II.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
2.1 Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Penelitian 2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian pH universal, plastik ukuran 1 Kg, larutan MnSO4, formalin, KOH-KI, H2SO4 pekat, larutan Na2S2O3 0.025 N, Indikator amilum, akuades, larutan Na2CO3 0.01 N, indikator phenolpthaelin (pp), dan mkrozoobenthos. 2.3 Alat Alat
yang digunakan dalam penelitian adalah pipet seukuran,
tabung Erlenmeyer, botol Winkler, Eckman grab, ember, statif, biuret, thermometer, mikroskoup, plankton net, deep sounder, labu takar dan tabung reaksi. 2.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan sampel di kolam ikan Desa Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap dan Laboratorium Lingkungan Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 selama Β± 1 bulan.
2.2 Metode Penelitian 2.2.1
Rancangan Percobaan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan Rancangan Acak Terpilih. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga kolam ikan, tiap kolam diambil sampel sebanyak tiga kali ulangan, pada tiap tiap ulangan satu kolam diambil sampel sebanyak tiga titik pengambilan kemudian dihitung dan diamati.
2.2.2 Cara Kerja Penelitian a. Pengambilan Sampel dan Identifikasi Makrozoobentos Sampel diambil sebanyak 3 kali ulangan pada tiap kolam menggunakan Eckman grab kemudian dipindahkan ke dalam saringan 4
makrobentos No 20, selanjutnya makrobentos yang diperoleh dimasukan ke
dalam
botol
sampel
yang
telah
diberi
larutan
formalin.
Makrozoobentos yang diperoleh kemudian diidentifikasi menggunakan buku identifikasi dari Edmondson (1959) di Laboratorium Biologi Akuatik Fakultas Biologi. b. Pengukuran Fe Sampel yang disediakan dalam tabung reaksi diukur dengan alat Atomic Absorbation Specthrophotometer dengan deret standard Fe yang telah
disediakan
sebagai
pembanding.
Atomic
Absorbation
Specthrophotometer dipasang untuk pengukuran Fe dan setelah dikalibrasi dengan deret standard baru sampel diukur. Setiap 10 pengukuran alat dikalibrasi kembali dengan standar nol. c. Pengukuran Temperatur Air dan Udara Thermometer
celcius
dicelupkan
ke
dalam
air
sampai
menunjukkan angka yang konstan kemudian dicatat. Thermometer celcius di gantung pada tempat terbuka kemudian dibaca skalanya setelah menunjukkan angka konstan. d. Pengukuran Kecerahan Keping Secchi dimasukkan ke dalam air sampai tepat tidak terlihat oleh mata dan diukur jaraknya. Keping Secchi dinaikkan lagi secara perlahan sampai tepat terlihat oleh mata dan diukur jaraknya. Pengukuran kecerahan dengan rumus: Kecerahan = Keterangan :
π₯π₯+π¦π¦ 2
x : jarak Keping Secchi tepat tidak terlihat oleh mata y : jarak Keping Secchi tepat terlihat lagi oleh mata e. Pengukuran (pH) Kertas pH dicelupkan kedalam air kolam kemudian tunggu sampai terlihat warna, kemudian dibandingkan dengan pH meter untuk menentukan kadar pH. f.
Pengukuran Salinitas Salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer dengan cara meneteskan sampel air pada alat tersebut kemudian dilihat besarnya nilai salinitas air. 5
g. Pengukuran Oksigen Terlarut (Metode Winkler) Sampel air diambil dengan menggunakan botol Winkler 250 mL perlahan-lahan supaya tidak terbentuk gelembung udara, ditambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL KOH-KI dengan pipet seukuran, botol ditutup kembali. Botol dibolak balik perlahan-lahan sampai larutan MnSO4 dan KOH-KI homogen kemudian didiamkan selama 2 menit atau sampai timbul endapan, ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 mL dengan pipet seukuran dan botol ditutup kembali. Botol dikocok perlahan dengan cara dobolakbalik hingga semua endapan menjadi larut. Diambil 100 mL dengan menggunakan gelas ukur dan dituang ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 3-5 tetes indikator amilum hingga berwarna biru dan dititrasi dengan Na2S2O3 0.025 N hingga warna biru hilang. Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dihitung kadar oksigen terlarut dengan rumus: 1000 100
x p x q x 8 mg/L
Keterangan : p : jumlah Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi (mL) q : normalitas larutan Na2S2O3 (0.025) 8 : bobot setara oksigen (O2) 1000 : volume botol
h. Pengukuran Karbondioksida Bebas Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 mL dari ketiga kolam pembenihan kemudian botol ditutup, kemudian diambil 100 mL dengan gelas ukur dan dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan 3-5 tetes indikator phenolpthaelin (jika berubah warna menjadi pink berarti CO2 tidak terdeteksi karena kadar yang terlalu kecil sehingga tidak perlu dititrasi). Dititrasi dilakukan dengan NaCO3 0.01 N sampai larutan berubah warna menjadi pink (merah muda)dan dicatat jumlah titran yang digunakan, masukkan dalam rumus untuk menghitung kadar CO2 bebas. 1000 100
x p x q x 22 mg/L
Keterangan : p : jumlah NaCO3 yang digunakan untuk titrasi (mL) q : normalitas larutan NaCO3 (0.01 N) 8 : bobot setara oksigen (CO2) 1000 : volume botol
6
2.3 Metode Analisis Data yang diperoleh diolah dengan menghitung kelimpahan individu, kelimpahan relatif dan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan Ekman grab maka perhitungan kelimpahan dan keanekaragaman dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.3.1 Kelimpahan Kelimpahan individu dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per satuan luas (Odum, 1971) dalam (Iskandar et al., 2013). Kelimpahan tersebut dihitung dengan rumus: πΎπΎ =
10.000π₯π₯π₯π₯ π΄π΄
Keterangan : K : Kelimpahan (individu/m2) N : Jumlah total individu yang ditemukan pada A A : Luas tangkapan grab atau luasbukaan mulut Eckman Grab (262 cm2 atau 2,62 m2 ) 10.000 adalah nilai konversi cm2 ke m2. Sedangkan kelimpahan relatif menurut Odum (1993) dalam (Insafitri, 2010) adalah pesentase dari jumlah individu suatu jenis terhadap jumlah seluruh individu yang terdapat di area tertentu dalam suatu komunitas dan di rumuskan sebagai berikut πΎπΎπΎπΎ =
ππππ π₯π₯ 100% ππ
Keterangan :
KR : Kelimpahan Relatif Ni : Jumlah individu ke-i N : Jumlah seluruh individu 2.3.2 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner Hβ : | -β pi ln pi | Keterangan : Hβ : indeks keanekaragaman pi : perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N), dimana ni : jumlah individu jenis i dan N : jumlah keseluruhan jenis. Krebs, 1989 dalam (Syamsurizal, 2011).
7
Tabel 2.1. Nilai Tolak Ukur Indeks Keanekaragaman Menurut Krebs, 1985 dalam (Simamora, 2009). Nilai Tolak Ukur
Keterangan
Hβ < 1,0
Kaanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil
1,0 < Hβ < 3,322
Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang
Hβ > 3,322
Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis
8