Studi Pendahuluan pada Isolasi dan Identifikasi Yeast dalam Susu Kuda yang Beredar di Wilayah Bandung. Preliminary Study on The Isolation and Identification of Yeasts in Horse Milks Distributed in Bandung Region Roostita L. Balia dan Udju D. Rusdi Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung
Abstract The purpose of this study was to understand the occurrence and growth of yeasts in horse milk can possible cause desirable natural fermentations leading to the production of healthy important foods. Also may serve as a mechanism for incoporating probiotic of yeast (e.g. Kluyveromyces lactis, Saccharomyces serevisiae) into human diet. The results showed that the yeast populations greater than 104 cfu/ml were found in samples of retail and cavalry horse milks. The most predominant species isolated were Hansenula subpelliculosa, Candida tropicalis and Pichia etchellsii. The properties of yeasts influencing their occurrence and growth in mares (female horses) milks were: fermentation/assimilation of lactose, glucose and galactose; and growth at 250 C . Key words: Yeasts, Horse milk; Candida tropicalis, Hansenula subpelliculosa, Pichia etchellsii Pendahuluan Beredarnya susu kuda (berasal dari Sumbawa) pada sebagian masyarakat yang diyakini dapat sebagai minuman obat di Indonesia termasuk di daerah Bandung mengakibatkan harganya menjadi mahal. Susu kuda tersebut telah diteliti dan mempunyai daya hambat terhadap mikroorganisme hingga 14 -23 mm (Sudarwanto dkk., 1998; Siswanto dkk., 1999). Pada susu kuda segar terdapat kandungan bakteri yang bersifat Gram-negatif bentuk batang, micrococci dan streptococci (Manteuffel dan Zoe-von-Manteuffel, 1989). Susu kuda segar juga mengandung vitamin C., lyzozime (11%) dan laktosa yang tinggi (5.9%) dan kandungan mineral yang rendah dibandingkan dengan susu sapi dengan kandungan laktosa (4.8%) (Pagliarini dkk. 1995; Waluyo dkk., 1998). Oleh karena susu ini mempunyai kandungan yang karakteristik berbeda dengan susu lain maka sangat baik untuk dikonsumsi oleh orang yang sudah tua (elderly), orang yang baru sembuh dari sakit dan untuk makanan bayi (Solaroli dkk., 1993). Di negara Eropa timur (Mongolia dan Uni-Soviet) susu kuda dikonsumsi sebagai minuman fermentasi yang disebut: Koumiss dengan menggunakan starter Streptococcus lactis, Lactobacillus bulgaricus dan Kluyveromyces lactis atau K. fragilis. Ada yang mempergunakan dengan starter yang terdiri Lactobacillus bulgaricus dan Torula spp.yeast (Kosikowski, 1977; Mambetaliev, 1990). Koumiss telah dipercayai sejak lama sebagai minuman yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti tuberculosis dan penyakit liver. Minuman ini mempunyai ketahanan yang cukup lama ± 4 minggu, bila disimpan pada suhu 40 C. (Bruner, 1987; Anonymous, 1993). Susu kuda yang dijual
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
1
dengan kemasan dalam botol putih dimana suhu penjualan disimpan pada suhu refrigerator 40C dikatakan adalah susu yang terfermentasi secara alamiah, karena tanpa penambahan starter kedalam susu kuda tersebut. Susu ini berasa sangat asam dan sedikit getir lebih nyaman diminum dalam keadaan dingin. Oleh sebab itu dilakukan penelitian awal yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar jumlah dan jenis spesies terutama yeast yang berasal dari dalam susu kuda itu dan seberapa besar perannya dalam fermentasi alam tersebut. Metode Isolasi Yeast Susu kuda (500 ml) berasal dari Sumbawa, yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari beberapa tempat penjualan di wilayah Bandung (10 sampel). Disamping itu juga beberapa sampel (5 sampel) diambil dari kuda kavaleri dari Pusdiklat Kavaleri Lembang Bandung. Susu ini hanya dikonsumsi untuk anak kuda dan tidak diperjual belikan. Susu kuda kavaleri ini masih murni tidak mengalami proses pasteurisasi. Cara pengambilan sampel yaitu: diambil 10 ml susu secara aseptis diencerkan dengan 90 ml dari 0.1% pepton water, kemudian dihomogenisasi dan dibuat satu seri pengenceran dari 10-1 sampai 10-4 (duplikat). Pembuatan Plate Counts Agar (PCA) bagi yeast terdiri dari Potatoes Dextrose Agar (PDA) 250 g ditambah dengan 2% Vegemite (Australian Fermented Paste) dan 0.1 µg per ml. antibiotika yang telah difiltrasi untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Campuran larutan kemudian disterilisasi pada suhu 1210 C selama 15 menit. Penambahan antibiotika dilakukan setelah media didinginkan dan sebelum dituangkan kedalam cawan petri. Penuangan sebanyak 20 ml dalam setiap cawan petri. Isolasi dan perhitungan koloni dilakukan dengan metode spread pada cawan petri yaitu dengan memipet 0.1 ml dimasukkan kedalam cawan petri dari setiap pengenceran dan dilakukan duplikasi. Kemudian disebarkan diatas media dengan batang gelas hingga merata, diinkubasi pada suhu 250C selama 48 jam. Setelah itu diperiksa dibawah mikroskop dan dilakukan pemeriksaan terhadap bentuk sel dan sifat vegetatif reproduksinya. Sel diamati dengan pemeriksaan pada mikroskop dengan pembesaran 1000x dari sediaan basah. Kemudian dilakukan penyimpanan pada agar miring dari masing-masing koloninya. Identifikasi Yeast Isolat yeast yang telah dimurnikan dan disimpan dalam agar miring dan kemudian dimurnikan kembali pada media Malt Extract Agar (MEA, Oxoid Ltd.) Identifikasi dilakukan dengan standar tes menurut Lodder J. 1970; Onions A.H.S., Allshopp D. dan Eggins H.O.W., 1981. Dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat bentuk kharakteristik sel yeast. Diamati dengan pemeriksaan pada mikroskop dengan pembesaran 1000x baik dari sediaan basah maupun pewarnaan Gram untuk mengetahui morfologi sel dan bentuk vegetatif reproduksinya. Pada Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Mikrobiologi, ITB-Bandung. Kemudian gambar sel yeast dicetak dengan mempergunakan Scanner (Merck Umax) dan Software Adobe Photoshop 5.5 Laboratorium PPTMB-Bandung.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
2
Hasil dan Pembahasan Pada Tabel-1: Sampel dengan “kode KLA”: terlihat bahwa sebagian besar dari koloni berwarna krem, kasar dan kulturnya berwarna krem gelap pada umur tua. Bentuk koloni ini telah diidentifikasi sebagai Hansenula subpelliculosa. Hal itu dapat dilihat pada reaksi biokimianya yaitu pada tes gula-gula terjadi asimilasi pada semua tesnya, tetapi tidak terjadi asimilasi pada laktosa. Tidak ada yang menfermentasi gulagula tersebut dari seluruh tes yang dilakukan. Yeast ini mempunyai spora (ascospora), pseudomiselium terlihat jelas dan reproduksinya dengan cara vegetatif mutipolar budding (Gambar-1AB). Dimana perkembang biakannya dengan membentuk buding dari kutub selnya. Jumlah populasi yeast jenis ini adalah ≥ 106 cfu/ml susu kuda, sedangkan pada susu sapi jumlah yeast juga ≥ 104 –106cfu/ml (Roostita and Fleet, 1996). Tabel-2: Terlihat selnya besar melebar dan terjadi fermentasi pada sukrosa, sedangkan pada gula-gula yang lain hanya terjadi asimilasi saja bahkan memberikan reaksi negatif pada laktosa. Gambaran ini diperlihatkan oleh sampel “kode BERO” identifikasi mengarah pada Candida tropicalis dimana koloninya sangat butyrous (mengkilat dan lembab) berwarna krem kemudian menjadi kasar dan berwarna gelap. Jumlah populasi yeast ini ≥ 104 cfu/ml dan yeast ini bisa dimungkinkan mempunyai kontribusi terhadap fermentasi pada susu kuda secara alamiah apabila terdapat gulagula misalnya sukrosa. Gambar-2AB memperlihatkan bahwa yeast C. tropicalis tidak mempunyai spora, pseudomiseliumnya terlihat agak rudimenter dan berkembang biak secara vegetatif multipolar budding. Tabel-3: Dalam tabel ini terlihat pada sampel “kode JPA” menunjukan bahwa terjadi fermentasi pada glukosa dan menunjukan fermentasi negatif pada gula-gula yang lain. Akan tetapi terjadi asimilasi pada seluruh gula-gula kecuali pada laktosa. Koloni berwarna krem tua pada media dan terlihat basah serta mengkilat, mempunyai spora berbentuk ascospora. Koloni tersebut diidentifikasi sebagai yeast Pichia etchellsii alat reproduksinya dengan cara multipolar budding dan jumlah populasinya hingga sampai 104 cfu/ml. Bentuk selnya berukuran besar dan oval dan terdapat spora (1-2) didalam selnya (Gambar-3AB). Keberadaan yeast ini kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya fermentasi pada glukosa secara alam pada susu kuda. Akan tetapi tentu membutuhkan mikroba lain yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, kemudian selanjutnya dirubah menjadi asam-asam organik (Guan dan Brunner, 1987). Kesimpulan dan Saran Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam susu kuda berkode PDA dan BERO yang telah mengalami fermentasi secara alam terdapat beberapa jenis spesies yeast Pichia etchellsii dan Candida tropicalis dengan populasi sebesar: ≥ 104 cfu/ml. Pada susu kuda ini terasa sangat asam, segar tetapi sedikit getir dibeli dari penjual eceran yang disimpan dalam almari es. Sedangkan pada susu kuda kavaleri yang baru diperah, rasanya manis (laktosa 5.9%) belum mengalami pasteurisasi terdapat jumlah populasi yeast Hansenula subpelliculosa sebesar ± 106 cfu/ml. Jenis yeast C. tropicalis dan P. etchellsii yang mempunyai reaksi positif terhadap gula-gula monosakarida seperti sukrosa dan glukosa kemungkinan dapat membantu terjadinya proses fermentasi pada susu kuda tersebut. Akan tetapi hal ini terjadi bila ada perlakuan awal yaitu misalnya: susu kuda tersebut dipasteurisasi terlebih dahulu
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
3
yang akan membuat terurainya laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Bisa juga dengan bantuan mikroflora lain misalnya bakteri lactococci dan streptococci yang ada pada susu kuda tersebut bersama-sama melakukan fermentasi dengan jenis-jenis yeast ini seperti pada produk Koumiss (Kosikowski, 1977). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menginokulasi jenis yeast tersebut masing-masing atau bersama-sama dengan mikroba lain agar dapat dipakai sebagai starter dan kemudian diikuti aktifitasnya pada susu kuda tersebut hingga menjadi produk susu fermentasi. Sebaiknya juga dilakukan penelitian lanjutan dengan bioassay test sehingga dapat diketahui apakah yeast atau mikroorganisme lain yang berperan dalam memproduksi zat-zat yang berguna bagi minuman kesehatan manusia (probiotik). Daftar Pustaka Anonymus 1993. Possible development of the dairy industry in Mongolia. Maelkeritidende, 106 (24): 606-608. Guan J. and Bruner J.R. 1987. Koumiss produced from skim milk sweet whey blend. Cultured Dairy Journal, 22 (1): 23. Kosikwoski F. 1977. Cheese and Fermented Milk Foods, 2nd edition Edwards Brothers, Inc., Printers and Distributers, Ann Arbor, Michigan. Lodder J. 1970. The Yeast: A Taxonomi Study, North Holland Publishing Co. Onions A.H.S., Allshop D. and Eggins H.O.W. 1981. Smith’ s Introduction to Industrial Mycology 7th ed. Edward Arnold Publisher, Ltd. Mambetaliev B.D., 1990. Production of Koumiss. USSR Patent. SU 1: 544, 341. Pagliarini E., Solaroli G. and Peri C. 1995. Chemical and physical characteristics of mare’s milk. Italian Journal of Food Science. Issue Special, 40-49. Manteuffel N.Z and Zoege-von-Manteufell von N. 1989. Application to mare’s milk of some chemical, physical and microbiological test developed for detecting bovine mastitis. Innaugral Dissertation, Tierarztliche Hochschule, Hannover, German Federal Republic. Roostita R. and Fleet G.H. 1996. Growth of Yeasts in Milk and Associated Changes to milk Composition. International Journal of Food Microbiology 31: 205-219. Siswanto H.P., Prawesthirini S. dan Lusiastuti 2000. Kajian Potensi Antimikroba Secara In-Vitro dan Deteksi Pemalsuan Susu Kuda Liar yang Beredar di Surabaya. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Hewan Unair, Surabaya. Solarolli G., Pagliarini E. and Peri C. 1993. Composition and nutritional quqlity of mare’s Milk. Italian Journal of Food Science. 5 (1) 3-10. Sudarwanto M., Soejoedono R., Sanjaya W. dan Lukman D.W. 1998. Studi Kasus Komposisi Susu Kuda Sumbawa, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Waluyo B.P., Nasirudin M., Sapardi dan Handoko A., 1998. Hasil-hasil Analisis Kimiawi Susu Kuda Liar (abstrak). Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
4
Tabel-1. Data Identifikasi Yeast Spesies: Hansenula subpelliculosa No. Jenis Pengamatan Hasil Pengamatan 1 Karakteristik koloni Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna krem pada kultur tua berwarna lebih gelap
2
Karakteristik seluler
Miselium: tidak ada Pseudomiselium: + Ascospora: + Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Mutipolar budding
3
Reaksi biokimia
Glukosa : asimilasi Sukrosa : asimilasi Laktosa : asimilasi Galaktosa : asimilasi Maltosa : asimilasi Xylosa : asimilasi Inositol: asimilasi Nitrat : reduksi, membentuk pellicle
4
Habitat
Minuman (susu)
Literatur Karakteristik Hansenula subpelliculosa : Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna bervariasi dari putih keabuan hingga krem kecoklatan. Kultur tua berwarna lebih gelap. Miselium: variable Pseudomiselium: + Ascospora: + Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Reproduksi vegetatif : mutipolar budding Glukosa tak difermentasi Sukrosa diasimilasi Galaktosa diasimilasi
Mereduksi nitrat Minuman dan makanan
Tes ini distandarisasi menurut diskripsi oleh Lodder J. 1970; Onions A.H.S., Allshopp D. dan Eggins H.O.W., 1981.
Tabel-2. Data Identifikasi Yeast Spesies: Candida tropicalis No. Jenis Pengamatan Hasil Pengamatan 1 Karakteristik koloni Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna krem pada kultur tua berwarna lebih gelap 2
Karakteristik seluler
Miselium: tidak ada Pseudomiselium: + Ascospora: Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Mutipolar budding
3
Reaksi biokimia
Glukosa : asimilasi Sukrosa : fermentasi Laktosa : Galaktosa : asimilasi Maltosa : asimilasi Xylosa : asimilasi Inositol: asimilasi Nitrat : reduksi, membentuk pellicle
Literatur Karakteristik Candida tropicalis : Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna bervariasi dari putih keabuan hingga krem kecoklatan. Miselium: variable Pseudomiselium: + Ascospora: Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Reproduksi vegetatif : mutipolar budding Glukosa diasimilasi Sukrosa difermentasi Laktosa: tidak diasimilasi Galaktosa: diasimilasi Maltosa: diasimilasi Inositol: tidak diasimilasi Mereduksi nitrat
4 Habitat Minuman (susu) Minuman dan makanan Tes ini distandarisasi menurut diskripsi oleh Lodder J. 1970; Onions A.H.S., Allshopp D. dan Eggins H.O.W., 1981.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
5
Tabel-3. Data Identifikasi Yeast Spesies: Pichia etchelsii No. 1
Jenis Pengamatan Karakteristik koloni
Hasil Pengamatan Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna krem pada kultur tua berwarna lebih gelap
2
Karakteristik seluler
Miselium: tidak ada Pseudomiselium: + Ascospora: + Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Mutipolar budding
3
Reaksi biokimia
Glukosa : fermentasi Sukrosa : asimilasi Laktosa : Galaktosa : asimilasi Maltosa : asimilasi Xylosa : asimilasi Inositol: asimilasi Nitrat : -
Literatur Ciri Pichia etchelsii : Koloni butyrous, kemudian kasar. Warna bervariasi dari putih keabuan hingga krem kecoklatan. Kultur tua berwarna lebih gelap. Miselium: Pseudomiselium: + Ascospora: + Mixture: + Oval-circular : + Oval-cylindrical : + Arthrospora: Reproduksi vegetatif : mutipolar budding Glukosa fermentasi Sukrosa diasimilasi Laktosa: tidak diasimilasi Galaktosa: diasimilasi
Tidak mereduksi nitrat
4 Habitat Minuman (susu) Minuman dan makanan Tes ini distandarisasi menurut diskripsi oleh Lodder J. 1970; Onions A.H.S., Allshopp D. dan Eggins H.O.W., 1981.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
6
PDF Creator - PDF4Free v2.0
Gambar 1A: KLA (Hansenula subpelliculosa) Pewarnaan Gram: pembesaran 1000X
Gambar 1B: KLA (Hansenula Subpelliculosa) Sediaan basah pembesaran 1000X
Gambar 2A: Bero (Candida tropicalis) Pewarnaan Gram: pembesaran 1000X
Gambar 2B: Bero (Candida tropicalis) Sediaan basah pembesaran 1000X
Gambar 3A: PDA (Pichia etchellsii) Pewarnaan Gram: pembesaran 1000X
Gambar 3B: PDA (Pichia etchellsii) Pewarnaan Gram: pembesaran 1000X
http://www.pdf4free.com
7