II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
Sebelum tahun 1980-an lingkungan dilihat sebagai suatu unsur biaya yang hams dihindari dan setelah tahun 1980-an pengelolaan lingkungan hidup dilihat sebagai investasi masa depan dan peningkatan daya saing. Dengan terjadinya proses-proses di atas maka terjadilah pembahan paradigma lingkungan dari etika lingkungan dangkal (shallow environmentalism ethics) ke etika lingkungan dalam (deep ecology ethics). Etika lingkungan dalam menyatakan bahwa pertumbuhan ekologi hams sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan bahwa semua makhluk hidup sama tanpa ada yang merasa lebih berarti dibanding yang lainnya, dan yang terpenting adalah terjadinya keberlanjutan ekologis yang merupakan langkah awal dari pembangunan berkelanjutan (Callenbach, et al, 1993). Etika lingkungan dalam mengajarkan beberapa pokok pemikiran bahwa manusia adalah bagian dari alam, ada hak hidup makhluk lain yang tidak boleh diperlakukan sewenangwenang, bahwa alam hams dilestadcan dsn tidak dikuasai, pentingnya melindungi keaneka-ragaman hayati, pentingnya menghasgai dan memelihara tata alam (Borrong, 1999). Kepedulisn hgkungan dunia internasional berkembang sejalan dengan berkembangnya gerakan lingkungan yang mengecam perusakan linglcungan dan sumberdaya alam disertai dengan munculnya istilah kesadaran lingkungan (envirormtental consciousness) di kalangan masyarakat internasional. Perlunya peningkatan kesadaran lingkungan di masyarakat sangat pentkj, mengingat bahwa sebagian besar kerusakan lingkungan bersifat antroposentris dan adanya faktor pembatas yaitu daya dukung lingkungan. Gerakan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (Democratic Socialist Party, 1999). SML dimulai pada tahun 1992 dengan adanya British Standard 7750 dan tahun 1993 dengan adanya EMAS (Eco Management and Audit Schemes) serta terakhir pada tahun 1996 dengan adanya IS0 14001. Keuntungan adanya SML adalah terjadinya kesesuaian dengan peraturan perundang-undarigan, kesesuaian dengan keinginan konsumen, peningkatan proses pemasaran organisasi,
penggunaan sumberdaya secara lebih baik, pengurangan biaya operasi, proses komunikasi yang baik, peningkatan kualitas produk dan kegiatan, penyederhanaan fungsi kerja, peningkatan keselamatan kerja, peningkatan citra publik, pentaatan pada kebijakan, perbaikan kepercayaan diri manajemen, kepuasan organisasi dan personel, perbaikan kinerja, kerjasama yang baik dengan pemasok, peningkatan unjuk kerja, peningkatan akses penanaman modal, pembatasan ketidaksesuaian, penghematan biaya asuransi dan transfer teknologi (elements, 1996). Manfaat dari penerapan SML pada beberapa perusahaan nasional dan internasional dapat dilihat dari proiil beberapa perusahaan berikut (ringkasan dapat d i i a t pada Tabel 1 halaman 8). Gmp Danone mengalami efisiensi usaha seperti penghematan energi dan air serta pengolahan limbah, sehingga bisa beroperasi secara ekonomis dan berkelanjutan, program ini telah berhasil untuk kurun waktu lima tahun. Selain itu terjadi efisiensi daur ulang yang mencapai 50%, pengurangan polusi dan peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan
yang peduli lingkungan dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.2 Mustika Ratu yang dikenal sebagai perusahaan kosmetik besar di Indonesia, mengalami efisiensi usaha seperti penghematan ongkos produksi dari sistem daur ulang dan peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkmgan dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.' Hershey's yang bergerak di bidang makanan dan minuman, mengalami
efisiensi usaha seperti terlaksananya program konservasi sumberdaya alam, penghematan dari dilakukannya daur ulang dan pengolahan limbah, peningkatan kepedulian terbadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dan konsumen serta peaingkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan
dan menghasikan produk yang ramah lingkungan.' GreenMarketplace sebagai situs
penyedia
barang-barang
"hijau",
mengalami
kepuasan
karena
keberhasilannya dalam mendidik konsumen tentang peduli lingkungan, adanya peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dan
* www.danone.com/environmentalDolicv.html [18 September 20011 3
www.mustika-ratu.co.idbrofi1e.m [21 September 20011 www.h e r s h e y ~ . c o m / s o c i a l r e s ~ o n ~ i b l e / e n v i 1 Agustus [ 1 0 200 11
+
menjual hanya produk yang ramah lingkungan serta mampu menyisihkan $10 dari setiap penjualan produknya untuk pelestarian lingkungan.' Coca Cola mengalami efisiensi usaha seperti peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dan menghasillcan produk yang ramah lingkungan.6 The Body Shop sebagai industri kosmetik bertaraf internasional, mengalami efisiensi usaha seperti penghematan energi, pengolahan limbah dan pengawasan kualitas lingkungan dan peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dan menghasilkm pioduk yang ramah lingkungan. Microelectrics sebagai produsen komponen semikonduktor optoelektronik, mengalami penurunan dampak lingkungan karena
adanya pencegahan
pencemaran yang lebih efektif, efisiensi bisnis, konsumsi air dan energi serta mampu mereduksi emisi PFC dalam operasionalnya (Houthuysen, 2000). Danish sebagai sebuah perusahaan di Denmark, mengalami perkembangan positif dalam kinerja lingkungannya seperti adanya rapi bersih dan kepedulian, rasa tanggung jawab, peningkatan kredibilitas pada konsumen, penurunan bahkan penghilangan da~npaklingkungan, pengembalian modal investasi yang cepat, peningkatan penjualan, perbaikan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta penghematan sumber daya (Pedersen dan Nielsen, 2000). Kunda Nordic Cement sebuah pabrik semen di Estonia, menjalankan SML
sehingga mampu mengurangi polusi udara dan menurunkan kadar debu dengan jumlah produksi yang meningkat (Randmer, 2000). Fresner (2000) yang menangani tiga kasus perusahaan kecil dan sedang di Augria menyatakan bahwa dengan diterapkannya SML produksi bersih (cleaner production) bersama-sama dengan IS0 14001 pada ketiga perusahaan i t -memberikan dampak positif berupa penghematan konsumsi air dan gas, kandungan bahan organik, penggunaan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan, penghematan bahan kimia, pengelolaan limbah yang baik, produksi bersih menjadi lebih efisien dan penghematan ongkos produksi.
www.gteenmarketDlace.mm/standar&.html [lo Agustus 20011 * www.cocacola.comlwhatwedo.html [18September 20011 7 www.bodvsho~.com/environmentaluolicv.html [loAgustus 2001) 6
Anguera et al. (2000) menyatakan bahwa pada usaha perhotelan yang menerapkan SML dihasikan penghematan konsumsi energi, air dan bahan kimia, p e n m a n emisi gas dan perbaikan operasional. Selain itu pada usaha perhotelan, SML dapat menjadi perangkat penting dalam memperbaiki hubungan perusahaan turisme dengan lingkungan dan membawa penghematan biaya, energi dan air, pengelolaan limbah yang baik, dan meningkatkan citra hotel. Bahkan suku Indian Arnerika menggunakan SML untuk membantu mereka melindungi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan pentaatan pada peraturan kesukuan ((Evers,2000). Adanya SML IS0 14001 mampu memperbaiki penerapan SML lainnya seperti environmental, health and safety (EHS) menjadi lebih tersistematis, seperti yang dialami oleh Jebsen & Jessen Pte Ltd (Toffel, 2000). Bridgen dan Helm 1(2000) menyatakan bahwa ada lima perbaikan kinerja lingkungan yang terjadi dalam penerapan SML, yaitu pengelolaan limbah yang aman, perbaikan kualitas .udara, perbaikan kualitas air, perbaikan manajemen ketaatan dan prosedural yang 'tepat. Tabel 1. Manfaat Penerapan SML pada Beberapa Perusahaan Nama organisasi penerap SML Danom Mustika Ratu Hershey's Green Market Coca Cola
Penghematan
Pengelolaan li gan
Manfaat SML Citra KepedUlian organisasi
Lainnya
0 Pendidikan dan usaha pelestarian
l3
Microelectric Pengembalian modal
Kunda Nordic Cement Perusahaan Austria Perhotelan Suku Indian Jebsen & Jessen Pte Ltd EPA Region
Peahatan peratwan
kesukuan
-
Kineja SML lain lebih sidematis Manajanea keta* dan prosedural
9
2.2 Standar Internasional Sistem Manajemen Lingkungan (SML) IS0 14001
IS0 (International Organization for Sta&rdization)
adalah organisasi
non pemerintah yang didirikan pada tahun 1947 di Jenewa dengan tujuan memajukan pengembangan standar internasional dan aktifitas terkait untuk pengembangan barang dan jasa serta kerjasama dalam aktifitas intelektual, ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi8 Standar IS0 14001 ditetapkan secara sukarela cleh perusahaan dan disusun dari berbagai standar nasional negaranagara lain di dunia untuk mencapai tujuan pelestarian lingkungan dan ekonomi, serta mendukung pencegahan pencemaran dalam mencapai keseimbangan kebutuhan sosial ekonomi (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). SML mengarahkan perusahaan pada alokasi sumberdaya, . pemberian tanggung jawab dan evaluasi atas kegiatan, proses dan prosedur yang ada (Sunu, 2001). SML adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mencakup struktur, rencana kegiatan, tanggung jawab, kegiatan, prosedur, proses dan sumberdaya untuk pengembangan, pelaksanaan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan lingkungan organisasi. Kinerja lingkungan adalah hasil SML yang dapat diukur, yang berkaitan dengan pengelolaan aspek lingkungan organisasi dan didasarkan pada kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan organisasi. Evaluasi kinerja lingkungan adalah proses pengukuran, anzlisis, penilaian, pelaporan dan komunikasi kinerja lingkungan organisasi melalui kriteria yang telah ditetapkan oleh manajemen (Technical Committee ISO/TC 207/SC 4, 1996). IS0 14000 mengarah pada kesesuaian dengan keinginan konsumen termasuk dalgm ha1 pentaatan pada peraturan perundang-undahgan serta ketentuan yang bersifat wajib lainnya, proses yang terkontrol, perbaikan terus menerus yang sesuai dengan keinginan konsumen dan juga dengan prioritas dan tujuan internal organisasi (Fredericks dan McCallum, 1995). Manfaat dari penerapan SML IS0 14001 pada beberapa perusahaan nasional dan internasional dapat dilihat dari profil beberapa perusahaan berikut (ringkasan dapat dilihat pada Tabel 2 halaman 11). PT. Timah Tbk melalui beberapa anak perusahaan PT. Timah Tbk yang telah mendapatkan sertifikat ISQ 14001 memperoleh efisiensi usaha seperti penghematan energi (penghematan www.iso.chlinfoeIintro.htm[6 Mei 20011 dan www.tc207.ore/faas/faas main.htm [6 Mei 20011
biaya produksi), peningkatan keunggulan dalam bersaing di pasar modal dunia (London Stock Exchange) dan nasional (Bursa Efek Jakarta) yang meningkatkan laba bersih dan labs saham, peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dan menghasilkan produk ramah lingkungan serta peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja dimana terjadi p e n m a n angka k e m a t i a ~ ~ Beberapa perusaha an kecil dan sedang yang bertempat di Hackefors
Industrial District Swedia yang bergabung dalam memperoleh sertifikat I S 0 14001, memperoleh keuntungan berupa penghematan dan adanya dampak komersial serta perbaikan lingkungan (pengelolaan limbah, reuse, p e n m a n emisi, efisiensi energi, bahan baku dan transportasi) (Ammenberg, et al., 2000). Grup UBS merupakan bank hasil merger Union Bank of Switzerland dan Swiss Bank Corporation yang memperoleh sertifikat IS0 14001 pada tahun 1999 dan memperoleh keuntungan berupa penghematan konsumsi listrik dan energi panas, dan peningkatan citra sebagai bank pertama di dunia yang peduli lingkungan karena memasukkan lingkungan dalam resiko lingkungan pada kegiatan usaha investor dan penerima pinjaman (Furrer dan Hugenschmidt, 2000). Keuntungan yang diperoleh dari penerapan IS0 14001 bagi kotapraja adalah adanya struktur sistem manajemen yang bertitik tolak pada perbaikan terus menerus, adanya perhetian tentang isu lingkungan dan pengembangan perencanaan dan program kerja jangka panjang, dan memperbaiki pemahaman antar perso~ieltentang adanya dampak yang dihasilkan pada lingkungan dan tanggung jawab masing-masing kelompok dakm pelayanan (Bekkering, 1998). Keuntungan dari diterapkannya ISO 14000 menurut Fredericks dan McCallum (1995) adalah adanya peningkatan pentaatan pada peraturan perundang-undangan, memfasilitasi transaksi keuangan dimana lingkungan juga diperhitungkan, mengurangi biaya yang berkaitan dengan audit konsumen, kemampuan menawarkan kontrak keja, kekuatan pasar, pengembalian nilai ekonomi dari adanya efisiensi sumber daya dan kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan yang terjadi. IS0 14000 merupakan SML yang unik karena sistem tersebut dapat mengidentifikasi dampak, dapat menilai penting atau tidaknya dampak, terdapat
penetapan
tujuan
dan
sasaran,
dan
manajemen
mempunyai
hgsi
mengadaptasikan sistem agar terjadi kesesuaian dengan standar. Tabel 2. Manfaat Penerapan SML IS0 14001 pada Beberapa Perusahaan Nama organisasi penerap SML Hackefors Grup UBS
Penghematan
Pengelolaan gan
Manfaat S M L Citra organisasi
Lainnya
0 Pabaikantaus . Menems Pentaatan pfaundangundangan,nilai ekonomi dan kekuatsn pasar
Kota praja Fredericks
Dalam SML IS0 14001 terdapat lima prinsip, yaitu:
'
1. Kebijakan lingkungan
2. Perencanaan
3. Penerapan dan pengoperasian
4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi 5. Kaji ulang manajemen
(Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). Keterkaitan lima prinsip pokok IS0 14001 dapat dilihat pada Gambar 1 halaman
Perbalkan terus menerus
4.2 Kebijakan llngkungan
4.6 Kaji ulang manajernen
4.3 Perencanaan 4.3.1 Aspek lingkungan 4.3.2 Peraturan dan perundang- undangan 4.3.3 Tujuan dan sasaran 4.3.4 Program manajemen lingkungan
4.5 Pemerikman dan tindakan korekd 4.5.1 Pemantauan dan pengukuran 4.5.2 Ketidaksesuaian,tindakan koreksi dan pencegahan 4.5.3 Rekaman 4.5.4 AcdR stgem manajemen lingkungar.
I
4.4 Penerapan dan pengoperadan 4.4.1 StruMur, peran dan tanggung jawab 4.4.2 Pelatihan, kepeduiian dan kompetensl 4.4.3 Komunikasi 4.4.4 Dokumentasi sistem manajemen lingkungan 4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasi 4.4.7 Kesiagaan dan tanggap darurat
Gambar 1. Siklus SML IS0 14001
2.2.1 Kebijakan Lingkungan (Klausul4.2)
Dalam perkembangan industri, lingkungan menjadi faktor penting pada perencanaan strategis organisasi, karena adanya peningkah kesadaran untuk melindungi lingkungan. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk membuktikan kemampuan organisasi dalam mematuhi peraturan perundangundangan melalui kebijakan lingkungan yang dibuat dan operasional, serta implementasi di lapang. Komitmen manajemen puncak dalam praktek menjaga lingkungan dinyatakan dalam suatu kebijakan lingkungan yang ditandatangani oleh eksekutif organisasi tertinggi dan mencakup visi organisasi tentang lingkungan dan komitmen perbaikan terus menerus (Oliveira de, 1996). Kebijakan
lingkungan
merupakan
.
penggerak
penerapan
dan
penyempurnaan SML organisasi, sehingga kebijakan lingkungan hams dipelihara dan disernpurnakan. Pelaksanaan kebijakan lingkungan ditentukan oleh komitmen manajemen puncak dan karyawan, namun komitmen manajemen puncaklah yang paling penting (Casio, et al., 1996). Kebijakan lingkungan mencakup komitmen perbaikan terus menerus, pencegahan pencemaran dan pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan, serta harus cukup spesifik untuk membentuk dasar aksi yang nyata bukan hanya slogan. Kebijakan lingkungan harus diimplementasikan, dipelihara dan dikomuliibasikan kepada seluruh bagian organisasi dan tersedis untuk pubiik (Fredericks dan McCallum, 1995). Kebijakan lingkungan juga merupakan refieksi komitmen manajemen puncak untuk memenuhi peraturan hukum yang ada dan mencapai tujuan dan sasiran serta program manajemen lingkungan organisasi yang telah ditetapkan sebagai usaha perbaikan secara terus menerus dan pendorong bagi penerapan dan peningkatan SML organisasi, sehingga kinerja lingkungannya dapat terpelihara dan ditingkatkan (Sunu, 2001). Dalam standar dinyatakan bahwa manajemen puncak hams menetapkan suatu kebijakan lingkungan dan memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk atau jasanya, mencakup komitmen akan adanya perbaikan terus menerus dan pencegahan pencemaran serta pentaatan pereturan dan perundang&dangan lingkungan yang relevan, dan ketentuan lain yang dijadikan acuan oleh pihak perusahaan, memiliki kerangka kerja untuk menetapkan dan mengkaji
t.ujuan
dan
sasaran,
didokumentasi,
diterapkan
dan
dipelihara
serta
tlikomunikasikan kepada seluruh karyawan, dan tersedia untuk keperluan umum (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). Mekanisme penyebarluasan kebijakan lingkungan pada karyawan bisa lewat penerbitan surat manajemen puncak, penerbitan pada surat kabar organisasi, penampilan gambar, pemberitahuan lisan secara perorangan, namun yang paling efektif adalah presentasi pada semua karyawan oleh supervisor atau manager, tlimana dalam presentasi ini dilakukan penjelasan tentang kebijakan lingkungan dan diskusi tentang tujuan kebijakan lingkungan untuk mendapatkan cara l~encapaianyang sesuai dengan sumber daya dan jangka waktu yang tersedia (Oliveira de, 1996). :2.2.2 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses atau tahapan yang menciptakan kondisi sedemikian sehingga organisasi dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan lrebijakan lingkungan yang didasarkan pada informasi yang benar dan usulan internal maupun harapan organisasi tentang kinerja lingkungan (Casio, et al., 1996).
:2.2.2.1 Aspek Lingkungan (Klausul4.3.1)
Dalam kajian awal perencanaan dilakukan evaluasi kegiatan, produk dan j,asa organisasi yang mempunyai interaksi dengan lingkungan serta identifikasi i~su-isulingkungan. Organisasi mendefinisikan .aspek yang dapat berinteraksi ciengan lingkungan serta bagaimana cara mengontrol atau menanganinya (Fredericks dan McCallum, 1995). Aspek lingkungan adalah elemen dari kegiatan, produk atau jasa, yang lberinteraksi dan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dalam keadaan normal, abnormal, maupun danu-at. Dampak lingkungan adalah perubahan
llingkungan baik yang merugikan ataupun menguntungkan, yang secara lkeseluruhan ataupun sebagian disebabkan oleh kegiatan, produk atau jasa ~organisasi.Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan ~memeliharaprosedur untuk mengidentifikasi aspek lingkungan dari kegiatan,
produk atau jasanya, yang dapat dikendalikan dan diharapkan mempunyai pengamh, dalam rangka mengukur hal-ha1 yang memiliki atau dapat memiliki dampak penting pada lingkungan. Organisasi hams dapat memastikan bahwa aspek lingkungan penting dimasukkan dalam tujuan dan sasaran. Informasi tentang aspek lingkungan penting disimpan secara berkala (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). 2.2.2.2 Peraturan dan Perundang-undangan (Klausul4.3.2)
Peraturan perundang-undangan
yang
dimaksud adalah peraturan
perundang-undangan yang spesiflk pada kegiatan, produk d m jasa orgag ha si (Sunu, 200 1). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan memelihara prosedur u t u k mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan perundang-undangan atau ketentuan lainnya yang diikuti oleh perusahaan, yang berlaku bagi aspek lingkungan dari kegiatan, produk atau jasanya (Technical Committee ISOITC 201lSC 1, 1996). 2.2.2.3 Tujuan dan Sasaran (Klausul4.3.3)
Pengelolaan aspek lingkungan yang dapat dikendalikan, membutuhkan arahan tujuan dan sasaran yang tepat, sehingga dampak lingkungan yang timbul dapat ditekan seminimal mungkin. Tujuan dan sasaran yang ditetapkan sesiuai dengan kebijakan lingkungan dan komitmen pencegahan pencemaran adalah tindakan pencegahan terhadap pencemaran. Namun tujuan dan sasaran bukanlah suatu alat yang hams dibuktikan kemampuannya dalam mencegah pencemaran (Casio, et al., 1996). Hasil dari identifikasi dampak digunakan untuk menetapkan tujuan organisasi dengan mempertimbangkan relevansi peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain, dana, ketentuan operasional dan bisnis serta pandanganpandangan pihak terkait yang menamh perhatian pada kinerja lingkungan organisasi. Tujuan organisasi perlu dinilai dan ditetapkan dalam sasaran. Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai mulai dari ha1 sederhana seperti mentaati peraturan dan mengqangi konsumsi energi, sedangkan sasaran memberikan sbatu
llkuran yang dapat dikuantifikasi. Tujuan dan sasaran ditentukan oleh organisasi bukan oleh standar IS0 14001 (Fredericks dan McCallum, 1995). Tujuan hams spesifik dan sasaran. hams dapat diukur. s a i r a n dibliat untuk memenuhi kebijakan lingkungan perusahaan dan mencakup keseluruhan tujuan kinerja lingkungan yang diidentfiasi dalam kebijakan lingkungan (Sunu, :1001). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan mnemelhara dokumentasi tujuan dan sasaran lingkungan, pada tiap f h g s i dan tingkatan yang relevan dalam organisasi. Dalam menetapkan dan mengkaji suatu ~ajuan,organisasi hams mempertimbangkan peraturan dan ketentuan lingkungan lainnya, aspek lingkungan penting, pilihan teknologi dan pendanaan, operasional !;erta ketentuan-ketentuannya. Tujuan dan sasaran hams sejalan dengan kebijakan lingkungan, termasuk komitmen pada pencegahan pencemaran (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). :2.2.2.4 Program Manajemen Lingkungan (Klausul4.3.4) Bila tujuan dan sasaran sudah ditetapkan maka organisasi perlu menetapkan rencana strategis implementasi (Frsderikcs dan McCallum, 1995). ]Program manajemen lingkungan adalah suatu kerangka kerja kegiatan imenyeluruh yang digunakzn untuk memenuhi kebijakan lingkungan, kesesuaian llengan ketentuan lingkungan dan perbaikan terus menerus (Casio, et al., 1996). IPenciptaan dan penggunaan suatu program adalah kunci keberhasilan penerapan SML. Pelaksanaan program manajemen lingkungan diharapkan sesuiii dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan pada akhirnya akan dievaluasi-apakah pencapaiannya s e s ~ asasaran i (Sunu, 2001). Lambatnya perkembangan program manajemen lingkungan dapat menjadi ilndikator bahwa SML yang diterapkan tidak berjalan dengan baik. Sebuah ~organisasidapat saja memiliki kebijakan lingkungan, tujuan dan perencanaan llingkungan yang sempuma, tetapi bila dalam penerapan dan pengoperasian SMG lnya tidak memadai, maka akan timbul masalah lingkungan yang besar. Penerapan Idan pengoperasian yang memadai akan dapat membantu organisasi q t u k imengidentifikasi dampak lingkungan aktual dan potensial serta resiko lingkungan,
dim dalam prakteknya penerapan dan pengoperasian mencakup manajemen, aclministrasi (dokumen) dan operasional lapang (Casio, et aL, 1996). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan memelihara program untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran. Program manajemen lingkungan hams mencakup struktur tanggung jawab dalam pcacapaian tujuan dan sasaran pada tiap h g s i dan tingkatan dalam pemsahaan, batasan w a h yang hams dipenuhi, serta jika proyek birksitan - dengan pengembangan dan modifikasi bam kegiatan, produk dan jasa, program hams djisesuaikan dengan aplikasi manajemen lingkungan (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). 2,2.3 Penerapan dan Pengoperasian 2.2.3.1 Struktur, Peran dan Tanggung Jawab (Klausul4.4.1) Penetapan batasan struktur, peran dan tanggung jawab dilakukan agar program manajemen lingkungan dan sistem yang diterapkan dapat berjalan optimal mencapai tujilan dan memenuhi sasaran (Casio, et al., 1996). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi harus menetapkan peran, tanggung jawab dan kewenangan, untuk kemudian didokumentasi dan dikomunikasikan untuk nienciptakan manajemen lingkungan yang efektif Manajemen menyediakan slumberdaya (manusia, teknologi dan dana) untuk menjalankan penerapan dan pengawasan dari SML (Technical Committee ISORC 207lSC 1, 1996). 2.2.3.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi (Klausul4.4.2)
'
Pelatihan diberikan untuk membekali karyawan dalam menjalankan dan niemahami SML IS0 14001. Pelatihan yang diberikan kepada karyawan n~encakup pelatihan kepedulian dan pelatihan kompetensi dalam menangani masalah-masalah operasional, sedangkan pelatihan yang diberikan kepada pemasok adalah pelatihan kepedulian agar pemasok menyadari bahwa k.egiatannya juga memberikan aspek dan dampak terhadap lingkungan (Casio, et ad., 1996). ~ a l a mstandar dinyatakan bahwa personel yang dalam kegiatannya nnengakibatkan dampak lingkungan penting hams mempunyai kompetensi sesuai
clengan pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman yang dimiliki. Organisasi liarus mampu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang diperlukan oleh semua personel yang kegiatannya memberikan dampak penting terhadap lingkimgan da? rnemberikan pelatihan yang sesuai (Technical Committee ISO/TC 207lSC 1,
1!.2.3.3 Komunikasi (Klausul4.4.3)
Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk saling tukar pikiran, dengan ~nenggunakanpendekatan yang konsisten, pertemuan berkala, penggunaan e-mail, video atau teleconference (Carter, 2000). Komunikasi dilakukan agar perusahaan rnempunyai akses terhadap informasi yang berkembang secara aktual dan agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat disosialisasikan untuk diterapkan kepada s;elilruh karyawan yang terkait (Sunu, 2001). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan memelihara prosedur komunikasi internal antara berbagai tingkat dan h g s i kerja dalam organisasi, peneikaan dan penyimpanan clokumen tanggapan dari pihak luar, komunikasi eksternal mengenai aspek liigkungan penting serta penyimpanan rekaman keputusan yang diambil (Technical Committee ISO/TC 207lSC 1, 1996). ;!.2.3.4
Dokumentasi SML (Klausul4.4.4) Dokumentasi ShlL akan memberikan gambaran elemen-elemen kunci
SML dan interaksinya serta arahan pada dokumen sistem manajemen yang terkait
clalam mencapai sasaran lingkungan organisasi serta m e m u n m a n evaluasi krinerja liugkungan dalam bentuk tertulis di kertas ataupun dalam bentuk t:lektronik (Technical Committee ISO/TC 207lSC 1, 1996). Hierarki dokumentasi
!3ML dimulai pada tingkat yang tertinggi adalah manual lingkungan, kemudian prosedur (standard operation procedur), instruksi kerja (work instructionfiame) clan catatan, formulir atau kartu kontrol. Dokumen yang penting dalam SML adalah manual lingkungan, karena tiokumen ini menjabarkan gambaran umum kebijalcan lingkungan, struktur, peran dan t a n g G g jawab organisasi serta rencana implementasi standar pada operasional organisasi, sekaligus menjabarkan sistem yang telah dan sedang
diimplementasikan. Keuntungan yang didapat dari adanya manual lingkungan adalah adanya kejelasan tentang struktur, peran dan tanggung jawab, keperluan audit, bahan dasar pelatihan karyawan bam, bukti yerijinan .dan keperluan perdagangan (Oliveira de, 1996). 2(.2.3.5 Pengendalian Dokumen (Klausul4.4.5) Dalam proses penyelesaian masalah perlu dilakukan suatu pengambilan k.eputusan yang didasarkan pada kualitas, relevansi, kebenaran dan kemukhtahiran informasi dan dokumentasi. Sistem dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan, noenganalisis,
mendafiar serta memperbaiki informasi,
sehingga
dapat
aaemberikan gambaran implementasi SML. Organisasi hams mengantisipasi k:ebutuhan dan keinginan konsumen sehingga sistem dan dokumentasi hams dlirevisi secara berkala. Dokumen hams direvisi secara berkala oleh yang blerwenang. Dokumen usang harus segera disingkirkan. Namun bila ada kiebutuhan dalam menggunakan dokumen usang untuk keperluan peraturan perundang-undangan atau pemeliharaan maka dokumen hams dapat ditemukan. E'engendali dokumen hams memastikan bahwa semua dokumen dengan mudah dlitemukan, sehingga hams dijelaskan siapa yang bertugas mengendalikan dlokumen, mengontrol semua dokumen sistem serta mengontrol penerima clokumen terbaru (Oliveira de, 1996). Pengendalian dokumen dilakukan untuk menjaga informasi terkini (Casio,
et al., 1996). Pengendalian dokumen dilakukan agar dokumen dapat diteiusuri, ditinjau secara berkala, direvisi bila perlu dm disetujl~iuntqk kecukupannya oleh personel benvenang. Setiap versi terkini dari suirtu doltrmen hams dapat cliperoleh dimana operasi berjalan, untuk mengefektifkan h g s i kinerja SML. Ilokumen yang tidak lagi digunakan dipindahkan dari dokumen yang ada, atau c:ara lain yang tidak menyebabkan pemakaian yang tidak diinginkan. Dokumen hams mudah dibaca, bertanggal (tanggal revisi) dan mudah diidentifikasi, clipelihara dalam urutan dan spesifikasi masa berlaku. Prosedur dan tanggung jawab hams ditetapkan dan dipehara untuk mengantisipasi perubahan dan modifikasi dokumen (Technical Committee ISOITC 207lSC 1,1996).
2.2.3.6 Pengendalian Operasi (Klausul4.4.6)
Kegiatan operasional harus dikendalikan untuk menghindari kejadian abnormal dan menjaga kesesuaian dengan apa yang telah dituliskan. Operasi yang dikendalikan adalah seluruh aktifitas proses yang dijalankan organisasi dalam plenjabaran penentuan aspek lingkungan (Casio, et al., 1996). Setiap ketentuan dalam standar hams disesuaikan dengan prosedur organisasi karena prosedur ini digunakan untuk menilai bagaimana kegiatan hams dlilakukan, oleh siapa, dalam kondisi apa, dan untuk tujuan apa. Prosedur rnenjelaskan kegiatan dan pertanggung-jawaban dari berbagai bidangfbagian kegiatan organisasi, dimana terjadi keterkaitan manajemen yang kuat (Oliveira de, 1996). Prosedur operasional adalah dokumen yang menjelaskan bagaimana kegiatan hams dilakukan. Contoh prosedur operasiunal adalah instruksi kerja
(IK),spesifikasi, metode pcngontrolan, dokumen pelatihan, instruksi keselamatan kerja. Prosedur operasional hams tersedia dimana kegiatan dilakukan (Oliveira de, 11996). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi harus mengidentifikasi operasi
dan kegiatan yang berkaitan dengan aspek lingkungan penting dalam kaitannya . (iengan kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran, dan merencanakan aktifitas, tennasuk memelihara serta menjamin bahwa prosedw dijalankan sesuai dengan lrondisi tertentu (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). 2.2.3.7 Kesiagaan dan Tanggap Darurat (Klausul4.4.7) Pengendalian operasional merupakan usaha pencegahan awal terjadinya l~eadaandarurat, namun adanya kemungkinan terjadinya keadaan darurat dalam operasional yang tidak diketahui waktu dan skala besaran terjadinya, imengharuskan organisasi memiliki prosedur kesiagaan dan tanggap darurat. IDengan adanya prosedur kesiagaan dan tanggap darurat, maka jika terjadi keadaan darurat dapat dilakukakan minimisasi kerusakan atau kerugian pada kesehatan ~manusiamaupun lingkungan (Casio, et al., 1996). Kesiagaan dan tanggap danuat dilakukan oleh perusahaan untuk :mengantisipasi agar kemungkinan kejadian yang timbul tidak mengakibatkan dampak lingkungan. Rencana dan prosedur keadaan darurat dirumuskan un&
menjamin bahwa nantinya akan ada tanggapan untuk peristiwa yang tidak ciiharapkan atau yang bersifat kecelakaan (Sunu, 200 1). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan ~nemelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi dan memberi respon/ tanggap terhadap kecelakaan dan keadaan danuat serta upaya pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan terkait. Prosedur ini hams diuji, dikaji dan tlirevisi secara berkala bila perlu setelah terjadi kecelakaan atau situasi siaga atau damrat (Technical Committee ISO/TC 207/SC I, 1996). :2.2.4 Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi
Setelah sistem berjalan, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah memantau dan memeriksa kinerja lingkungan, sehingga bila terjadi ketidaksesuaian dapat segera diketahui dan diambil langkah-langkah perbaikan untuk mengkoreksinya (Casio et al., 2996). 2.2.4.1 Pemantauan dan Pengukuran (Klausul4.5.1)
Pemantauan dan pengukuran mengarahkan organisasi untuk menetapkan perkembangan terkini dari sistem yang diterapkan berdasarkan kesesuaian dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumya. Data yang dihasilkan dapat dijadikan bahan evaluasi kesesuaian dengan keadaan organisasi sehingga sistem dapat diperbaiki (Casio, et al., 1996). Ketika SML diimplementasikan maka perlu dilakukan pemantauan dan pengukuran perkembangan terkini secara terus menerus. Pemantauan dm pengukuran dilakukan pada kegiatan yang diidentifjkasi mequnyai dampak terhadap lingkungan (Frederikcs dan McCallum, 1995). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams meiletapkan dan memelihara
prosedur
terdokumentasi untuk
memantau
dan
mengukur
karakteristik kunci dari operasi dan kegiatan organisasi yang dilakukan agar tidak menimbulkan dampak penting pada linghungan. Prosedur pemantauan dan pengukuran mencakup perekaman informasi kinerja .manajemen dan lingkungan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Peralatan pemantauan hams dikalibrasi dan dipelihara dan rekamannya hams dishpan sesuai prosedur
organisasi. Organisasi hams menetapkan dan memelihara sebuah prosedur terdokumentasi untuk evaluasi ketaatan terhadap peraturan dan perundangumdangan yang terkait secara berkala (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 11996). 2.2.4.2 Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dan Pencegahan (Klausul4.5.2) Ketidaksesuaian adalah penyimpangan terhadap SML dan ketentuan :;tandar IS0 14001, seperti ketidaksesuaian terhadap kebijakan, tujuan dan wsaran, struktur, peran dan tanggung jawab, rencana pelatihan, ketentuan operasional, rencana kalibrasi, perelcaman, pengendalian dokumen, prosedur dan jadwal tanggap danuat, rencana pemantauan dan pengukwan, audit SML, tlokumentasi kaji ulang manajemen serta implementasi perbailcan SML. Tindakan koreksi dan pencegahan adalah upaya pencegahan terulangnya kembali ketidaksesuaian (Casio, et al., 1996). Dalam standar diiyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan imemelihara prosedur untuk penjabaran tanggung jawab dan kewenangan dalam imenangani dan meuyelidiki ketidaksesuaian, mengainbil tindakan guna imengurangi dampak dan menetapkan tindakan koreksi serta pencegahan yang tepat. Tindakan koreksi dan pencegahan ditetapkan untuk mengurangi penyebab ldari ketidaksesuaian yang aktual maupun potensial dan harus sesuai dengan lderajat permasalahan dan dampak lingkungan yang timbuL Setiap kejadian dan pembahan yang tejadi dalam prosedur harus direkam sebagai hasil dari pencegahan yang dilakukan (Technical Committee ISO/TC 207/SC 1, 1996). 2.2.4.3 Rekaman (Klausul4.5.3) Rekaman merupakan bukti untuk menunjukkan kesesuaian dengan ketentuan yang teiah ditetapkan (Oliveira de, 1996). Rekaman memuat rekaman pelatihan, hasil audit dan kaji ulang. Rekaman lingkungan hams mudah dibaca, diidentaasi serta ditelusuri ke kegiatan, produk atau jasa yang terkait. Selain itu rekaman lingkungan hams disimpan dan dipelihara sehingga mudah untuk diambil dan dijaga terhadap kerusakan, pengurangan mutu atau kehilangan. Rekaman hams dipelihara sesuai dengan sistem dan organisasi, untuk
menunjukkan kesesuaiannya dengan standar internasional (Technical Committee ISOITC 207lSC 1, 1996). 2.2.4.4 Audit SML (Klausul4.5.4)
Audit adalah suatu kegiatan yang membandingkan realisasi di lapang dan standar atau prosedur yang ada. Ruang lingkup audit mencakup ketetapan yang menjelaskan kesesuaian dengan kebijakan, ketentuan-ketentuan dan prosedur, serta menilai kecukupan dokumen untuk mencapai tingkat kesesuaian dengan sasaran organisasi. Pada awalnya audit. adalah menilai kecukupan program manajemen lingkungan dan selanjutnya berkembang menjadi tingkat kesesuaian implementasi. Setelah program berjslan, organisasi hams menilai apakah hasil yang dicapai sejalan dengan kebijakan lingkungan. Tujuan audit adalah untuk menilai tingkat kesesuaian kegiatan dengan kebijakan, manual, prosedur dan instruksi. Bagi organisasi yang telah mengimplementasikan SMM terlebih dahulu daripada SML, bisa menggunakan auditor internal yang berkualitas dengan tambahan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan SML karena terdapat banyak persamaan antara audit mutu dan audit lingkungan yaitu pada perencanaan, penyeleksian auditor, pelaporan, tindakan koreksi dan lainnya (Oliveira de, 1996). Dalam Casio et al. (1996) dinyatakan bahwa audit yang dimaksud dalam IS0 14001 adalah audit SML bukan audit lingkungan, dimana kriteria kesesuaian audit ditentukan oleh organisasi itu sendiri. Audit dapat dijadikan wadah untuk evalua si pencapaian sasaran terhadap kriteria yang ditentukan sebelumnya. Menurut Sunu (2001) audit SML adalaki suatu proses yang sistematik dan terdokumentasi yang dilakukan melalui wawancara, pengamatan langsung dan evaluasi terhadap bukti-bukti untuk memastikan bahwa sistem manajemen yang dibangun telah sesuai dengan standar ISO. Audit yang dilakukan secara rutin merupakan kunci perbaikan terus menerus. Audit mencakup lingkungan maupun manajemen. Audit merupakan pelengkap SML yang mengkaji ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, menilai pencapaian porgram dan efektifitas EML, kesesuaian dengan standar, implementasi dan perbaikan terus menerus dari suatu program Audit akan menghasilkan wilayah atau bagian yang perlu mengalami perbaikan sehingga
akan diambil suatu aksi guna mencegah dampak negatif dari ketidaksesuaian. Implementasi tindakan koreksi yang mengacu pada ketidaksesuaian yang terjadi bertujuan untuk mengurangi terulangnya kembali ketidaksesuaian (Fredericks dan McCallum, 1995). Dalam standar dinyatakan bahwa organisasi hams menetapkan dan memelihara program dan prosedur untuk audit SML secara berkala. Dalam audit SML ditetapkan apakah SML sesuai -dengan rencana termasuk standar internasional, diterapkan dan dipelihara dengan baik sehingga terjadi kesesuaian dengan standar IS0 14001, kemudian setelah itu menginformasikan hasil audit kepada manajemen. Program audit organisasi, termasuk sistem penjadwalan, hams didasarkan pada aspek ?ingkungan penting kegiatan dan hasil dari audit sebelumnya. Prosedur audit mencakup ruang lingkup audit, fiekuensi dan metodologi, jug a tanggung jawab clan pelaksanaan audit serta pelaporan hasil (Technical Committee ISOITC 2071SC 1, 1996). 2.2.5 Kaji Ulang Manajemen (Klausul4.6)
Dalam standar dinyatakan bahwa manajemen puncak .hams mengkaji ulang SML untuk menjamin kesesuaian, kecocokan dan efektifitas sistem dan membahas kemungkinan perubahan kebijakan, tujuan dan elemen SML lainnya sebagai refleksi dari hasil audit SML, perubahan ketentuan-ketentuan lainnya dan komitmen untuk melakukan perbaikau t e n s menerus. Proses pengkajian hams dapat rnenjamin bahwa berbagai informasi penting dapat dikumpullcan sehingga sistem manajemen dapat dievaluasi. Kaji ulang hams terdokumentasi (Technical Committee ISOITC 2071SC 1, 1996).
Kaji ulang manajemen biasanya dilakukan paling tidak satu kali dalam setahun (Clements, 1996). Kaji ulang yang dilakukan secara berkala diperlukan
untuk memastikan efektifitas SML karena memberikan kesempatan pada manajemen untuk melihat apakah sistem yang diterapkan sesuai dan efektg serta melakukan evaluasi informasi hasil audit, tindakan koreksi, peraturan terkini, hasil pemantauan serta keluhan-keluhan. Kaji ulang manajemen dapat me~gganti kebijakan lingkungan atau sistem sesuai dengan perkembangan organisasi dan peningkatan teknologi (Fredericks dan McCallum, 1995). Dalam Casio et al.
(1996) dinyatakan bahwa manajemen yang baik akan mengikutsertakan
karyawannya dalam mengkaji SML yang sedang berjalan, sehingga manajemen dapat memantau praktek manajemen lingkungan secara langsung, selain itu juga akan memberikan dampak positif pada peningkatan kepedulian karyawan karena mereka diberikan kesempatan untuk ikut memberikan saran perbaikan SML.