II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
MANGGIS Karakteristik dan Morfologi Tanaman Manggis
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter dengan buah berwarna merah keunguan ketika matang meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Guttiferae Genus : Garcinia Species : Garcinia mangostana L (Anonim 2000) Manggis (Garcinia mangostana Linn) termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambi, pengangkut, pengolah, pengedar dan penyimpan makanan, serta organ generatif yang meliputi bunga, buah dan dan biji (Rukmana 1995). Pohon manggis dapat mencapai ketinggian 25 m. Tanaman ini mempuyai akar tunggang dengan beberapa rambut akar, dengan lebar tajuk mencapai 12 m. Permukaan batang tidak rata dan berwarna kecoklatan. Semua bagian tanaman akan mengeluarkan getah kuning bila dilukai (Reza dan Wijaya 2000).
(a) (b) Gambar 1. (a) pohon manggis; (b) buah manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan salah satu komoditas eksotik tropika yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Di luar negeri manggis dikenal sebagai “Queen of Tropical Fruits”. Pohon manggis berukuran sedang, tingginya mencapai 6-25 meter dengan batang pohon lurus, dahan simetris, bentuk mahkota ada dua, piramid atau kerucut dan bentuk oval. Daun berhadapan dengan tangkai yang pendek, elips, panjang 15-25 cm dan lebar 7-13 cm, kulit tebal seluruhnya, ujung tirus tajam, halus dan warna hijau muda pada bagian atas dan kuning kehijauan di bawah. Bunga pendek, tangkai tebal, tunggal atau banyak diujung brangket, diameter sekitar 5,5 cm dengan 4 sepal dan 4 daun bunga hijau kekuningan dengan bagian merah dipinggirnya (Susanto 2005).
4
Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda warnanya hijau muda dan setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah berwarna hijau muda dan bercak ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gr, tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter 8-12 mm. Daging buah manggis bersegmensegmen yang jumlahnya berkisar antara 5-8 segmen. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus setiap segmen daging mengandung biji yang berukuran besar. Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Secara tradisional buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Buah manggis dapat tetap segar bila disimpan dalam ruangan atau tempat yang dingin. Pada kondisi ruangan bersuhu 4-6 oC dapat tetap segar sampai 49 hari, sedangkan pada suhu 9-12 oC hanya tahan sampai 33 hari (Satuhu 1997).
2.1.2
Syarat Tumbuh
Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah, sering ditemukan tumbuh bersama dengan tanaman durian. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-23 oC dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen. Jenis tanah ideal adalah latosol dan andosol, berdrainase baik, memilki pH 5,0-7,0 dengan kedalaman lapisan oleh tanah 50-200 cm. Daun dan buah manggis tahan terhadap sinar matahari, namun tanaman ini memerlukan naungan pada saat masih kecil. Naungan dikurangi seiring dengan semakin besarnya tanaman. Tanaman manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buahbuahan lainnya (Rukmana 1995).
2.1.3
Kandungan Kimia Manggis
Komponen terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83%. Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram buah manggis dapat dimakan adalah 63%, yang sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil, demikian pula kandungan vitaminnya. Buah manggis tidak mengandung vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C. Oleh karena itu, buah ini tidak dapat dijadikan sumber vitamin yang potensial (Qanytah 2004). Komposisi kimia manggis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram buah yang dapat dikonsumsi. Komponen gizi Unit Jumlah Air g 83.000 Kalori kal 63.00 Protein g 0.60 Lemak g 0.60 Karbohidrat g 15.60 Kalsium mg 8.00 Fosfor mg 12.00 Besi mg 0.80 Vitamin B1 mg 0.03 Vitamin C mg 2.00 Sumber : Qanytah 2004
5
2.1.4
Syarat Mutu Manggis
Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kematangan buah masih sulit dicapai. Masih diperlukan adanya peningkatan produktivitas serta teknologi budidaya untuk menghasilkan buah manggis yang memiliki mutu yang optimal. Salah satu kebijakan yang dilakukan saat itu untuk melindungi kepentingan konsumen dan meningkatkan daya saing dalam hal mutu yaitu menerapkan standar buah manggis. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01 – 3211 – 1992. Berdasarkan SNI 01 – 3211 – 1992 mutu manggis segar dikelompokkan atas 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II. Adapun klasifikasi dan standar mutu manggis disajikan pada Tabel 2.
Jenis Uji Keseragaman Diameter Tingkat keseagaran Warna Kulit Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah) Tangkai atau kelopak Kadar kotoran (b/b) Serangga
Tabel 2. Persyaratan mutu buah manggis Persyaratan Satuan Mutu Super Mutu I Seragam Seragam mm >65 55-65 Segar Segar Hijau kemerahan Hijau kemerahan s/d merah muda s/d merah muda mengkilat mengkilat %
0
Utuh 0 Tidak ada Putih bersih khas Warna daging buah manggis Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992)
2.1.5
% -
Mutu II Seragam <55 Segar Hijau kemerahan
0
0
Utuh 0 Tidak ada Putih bersih khas manggis
Utuh 0 Tidak ada Putih bersih khas manggis
Penyebaran Tanaman Manggis
Tanaman manggis tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia mulai dari utara hingga selatan Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, hingga Lampung) dan terus bergerak di sepanjang pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Barat serta di daerah Kalimantan. Produksi manggis Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2007 yaitu 112.722 ton. Menurut Paramawati (2010) Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara kepulauan, diantaranya musim panen manggis yang bergatian dari bulan Agustus hingga April. Pada bulan Agustus panen manggis dimulai dari Sumatera kemudian Jawa. Pada bulan Desember dilanjutkan di daerah bagian timur. Sentra produksi manggis terbesar dihasilkan dari provinsi Jawa Barat. Sebagian besar produksi manggis berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Purwakarta, Subang, Bogor, dan Sukabumi. Tabel 3 menunjukkan produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004 -2008.
6
Tabel 3. Produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004-2008 (ton) Provinsi
2004 Sumatera Utara 6.652 Sumatera Barat 11.303 Riau 2.755 Jambi 2.825 Sumatera Selatan 1.216 Bengkulu 587 Lampung 501 Banten 2.715 Bangka Belitung 806 Jawa Barat 16.571 Jawa Tengah 5.965 D.I Yogya 1.305 Jawa Timur 1.266 Bali 1.800 NTB 288 Kalimantan Barat 1.275 Kalimantan Tengah 284 Kalimantan Selatan 209 Sumber: Statistik Pertanian 2009
2.2
2005 7.971 11.278 2.130 1.919 1.927 83 302 2.620 641 20.781 1.512 1.085 2.562 2.398 314 1.283 221 166
Tahun 2006 6.783 7.662 3.223 2.157 2.213 512 352 4.101 1.345 27.298 2.296 630 5.346 454 481 1.395 428 203
2007 8.613 7.545 1.194 1.912 896 976 749 919 3.237 60.678 2.948 1.022 11.053 1.919 1.139 278 433 205
2008 9.387 13.932 2.666 1.443 777 4.635 1.119 2.335 2.637 23.738 1.963 1.033 5.540 827 627 389 729 432
AGROINDUTRI MANGGIS
Manggis atau mangosteen (Garcinia mangostana L) merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar. Selama ini manggis kebanyakan hanya dikonsumsi dalam bentuk segar tanpa adanya pengolahan terhadap buah manggis, padahal manggis memiliki banyak memliki manfaat dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan bila diolah dengan baik. Manggis sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui mengandung xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian. Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, karena itu manggis di dunia diberikan julukan ”Queen of Fruit” atau si ratu buah (Iswari dan Sudaryono 2007) Manggis dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Menurut Kastaman (2007) berdasarkan karakteristik buahnya, manggis dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti jus atau sari buah, juice xanthone dari buah manggis, sirup buah, cocktail, kapsul atau tablet xanthone yang bermanfaat untuk kesehatan, obat anti kanker, suplemen untuk diet, bahan pewarna. Pohon industri manggis dapat dilihat pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Pohon Industri Manggis (Utami 2008) Hampir seluruh bagian tanaman manggis dapat dimanfaatkan untuk dijadikan menjadi berbagai macam produk seperti produk pangan, bahan kosmetik, bahan bangunan dan bahan kompos. Tanaman manggis yang sudah tidak produktif dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk bahan bangunan. Namun hal ini bukan menjadi alternatif utama mengingat masa produksinya yang sangat lama. Bagian utama dari tanaman manggis yang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan produk olahan yaitu berasal dari buah manggis yang terdiri dari daging buah,dan kulit buah. Bahanbahan tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti xanthone, puree, sirup, jeli, selai dan sebagainya. Produk olahan diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang besar bagi komoditas manggis (Utami 2008). Berikut ini merupakan proses pengolahan dari beberapa produk olahan manggis.
2.2.1
Sirup Manggis
Sirup manggis merupakan salah satu produk olahan manggis yang diproses dengan menambahkan gula ke dalam bubur buah. Untuk mengkonsumsinya perlu pengenceran dengan air. Warna sirup yang dihasilkan yaitu warna merah marun yang berasal dari ekstrak kulit buah manggis. Sirup ini dapat dijadikan sebagai minuman sehat dan bergizi, karena mengandung xanthone yang tinggi (Iswari et.al 2007). Diagram alir proses pembuatan sirup manggis dapat dilihat pada Gambar 3.
8
Buah Manggis Segar
Pencucian
Pembelahan
Pemisahan
Kulit Buah
Daging buah dan Biji Blanching pada suhu80 oC (t= 3 menit)
Pulper
Penyaringan
Bubur Buah
Air 50%, Ekstrak Kulit Buah 20%, Gula dan Maltodekstrin
Mixing
Pemasakan
Pasteurisasi
Pembotolan
Sirup Manggis
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis (Iswari et al. 2007)
2.2.2
Xanthone Manggis
Xanthone adalah senyawa organik dengan rumus molekul dasar C13H8O2. Turunan senyawa xanthone banyak terdapat di alam dan berdasarkan penelitian telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Xanthone terbuat dari ekstra kulit buah manggis yang bermanfaat sebagai obat karena mengandung xanthone yang sangat tinggi. Xanthone adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur cincin 6 karbon dengan kerangka karbon rangkap. Struktur ini membuat xanhtone sangat stabil dan serbaguna. Xanthone tergolong derivat dari difenil-γ-pyron, yang memiliki nama IUPAC 9H-xanthin-9-on (Sluis 1985). Menurut Iswari dan Sudaryono (2007) xanthone berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidannya dalam kulit manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Produk olahan ini banyak diminati oleh masyarakat karena khasiatnya yang baik untuk kesehatan. Gambar 4 menunjukkan diagram alir ekstraksi xanthone dari kulit buah manggis.
9
Buah manggis segar
Pencucian
Pemisahan
Daging Buah
Kulit Buah
Pemisahan
Kulit Luar
Kulit Dalam
Penghancuran
Ekstraksi dengan pelarut ethanol 70% dan air (1:2 b/v)
Maserasi pada suhu kamar (20-25 oC) t = 24 jam
Penyaringan
Ampas
Ekstrak xanthone
Gambar 4. Diagram alir ektraksi xanthone dari kulit buah manggis (Pebriyanthi 2010)
2.2.3
Puree Manggis
Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat diolah kembali menjadiproduk olahan yang diinginkan. Banyak negara diluar negeri mengirimkan puree manggis yang berasal dari Asia Tenggara khususnya Indonesia, karena manggis dari Indonesia mempunyai rasa yang khas dengan kesegaran yang khas juga. Oleh karena itu hal ini merupakan peluang bisnis bagi petani ataupun kelompok usaha pengolahan ataupun investor dalam membangun industri puree manggis (Iswari dan Sudaryono 2007).
2.2.4
Dodol Manggis
Dodol adalah makanan berupa gel yang terbuat dari campuran bahan beras pati, gula dan bahan pengisi lainnya yang biasanya berupa buah. Kebanyakan dodol masih diolah secara tradisional dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Pada proses pembuatan dodol manggis, bahan yang digunakan ialah daging buah beserta bijinya. Biji memiliki tekstur keras sehingga biji harus direbus selama 10 menit agar lunak dan mudah dihancurkan saat akan dicampurkan dengan adonan dodol (Paramawati 2010). Diagram alir proses pembuatan dodol manggis dapat dilihat pada Gambar 5.
10
Buah manggis Gula Pasir, Vanili
Tepung Ketan
Kelapa Pengeluaran daging buah
Kulit buah
Pengupasan Perebusan (t= 10 menit) Pemarutan Daging buah beserta biji Santan Penghancuran Bubur buah
Pemasakan
Pendinginan
Pemotongan
Dodol Manggis
Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan dodol manggis (Paramawati 2010)
2.3
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Menurut Eriyatno (1999) sistem penunjang keputusan adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemenelemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu: 1) Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2) Adanya dukungan menyeluruh (holistic) dari keputusan bertahap ganda 3) Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan intelegensia buatan 4) Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju suatu sistem yang lebih bermanfaat Eriyatno (1999) melanjutkan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan selanjutnya mampu mengintegrasi berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sisitem penunjang keputusan seyogyanya ditunjang oleh berbagai studi lapangan dan penelitian kasus, guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya. Menurut Keen dan Morton (1978), sistem penunjang keputusan adalah suatu sistem berbasis komputer-interaktif yang memudahkan pemecahan masalah dari permasalahan-permasalahan keputusan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur. Suryadi dan Ramdhani (1998) mengemukakan bahwa pada umumnya setiap organisasi yang bergerak dibidang produksi maupun jasa, tidak terlepas dari segala problematika manajemen yang terdapat dalam lingkungan pembuatan keputusan. Perubahan struktur pasar, produk, teknologi produksi, organisasi dan yang lainnya terus terjadi sehingga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada setiap kebijakan manajemen yang dihasilkan. Pembuatan keputusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi secara keseluruhan. Pada dasarnya sebuah sistem organisasi mencakup sistem fisik (sistem operasional), sistem manajemen (sistem keputusan) dan sistem informasi. Sistem penunjang keputusan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan digunakan sebagai bagian dari sebuah proses dimana didalamnya manusia melakukan kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan secara berulang.
11
Landasan utama dalam pengembangan sistem penunjang keputusan untuk modal manajemen adalah konsepsi model. Menurut Eriyatno (1999) model adalah abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual dunia. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena itu model adalah suatu abtraksi dari realitas, maka dalam perwujudannya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Secara umum model dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu model ikonik, model analog dan model simbolik atau model matematik. Konsepsi model ini diperlukan untuk menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu: (1) pengembilan keputusan atau pengguna, (2) model dan (3) data. Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dilihat di Gambar 6.
Data
Model
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)
Sistem Pengolahan Problematik
Sistem Manajemen Dialog
Pengguna
Gambar 6. Struktur dasar sistem penunjang keputusan (Eriyatno 1999) Menurut Marimin (2004) sistem penunjang keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1) Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah database yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data. 2) Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistika, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis. 3) Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam Sistem Penunjang Keputusan. Menurut Eriyatno (1999) sistem manajemen dialog adalah sub sistem dari sistem penunjang keputusan yang berkomunikasi langsung dengan pengguna, yakni menerima masukan dan member keluaran. Sistem manajemen basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data. Sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan. Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran ke sub sistem
12
yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar sub sistem (Eriyatno 1999). Keen dan morton (1978) menyatakan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan akan bermanfaat bila terdapat kondisi sebagai berikut: 1) Data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya. 2) Waktu untuk menentukan hasil akhir atau mencapai keputusan terbatas. 3) Diperlukan manipulasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan. 4) Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal sehat.
2.4
PENELITIAN TERDAHULU
Hartono (2002) merancang model sistem manajemen pengembangan agroindustri holtikultura di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama SiMPATi 2002, yang tersusun atas pusat pengolahan sistem, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Model yang merupakan inti dari SiMPATi 2002 terdiri dari 6 sub model, yaitu sub model pemilihan komoditas unggulan, sub model pemilihan produk unggulan, sub model sistem pakar lokasi unggulan, sub model prakiraan ketersediaan bahan baku, sub model kelayakan finansial agorindustri, dan sub model strategi pengembangan agroindustri holtikultura. Setiadi (2004) merancang model sistem penunjang keputusan investasi Agroindustri Berbasis Daging Sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama BEDSS 1.01. Paket program BEDSS 1.01 dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0. sistem ini memiliki model yang dapat memberikan alternatif keputusan investasi agroindustri berbasis daging sapi yang potensial dan tepat serta memberikan rekomendasi strategi dan alternatif pengembangan agroindustri berbasis daging sapi kepada pemerintah daerah Kabupaten Boyolali. Susanto (2007) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan agribisnis buah manggis di wilayah agropolitan Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis buah manggis serta menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis buah manggis berdasarkan kondisi wilayah. Kajian tersebut diolah dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierachy Process) Penelitian tersebut menghasilkan urutan prioritas stategi pengembangan yaitu 1) Pengembangan Lembaga Penunjang Agribisnis; 2) Pengembangan Usaha Tani Manggis; 3) Pengembangan Agroindustri/Produk Olahan. Utami (2008) melakukan penelitian tesis untuk menentukan Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia Mangostana L) di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kesesuaian lahan, menganalisis prospek ekonomi pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis dan menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Erfanto (2008) melakukan penelitian untuk merancang model sistem penunjang keputusan untuk merencanakan pendirian agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah. Paket Program Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Borland Deplhi 7.0 dan terdiri dari tiga bagian utama yaitu Sistem Manajemen Dialog, Sistem Manajemen Basis Data, dan Sistem Manajemen Basis Model. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat resiko pembiayaan
13
berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untuk menentukan bagi hasil berdasarkan resiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan metode regresi linier dan deret waktu, dan model untuk menentukan lokasi agroindutri pepaya gunung. Susila (2009) merancang model sistem penunjang keputusan perencanaan pembangunan agroindustri berbasis lidah buaya di Kabupaten Bogor. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama AloeDist 1.0. Sistem ini terdiri dari 9 model yang dirancang untuk merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut antara lain sub model lokasi usahatani, sub model prakiraan penjualan usahatani, sub model kelayakan finansial usahatani, sub model rencana kebutuhan produksi usahatani, sub model teknologi pengolahan, sub model lokasi agroindustri, sub model prakiraan penjualan agroindustri, sub model kelayakan finansial agroindustri, dan sub model rencana kebutuhan produksi agroindustri. Tabel 4. Resume penelitian terdahulu
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Pengarang dan Tahun Terbit Hartono, 2002 Setiadi, 2004 Susanto, 2007 Utami, 2008 Erfanto, 2008 Susila, 2009
Sitasi yang Terkait SPK
Manggis
√ √
Perencanaan Agroindustri √ √
√ √ √ √
AHP √ √ √ √
Strategi Pengembangan √ √ √
√ √
14