P a g e | 71 Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
IDENTIFIKASI RITME DAN MELODI DALAM TARIAN KUDA LUMPING DI MARENDAL Tri Angel Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa Identifikasi Rithme dan Melodi Kuda Lumping yang ada di Marendal memiliki Ritme dan Melodi yang sama pada umum nya, Tetapi seiring dengan perkembangan Zaman dan meningkat nya pengalaman pemain musik Kuda Lumping maka dalam beberapa bagian Ritme dan Melodi variasi tertentu. Penelitian ini di maksudkan untuk mengetahui bagaimana Ritme dan Melodi kuda lumping yang ada di Marendal. kiranya penelitian ini dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi para muda – mudi yang pada zaman ini banyak meninggalkan musik yang bersifat Kebudayaan.
Kata Kunci: Ritme, Melodi, Tarian, Kuda Lumping PENDAHULUAN Orang Jawa di Sumatera Utara, menyebut dan disebut sebagai Pujakesuma, yaitu Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Mereka tetap memelihara kebudayaan yang dibawa dari Jawa, termasuk kesenian. Menurut dalam sejarah kebudayaan Jawa, Kuda Lumping atau yang lazim juga disebut dengan kuda kepang, Jara Kepang, jathilan, atau ebeg, merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Di zaman perjuangan kemerdekaan, awal abad ke-20 sampai tahun 1940-an, kuda Lumping berubah menjadi alat perjuangan oleh para pejuang kemerdekaan. Pada saat
pertunjukan kuda Lumping dilakukan yang ditonton oleh masyarakat sekitar, maka tempat pertunjukannya sengaja dibuat di dekat benteng penjajah. Sehingga pada saat pertunjukan berlangsung, salah satu anggota kuda Lumping memasuki benteng tersebut tanpa dicurigai untuk mengetahui kekuatan musuh. Setelah itu mereka menyampaikannya kepada para pejuang kemerdekaan. kuda Lumping menggabungkan unsur musik, tari, dan ilmu gaib (supranatural). Hal ini terlihat pada saat pertunjukan berlangsung. Unsur musik pada kuda Lumping diwakili oleh keberadaan alat-alat musik seperti saron, demung, kendang, dan gong serta di beberapa grup ada yang menggunakan penyanyi atau sering disebut sindhen. Musik yang dihasilkan, digunakan untuk mengiringi tarian yang dilakukan beberapa penari yang disebut anak wayang. Jumlah mereka selalu ganjil, dengan pakaian menari seperti celana pendek sepanjang lutut, yang menggunakan rompi. Di kepala mereka ada hiasan yang terikat disebut ira-ira. Pada saat menari, anak wayang menyelipkan di bagian selangkangan mereka kuda-kudaan yang terbuat dari bambu atau plastik. Dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang selendang yang terikat di pinggang yang digerak-gerakkan sedemikian rupa mengikuti irama musik. 1. Pengertian Identifikasi Identifikasi adalah suatu proses yang sulit karena prose situ bukan merupakan proses yang sepihak.
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 72
Identifikasi juga dapat di artikan sebagai upaya untuk mengelompokan, mengurutkan sekaligus memecahkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan bidang ilmu dan profesi penelit. Sebab tujuan dari identifikasi adalah apabila akan mencari dan memilih masalah atau focus penelitian. Jangan berdasarkan atas perenungan, lamunan dan cobacoba. Menurut G. Polya (How to Solve IT, Edisi ke 2, Princeton University Press) pengertian identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponenkomponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. 2. Pengertian Ritme Ritme adalah pengaturan bunyi dan waktu. Menurut Walterer E Nallin (1968: 163): “Rhythm ( that is, orderet the force that drives musik forward, rough and turbulent, tranquil and palacid, or broad and majestik.rhythm motion is and absolut,requesitife,for without thid “heat beat” music simply could not exist. “ritme yaitu simbol gerak beraturan yang mampu menciptakan kekuatan dan berbagai atmosfer yang mendorong alunan musik ke arah yang bergejolak, tenang dan kasar atau luas dan megah, gerak ritmismutlak di butuhkan, karena padaa dasar nya tidak ada musik tampa ada pola irama. Pola titme menurut hardjana, (2003:153) mengatakan bahwa musik hanya mungkin karena waktu, disana
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
ritma sebagai pengatur waktu apa yang kemudian di nyatakan di dalam waktu, itulah gambaran musik yang sebenar nya. Karena pisikologi kesadaran gerak langkah alami satu dua pada diri manusia musik dan waktu cenderung mengikat waktu dalam parameter waktu ganjil – genap satu – dua. Akibat nya menjadi bumerang antra waktu di dalam musik . Pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa ritme merupakan ketukan yang datang dengan teratur secaara berulang – ulang pada setiap ruas birama, yang mana ketukan yang teratur tersebut memiliki aksen atau tekanan yang teratur. 3. Pengertian Melodi Pengertian melodis secara sederhana adalah pergerakan/ perubahan tinggi rendahnya nada yang dimainkan dari waktu ke waktu. Suatu lagu yang indah atau bagus umumnya memiliki melodi yang enak didengar. Melodi memiliki pengertian sebagai perjalanan nada pada suatu komposisi musik mulai dari awal sampai akhir komposisi yang membentuk rangkaian nada. Masing-masing unsur dalam musik merupakan satu kesatuan yang utuh dan apabila disatukan dapat menghasilkan musik yang indah untuk dapat dinikmati. Apabila musik hanya terdiri dari melodi saja, maka akan terdengar sebuah melodi tanpa iringan atau apabila musik hanya terdiri dari ritme saja, maka akan terdengar iramairama tanpa nada. Oleh karena itu, antara unsur yang satu dengan unsur yang lain bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena itu dapat juga dikatakan bahwa melodi merupakan rangkain nadanada yang memilii pola ritme tertentu. Menutut Eli Siegmeister (1977 : 65 ) “Melody as the motion of single voic or
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 73
instrument, antilizing both steps and leaps, in a range that faries fromnarrow to wide” Maksud nya adalah melodi merupakan gerak tunggal atau suara seirama atai instrument, memanfaatkan gerak baik langkah dan lompatan dalam rentangtg yang bervariasi dari yang sempit ke yang luas. 4. Pengertian Tari Tari merupakan salah satu cabang yang di mana ekspresi dilahirkan melalui gerak-gerak ritmis dan mengandalkan tubuh sebagai media utama. Gerak dan ritme adalah unsure penting yang saling berkaitan satu dengan yang lain agar terciptanya suatu tarian. Gerak adalah unsur dasar ritem merupakan landasan utaman nya. Seperti yang di ungkapkan oleh (BPH Suryadiningrat dalam Nurwani 2006 : 12) bahwa : tari adalah gerakan gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang di susun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksut tertentu. Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan (Haukins: 1990, 2). 5. Pengertian Kuda Lumping Masduki , seorang pemimpin tim kudalumping mengatakan ’’Kuda Lumping merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa”. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian Kuda Lmping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Seringkali dalam pertunjukan Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural yang bersuasana magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain.Atraksi seni ini mengekspresikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaankerajaan Jawa, dan merupakan aspek bukan militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. Kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret. Penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki. Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Kuda bohongan yang di naik kan para pemain terbuat dari anyaman bambu, dan para penunggan kuda kakinya diberi kerincing. Beling (kaca) yang biasa nya dimakan dan itu merupakan bohlam lampu. Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 74
didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam. Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan alat prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian. Titik tolak penelitian bertolak pada minat untuk mengetahui masalah atau fenomena sosial yang timbul karena berbagai rangsangan. Penelitian ini bersifat kualitatif, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi, situasi atau berbagai fenomena yang ada dalam masyarakat. Sesuai dengan judul laporan penelitian ini, “ identifikasi ritme dan melodi dalam tarian kuda lumping di marindal” maka penelitian ini di lakukan di Marendal dengan rentang waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah satu group terdiri dari 30 orang, yaitu 12 orang pemusik, 2 orang pembarong, 2 orang warok, 6 orang jathilan, 1 orang prabu, 2 prang patih dan 4 orang lagi berperan sebagai orang orang yang berteriak teriak di belakang sebagai penambah semarak suasana Untuk mempermudah pengambilan data serta pengelolaannya, maka akan ditarik sampel dari penelitian ini A. Aziz Alimut Hidayat (2007) mengatakan : “Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika jumlah
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
subjeknya lebih dari 100, maka dapat di ambil sampelnya sebesar 25%. Tetapi jika subjeknya kurangd ari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitannya penelitian populasi”.
Dalam penelitian ini, seluruh data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan melalui kerja lapangan yang meliputi : 1. Studi Kepustakaan Peneliti melakukan studi kepustakaan berdasarkan beberapa buku yang berhubungan dengan topik penelitian. Studi kepustkaan dilakukan untuk mendapakan beberapa bahan dari buku-buku relevan yang berkaitan dan mendukung penelitian. Studi pustaka dilakukan sebelum dilakukannya pengumpulan data yang lain. Adanya hal ini mempermudah penelitian untuk mengulas data-data yang ada. A.Aziz Hidayat (2007:42), mengatakan bahwa : “Studi kepustakaan merupakan kegiatan peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari masalah penelitian. Selain itu studi kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi, sehingga peneliti memastikan tidak ada variabel penting dimasa lalu yang ditemukan berulang kali yang mempengaruhi atas masalah”. Untuk mendukung data-data yang di butuhkan dalam penelitian dan sebagai acuan dalam menganalisis data, peneliti perlu melakukan studi kepustaskaan 2. Observasi Observasi adalah proses pengumpulan data yang dilakukan tanpa mengajukan berbagai
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 75
pertanyaan, melainkan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subjek, baik secara langsung. A. Aziz Alimul Hidayat (2007:99), berpendapat bahwa : “Obsservasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan di teliti”. Observasi dilakukan berdasarkan apa yang diuraikan dalam pembatasan masalah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti melakukan observasi secara langsung, karena bertujuan untuk mengetahi secara langsung bagai mna pertunjukan kuda lumping. 3. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai nara sumber, bahan yang diteliti dan metode ini dihasilkan secara langsung. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu wawancara (interviwer) sebagai penguji / pemberi pertanyaan dan yang di wawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan. Untuk melakukan wawancara dibutuhkan tiga cara untuk pengumpulan data yaitu : persiapan wawancara, teknik bertanya, dan pencatatan data hasil wawancara. 4. Dokumentasi Dalam penulisan seluruh data yang dilakukan melalui kerja lapangan, baik berupa wawancara, pemotretan, dan berupa analisis untuk mendapatkan hasil yang akan dituangkan dalam penulisan apda penelitian ini. Dokumentasi dibuat sebagai bukti keterangan hasil penelitian yang dapat dilihat sepanjang waktu. Adapun media dokumentasi
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
yang digunakan adalah kamera dan handycam, hasil dari dokumentasi dalam penelitian ini berupa, foto-foto dan video dalam pertunjukan Kuda Lumping di daerah marindal HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
A. Sejarah Tarian Kuda Lumping Dalam sejarah kebudayaan Jawa, jaran kepang atau yang lazim juga disebut dengan kuda lumping, kuda kepang, jathilan, atau ebeg, merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Versi cerita yang lain menyebutkan, bahwa kesenian kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Cerita lain menyebutkan bahwa, kesenian kuda lumping ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Seringkali dalam pertunjukan kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural yang bersuasana magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain.Atraksi seni ini mengekspresikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaankerajaan Jawa, dan merupakan aspek
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 76
bukan militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. Selain itu, dalam rangka hubungan antara bangsawan dan rakyat kebanyakan, lahirnya kuda lumping tidak terlepas dari perbedaan kesenjangan yang cukup besar antara golongan kaum kraton atau kelas atas yang mempunyai kebudayaan adi luhung (super culture, high culture) yang berkembang di kerajaan, dengan golongan kaum bawah yang mempunyai kebudayaan rakyat (folk culture) yang umumnya berkembang di desa-desa. Akibat kesenjangan ini, timbullah perselisihan antara dua golongan tersebut, yang tentu saja golongan kelas bawah yang banyak mendapat kerugian. Kemudian timbullah perasaan tertekan yang semakin lama semakin mendalam, yang akhirnya timbul keputusasaan dan pasrah karena tidak dapat berbuat apa-apa sehingga menimbulkan kompensasi dan timbul keteganganketegangan. Untuk melepaskan atau sekedar melupakan perasaan tertekan tersebut, walaupun hanya sesaat, maka rakyat kebanyakan menciptakan seni sebagai wujud ketertekanan sosial yang dilakukan pihak bangsawan, yaitu melalui seni kuda lumping. Di zaman perjuangan kemerdekaan, awal abad ke-20 sampai tahun 1940-an, kuda lumping berubah menjadi alat perjuangan oleh para pejuang kemerdekaan. Pada saat pertunjukan kuda lumping dilakukan yang ditonton oleh masyarakat sekitar, maka tempat pertunjukannya sengaja dibuat di dekat benteng penjajah. Penyebaran kuda lumping ke luar daerah terjadi ketika zaman yang disebut dengan koeli koentrak. Pada saat itu beberapa masyarakat Jawa ada yang berharap ingin merubah
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
kehidupannya. Harapan tersebut tercapai ketika kolonial Belanda beserta para pengusaha-pengusaha Belanda datang ke Indonesia dan membuka lahan perkebunan di Pulau Sumatera. Karena tergiur dengan angan-angan muluk akan janji kehidupan yang lebih baik yang nantinya dapat mewujudkan kehidupan yang lebih mapan daripada kondisi mereka di pulau Jawa maka dengan sukarela mereka mengikuti arus imigrasi ke daerah Nusantara termasuk Sumatera dalam jumlah yang besar. Namun yang terjadi setelah sampai di daerah imigrasi adalah jauh dari harapan mereka ketika masih ada di pulau Jawa. Karena sebenarnya semua biaya keberangkatan dari daerah asal sampai di tempat imigrasi dibebankan kepada mereka semua ditambah lagi dengan adanya judi, madat, pelacuran, serta sistem feodal Belanda yang menambah beban hutang yang melilit mereka. (Syarbaini 1996). Pada awal nya Kuda Lumping masuk ke marendal pada Tahun 1990 yang di pimpin oleh bapak Alm.Ardianto pada masa itu Kuda Lumping yang di pimpin bapak Bapak ini hanya memiliki beberapa anggota saja. Setelah Bapak Ardianto meninggal dunia Group kuda lumping ini di teruskan oleh bapak Sutarmin selaku murid dari Alm.Bapak Ardianto Sampai pada saat ini. B. Tarian Kuda Lumping Di Marendal Kuda Lumping yang di pimpin Bapak Sutarmin sama hal nya dengan kuda lumping lain nya yang menggabungkan unsur musik, tari, dan ilmu gaib (supranatural). Hal ini terlihat pada saat pertunjukan berlangsung. Unsur musik pada Kuda
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 77
Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin diwakili oleh keberadaan alat-alat musik seperti saron, demung, kendang, dan gong serta di beberapa grup ada yang menggunakan penyanyi atau sering disebut sindhen. Alat – alat musik yang di gunakan berupa alat musik pukul atau ( perkusi ). Bentuk pertunjukan Kuda Lumping yang di pimpin Bapak Sutarmin dimulai dengan tarian persembahan, Para penari menari diiringi musik yang di selangkangan mereka membawa kuda-kudaan yang dipegang tangan kiri. Tujuan dari tari persembahan ini adalah meminta izin dari penguasa (alam gaib) yang ada di bawah dan di atas bumi--di tempat mereka melakukan pertunjukan. Sekaligus memberitahu tujuan mereka di tempat tersebut adalah untuk menghibur, bukan untuk mengganggu . Setelah itu, dilanjutkan dengan pembakaran kemenyan oleh pengendali pertunjukan atau yang disebut dengan pawang. Tujuannya adalah untuk memanggil arwah-arwah yang akan memasuki tubuh penari. Setelah berganti kostum, para penari mulai menari yang tujuannya untuk memasukkan arwah atau disebut endang ke dalam tubuh mereka. Pergantian kostum ini terjadi tergantung dari keadaan masingmasing kelompok kuda lumping. Jika mempunyai uang yang cukup, maka pengadaan dua buah kostum sangat mungkin untuk dilakukan, tetapi jika tidak mempunyai dana yang cukup maka kostum yang digunakan pada saat melakukan tarian persembahan dengan pada saat penari (anak wayang) trance atau mabok samaBiasa nya para penari juga melakukan atraksi – atraksi yang berbahaya. Seperti memakan beling atau pecaha – pecahan kaca,
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
memakan paku, mengupas kelapa dengan mulut dan menghembuskan api dari obor. C. Bentuk Atraksi Tari Kuda Lumping Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya. Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe. Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping. D. Alat Musik Yang Di Gunakan Pada Pertunjukan Kuda Lumping 1. Saron Menabuh gamelan Jawa khusunya saron merupakan suatu hal yang janrang di temukan pada jaman ini. Saron hanya terdiri dari 7 nada, Saron hanya terdiri dari 7 wilah (batang) nada saja, yaitu: nada 6,1,2,3,5,6,1 pada
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 78
laras slendro dan 6,1,2,3,4,5,6,7 pada laras pelog. Namun pada perkembangannya campursari sendiri membuat saron hingga 11 nada, bahkan ada yang 12 nada Tetapi, hanya menambahkah nada tinggi sajaSaron bisa terbuat dari besi, kuningan dan perunggu. 2. Demung Demung adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro. Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar. Gong GONG atau Go’ong atau Gung, menempati derajat tertinggi dan paling mulia di antara seluruh peralatan Gamelan, sebab alat musik ini merupakan siloka (symbol) dari NAGA dan RA (Naga dan Matahari) atau jika disatukan menjadi NAGARA (‘negara’).Bentuk lingkaran Gong adalah siloka dari Matahari (Sang Surya) atau dalam konsep ketatanegaraan leluhur bangsa Indonesia di jaman kerajaan sering disebut sebagai “RA”. 3. Kendang atau Gendang Kendang, atau gendang adalah alatmusi yang terbuat dari Kulit lembu atau sapi. Kedang atau gendang biasa nya nya di mainkan dengan menggunakan tangan. Lembu (Sapi) ataupun Kerbau (Munding) di percaya sebagai lambang kesuburan Bumi Nusantara. Hal ini berkaitan juga dengan keberadaan wilayah Karesian yang menjadi bagian terluar dari konstelasi negeri Pa-Ra-Hyang dalam konsep pemerintahan Galuh Agung.
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
E. Bentuk Rithme Musik Pada Pertunjukan Kuda Lumping Pada dasar nya Musik hanya mungkin karena waktu. Disana, ritme mengatur waktu. Apa yang kemudian dinyatakan di dalam waktu, itulah gambaran musik yang sebenarnya. Karena psikologis kesadaran gerak (langkah) alami satudua pada diri manusia musik dan tari cenderung mengikat waktu dalam parameter ganjil-genap satu-dua. Adapun proses perjalanan Rithme yang biasa di lakukan oleh para Pemain Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin menggunakan ritme yang sama dan di lakukan secara berulang – ulang dengan menggunakan tempo dan dinamik yang berbeda. F. Bentuk Melodi Musik Pada Pertunjukan Kuda Lumping Melodi tidak terlepas dari beberapa unsur-unsur Musik yang biasa kita dengar. Musik tidak akan kedengaran sempurna tampa ada nya melodi. Setalah penulis melakukan penalitian musik Kuda Lumping di Marendal yang di pimpin oleh Bapak sutarmin, Penulis dapat melihat bagai mana bentuk-bentuk atau bagianbagian melodi yang di gunakan para pemain musik Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin. Permainan musik kuda lumping pada umum nya biasa nya menggunakan melodi yang sama. Namun biasa nya pada setiap group memiliki fariasa – fariasi melodi yang berbeda. Adapun bentuk melodi yang di gunakan pada pemain Musik Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin menggunakan bentuk melodi yang sama dengan kuda lumping pada umum nya. Tetapi pak Sutarmin menggunakan perkembangan –
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 79 Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013
perkembangan nada yang berfariasa agarmenghasilkan nada – nada yang yang menarik untuk di nikmati pendengar. G. Pendominasian Musik Dan Tarian Kuda Lumping Musik dan Tarian Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin sangat menarik dan istimewa bahkan berbeda dari tarian – tarian yang umum nya di lakukan oleh para penari biasa. Hal itu semua di karenakan ada nya roh gaib yang masuk dalam tubuh penari kudalumping tersebut. Akan tetapi sebelum roh atau Endang masuk kedalam tubuh penari, penari masih menari dengan kondisi sadar sampai roh atau Endang masuk kedalam tubuh mereka sambil di iringi dengan musik yang memiliki tempu semakinlama semakin cepat. Ketika Roh atau Endang masuk kedalam tubuh penari maka penari mulai untuk mempertunjukan pertukan seperti memakan pecahan kaca, membuka kelapa dengan menggunakan mulut hal itu di lakukan di luar dari alam sadar mereka. Untuk mengusir Roh atau Endang pulang dan kluar dari tubuh mereka Roh atau Endang meminta musik yang sesuai dengan keinginan mereka. Musik itu berfungsi sebagai pengiring Roh atau Endang untuk pulang dan keluar dari Tubuh para penari Kuda Lumpung.
2.
3.
4.
5.
KESIMPULAN 1.
Sejarah kebudayaan Jawa, Kuda Lumping atau yang lazim juga disebut dengan kuda kepang, Jara Kepapang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Di dalam
6.
masyarakat Jawa sendiri, kuda Lumping juga dikenal dengan nama yang lain salah satunya adalah Banyumasan. Dikatakan demikian karena kuda Lumping dulunya sangat terkenal dari daerah Banyumas sehingga banyak mengidentikkan bentuk kesenian ini dengan daerah tersebut. Ritme dan Melodi Kuda Lumping di Marendal sama dengan Kuda Lumping pada umum nya namun karenan kemampuan pemain musik meningkat, pemain musik kuda lumping di Marendal menambah kan bagian – bagian Ritme dan melodi yang ada pada Pertunjukan Kuda Lumping yang di Marendal. Pendominasian Musik dan Tarian Kuda Lumping Di Marendal sangat menarik dan istimewa bahkan berbeda dari tarian – tarian pada umum nya yang di lakukan oleh para penari biasa. Hal itu semua di karenakan ada nya roh gaib yang masuk dalam tubuh penari kudalumping tersebut. Roh/Endan yang terdapat pada roh pemain Kuda Lumping dapat menyesuai kan gerakan – gerakan yang di mainkan oleh para pemain musik walaupun dalam kondisi tidak sadar. Selain Manusia, Roh/Endang ternyata dapat menikmati Musik dan Menuangkan nya dalam Bentuk tari – tarian. Manusia yang dalam kondisi sadar juga dapat kemasukan Roh/Endang ketika mendengarka Musik kuda Lumping.
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
P a g e | 80
DAFTAR PUSTAKA Aziz Alimut Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Surabaya ; Salemba Media Becker, J. 2001. Anthropological Persepective On Misic and Emotion. In P.N Benamou, M. 2001. Rasa In Javanese Musical Aesthestics. PhD Dissertation. Musicology. Ann Arbir, MI ; UMI Company Clarke, E.F. 2003. Music and Musichology In The Cartural Study of Music : A. Cartical Introduction De Nora, T.1997. Music and erotic agency-sonic resources and social-sexsual action. Body and Society, 3, 43-65. University Press Eagle, C. T. 1971. Effedts of Existing Mood and Order of Persentation of Vocal and Instrumental Music on Rated Mood Responses to That Music. Unpublished doctoral dissertation, University of Kansas, USA Endraswara. S. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. HAnindita Graha Widya E Nailin, W. 1968. Cross-culturan Cimparison in the affective Respons to misic G. Polya (How to Solve IT, Edisi ke 2, Princeton University Press) Hardjana, 2003. Budi Pekerti Seni dan Budaya. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Silado, Remy. 2009. Musik Ilustrasi Cuma Ada di Indonesia. Yogyakarta: Gong no.107/X/2009 Yayasan Tikar Media Budaya Nusantara Pusat Pembinaan Bahasa 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka
Identifikasi Ritme Dan Melodi Dalam Tarian Kuda Lumping Di Marendal
Grenek Music Journal Vol. 02 No.01 Januari 2013