai masalah internal perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada internal tiap perusahaan. Pada konsep ini logistik dilihat sebagai masalah bersama sejak dari bahan mentah hingga konsumen akhir. Stanford Supply Chain Forum (1999), dalam Miranda dan Tunggal (2007), mengartikan manajemen rantai pasok sebagai aliran manajemen material, informasi dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor dan pelanggan. Simchi-Levi, et al. (1999), juga dalam Miranda dan Tunggal (2007), menambahkan sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Tabel satu coba menjelaskan perbedaan antara manajemen logistik dengan manajemen rantai pasok. Setyadjit et al (2003) menekankan 6 pilar pada manajemen rantai pasok yakni : 1.
Mendapatkan produk yang benar (getting the product right),
2.
Mengetahui pelanggan dan pemakai (knowing customers dan consumers),
3.
Menciptakan dan berbagi nilai (creating and sharing value),
4.
Logistik dan distribusi (logistics and distribution),
5.
Informasi dan komunikasi (information and communication),
6.
Hubungan yang efektif (effective relationship).
22
Tabel 1. Perbedaan manajemen logistik dengan manajemen rantai pasok (Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Manajemen Logistik Mengutamakan
Manajemen Rantai Pasok
pengelolaan, Mengutamakan arus
barang
termasuk arus barang dalam antar perusahaan, sejak paling perusahaan.
hulu sampai paling hilir.
Berorientasi pada perencanaan Atas dasar kerangka kerja ini, dan
kerangka
kerja
yang mengusahakan hubungan dan
menghasilkan rencana tunggal koordinasi antar proses dari arus barang dan informasi di perusahaan-perusahaan seluruh perusahaan.
dalam
business
lain
pipelines,
mulai dari pemasok sampai kepada pelanggan.
Mendapatkan produk dengan benar, berarti seluruh aliran proses diupayakan untuk menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang dimengerti dan diinginkan oleh konsumen. Menurut Miranda dan Tunggal (2007), SCM terdiri dari 3 elemen yang terkait satu sama lain, yaitu 1. Struktur jaringan rantai pasok; mencakup jaringan kerja anggota dan hubungan antara anggota satu dengan anggota lainnya. 2. Proses bisnis rantai pasok; mencakup aktivitas-aktivitas yang menghasilkan keluaran tertentu dari pelakunya.
23
3. Komponen manajemen rantai pasok yang mencakup variabel-variabel manajerial dimana proses-proses bisnis yang dilakukan tersusun menjadi satu sepanjang rantai pasok.
Konsep manajemen rantai pasok memperlihatkan ketergantungan antara berbagai perusahaan yang terkait dalam sebuah sistem bisnis. Indrajit dan Djokopranoto (2006), menyebutkan bahwa dalam sebuah perusahaan ada tiga aliran entitas yang harus dikelola dengan baik, yaitu 1.
aliran produk dan jasa (flow of products and services),
2.
aliran uang (flow of money),
3.
aliran dokumen (flow of documents).
Anggota rantai pasokan meliputi semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan inti baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari point of origin hingga point of consumption. Anggota primer adalah semua perusahaan atau unit bisnis yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pasar. Anggota sekunder adalah semua perusahaan atau unit bisnis yang menyediakan sumberdaya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer. Dari definisi sebelumnya didapat bahwa point of origin adalah titik dimana tidak ada pemasok primernya. Semua pemasok adalah anggota sekunder, sedangkan point of consumption adalah titik dimana tidak ada pelanggan utama (Miranda dan Tunggal, 2007).
24
F. RANTAI NILAI Menurut Porter (1985), bisnis suatu perusahaan dengan sangat baik dapat digambarkan sebagai rantai nilai (value chain), dimana pendapatan total dikurangi biaya total dari semua aktivitas yang dijalankan untuk mengembangkan dan memasarkan suatu produk atau jasa yang menghasilkan uang. Suatu perusahaan akan menguntungkan apabila pendapatan total mereka lebih besar dari biaya yang dikeluarkan guna menciptakan dan mengantarkan produk atau jasa. Perusahaan tidak hanya harus memahami operasi rantai nilai mereka sendiri melainkan juga rantai nilai pesaing, pemasok dan distributor. Analisis rantai nilai adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dengan asumsi bahwa tujuan ekonomis dasar dari perusahaan ialah menciptakan nilai. Analisis rantai nilai mengacu pada proses dimana suatu perusahaan menentukan biaya yang berhubungan dengan aktivitas organsiasi dari pembelian bahan mentah, lalu produksi barang, hingga pemasaran barang tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimana keunggulan biaya rendah atau kelemahan terjadi sepanjang rantai nilai dari bahan mentah hingga aktivitas pelayanan pelanggan. Analisis ini dilakukan dengan membagi kegiatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan yang menciptakan nilai tambah, dan setiap kegiatan tersebut dianalisis kekuatan maupun kelemahannya (Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006), kegiatan rantai nilai yang dilakukan perusahaan dibagi menjadi kegiatan primer dan kegiatan penunjang. Kegiatan utama mencakup penciptaan fisik, pemasaran, penyampaian dan dukungan purna jual produk/jasa. Kegiatan penunjang adalah kegiatan yang menyediakan
25
infrastruktur atau masukan yang memungkinkan kegiatan-kegiatan utama berlangsung terus-menerus. Kegiatan utama dapat dibagi-bagi menjadi : a.
Logistik ke dalam (inbound logistics). Adalah kegiatan yang berkaitan dengan
penerimaan,
penyimpanan,
penanganan
bahan,
pergudangan,
pengendalian persediaan, pengembalian kepada pemasok. b.
Operasi. Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengubahan masukan menjadi produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, pemeliharaan peralatan, pengujian, pencetakan dan operasi fasilitas.
c.
Logistik ke luar (outbound logistics). Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian produk secara fisik ke pembeli, seperti penyimpanan barang jadi, penanganan barang, operasi kendaraan pengangkut barang, pemrosesan pesanan dan penjadwalan pengiriman.
d.
Pemasaran dan Penjualan. Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan sarana yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian produk dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian. Contohnya adalah periklanan, promosi, penetapan kuota bagi tenaga penjual, penetapan dan hubungan dengan saluran distribusi serta penetapan harga.
e.
Layanan. Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk. Contohnya adalah instalasi, reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang, penyesuaian produk.
Adapun kegiatan penunjang dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
26
a.
Pembelian (procurement). Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelian suplai baik berupa bahan baku maupun jasa dan mesin. Kegiatan ini merentang di semua rantai nilai karena menunjang setiap kegiatan tersebut.
b.
Pengembangan teknologi. Adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perancangan jasa-produk selain juga penciptaan, penyempurnaan cara pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rantai nilai.
c.
Manajemen Sumberdaya Manusia. Kategori ini merentang pada seluruh rantai nilai.
d.
Infrastruktur. Adalah kegiatan-kegiatan seperti manajemen umum, akunting, legal, keuangan dan perencanaan strategik serta semua lainnya, yang terpisah dari kegiatan primer atau penunjang spesifik tetapi penting bagi operasi keseluruhan rantai nilai.
G. STRATEGI Tripomo dan Udan (2005) mengartikan strategi sebagai pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (rute). Pengertian lain strategi adalah kerangka atau rencana yang mengitegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan dan tindakan/program organisasi. Manfaat disusunnya strategi antara lain adalah untuk mendorong pemahaman tentang situasi, mengatasi konflik karena arah pengembangan yang tidak jelas, mendayagunakan dan mengalokasikan sumberdaya terbatas, memenangkan kompetisi, mampu mencapai keinginan dan memecahkan persoalan besar. Strategi dapat dibagi menjadi :
27
1.
Strategi korporasi. Strategi yang disusun oleh organisasi induk untuk mendayagunakan organisasi-organisasi dibawahnya guna mencapai tujuan bersama.
2.
Strategi bisnis. Strategi yang dirancang untuk meletakkan bisnis pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu industri tertentu sehingga pada akhir periode perencanaan dapat diperoleh tujuan yang diharapkan.
3.
Strategi
fungsional.
Strategi
yang
disusun
untuk
memaksimalkan
produktivitas sumberdaya yang dimiliki melalui penetapan tujuan dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat mengarahkan perilaku orang sehingga dapat mendukung pencapaian strategi yang lebih besar. Strategi fungsional biasa disusun oleh bagian-bagian dalam organisasi.
H. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Untuk menyusun strategi maka terlebih dahulu perlu diketahui situasi dari lingkungan perusahaan, mengingat organisasi adalah sistem terbuka dan secara terus-menerus berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Tripomo dan Udan (2005), struktur lingkungan dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Lingkungan umum atau makro, 2. Lingkungan operasi atau mikro, 3. Lingkungan internal.
Lingkungan umum adalah komponen-komponen di luar organisasi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen praktis, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, legal dan teknologi. Lingkungan operasi atau mikro adalah
28
komponen-komponen di luar organisasi yang berpengaruh langsung terhadap manajemen praktis, seperti konsumen, persaingan dan pemasok. Lingkungan internal merupakan kondisi internal perusahaan. Diantara sekian banyak kondisi dan faktor lingkungan ada faktor-faktor yang menjadi penentu bagi keberhasilan maupun kegagalan organisasi, faktor tersebut disebut dengan faktor kunci atau isu strategis.
Lingkungan Umum -Aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi, dll.
Lingkungan Operasi -Konsumen, pemasok, persaingan, dll.
Lingkungan Internal -Aspek organisasi, aspek produksi, aspek SDM, aspek keuangan, dll.
Gambar 4. Tingkatan Lingkungan Organisasi.
Berdasarkan sumbernya, identifikasi lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1.
Informasi lisan,
2.
Informasi tertulis atau dokumen,
3.
Spionase,
4.
Pengamatan langsung,
5.
Pendapat ahli.
29
Informasi lisan didapat dengan mendengar informasi baik formal maupun informal seperti radio, televisi, karyawan, pelanggan, perantara, pesaing, konsultan dan pemasok. Informasi tertulis seperti majalah, jurnal ataupun buletin dagang. Spionase yakni kegiatan memata-matai pesaing guna mendapatkan informasi. Pengamatan langsung mengamati secara langsung respon masyarakat terhadap kinerja perusahaan.
I.
SWOT Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threats) adalah penilaian
terhadap hasil identifikasi situasi untuk menentukan apakah suatu kondisi dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman. (Tripomo dan Udan, 2005). Kekuatan diartikan sebagai situasi internal organisasi yang berupa kompetensi, kapabilitas ataupun sumberdaya yang dimiliki organisasi dan dapat digunakan sebagai alternatif untuk memanfaatkan peluang ataupun mengantisipasi ancaman. Kelemahan diartikan sebagai internal organisasi dimana kompetensi, kapabilitas ataupun sumberdaya organisasi sulit digunakan untuk menangani peluang ataupun anacaman. Peluang adalah situasi eksternal organisasi yang berpotensi menguntungkan. Sedangkan ancaman adalah situasi eksternal organisasi yang berpotensi menimbulkan kesulitan.
30
Matriks SWOT Faktor Internal
Daftar Kekuatan
Daftar Kelemahan
1. .............................. 1. .............................. 2. .............................. 2. .............................. Faktor Eksternal Daftar Peluang
3. .............................. 3. .............................. Strategi SO
1. ................................
(menggunakan
2. ................................
kekuatan
3. ................................
memanfaatkan
Strategi WO (mengatasi kelemahan
untuk
dengan memanfaatkan peluang)
peluang) Daftar Ancaman
Strategi ST
1. ................................
(menggunakan
2. ................................
kekuatan
3.
menghadapi ancaman)
..........................
Strategi WT (meminimalkan
untuk
kelemahan dan ancaman)
Gambar 5. Gambar Matriks SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats). Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Sedangkan strategi WT adalah taktik bertahan yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2005).
31