II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obyek Wisata Alam Obyek wisata alam merupakan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi4. Menurut Soewantoro (1997), obyek wisata alam adalah sumber daya yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan. Sementara itu, bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan dan tata lingkungannya disebut wisata alam. Orang yang melakukan kegiatan wisata alam disebut dengan wisatawan alam. Pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisatawan alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti makanan bersih, pelayanan sopan dan sarana akomodasi adalah hanya faktor pendukung bagi wisatawan alam untuk melakukan kegiatan wisata alam. Menurut Persatuan Peminat dan Ahli Kehutanan (1987), obyek wisata alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Flora dan Fauna Jenis flora yang memiliki keunikan dan kekhasan antara lain: bunga edelweiss, rafflesia, kantong semar dan lontar. Jenis fauna yang memiliki keunikan dan kelangkaan antara lain: badak bercula satu, harimau jawa, komodo dan orang utan. 2. Keunikan dan Kekhasan Ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang sangat bervariasi, keberadaan ekosistem didalamnya akan menunjukkan kekhasan tersendiri. Beberapa tipe ekosistem yang khas adalah ekosistem pantai, hutan, dataran rendah, dataran tinggi, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan tropis, mangrove, rawa dan gambut.
4
Wisata Alam Berbasis Hutan. http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com. [13 September 2009].
3. Gejala Alam Potensi obyek wisata alam berupa gejala alam antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, danau, gua, batu-batuan berukuran besar dan matahari terbit. 4. Budidaya Sumberdaya Alam Potensi obyek wisata alam berupa budidaya sumberdaya alam antara lain adalah sawah, perkebunan, perikanan dan kebun binatang. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, yang memiliki gejala keunikan alam, keindahan alam, dan lain-lain, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pendayagunaan obyek dan daya tarik wisata alam tersebut dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi. Dengan demikian, modal masyarakat dan teknologi yang sesuai, perlu diikut sertakan dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam5. Penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut6: a. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, b. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, c. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, d. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup, e. Kelangsungan pengusahaan pariwisata alam itu sendiri, dan f. Keamanan dan ketertiban masyarakat.
5 6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18. 1994. Pengusahaan Pariwisata Alam. http://www.theceli.com. [13 September 2009]. Loc.cit
2.2. Pengertian Pariwisata Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kapariwisataan dijelaskan halhal sebagai berikut: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. d. Kepariwisataan
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan pariwisata. e. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. f. Daerah tujuan wisata adalah daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang oleh prasarana dan sarana pariwisata serta masyarakat. Definisi pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), adalah sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi, pelancongan dan hiburan. Menurut Susantio (2003), pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan
dengan
tujuan
mendapatkan
kenikmatan,
mencari
kepuasan,
mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga atau istirahat menuaikan tugas dan berziarah. Wisatawan adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalananya itu. Pariwisata merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup unik dan untuk Indonesia, pariwisata sebetulnya memiliki dimensi tidak sekedar nilai ekonomi, budaya tetapi lebih dari itu secara politik atau pertahanan dan keamanan. Hal ini dikarenakan pengembangan pariwisata yang dikembangkan secara serius, terencana, melibatkan masyarakat secara aktif, akan mampu meningkatkan persatuan dan kesatuan (Adinugroho 2002). Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan
raya, pengangkutan setempat, program kebersihan atau kesehatan, sasana budaya, dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Keseluruhannya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek berbagai sektor bagi negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya. Saat ini banyak negara yang bergantung dari industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata adalah salah satu strategi yang dipakai oleh organisasi non-pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal7. Dengan demikian pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional, misalnya8: a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orangorang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional sekalipun. b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata, seperti misalnya: transportasi, akomodasi (hotel, motel dan lainnya). c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lainnya karena semakin banyak orang yang melakukan perjalanan wisata. d. Meningkatkan permintaan terhadap handicrafts, souvenir goods, art painting dan sebagainya.
7 8
Isen Mulang. 2009. Wisata. http://isen-mulang.blogspot.com/2009/03/wisata.html. [13 September 2009]. Yoeti. 2008. Pentingnya Pariwisata. http://arison001.blogspot.com/2008/02/pengertianpariwisata.html. [13 September 2009].
e. Memperluas barang-barang lokal untuk semakin dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman, seperti: Ukiran Jepara, Patung Bali, Batik Pekalongan, Dodol Garut, atau Sate Madura. f. Meningkatkan perolehan devisa negara, sehingga dapat mengurangi beban defisit neraca pembayaran. g. Memberikan
kesempatan
berusaha,
kesempatan
kerja,
peningkatan
penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional. h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh pembangunan. i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan. j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata yang dikunjungi wisatawan. Tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan Undang-Undang No.9 Tahun 1990 adalah: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata. b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. c. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemakmuran rakyat. e. Mendorong pendayagunaan produk nasional. Berdasarkan hal diatas maka diharapkan penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya tarik wisata itu sendiri. Hal tersebut meliputi nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan adab, mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum, guna memperkokoh jati diri bangsa dalam rangka mewujudkan wawasan Nusantara.
Kegiatan wisata sebagai bagian dari pariwisata, berdasarkan segi jumlahnya dibedakan atas9: 1. Individual tour (wisatawan perorangan) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri. 2. Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain. 3. Group tour (wisata rombongan) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan pimpinan oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Wisata juga memiliki sifat dan karakter yang sekiranya perlu untuk diketahui dalam hal pemahaman mengenai konsep kepariwisataan. Beberapa sifat dan karakter wisata tersebut terdiri dari:10 1. In-Situ Obyek dan daya tarik wisata alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekosistemnya. Pemindahan obyek ke Ex-situ akan menyebabkan terjadinya perubahan dari obyek dan daya tarik atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya. 2. Perishable Suatu gejala atau proses alam ini hanya terjadi pada kurun waktu tertentu. Kadang siklusnya beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan atau ratusan tahun. Obyek dan daya tarik wisata alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan. 3. Non Recoverable Suatu ekosistem alam yang mempunyai sifat dan perilaku pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor alam (Genotype) dan faktor luar (Fenotype). Pada umumnya pemulihan secara alami terjadi dalam waktu yang 9 10
The Ecotourinist Consultant. 2007. Wisata dan Rekreasi. http://www.banjarjabar.go.id/redesign/cetak.php?id=313. [13 September 2009]. Loc.cit
panjang. Proses untuk mempercepat pemulihan biasanya dibutuhkan dana dan tenaga yang besar, dan apabila upaya ini berhasil hasilnya tidak akan sama dengan kondisi semula. 4. Non Substitutable Suatu daerah atau kawasan mungkin terdapat banyak obyek wisata alam. Obyek alam ini, jarang sekali yang mempunyai kemiripan yang sama. Obyek dan daya tarik wisata, misalnya kawasan pegunungan antara satu tempat dengan tempat lain akan berbeda. 2.3. Rekreasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), mendefinisikan rekreasi sebagai kegiatan penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Berdasarkan peninjauan secara terminologi keilmuan, rekreasi berasal dari dua kata dasar yaitu re dan kreasi, yang secara keseluruhan berarti kembali menggunakan daya pikir untuk mencapai kesenangan atau kepuasan melalui suatu kegiatan. Pengertian rekreasi tersebut memberikan suatu syarat dan batasan, yang terdiri dari: a. kegiatan rekreasi terjadi pada waktu luang, b. kegiatan rekreasi bersifat sementara, c. dalam melakukan kegiatan rekreasi tidak terdapat unsur paksaan (dalam artian bersifat sukarela), d. pelaksanaan kegiatan rekreasi tidak terikat waktu dan tempat, bisa kapan saja dan dimana saja (dalam hal ini ilustrasikan bahwa anda sedang menonton televisi di rumah, kegiatan menonton televisi tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan rekreasi), dan e. pelaksanaan kegiatan rekreasi tidak terikat aturan, tapi aturan berlaku jika ada program-program tertentu (misalnya program paket perjalanan rekreasi). Pangemanan (1993), menjelaskan ciri-ciri rekreasi adalah sebagai berikut : a. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia yang dalam waktu luang dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi bergantung dari pandangan terhadap kegiatan tersebut. b. Rekreasi bersifat luwes, artinya rekreasi tidak dibatasi oleh tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) atau rekreasi alam
terbuka (outdoor recreation) tergantung macam dan bentuk kegiatan yang dilakukan. c. Rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang. d. Rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial. Secara umum Clawson dan Knetsch (1975) membedakan rekreasi ke dalam dua golongan, yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Rekreasi alam terbuka adalah setiap rekreasi yang dilakukan di tempat-tempat yang tanpa dibatasi suatu bangunan atau rekreasi yang dilakukan di luar bangunan. Kelebihan rekreasi di alam terbuka yaitu pengalaman yang menyehatkan dan keterampilan yang lebih tinggi, baik fisik maupun mental manusia. Rekreasi di alam terbuka dapat berupa jalan kaki, jogging, berkemah, memancing dan lain sebagainya. Pelaksanaan rekreasi tersebut memiliki manfaat dalam hal menambah pengalaman seseorang yang berhubungan emosi inspirasi yang didapat setelah melakukan kegiatan rekreasi. Tujuan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan antara lain yaitu: 1) pengisi waktu luang; 2) pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan; 3) sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan pengganti/pelengkap), contohnya pendidikan dan pekerjaan/bekerja; 4) sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk kegiatan berkelompok serta rekreasi aktif). Sementara itu berdasarkan terminologi wisata dan rekreasi yang telah ditelaah tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemahaman umum dari perbedaan keduanya menghasilkan suatu konsep dimana rekreasi memiliki arti yang lebih luas (general) dari pada konsep wisata 11. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
11
Ibid. Hlm 16
Tabel 5. Perbedaan Wisata dan Rekreasi Wisata 1. Mutlak melakukan perjalanan 2. Ada tujuan (destination area) 3. Selalu dilakukan di luar rumah, dan berada dalam jarak yang jauh dari rumah 4. Konteks kegiatannya cenderung pada pemanfaatan suatu tempat tujuan 5. Pelakunya merupakan pengunjung (wisatawan) 6. Konteks wisata lebih spesifik dan pasti termasuk rekreasi
Rekreasi 1. Tidak mutlak melakukan perjalanan 2. Cenderung tidak ada tujuan, karena bisa dilakukan dimana saja 3. Dapat dilakukan di rumah dan di luar rumah (cakupan area kegiatan rekreasi lebih luas) 4. Konteks kegiatan lebih cenderung pada pemanfaatan waktu luang (leisure time) 5. Pelaku kegiatan rekreasi adalah siapapun dan tidak mendapat panggilan/sapaan khusus 6. Konteks rekreasi lebih luas (general), maka daripada itu konteks rekreasi belum tentu wisata
Sumber : http://www.banjar-jabar.go.id. [13 September 2009]
2.4. Wisata Alam Sebagai Barang Publik Wisata alam mempunyai sifat non-rivalry, non-excludibility dan congestible (Bahruni 1993). Sifat-sifat tersebut merupakan karakteristik dari barang publik (public goods). Sifat non-rivalry yang dimiliki oleh obyek wisata alam sebagai barang publik berarti setiap wisatawan dapat memperoleh kepuasan rekreasi wisata alam tanpa mengurangi kepuasan wisatawan lain. Permasalahan non-rivalry goods adalah pasar tidak dapat menentukan harga efisien barang dan atau jasa tersebut. Sifat non-excludibility dari obyek wisata alam berarti setiap orang bisa menikmati wisata alam tanpa bisa dibatasi. Walaupun pengelola wisata alam melakukan pembatasan agar seseorang tidak dapat menikmati manfaat obyek wisata alam tanpa membayar, namun pembatasan ini tidak sepenuhnya dapat membatasi
seseorang
menikmati
manfaat
obyek
wisata
alam,
seperti
pemandangan yang indah, kesejukan yang dapat dinikmati dari jauh. Sifat ini menyebabkan tidak ada insentif bagi pengunjung atau wisatawan untuk menunjukkan preferensi atau berapa harga manfaat wisata alam bagi mereka.
Sifat tambahan congestible dari obyek wisata berarti setiap pengunjung atau wisatawan akan merasa berkurang kepuasannya apabila tercapai keadaan penuh pengunjung. Dengan demikian, seorang wisatawan akan mengatur dirinya sendiri, apabila kepuasan yang diperolehnya menurun atau nol bahkan negatif, orang tersebut akan keluar dari kawasan wisata tersebut atau akan membatalkan rekreasi di kawasan tersebut walaupun tidak dipungut biaya. 2.5. Definisi Produk Wisata Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial), dan jasa alam. Menurut Suswantoro (2007) pada hakikatnya pengertian produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak dia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali ke rumah dimana ia berangkat semula. Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri dari tiga bagian (Yoeti 2008), yaitu: 1.
Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk di dalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan.
2.
Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, transportasi, rekreasi, dan lain-lain.
3.
Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
2.6. Definisi Jasa Rangkuti (2003) mendefinisikan jasa sebagai pemberian suatu kinerja atau tindakan tidak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Menurut Kotler (2007) jasa adalah setiap kegiatan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik. Jasa memiliki empat karakteristik sebagai berikut:
1.
Intangibility (tidak berwujud) Tanpa wujud, tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum dibeli atau dikonsumsi.
2.
Inseparability (tidak terpisahkan) Jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Penyedia jasa dan pelanggan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, penyedia jasa dapat berupa manusia ataupun mesin.
3.
Variability (bervariasi) Jasa sangat beraneka ragam, karena tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
4.
Perishability (tidak tahan lama) Jasa tidak dapat disimpan untuk penggunaan di kemudian hari. Tetapi jasa mempunyai nilai di saat pembeli jasa membutuhkan pelayanan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu lebih dijelaskan perbedaan antara
fisik dan jasa. Terdapat delapan aspek mendasar yang membedakan jasa dengan barang fisik, yang menurut Lovelock yang diacu dari Umar (2003) antara lain: 1.
Produk jasa yang dikonsumsi tidak dapat dimiliki oleh konsumen.
2.
Produk jasa merupakan suatu kinerja yang sifatnya intangibles.
3.
Dalam proses produksi jasa, konsumen memiliki peran yang lebih besar untuk turut serta pengolahnya dibandingkan dengan produk barang fisik.
4.
Orang-orang yang terlibat dalam proses jasa berperan sedikit banyak dalam pembentukan atau mendesain jasa.
5.
Dalam hal operasional masukan dan keluaran, produk jasa lebih bervariasi.
6.
Produk jasa tertentu sulit dievaluasi oleh konsumen.
7.
Jasa tidak dapat disimpan.
8.
Faktor waktu dalam proses jasa dan konsumsi jasa relatif lebih diperhatikan. Jasa umumnya memiliki kualitas pengalaman dan kepercayaan yang
tinggi, sehingga lebih banyak risiko dalam pembeliannya. Hal ini mengandung beberapa konsekuensi. Pertama, konsumen jasa umumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut daripada iklan. Kedua, konsumen sangat mengandalkan harga, petugas, dan petunjuk fisik untuk menilai mutunya. Ketiga, konsumen sangat setia pada penyedia jasa yang memuaskan mereka. Keempat, karena
adanya biaya peralihan, bisa terjadi keengganan dari banyak konsumen. Hal tersebut merupakan tantangan untuk dapat memikat pelanggan menjauhkan diri dari pesaing (Kotler 2007). 2.7. Studi Terdahulu Fatasyah (2007) menganalisis kepuasan dan respon pengunjung terhadap atribut-atribut Wisata Agro Inkarla Cibodas. Wisata Agro Inkarla Cibodas berkeinginan
untuk
menambah
fasilitas-fasilitas
tambahan
yang
dapat
meningkatkan kepuasan pengunjung. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan menganalisis respon konsumen untuk mengetahui kepuasannya terhadap kinerja dari atribut-atribut yang ditawarkan oleh pihak manajemen. Digunakan empat alat analisis yaitu analisis deskriptif, Customer Satisfaction Index, Important Performance Analysis, dan analisis Friedman (analisis varian ranking dua arah Friedman dan uji perbandingan berganda untuk uji Friedman). Diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pertimbangan berkunjung mereka adalah dalam hal kenyamanan. Berdasarkan Important Performance Analysis, atribut-atribut yang dianggap penting oleh pengunjung pada kenyataannya belum sesuai bagi pengunjung sehingga kepuasan yang diperoleh masih rendah, sedangkan berdasarkan Customer Satisfaction Index diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan responden merasa puas dengan kinerja Wisata Agro Inkarla Cibodas. Friehandhoko (2009), meneliti mengenai kepuasan konsumen dalam melakukan kunjungan ke wisata pemancingan Ajo, yang merupakan wisata pemancingan terbesar di Karawang. Dengan segala fasilitas yang dimiliki diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap fasilitasfasilitas dan atribut pelayanan wisata pemancingan Ajo serta merumuskan kebijakan pemasarannya. Menganalisis bahasan dalam penelitian digunakan lima dimensi kualitas pelayanan yaitu tangible, reliability, responsive, assurance, dan emphaty. Selain itu digunakan juga analisis gap untuk membandingkan kinerja pelayanan perusahaan dengan harapan konsumen, dengan demikian dilakukan penilaian berdasarkan pada skala 1-5 untuk masing-masing atribut. Berdasarkan asumsi, ditetapkan dasar penilaian harapan konsumen pada skala 4 dari kategori
1-5 tersebut. Standar penilaian responden ditetapkan bahwa apabila kinerja kurang dari harapan maka diasumsikan responden tersebut merasa tidak puas, selanjutnya apabila kinerja sama dengan harapan maka responden merasa puas, dan apabila kinerja lebih besar dari harapan artinya respondeng sangat puas. Berdasarkan hasil analisi, secara keseluruhan fasilitas yang disediakan perusahaan sudah sangat memuaskan konsumen karena dari penilaian gap menunjukkan bahwa nilai kinerja perusahaan melebihi nilai harapan dari konsumen. Karokaro (2007), meneliti tentang analisis tingkat kepuasan pengunjung agrowisata Little Farmers Cisarua, Kabupaten Bandung Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengunjung agrowisata Little Farmers, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian produk/jasa agrowisata Little Farmers. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, analisis tingkat kepuasan pengunjung (Customer Satisfaction Indeks = CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA). Diperoleh hasil bahwa sebagian besar pengunjung agrowisata Little Farmers adalah para pria yang sudah menikah berumur 30-39 tahun, pendidikan terakhir Sarjana, bekerja sebagai pegawai swasta dan mempunyai pendapatan diatas Rp 3.000.000 per bulan. Manfaat yang didapatkan dengan melakukan kunjungan wisata adalah tambahan pengetahuan dan hiburan. Alasan utama dari 42 persen pengunjung yang datang ke agrowisata Little Farmers adalah karena merupakan objek wisata yang baru dan lingkungannya masih alami. Berdasarkan tingkat kepuasan diperoleh hasil sebesar 79,21 persen pengunjung merasa puas atas kinerja pelayanan Little Farmers. Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya yaitu kerapian pemandu, kesopanan pemandu, keamanan lokasi dan pelayanan karyawan, sedangkan atribut yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kepuasan pengunjung adalah kebersihan lokasi dan pelayanan informasi. Lestari (2009) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke wisata mincing Fishing Valley Bogor. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan Regresi Logistik, dengan bantuan software Statistical Package for the Social Science (SPSS). Ditetapkan 13 atribut yang diduga mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke wisata mancing Fishing Valley Bogor, yaitu jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, waktu tempuh, harga ikan dan tiket mancing, harga produk fasilitas pelengkap, luas areal parkir, kondisi kolam, ketersediaan ikan, ketersediaan fasilitas pelengkap, pelayanan karyawan, dan kenyamanan lokasi. Berdasarkan analisis Regresi Logistik, terdapat lima faktor yang signifikan (pada taraf nyata 1, 5, dan 10 persen) dalam mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke wisata mincing Fishing Valley Bogor. Faktor-faktor tersebut antaralain: jenis kelamin, pendapatan, persepsi terhadap harga ikan dan tiket mancing, kondisi kolam, serta ketersediaan ikan. Hasil penelitian memberikan beberapa rekomendasi alternatif kebijakan bagi manajemen Fishing Valley, diantaranya (1) melakukan perawatan kolam secara periodik dan menjaga kebersihan, (2) melakukan evaluasi ulang mengenai ketersediaan ikan yang ideal untuk kolam pemancingan, dan (3) melakukan promosi secara intensif. Nurmasari (2009) menganalisis positioning pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi konsumen serta mengimplikasikannya terhadap kebijakan manajerial perusahaan. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis Biplot dengan jumlah sampel sebanyak 95 orang konsumen. Ditetapkan 14 atribut yang akan dianalisis berdasarkan persepsi konsumen. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa konsumen pemancingan yang sebagian besar bertempat tinggal di Bogor dengan biaya pengeluaran per bulan lebih dari Rp 5.000.000 akan memilih pemancingan yang memberikan kenyamanan bagi mereka. Berdasarkan analisis Biplot diketahui bahwa pemancingan Fishing Valley diposisikan sebagai pemancingan dengan jenis ikan dan sistem pemancingan yang beragam. Hal tersebut menjadi keunggulan pemancingan Fishing Valley dibandingkan pemancingan pesaing. Perlu dilakukan kebijakan manajerial berdasarkan bauran 7P, yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat/distribusi), Promotion ( promosi), Physical Evidence (bukti fisik), Proccess (proses) dan Person (orang). Sari (2007), melakukan analisis permintaan dan nilai ekonomi dari obyek wisata air panas Gunung Salak Endah. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik dan penilaian wisatawan terhadap obyek wisata air panas Gunung Salak Endah, sedangkan fungsi permintaan dan nilai ekonomi
menggunakan metode regresi poisson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada obyek wisata tersebut memiliki masalah dalam hal kebersihan dan kelengkapan fasilitas yang kurang memadai seperti sarana ibadah yang layak dan bersih, kolam renang besar, sarana komunikasi, sarana bermain anak, penitipan barang dan lokasi parkir yang besar. Berdasarkan analisis Regresi Poisson diketahui bahwa tingkat kunjungan dipengaruhi positif oleh variabel pendapatan pengunjung, daya tarik obyek wisata, dan pengetahuan pengunjung terhadap lokasi wisata, sedangkan pengaruh negatif berasal dari variabel biaya perjalanan. Nilai ekonomi obyek wisata air panas Gunung Salak Endah diketahui dari surplus konsumen yang dialami dan dijumlahkan dengan pendapatan dari tiket masuk periode tertentu. Dengan demikian disimpulkan bahwa obyek wisata air panas Gunung Salak Endah berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Siagian (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung kembali ke Taman Safari Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik. Melalui analisis Regresi Logistik diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kunjungan wisatawan apakah akan berkunjung kembali atau tidak adalah aksesibilitas, daya tarik obyek wisata Taman Safari Indonesia dan sudah berkunjung sebelumnya. Implikasi studi perilaku konsumen terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan wisatawan untuk kembali berkunjung ke Taman Safari Indonesia adalah strategi promosi dan objek wisata. Strategi promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Taman Safari Indonesia hendaknya lebih efektif, yaitu dengan melakukan promosi secara gencar pada saat menjelang liburan dan juga dipertimbangkan untuk menambah wahana-wahana baru. Vidya (2008) menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut mutu pelayanan wisata memancing Fishing Valley Bogor. Metode yang digunakan yaitu penelitian survei dengan mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data pokok. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah pengujian kuesioner, analisis deskriptif, Importance Performance Analysis, dan analisis varian ranking dua arah Friedman. Wisata pemancingan Fishing Valley merupakan yang terbesar di Bogor dan tidak hanya menyajikan kolam pemancingan tetapi juga menyediakan wisata keluarga berupa
restoran dan permaianan, dimana secara keseluruhan sebagian besar konsumen merasa puas terhadap mutu pelayanan wisata ini, namun masih ada atribut-atribut yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya. Meningkatkan performance Fishing Valley disarankan untuk menambah fasilitas sarana olahraga sehingga dapat lebih memuaskan konsumen yang ada. Tinjauan pustaka yang dicantumkan di atas memberi kontribusi terhadap perumusan penelitian ini, yaitu dalam hal menentukan metode yang akan digunakan untuk menganalisis obyek penelitian. Metode yang dipilih adalah metode Regresi Logistik, dimana metode ini dapat mendeskripsikan secara spesifik suatu variabel atau atribut tertentu yang berpengaruh secara nyata terhadap peubah responnya, dalam hal ini yaitu menentukan atribut-atribut mana saja yang berpengaruh secara nyata terhadap keputusan wisatawan untuk berkunjung kembali ke CV Alam Sibayak. Berbeda dengan metode yang umumnya sering digunakan dalam menganalisis konsumen yaitu metode Importance Performance Analysis (IPA), dimana metode ini hanya menganalisis mana yang lebih disukai dan tidak disukai atau mana yang lebih penting dan tidak penting dari suatu produk. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan umumnya terletak pada metode yang digunakan serta atribut-atribut yang dipakai, sedangkan persamaannya terletak pada responden yang digunakan yaitu menganalisis persepsi konsumen terhadap obyek penelitian. Adapun keunggulan penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini menganalisis keputusan konsumen untuk berkunjung kembali ke CV Alam Sibayak berdasarkan atribut yang dimiliki perusahaan, bukan dari konsumen sendiri seperti pada penelitian-penelitian terdahulu yang tercantum di atas. Daftar penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Penelitian 1
Fatasyah (2007)
2
Friehandho ko (2009)
3
Karokaro (2007)
4
Lestari (2009)
5
Nurmasari (2009) Sari (2007)
6
7
Siagian (2006)
8
Vidya (2008)
Analisis Kepuasan dan Respon Pengunjung Terhadap AtributAtribut Wisata Agro Inkarla Cibodas Kepuasan Konsumen Wisata Pemancingan Ajo Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat Analisis Tingkat Kepuasan Pengunjung agrowisata Little Farmers Cisarua Kabupaten Bandung Utara Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keinginan Konsumen untuk Berkunjung Kembali ke Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Obyek Wisata Air Panas Gunung Salak Endah Dengan Metode Biaya Berjalan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keinginan Wisatawan Untuk Berkunjung Kembali ke Taman Safari Indonesia Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor
Alat Analisis Customer Satisfaction Index, Important Performance Analysis, Analisis Friedman Analisis Gap
Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis Analisis Deskriptif Regresi Logistik
Analisis Biplot Regresi Poisson
Regresi Logistik
Importance Performance Analysis, Analisis Friedman