II. BAHAN DAN METODE 2.1. Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap persiapan bahan baku, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data. 2.1.1. Persiapan Bahan Baku Tahap persiapan bahan baku meliputi fermentasi daun mata lele dan analisa proksimat bahan sebelum dan sesudah fermentasi. Daun mata lele yang digunakan diperoleh dari Ciseeng sedangkan onggok diperoleh dari pabrik tepung tapioka di Cibinong. Inokulum Trichoderma harzianum yang digunakan diperoleh dari IPB Culture Center, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kandungan nutrisi daun mata lele yang terdiri dari protein, serat kasar, lemak, kadar abu, dan kadar air dianalisa pada saat sebelum dan sesudah fermentasi (Lampiran 1). Pada tahap penelitian ini fermentasi dilakukan pada daun mata lele dengan onggok sebagai substrat dengan perbandingan 8:2 dengan lama waktu inkubasi yang berbeda yaitu 2, 6, 8, 10 hari. Langkah-langkah fermentasi daun mata lele Azolla sp. (Handajani, 2007 dan Indariyanti, et al., 2011) adalah sebagai berikut: 1.
Daun mata lele dicuci untuk menghilangkan kotoran yang ada
2.
Daun mata lele dijemur di bawah terik matahari untuk pengeringan lalu dioven agar daun kering sempurna
3.
Daun mata lele ditepungkan dan diayak
4.
Kemudian daun mata lele sebanyak 80 % dicampur dengan onggok sebanyak 20 % ke dalam wadah fermentasi, ditambahkan air sebesar 30 % dan diaduk rata.
5.
Bahan-bahan tersebut dikukus selama 30 menit dengan tujuan untuk sterilisasi substrat dan merenggangkan ikatan molekul antar sel.
6.
Daun mata lele dan subtrat tepung onggok yang sudah dikukus kemudian didinginkan sampai suhu mencapai kurang lebih 30 ºC (hangat kuku)
7.
Bahan kemudian diinokulasikan dengan inokulum T.harzianum sebanyak 5 % dari total bahan.
8.
Bahan yang sudah diinokulasikan, ditutup dengan plastik makanan dengan rapat. Setelah 24 jam, plastik ditusuk dengan jarum steril kemudian diinkubasi dengan lama inkubasi masing-masing adalah 2, 6, 8, dan 10 hari.
9.
Hasil fermentasi dipanen sesuai dengan lamanya fermentasi dan langsung dikeringkan dalam oven 60 °C selama 2 jam, lalu ditepung.
10.
Bahan diambil secukupnya untuk dianalisa proksimat sehingga diketahui bahan fermentasi yang terbaik. Hasil proksimat fermentasi yang terdapat pada Lampiran 1 menunjukkan
bahwa daun mata lel yang difermentasi selama 2 hari (AF2) memberikan hasil terbaik. Hasil ini kemudian menjadi dasar bagi perlakuan fermentasi tepung daun mata lele yang digunakan pada tahap penelitian berikutnya.
2.1.2. Rancangan Pakan Perlakuan Rancangan perlakuan pada penelitian ini adalah perlakuan pemberian pakan komersil yang dicampur dengan berbagai tingkat penambahan (0, 30, 60, 90 %) tepung daun mata lele yang sudah difermentasi selama 2 hari. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Komposisi pakan perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi pakan perlakuan penambahan tepung fermentasi daun mata lele Azolla sp. pada tingkat yang berbeda (0, 30, 60, 90 %) No
Jenis bahan
A (0 %)
B (30 %)
C (60 %)
D (90 %)
1
Pakan komersil
96,50 %
66,50 %
36,50 %
6,50 %
2
Tepung azolla difermentasi 2 hari
0,00 %
30,00 %
60,00 %
90,00 %
3
Binder (sagu)
3,00 %
3,00 %
3,00 %
3,00 %
4
Cr2O3
0,50 %
0,50 %
0,50 %
0,50 %
100,00 %
100,00 %
100,00 %
100,00 %
total
Pakan yang diberikan pada ikan nila sebagai pakan uji adalah pakan kering jenis tenggelam. Pakan perlakuan selanjutnya dianalisa komposisi proksimatnya untuk mengetahui kandungan nutriennya. Hasil analisa proksimat pakan perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisa proksimat pakan perlakuan Pakan uji
Protein
Lemak
33,11 29,50
7,62 6,12
A (0 %) B (30 %)
Komposisi proksimat (% bobot kering) GE (kkal/100 g Abu Serat Kasar BETN* pakan)** 11,32 4,11 43,83 436,78 11,27 8,31 44,80 406,40
C (60 %) 22,55 5,27 10,06 10,73 51,39 D (90 %) 17,04 1,73 11,58 17,22 52,43 Keterangan : * = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen ** = Gross Energy 1 gram protein = 5,6 kkal GE 1 gram karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE 1 gram lemak = 9,4 kkal GE (NRC, 1993) *** = C : energi ; P : protein
386,52 326,62
C/P *** 13,19 13,77 17,14 19,17
2.1.3. Tahap Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila Oreochromis sp. dengan bobot rata-rata 10,59 ± 1,29 g yang berasal dari Cijeruk. Ikan ditebar sebanyak 6 ekor per akuarium. Sebelum dipelihara selama 40 hari, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi wadah penelitian selama 7 hari. Sebelumnya ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap media budidaya dan diberi pakan komersil secara at satiation. Setelah masa adaptasi selesai ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang dan dimasukkan ke dalam akuarium. Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang berukuran (50x45x30) cm3.
Sebelum penelitian dilakukan, akuarium dan tandon dicuci
menggunakan deterjen dan dikeringkan. Setelah itu akuarium dan tandon didisinfeksi menggunakan larutan kalium permanganate (PK) dengan konsentrasi 20 mg/l. Disinfeksi dilakukan selama 24 jam selanjutnya akuarium dan tandon dibilas dan dikeringkan selama 2 hari. Air yang digunakan berasal dari tandon yang sebelumnya telah diendapkan selama 3 hari. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75 % dari volumenya. Air didesinfeksi dengan kaporit 20 mg/l lalu diaerasi kuat selama 24 jam, kemudian diberi sodium thiosulfat sebanyak 10 mg/l.
Pengumpulan feses untuk uji kecernaan dilakukan selama 15 hari dimulai sejak hari keenam pemeliharaan. Setelah dikumpulkan, feses diletakkan dalam freezer agar terjaga kesegarannya. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pakan secara at satiation (sekenyangnya) sebanyak tiga kali sehari yakni pada jam 08.00, 12.00, dan 16.00 dengan pakan sesuai masingmasing perlakuan. Pengamatan pertumbuhan biomassa ikan dilakukan melalui sampling ikan setiap 10 hari sekali. Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian, dilakukan pengukuran bobot pada masing-masing perlakuan. Sistem kontrol air dilakukan dengan menerapkan sistem resirkulasi air. Kualitas air diusahakan untuk tetap terjaga dengan digunakannya filtrasi bertingkat pada system resirkulasi yang terdiri dari bioball, zeolit, dan busa. Pengukuran parameter kualitas air juga dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas air tetap terjaga. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, oksigen terlarut, TAN dan alkalinitas. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari, sedangkan pH, oksigen terlarut, TAN dan alkalinitas diukur pada awal, tengah, dan akhir masa pemeliharaan. Hasil analisa kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3. Analisa Proksimat Analisa proksimat dilakukan menurut prosedur Watanabe (1988), meliputi analisa kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar serat kasar. Prosedurnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.4. Analisa Kecernaan Setelah jumlah feses dirasa cukup, maka dilakukan pengeringan di dalam oven 110 0C selama 4-6 jam. Analisa kemudian dilanjutkan dengan pengujian kandungan Cr2O3 menggunakan spektofotometer yang memiliki panjang gelombang 350 nm. Selain itu dilakukan juga pengukuran protein dengan pengeringan dan menggunakan metode kjeldahl. Prosedurnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.5. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan analisa deskriptif eksploratif. Data diolah dengan menggunakan Ms. Excel. Parameter yang dievaluasi adalah jumlah konsumsi pakan, palatabilitas, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kecernaan protein.
2.5.1. Parameter yang diukur 2.5.2. Jumlah Konsumsi Pakan Jumlah konsumsi pakan diketahui dengan cara menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan di awal dengan jumlah pakan yang tersisa pada akhir masa pemeliharaan (Talbot, 1985 dalam Tytler dan Calow, 1985).
2.5.3. Palatabilitas Palatabilitas dihitung berdasarkan rumus berikut (Retnani, et al, 2009) : konsumsi bahan kering (g/hari/ekor) = persentasi bahan kering konsumsi pakan
2.5.4. Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut (Huissman, 1987):
Keterangan : Wt = rata-rata bobot individu pada akhir percobaan (g) Wo = rata-rata bobot individu pada awal percobaan (g) t = waktu percobaan (hari) LPH = laju pertumbuhan harian
2.5.5. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan (EP) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Takeuchi, 1988):
Keterangan : EP = efisiensi pakan (%) Bt = biomassa mutlak ikan pada akhir percobaan (g) Wo = biomassa mutlak ikan pada awal percobaan (g) Bd = biomassa mutlak ikan yang mati (g) F = jumlah (bobot) pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)
2.5.6. Kecernaan Protein Parameter kecernaan protein dihitung berdasarkan rumus berikut (Takeuchi, 1988 dalam NRC, 1993) : Kecernaan protein
= [1 - [1-a/a’ x b’/b]] x 100 %
Keterangan : a
= % Cr2O3 dalam pakan
a’
= % Cr2O3 dalam feses
b
= % protein dalam pakan
b’
= % protein dalam feses