IDENTIFIKASI PERBEDAAN PENGARUH ASPEK-ASPEK BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIPE-TIPE RUMAH DI PERUMAHAN BJE Andrianto Widjaja (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bauran pemasaran dalam mempengaruhi keputusan membeli beberapa type rumah di Perumahan BJE. Dan 2) Untuk mengetahui manakah diantara variabel bebas yang terdiri dari: produk, harga, tempat dan promosi sebagai faktor pembeda dan yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan dalam membeli rumah di Perumahan BJE. Populasi dalam penelitian adalah para pembeli rumah type 23 dan type 36 yang ada di Perumahan BJE, Tangerang. Untuk pemilihan sampel digunakan metode proportional stratified random sampling. Metode analisa datanya menggunakan analisa diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan hasil perhitungan Wilks Lambda, terlihat angka Chi-square adalah 45.197 dengan angka sig. adalah 0.000. Hal ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan (nyata) antara kedua grup pada model diskriminan. Artinya ada perbedaan bauran pemasaran yang nyata terhadap keputusan membeli rumah type 23 dan type 36 di Perumahan BJE, Tangerang. 2) Berdasarkan variables entered/removed dari empat variabel bebas yang dianalisis, hanya ada tiga variabel yang berbeda secara signifikan untuk dua grup diskriminan, yaitu harga (X2), tempat (X3), dan promosi (X4), karena nilai sig. < 0.05. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk membeli rumah dengan tipe yang berbeda oleh variabel tempat, promosi dan harga. 3) Variabel tempat (X3) adalah variabel yang paling dominan membedakan, artinya variabel tempat adalah faktor yang paling membedakan dalam mempengaruhi keputusan membeli rumah type 23 atau membeli rumah type 36 di perumahan tersebut. Kata Kunci: Bauran Pemasaran, Keputusan Pembelian, Kepuasan Konsumen
I. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PENELITIAN Tingginya pertumbuhan penduduk, akan mempengaruhi dan menyebabkan tingginya pertumbuhan akan kebutuhan perumahan pula. Pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah penyangga Ibu Kota cukup pesat di bandingkan dengan pertumbuhan penduduk di daerah sekitarnya. Sementara itu kebutuhan akan tempat tinggal adalah kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti sandang, pangan, kesehatan, dan pendidikan. Senada dengan bentuk hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia adalah berkaitan dengan kebutuhan fisiologi di antaranya adalah sandang, pangan dan papan. Dan yang dimaksud dengan papan adalah rumah yang merupakan kebutuhan pribadi manusia, karena rumah berkaitan dengan aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi yang berkenaan dengan kebutuhan akan kesehatan, keselamatan dan 1
kenyamanan manusia. Bertambahnya kebutuhan akan rumah mendorong timbulnya perusahaan-perusahaan yang tertarik untuk mengelola usaha tersebut. Menyadari kebutuhan tersebut di atas, PT. BJE berinisiatif menawarkan pembangunan kompleks perumahan terpadu yang di lengkapi beberapa fasilitas penunjang. Untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, perusahaan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penjualannya. Seiring dengan kecepatan perkembangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan tehnologi, maka perusahaan harus mampu menghadapi persaingan dari produk-produk pesaing serta harus mampu mendistribusikan produk kepada konsumen dengan profesional dan inovatif agar produk dan pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen. Kepuasan konsumen dalam kepemilikan rumah adalah merupakan target utama perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan sekaligus untuk dapat melihat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian rumah dengan berbagai type yang dijual pihak developer, maka dilakukan penelitian dengan judul ”Identifikasi Perbedaan Pengaruh Aspek-Aspek Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian TipeTipe Rumah di Perumahan BJE” Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan variabel bauran pemasaran dalam mempengaruhi keputusan membeli beberapa type rumah di Perumahan BJE, Tangerang. b. Untuk mengetahui manakah diantara variabel bebas yang terdiri dari: produk, harga, tempat dan promosi sebagai faktor pembeda dan yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan dalam membeli rumah di Perumahan BJE, Tangerang. II. TINJAUAN TEORI A. Bauran Pemasaran Pengertian bauran pemasaran menurut Philip Kotler yang di kutip Salidin (2004), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat variabel pemasaran yang dapat di kuasai oleh perusahaan dan di gunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Rangkaian variabel atau unsur-unsur itu adalah: a. Unsur produk adalah barang atau jasa yang di jual untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi produk mencakup keputusan mengenai kegunaan mutu, ciri, gaya, pengemasan, jaminan, rancangan dan pilihan, keputusan tentang perubahan pada karakteristik produk di perlukan selama produk bersangkutan berada dalam daur hidupnya. b. Unsur harga adalah sesuatu yang melekat pada suatu barang atau jasa yang merupakan nilai dari produk tersebut yang ditentukan dengan nilai satuan nilai mata uang, yang memudahkan pembeli untuk memiliki produk tersebut. Harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan, karena jika tidak maka pembeli akan berpaling ke produk pesaing. c. Unsur tempat adalah merupakan lokasi yang telah di tentukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan dimana perusahaan akan beroperasi dan dimana perusahaan akan menempatkan staf-stafnya. Disini harus mengidentifikasi, merekrut, dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada pasar sasaran, d. Unsur promosi adalah kegiatan yang di lakukan oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan, memperkenalkan produknya kepada masyarakat luar 2
dengan maksud agar masyarakat tertarik dan mau membeli produk mereka. Disini perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualannya. Perusahaan harus membuat program komunikasi dan promosi dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, serta pemasaran langsung online. Dalam pemasaran kita juga mengenal adanya strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan cara yang di gunakan oleh manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan adapun strategi-strategi yang di maksud adalah strategi harga, strategi produk, strategi distribusi, strategi promosi. Menurut Asri (1991), di katakan bahwa strategi pemasaran di kelilingi oleh variabel-variabel yang uncontrollable atau variabel-variabel yang tidak dapat di kendalikan, dan variabel-variabal yang controllable atau variabel-variabel yang dapat di kendalikan oleh suatu perusahaan atau produsen. Yang di sebut dengan variabelvariabel yang uncontrollable adalah: a. Lingkungan sosial budaya b. Lingkungan ekonomi c. Keadaan dunia usaha d. Lingkungan politik dan hukum e. Sumber-sumber (resources yang tersedia) Sedangkan yang di sebut dengan variabel-variabel yang controllable adalah apa yang biasa di sebut dengan marketing mix, yaitu terdiri dari: produk, harga, distribusi, dan promosi. B. Kepuasan Pelanggan Pengertian kepuasan pelanggan seperti yang di sampaikan kotler dalam buku yang diterjemahkan oleh Tjiptono (2003) yaitu: tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan di bandingkan dengan harapannya. Pada umumnya program kepuasan pelanggan meliputi 7 (tujuh) elemen utama yaitu (Tjiptono, 2003): a. Barang dan jasa berkualitas Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan prima. Paling tidak pelanggannya harus menyamai para pesaing utama dalam industri. Untuk itu berlaku prinsip ”quality comes first, satisfaction program follow”, biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan yang tinggi pula. b. Relationship Marketing Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan dapat membangun bisnis ulangan dan menciptakan loyalitas pelanggan. c. Program promosi loyalitas Biasanya program ini memberikan semacam penghargaan khusus kepada pelanggan kelas kakap atau pelanggan rutin (heavy user) agar tetap loyal pada perusahaan yang bersangkutan. d. Fokus pada pelanggan terbaik
3
Yaitu pelanggan yang menyangkut pembayaran tepat waktu, tidak terlalu banyak membutuhkan layanan tambahan dan relatif tidak sensitiv terhadap harga. e. Penanganan komplain secara efektif. Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk. Perusahaan harus terlebih dahulu memastikan bahwa barang dan jasa yang di hasilkan benarbenar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Baru setelah itu, jika ada masalah, perusahaan segera berusaha memperbaiki lewat sistem penanganan komplain. f. Jaminan di luar kondisi Di butuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan. g. Program kepuasan pelanggan Program kepuasan pelanggan tidak dapat terlaksana tanpa adanya dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak perusahaan yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan berkewajiban memuaskan mereka, karyawan juga harus di puaskan kebutuhannya. Kepuasan pelanggan secara total harus di dukung oleh besarnya pengembalian yang mengkaitkan sistem penilaian kinerja dan kompensasai dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei yaitu suatu upaya untuk mengumpulkan informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. B.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian di lakukan di Perumahan Bumi Jati Elok, Tangerang. Walaupun perusahaan ini juga menjual ruko, type rumah 23 dengan luas tanah 60, type 36 luas tanah 90, type 48 luas tanah 120, namun disini penulis hanya membatasi penelitian untuk produk type rumah 23/60 dan 36/90 saja. Alasannya adalah bahwa type 23/ 60 dan type 36/90 adalah type yang paling dominan atau paling banyak diminati oleh konsumen. Perusahaan memilihi rumah type 23/90 sebanyak 193 unit, sedangkan type 36/90 sebanyak 117 unit. Kedua type tersebut sudah habis terjual pada tahun 2009 dan sudah langsung di huni oleh pemilik.
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian adalah para pembeli rumah type 23 dan type 36 yang ada di Perumahan Bumi Jati Elok, Tangerang. Untuk pemilihan sampel di masing-masing type rumah digunakan metode proportional stratified random sampling. Metode proportional stratified random sampling merupakan teknik probability sampling yang memilih sampel secara acak dengan terlebih dahulu mengklasifikasi suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan karakteristik tertentu dari elemen-elemen populasi. Sedangkan jumlah sampel yang dipilih ditentukan secara proporsional dari jumlah elemen pada setiap sub populasi. Pada penelitian ini ukuran sampel diambil sebanyak 50% dari populasi. Berikut adalah jumlah populasi dan sampel penelitian: Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian 4
Pembeli Type Rumah 23 Type Rumah 36 Jumlah
Populasi 193 117 310
Sampel (50%) 97 59 156
D. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah keputusan terhadap pembelian rumah pada kedua type, type 23 atau type 36. b. Variabel Bebas X: 1. Produk (product) Adalah segala sesuatu yang di tawarkan ke suatu pasar untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk. Produk dapat di bedakan menjadi 3 jenis yaitu: barang fisik, jasa dan gagasan. Adapun variabel produk yang di jadikan pengukuran dalam penelitian ini adalah: • Kualitas dari bahan yang digunakan untuk membuat produk • Kelengkapan fasilitas rumah (listrik, air, telepon) • Jenis/type yang di tawarkan • Finishing 2. Harga (price) Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk pembelian produk tersebut. Harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan, sebab jika hal ini tidak di penuhi, maka pembeli akan berpaling ke perusahaan pesaing tentunya. Variabel harga yang di jadikan pengukuran dalam penelitian ini adalah: • Harga yang ditetapkan (subsidi) • Potongan harga • Cara pembayaran (tunai atau kredit) 3. Tempat (place) Pengertian tempat dalam konsep bauran pemasaran meliputi saluran distribusi, lokasi dan persediaan. Variabel place (tempat) yang dijadikan pengukuran dalam penelitian ini adalah: • Lokasi perumahan • Fasilitas umum yang ada di perumahan • Tepat atau tidaknya pemenuhan permintaan • Keamanan dan kenyamanan perumahan 4. Promosi (promotion) Promosi adalah kegiatan yang di lakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Variabel promotion (promosi) yang di jadikan pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil penilaian terhadap indikator di bawah ini: • Pengaruh personal selling (penjualan tatap muka) • Pengaruh telemarkating • Pengaruh iklan Untuk menentukan nilai variabel bebas (X) diukur secara skor, berdasarkan skala Likert. Nilai tersebut dikategorikan menjadi 5 (lima) skala penilaian, yaitu: Sangat
5
memuaskan (skor 5), Memuaskan (skor 4), Kurang memuaskan (skor 3), Tidak memuaskan (skor 2), dan Sangat tidak memuaskan (skor 1).
E. Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Diskriminan yang dapat digunakan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi sejumlah objek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel. Tujuan dari analisis diskriminan adalah: a. Mengembangkan fungsi diskriminan atau kombinasi linier dari variabel bebas yang merupakan pembeda terbaik terhadap variabel independent atau kelompok analisis. b. Menentukan seberapa signifikan perbedaan antara kedua kelompok variabel bebas. c. Menentukan variabel bebas mana yang paling memberikan kontribusi pembeda kelompok. Proses pengolahan data statistik analisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan SPSS. Adapun bentuk umum persamaan dari fungsi analisis diskriminan adalah sebagai berikut: Z = V1X1 + V2X2 + .... + VnXn Di mana: Z : Zeta score atau nilai diskriminan Vn : Koefisien yang mencerminkan bobot dari masing-masing variabel bebas. Xn : Nilai variabel pembeda. Uji statistik yang digunakan dalam analisis diskriminan adalah sebagai berikut: a. Pengujian Nilai Wilks Lambda atau Uji F Uji ini dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan nilai rata-rata (means) yang signifikan antara kedua kelompok analisis (Ghozali, 2001). Nilai Wilks Lambda dapat ditafsirkan atau dikonversikan dengan menggunakan F ratio, apabila uji F memiliki probabilitas di bawah 5%, maka ada indikasi bahwa faktor-faktor pembeda dari dua kelompok berbeda secara signifikan. Bila probabilitas atau tingkat signifikansi di bawah 5%, berarti menolak H0 dan menerima H1 (dalam populasi, rata-rata dari seluruh fungsi diskriminan dalam suatu group secara simultan terdapat perbedaan secara nyata/signifikan). b. Pengujian Nilai Square Canonical Correlation Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variasi antara kedua kelompok analisis yang dapat dijelaskan oleh variabel diskriminannya, jadi untuk mengukur seberapa kuat fungsi diskriminannya. c. Koefisien Diskriminan (unstandardized) Menyatakan kontribusi relatif tiap variabel bebas terhadap fungsi diskriminannya. d. Koefisien Diskriminan Menunjukkan kemampuan atau kontribusi suatu variabel terhadap discriminating power (kekuatan pembeda) dari fungsi diskriminan yang diperoleh. Semakin besar nilai koefisien maka semakin penting variabel tersebut sebagai faktor pembeda dalam fungsi diskriminan yang diperoleh.
6
IV. HASIL PENELITIAN A. Data Responden Hasil dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para pembeli rumah type 23 yang telah kembali ke penulis sekitar 90 kuesioner dari 97 lembar kuesioner yang dibagikan, sedangkan untuk pembeli rumah type 36 yang telah kembali ke penulis sekitar 55 lembar kuesioner dari 59 lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden. Jadinya jumlah sampel penelitian ini untuk pembeli rumah type 23 ada 90 orang, dan untuk pembeli rumah type 36 ada 55 orang. 1. Data Responden Pembeli Rumah Type 23 Responden pembeli rumah type 23 yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 58 orang (64.4%), sedangkan responden wanita sebanyak 32 orang (35.6%). Umur responden pada pembeli rumah type 23 sebagian besar adalah umur 36 - 40 tahun sebanyak 67 orang (74.4%), dan umur 30 – 35 tahun sebanyak 17 orang (18.9%), sisanya di umur 41 – 45 sebanyak 6 orang (6.7%). Kalau di lihat dari umur memang sebagian besar pembeli rumah type 23 ini adalah mereka yang berada pada usia produktif dan kemungkinan sebagian besar merupakan pasangan yang baru menikah. Sebagian besar responden pembeli rumah type 23 adalah lulusan S1 yaitu sebanyak 54 orang (60%), dan sisanya dari lulusan SMA, Diploma maupun Strata Dua. Dengan pendidikan yang S1 tersebut tentukan para responden adalah mereka yang tentunya sudah mapan dari segi ekonomi.
2. Data Responden Pembeli Rumah Type 36 Sedangkan responden pembeli rumah type 36 yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 41 orang (74.5%), sedangkan responden wanita sebanyak 14 orang (25.5%). Berarti sama dengan pembeli rumah type 23 yang didominasi oleh laki-laki. Umur responden pada pembeli rumah type 36 sebagian besar adalah umur 36 - 40 tahun sebanyak 39 orang (70.9%), dan umur 30 – 35 tahun sebanyak 10 orang (18.2%), sisanya di umur 41 sampai dengan di atas 51 tahun. Dari sisi umur pada pembeli rumah type 23 juga didominasi oleh umur 36 – 40 tahun. Sementara itu sebagian besar responden pembeli rumah type 36 adalah lulusan S1 yaitu sebanyak 32 orang (58.2%), dan sisanya dari lulusan SMA, Diploma maupun Strata Dua. B. Hasil Angket/Kuesioner Berikut adalah hasil jawaban responden pembeli rumah type 23 dan type 36 terhadap variabel produk, harga, tempat dan promosi, sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Angket Terhadap Variabel Produk N Pernyataan Jawaban Jml o h 1 2 3 4 5 STM TM KM M SM Pembeli Rumah Type 23 7
1.
Kualitas bahan bangunan
-
-
2.
Kelengkapan fas rumah (listrik, air, telepon)
-
-
3.
Jenis/ type yang ditawarkan.
-
-
4.
Finishing
-
-
-
-
Nilai Rata-rata Jawaban = 4.6 Pembeli Rumah Type 36 1. Kualitas bahan bangunan 2.
Kelengkapan fas rumah (listrik, air, telepon)
-
-
3.
Jenis/ type yang ditawarkan.
-
-
4.
Finishing
-
-
-
31 34.4 % 1 40 1.1% 44.4 % 1 30 1.1% 33.3 % 1 37 1.1% 41.1 %
-
14 25.5 % 23 41.8 % 21 38.2 % 1 25 1.8% 45.5 %
59 65.6 % 49 54.4 % 59 65.6 % 52 57.8 %
90 100%
41 74.5 % 32 58.2 % 34 61.8 % 29 52.7 %
55 100%
90 100% 90 100% 90 100%
55 100% 55 100% 55 100%
Nilai Rata-rata Jawaban = 4.6 Adapun indikator variabel produk yang digunakan adalah kualitas dari bahan yang di gunakan untuk membuat produk, kelengkapan fasilitas rumah (listrik, air, telepon), jenis/type yang di tawarkan dan finishing. Berdasarkan tabel dari data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Variabel Produk (X1) secara keseluruhan, rata-rata jawaban responden pembeli rumah pada kedua type secara total merasa puas dengan produk yang ditawarkan oleh Perumahan BJE, Tangerang. Hal ini terbukti dengan tingginya nilai rata-rata jawaban dari kedua kelompok pembeli type 23 dan type 36. Tabel 3. Hasil Angket Terhadap Variabel Harga N Pernyataan Jawaban o 1 2 3 4 STM TM KM M Pembeli Rumah Type 23 1. Harga yang ditetapkan (subsidi)
-
-
2.
Potongan Harga
-
-
3.
Cara pembayaran (tunai/kredit)
-
-
13 14.4 % 24 26.7 % 28 31.1 %
74 82.2 % 65 72.2 % 58 64.4 %
Jml h 5 S M 3 3.3 % 1 1.1 % 4 4.4 %
90 100 % 90 100 % 90 100 % 8
Nilai Rata-rata Jawaban = 3.8 Pembeli Rumah Type 36 1. Harga yang ditetapkan (subsidi)
-
-
2.
Potongan Harga
-
-
3.
Cara pembayaran (tunai/kredit)
-
-
7 43 12.7 78.2 % % 9 45 16.4 81.8 % % 11 41 20% 74.5 %
5 9.1 % 1 1.8 % 3 5.5 %
55 100 % 55 100 % 55 100 %
Nilai Rata-rata Jawaban = 3.9 Adapun indikator variabel harga yang digunakan adalah: harga yang ditetapkan (subsidi), potongan harga, dan cara pembayaran (tunai atau kredit). Berdasarkan tabel dari data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Variabel Harga (X2) secara keseluruhan, rata-rata jawaban responden pembeli rumah pada kedua type secara total merasa puas dengan harga yang ditawarkan oleh Perumahan BJE, Tangerang. Namun masih ada responden yang memberikan jawaban kurang memuaskan terhadap harga yang ditawarkan oleh Perumahan BJE, Tangerang.
Tabel 4. Hasil Angket Terhadap Tempat N Pernyataan Jawaban o 1 2 3 4 STM TM KM M Pembeli Rumah Type 23 1. Lokasi perumahan 13 69 14.4 76.7 % % 2. Fasilitas umum 20 58 22.2 64.4 % % 3. Tepat/ tidaknya 9 70 pemenuhan 10% 77.8 permintaan % 4. Keamanan dan 1 76 kenyamanan 1.1% 84.4 % Nilai Rata-rata Jawaban = 4 Pembeli Rumah Type 36 1. Lokasi perumahan 18 36 32.7 65.5 % % 2. Fasilitas umum 25 29 45.5 52.7 % %
Jml h 5 SM 8 90 8.9% 100% 12 90 13.3 100% % 11 90 12.2 100% % 13 90 14.4 100% %
1 55 1.8% 100% 1 55 1.8% 100%
9
3. 4.
Tepat/ tidaknya pemenuhan permintaan Keamanan dan kenyamanan
-
-
-
1 1.8 %
30 54.5 % 12 21.8 %
25 55 45.5 100% % 37 5 55 67.3 9.1% 100% %
Nilai Rata-rata Jawaban = 3.6 Adapun indikator variabel tempat yang digunakan adalah: lokasi perumahan, fasilitas umum yang ada di perumahan, tepat atau tidaknya pemenuhan permintaan, serta keamanan dan kenyamanan perumahan. Berdasarkan tabel dari data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Variabel Tempat (X3) secara keseluruhan, ada perbedaan jawaban responden, hasil rata-rata jawaban responden pembeli rumah type 23 merasa sudah puas dengan tempat yang ditawarkan oleh Perumahan BJE, Tangerang, sedangkan hasil rata-rata jawaban responden pembeli rumah type 36 merasa kurang puas dengan tempat yang ditawarkan oleh Perumahan BJE, Tangerang. Tabel 5. Hasil Angket Terhadap Variabel Promosi N Pernyataan Jawaban Jml o h 1 2 3 4 5 STM TM KM M S M Pembeli Rumah Type 23 1. Pengaruh personal 29 61 90 selling 32.2 67.8 100% % % 2. Pengaruh 22 67 1 90 telemarketing 24.4 74.4 1.1 100% % % % 3. Pengaruh iklan 17 73 90 18.9 81.1 100% % % Nilai Rata-rata Jawaban = 3.8 Pembeli Rumah Type 36 1. Pengaruh personal 3 28 23 1 55 selling 5.5 50.9 41.8 1.8 100% % % % % 2. Pengaruh 1 28 26 55 telemarketing 1.8 50.9 47.3 100% % % % 3. Pengaruh iklan 12 42 1 55 21.8 76.4 1.8 100% % % % Nilai Rata-rata Jawaban = 3.6 Adapun indikator variabel promosi yang digunakan adalah: pengaruh personal selling (penjualan tatap muka), pengaruh telemarketing, dan pengaruh iklan. Berdasarkan tabel dari data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Variabel Promosi (X4) secara keseluruhan, hasil rata-rata jawaban responden pembeli 10
rumah type 23 dan type 36 merasa kurang dengan promosi yang dilakukan oleh Perumahan BJE, Tangerang. V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Nilai Rata-rata Masing-masing Type Rumah Perbandingan mean (rata-rata) tiap variabel untuk group pembeli rumah type 23 dan grup pembeli rumah type 36, semakin besar nilai koefisien, semakin responden mempunyai penilaian yang positif (bagus) terhadap variabel tersebut. Hasil mean dari masing-masing grup dapat diartikan sebagai berikut: a. Variabel Produk (X1). Rata-rata skor untuk grup pembeli rumah type 36 (4.61) mempunyai nilai rata-rata yang sama dengan grup pembeli rumah type 23 (4.60). Hal ini berarti responden pada masing-masing grup mempunyai penilaian yang positif terhadap produk yang beli yaitu rumah di Perumahan BJE, Tangerang. b. Variabel Harga (X2). Rata-rata skor untuk grup pembeli rumah type 36 (3.89) lebih tinggi dari rata-rata grup pembeli rumah type 23 (3.79). Hal ini berarti responden pada grup pembeli rumah type 36 mempunyai sikap yang lebih positif (baik) terhadap harga, dibandingkan dengan responden pada grup pembeli rumah type 23 di Perumahan BJE, Tangerang. c. Variabel Tempat (X3). Rata-rata skor untuk grup pembeli rumah type 23 (4) lebih tinggi dari rata-rata grup pembeli rumah type 36 (3.64). Hal ini berarti responden pada grup pembeli rumah type 23 mempunyai sikap yang lebih positif (baik) terhadap tempat, dibandingkan dengan responden pada grup pembeli rumah type 23 di Perumahan BJE, Tangerang. d. Variabel Promosi (X4). Rata-rata skor untuk grup pembeli rumah type 23 (3.75) lebih tinggi dari rata-rata grup pembeli rumah type 36 (3.55). Hal ini berarti responden pada grup pembeli rumah type 23 mempunyai sikap yang lebih positif (baik) terhadap promosi, dibandingkan dengan responden pada grup pembeli rumah type 23 di Perumahan BJE, Tangerang. 2. Variables Entered/Removed Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antargrup untuk setiap variabel bebas yang ada maka digunakan uji F atau dengan angka Wilks Lambda. Pedoman jika menggunakan uji F: Lihat angka Sig. Jika Sig. > 0.05, berarti tidak ada perbedaan antar grup. Jika Sig. < 0.05, berati ada perbedaan antar grup. Dari hasil perhitungan SPSS didapat hasil uji F adalah sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Variabel Entered/Removed
11
a,b,c,d Variables Entered/Removed
Min. D Squared
Step 1
Entered
Statistic
X3
1,057
X4
1,294
X2
1,576
2
3
Between Groups type 23 and type 36 type 23 and type 36 type 23 and type 36
Exact F Statistic
df1
df2
Sig.
36,083
1
143,000 1,491E-08
21,941
2
142,000 4,973E-09
17,687
3
141,000 8,423E-10
At each step, the variable that maximizes the Mahalanobis distance between the two closest groups is entered. a. Maximum number of steps is 8. b. Maximum significance of F to enter is .05. c. Minimum significance of F to remove is .10. d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation.
Berdasarkan tabel tersebut diatas terlihat dari empat variabel bebas yang dianalisis, ada tiga variabel yang berbeda secara signifikan untuk dua grup diskriminan, yaitu harga (X2), tempat (X3), dan promosi (X4), karena nilai sig. < 0.05. Hal ini berarti keputusan membeli rumah type 23 dan membeli rumah type 36 di Perumahan BJE, Tangerang dipengaruhi oleh variabel tempat, promosi dan harga. 3. Nilai Canonical Correlation dan Wilks Lambda Besarnya nilai canonical correlation adalah 0.523, yang jika dikuadratkan akan menjadi (0.523)2 = 0.273. Hal ini berarti 27.3% variasi dari variabel keputusan dalam membeli rumah type 23 dan type 36 dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan yaitu, harga (X2), tempat (X3), dan promosi (X4). Sedangkan angka Chi-square adalah 45.197 dengan angka sig. adalah 0.000. Hal ini mengindikasikan ada perbedaan bauran pemasaran yang signifikan (nyata) antara kedua grup (keputusan membeli rumah type 23 atau membeli rumah type 36) pada model diskriminan. 4. Koefisien Diskriminan (Standarisasi) Berdasarkan structure matrix, variabel tempat (X3) adalah variabel yang paling dominan membedakan, dalam artian variabel tempat di Perumahan BJE, Tangerang, adalah faktor yang paling membedakan keputusan dalam membeli rumah type 23 atau membeli rumah type 36 di perumahan tersebut. Variabel pembeda keputusan dalam membeli rumah type 23 atau type 36 adalah promosi (X4) dan harga (X2) sebagai faktor pembeda yang terkecil. Dengan demikian pihak manajemen harus memperhatikan faktor tempat di Perumahan BJE, Tangerang, karena keputusan dalam membeli rumah type 23 dan type 36 sangat sensitif terhadap variabel tempat. 5.
Hasil Klasifikasi Untuk melihat seberapa besar ketepatan model diskriminan dalam mengelompokkan respondennya, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
12
Tabel 7. Hasil Klasifikasi Classification Resultsb,c
Original
Count %
Cross-validated a
Count %
TYPE type 23 type 36 type 23 type 36 type 23 type 36 type 23 type 36
Predicted Group Membership type 23 type 36 68 22 18 37 75,6 24,4 32,7 67,3 68 22 18 37 75,6 24,4 32,7 67,3
Total 90 55 100,0 100,0 90 55 100,0 100,0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b. 72,4% of original grouped cases correctly classified. c. 72,4% of cross-validated grouped cases correctly classified.
Pada tabel di atas terlihat, pada bagian original, terlihat bahwa responden yang pada data awal adalah di grup pembeli rumah type 23 (sejumlah 90 orang) dan dari model diskriminan tetap pada grup pembeli rumah type 23, adalah 68 orang. Sedang dengan model diskriminan, mereka yang awalnya masuk grup pembeli rumah type 23, ternyata menjadi anggota grup pembeli type 36, adalah 22 orang. Demikian juga dengan grup pembeli rumah type 36, yang tetap pada grupnya sejumlah 37 orang, dan yang ternyata menjadi grup pembeli rumah type 23 adalah 18 orang. Hasil ketepatan prediksi dari model yang didapat adalah 72.4%. Oleh karena angka ketepatan tinggi (72.4%) dan mempunyai cross validation yang tinggi pula (72.4%), maka model diskriminan dapat digunakan untuk análisis diskriminan. Dengan demikian pihak manajemen dapat mengambil berbagai strategi yang relevan berdasarkan model diskriminan yang terbentuk. 6. Interpretasi Model Diskriminan Interpretasi dilakukan dengan melihat kembali tabel Group Statistic, khususnya perbandingan rata-rata skor tiga variabel yang terbentuk sebagai berikut: Tabel 8. Interpretasi Model Diskriminan Variabel
Tempat (X3) Promosi (X4) Harga (X2)
Type 23 (rata-rata skor)
Type 36 (rata-rata skor)
Angka Structure Matrix
4.00 3.75 3.79
3.64 3.55 3.89
0.819 0.448 -0.230
Dari tabel di atas terlihat, bahwa variabel tempat (X3) dan promosi (X4) masuk pada grup pembeli rumah type 23 karena mempunyai skor yang lebih 13
tinggi. Sedangkan variabel harga (X2) masuk pada grup pembeli rumah type 36 karena mempunyai skor yang lebih tinggi. Jika manajemen Perumahan BJE - Tangerang, akan berfokus pada melayani mereka yang ”pembeli rumah type 23”, maka pihak manajemen dapat mempertimbangkan untuk memberikan perhatian pada variabel tempat (X3) dan promosi (X4). Mengenai variabel tempat (X3), lokasi Perumahan BJE, Tangerang, dekat dengan stasiun kereta api, pusat perbelanjaan, tersedianya fasilitas umum serta keamanan dan kenyamanan tempat tinggal. Memelihara dan menjaga sarana dan prasarana yang sudah ada dan meningkatkan keamanan di lingkungan perumahan adalah menjadi tugas utama bagi pengelola Perumahan BJE – Tangerang. Membeli rumah memang selalu harus dengan beberapa pertimbangan. Salah satu yang cukup penting adalah pertimbangan lokasi. Setiap orang tentunya menginginkan rumah sebagai tempat tinggal untuk menetap hingga usia tua. Agar rumah dapat digunakan terus menerus dan dapat memberikan kenyamanan. Sedangkan variabel promosi (X4), promosi merupakan kegiatan yang di lakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Pihak manajemen Perumahan BJE hendaknya lebih gencar melakukan kegiatan promosinya baik media cetak, elektronik, maupun dengan penyebaran brosur. Dan jika manajemen Perumahan BJE - Tangerang, akan berfokus pada melayani mereka yang ”pembeli rumah type 36”, maka pihak manajemen dapat mempertimbangkan untuk memberikan perhatian pada variabel harga (X2). Faktor harga rumah memang relative, yakni tergantung pada kemampuan dan kebutuhan anda untuk membeli. Pengelola Perumahan BJE - Tangerang, pihak manajemen mempunyai kebijakan yang sangat meringankan bagi mereka yang akan membeli rumah di perumahan tersebut. Hanya dengan 1 juta rumah sudah siap huni, uang muka bisa di cicil 24x, ditawarkan juga rumah yang bersubsidi. VI. KESIMPULAN Berdasarakan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: a. Dari hasil perhitungan Wilks Lambda, terlihat angka Chi-square adalah 45.197 dengan angka sig. adalah 0.000. Hal ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan (nyata) antara kedua grup pembeli rumah. Artinya ada perbedaan pengaruh bauran pemasaran yang nyata terhadap keputusan membeli rumah type 23 dan type 36 di Perumahan BJE, Tangerang. b. Sedangkan dari variable entered/removed yang dianalisis, hanya ada tiga variabel yang berbeda secara signifikan untuk dua grup diskriminan, yaitu harga (X2), tempat (X3), dan promosi (X4), karena nilai sig. < 0.05. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk membeli rumah dipengaruhi oleh variabel tempat, promosi dan harga. c. Variabel tempat (X3) adalah variabel yang paling dominan membedakan, dalam artian variabel tempat di Perumahan BJE, Tangerang, adalah faktor yang paling membedakan dalam keputusan membeli rumah. Hal ini ditandai oleh koefisien beta yang memiliki nilai paling besar di antara koefisien beta lainnya.
14
DAFTAR PUSTAKA Asri, Marwan. 1991. Marketing. Cetakan Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta. Salidin, Djaslim. 2004. Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran. Linda Karya. Bandung. Tjiptono, Fandi. 2003. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta. Tunggal, Amin Widjaja. 2002. Kamus Bisnis dan Manajemen Pemasaran. Tarsito. Bandung.
15
ANALISIS PELAYANAN PURNA JUAL (AFTER SALES SERVICE) TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI PT. TELKOM Tbk, UNIT PELAYANAN PELANGGAN PLAZA KOTA JAKARTA BARAT Ahmad Yani dan Iriana Wihardja Sumintapura (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) ABSTRAKSI Kegiatan after sales service yang dilakukan perusahaan seperti PT. Telkom Indonesia Tbk, seharusnya dapat memberikan suatu kepuasan pada pelanggannya. Namun pada kenyataannya kegiatan after sales service yang dilakukan perusahaan sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan pelanggan dikarenakan pelaksanaan after sales service belum optimal sehingga menimbulkan suatu keluhan dan apabila keluhan itu dibiarkan akan membawa pengaruh buruk bagi perusahaan dan akan mempengaruhi volume penjualan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Adapun populasi dari penulisan ini adalah seluruh pelanggan telkom fixed line yang pernah merasakan pelayanan purna jual selama 1 tahun terakhir yaitu dari bulan Desember 2008 sampai Desember 2009. Sedangkan jumlah sampelnya yaitu 30 responden atau pelanggan. Dari hasil kuesioner mengenai tingkat kinerja pelayanan purna jual telkom fixed line menunjukkan nilai rata-rata dari rata-rata kinerja sebesar 4,10, berada pada keadaan dimana pelanggan sudah mendapat pelayanan dengan baik. Begitu juga dengan tingkat kepentingan atau harapan yang sebesar 4,69 artinya pelanggan menganggap pelayanan purna jual di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed line Plasa Kota Jakarta Utara sudah memuaskan.Dari diagram kartesius dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai dengan harapan pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed line Plasa Kota Jakarta Utara adalah penyediaan sparepart dan kepedulian customer care. Berdasarkan hasil analisa koefisien korelasi diperoleh r = 0,4462 hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pelayanan purna jual (after sales service) telkom fixed line adalah cukup kuat dan positif. Dari hasil analisa koefisien penentu diperoleh nilai r2 adalah sebesar 19,90%, hal ini menunjukkan bahwa konstribusi pelayanan purna jual (after sales service) terhadap kepuasan pelanggan di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara adalah sebesar 19,90% sedangkan sisanya yang sebesar 80,10% dipengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak dilakukan penelitian dalam hal ini. Hendaknya PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed line Plasa Kota Jakarta Utara lebih memperhatikan atau memprioritaskan penyediaan sparepart dan kepedulian customer care terhadap pelanggan karena dari hasil kuesioner pelanggan menginginkan seperti itu, dan juga untuk terus mempertahankan pelayanan garansi purna jualnya selama ini, karena terbukti dari hasil kuesioner menganggap pelayanan ini sudah baik atau memuaskan.
16
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan terutama yang mempunyai usaha sejenis dimana produk yang disediakan oleh masing-masing perusahaan relatif sama, perlu adanya sesuatu yang spesifik yang harus dilaksanakan pihak penjual agar dapat menarik perhatian konsumen dan berusaha untuk memenuhi keinginan pelanggan yang selalu meningkat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan pelanggan dapat merasakan adanya suatu kepuasan yang tinggi setelah melakukan suatu pembelian atau telah terpenuhi semua kebutuhannya. Kepuasan yang dirasakan pelanggan karena telah terpenuhinya kebutuhan akan menimbulkan citra perusahaan yang lebih baik dari para pelanggan. PT. Telkom Indonesia Tbk sebagai salah satu perusahaan yang memasarkan telepon dalam melayani penjualannya disertai dengan after sales service (pelayanan purna jual) yaitu suatu penjualan yang diberikan perusahaan pada pelanggan setelah terjadinya suatu transaksi pemasangan telepon. Kegiatan after sales service yang dilakukan perusahaan seharusnya dapat memberikan suatu kepuasan pada pelanggannya. Namun pada kenyataannya kegiatan after sales service yang dilakukan perusahaan sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan pelanggan dikarenakan pelaksanaan after sales service belum optimal sehingga menimbulkan suatu keluhan dan apabila keluhan itu dibiarkan akan membawa pengaruh buruk bagi perusahaan dan akan mempengaruhi volume penjualan. Adanya kesenjangan yang terjadi antara after sales service yang seharusnya dilaksanakan oleh perusahaan dengan kenyataan, menjadikan penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian, dan mengambil sampel unit usaha Telkom Fixed Line yang dilakukan PT. Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara. Berdasarkan latar belakang di atas penulis menarik suatu permasalahan bagaimanakah pengaruh pelayanan purna jual (after sales service) Telkom Fixed Line terhadap kepuasan pelanggan di PT. Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara”? 2. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pelayanan purna jual (after sales service) yang dilaksanakan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara terhadap kepuasan pelanggan. 3. Manfaat Penelitian penelitian ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam hal pelayanan Pelanggan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Menurut William J. Stanton dalam Basu Swasta (2007, p.179) pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha uang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan 17
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. 2.4. Pengertian Jasa Menurut Kotler dalam Manajemen Pemasaran 2 (2000, p. 486) definisi jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Menurut Fandy Tjiptono dalam Manajemen Jasa (1998, p.70) mengemukakan bahwa konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis jasa yang memberikan kepuasan kepada para pelanggan, meliputi kehandalan, tanggapan, jaminan dan empati 2.5. Pelayanan Purna Jual (After Sales Service) Pelayanan purna jual (after sales service) menurut Philip Kotler (2000, p.509) adalah segala kegiatan yang dapat membantu usaha memaksimalkan kepuasan pelanggan setelah mereka memilih produk dan menggunakan produk. After sales servcie (pelayanan purna jual) salah satu bagian dari produk tambahan sering kali digunakan sebagai alat persaingan. Bila after sales service dilaksanakan dengan baik, maka hal ini dapat dijadikan sarana untuk dapat menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. After sales service (pelayanan purna jual) dapat diberikan kepada konsumen dengan maksud memberikan keyakinan kepada mereka bahwa keputusan mereka dalam membeli produk adalah bukan keputusan yang salah sehingga tidak diharapkan dapat menimbulkan penyesalan kemudian hari. 2.6. Kepuasan Pelanggan Kepuasan konsumen menurut Philip Kotler (2000, p.42) adalah Perasaan senang dan kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan persepsi dan kesannya terhadap (kinerja atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Menurut Kotler (2000, p.80) ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain: a. Sistem Pengaduan Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan saran, keluhan dan bentuk ketidakpuasan lainya dengan cara menyediakan kotak saran. b. Survey Pelanggan Survey pelanggan merupakan cara yang umum digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan, misalnya melalui surat pos, telepon, atau wawancara secara langsung. c. Panel Pelanggan Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan jasa serta mengundang pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain. 18
III. METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelittian yang dilakukan ini, penulis menetapkan dua variabel yang menjadi pembahasan. Adapun dua variabel yang dimaksud adalah : a. Variabel Bebas (X) Yaitu variabel yang menggambarkan tentang pelayanan purna jual (after sales service) produk Telkom Fixed Line di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Plasa Kota Jakarta Utara, sebagai variabel bebas dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut : 1) Garansi purna jual 2) Penyediaan sparepart 3) Kepedulian customer care 4) Penyediaan tata ruang dan kenyamanan ruangan 5) Biaya service yang dikenakan 6) Lokasi gedung dan parker
b. Variabel Terikat (Y) Yaitu kepuasan pelanggan di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara, sebagai variabel terikat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut : 1) Kepuasan terhadap pelayanan garansi purna jual 2) Kepuasan terhadap pelayanan penyediaan sparepart 3) Kepuasan terhadap kepedulian customer care 4) Kepuasan terhadap tata ruang dan kenyamanan ruangan 5) Kepuasan terhadap biaya service yang dikenakan 6) Kepuasan terhadap lokasi gedung dan parkir 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Seluruh pelanggan Telkom Fixed Line yang pernah merasakan pelayanan purna jual selama 1 tahun terakhir yaitu dari bulan Desember 2008 sampai Desember 2009 di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara. 3.2.2 Sampel Sebanyak 30 responden atau pelanggan. Karena dengan pertimbangan bahwa dengan 30 responden sudah memenuhi syarat dalam penelitian. 3.3 Metode Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Teknik Wawancara Wawancara atau interview merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan sumber data atau responden. b. Teknik Angket atau Questionnaire 19
Cara lain untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada responden dan dipersilakan untuk mengisi jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh penulis. Jawabanjawaban tersebut selanjutnya diklasifikasikan menurut skala likert dengan kategori skor sebagai berikut : 1) a. Jawaban sangat baik/ sangat puas 2) b.
= skor 5
Jawaban baik/ puas
= skor 4
3) c. Netral
= skor 3
4) d. Jawaban tidak baik/ tidak puas
= skor 2
5) e. Jawaban sangat tidak baik
= skor 1
c. Teknik Dokumenter Teknik ini dipergunakan untuk pengumpulan data melalui dokumentasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian yang ada berdasarkan catatan-catatan atau dokumen-dokumen organisasi yang akan diteliti. 3.4 Teknik Analisa Data a. Importance Performance Analysis Untuk menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana tingkat pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Plasa Kota Jakarta Utara, maka digunakan importance-performance analysis atau tingkat kepentingan dan kinerja kepuasan pelanggan. Untuk keperluan analisa secara kuantitatif, pemberian nilai atau skor digunakan untuk merubah skala variabel dari skala ordinal menjadi skala interval. Penentuan nilai atau skor disusun berdasarkan alternatif jawaban yang sudah disediakan. Untuk tingkat kepentingan, maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut : 1) Jawaban a sangat penting , diberi skor 5; 2) Jawaban b penting, diberi skor 4; 3) Jawaban c cukup penting, diberi skor 3; 4) Jawaban d kurang penting, diberi skor 2;. 5) Jawaban e tidak penting diberi skor 1; Untuk kinerja/ penampilan diberikan lima penilaian dengan bobot sebagai berikut : 1) Jawaban sangat baik diberi bobot 5, berarti pelanggan sangat puas. 2) Jawaban baik diberi bobot 4, berarti pelanggan puas. 3) Jawaban cukup baik diberi bobot 3, berarti pelanggan cukup puas. 4) Jawaban kurang baik diberi bobot 2, berarti pelanggan kurang puas. 5) Jawaban tidak baik diberi bobot 1, pelanggan tidak puas. Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, di mana X merupakan tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan kepuasan para pelanggan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan pelanggan. Adapun rumus yang digunakan dari J. Supranto (2001, p.274) adalah : 20
Xi Tki
=
x 100% Yi Di mana : Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan.
Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus dari J. Supranto (2001, p.241), maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dengan : Σ Xi Σ Xi X = Y = n n Di mana, X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/ kepuasan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden b. Diagram Kartesius Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X, Y), di mana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan pelanggan seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Seluruhnya ada 6 faktor atau atribut. Seluruhnya ada K faktor di mana K = 6. Adapun rumus selanjutnya dari J. Supranto (2001, p.242) adalah sebagai berikut : N Σ i=1 X1 X =
N Σ i=1 Y1
Y = K K Di mana K = banyaknya atribut/ fakta yang dapat mempengaruhi Kepuasan pelanggan Gambar 1. Diagram Kartesius
Kepentingan Y Prioritas Utama
Pertahankan Prestasi
A
B
Y C Prioritas rendah
D Berlebihan
X X Pelaksanaan (Kinerja/ Kepuasan)
21
Sumber: J. Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal. 242 Keterangan : A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/ tidak puas. B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. c. Analisa Koefisien Korelasi Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel X (pelayanan purna jual) dengan variabel Y (kepuasan pelanggan), penulis menggunakan rumus koefisien korelasi person (person’s product moment of corelation ) yang dikembangkan dengan r dari J. Supranto (2004, p.146), yaitu dengan rumus n ∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) r = √ n ∑X2 - ( ∑X )2 .√ n ∑Y2 – ( ∑Y )2 Besarnya nilai r dibatasi sebesar 1 ≤ r ≤ 1 Hasil perhitungan analisa korelasi yaitu : r = 1 Artinya bahwa hubungan antara variabel X dan Y sangat kuat, positif atau searah. r = -1 Artinya bahwa hubungan antara variabel X dan Y sangat kuat, negatif atau berlawanan arah. r = 0 Artinya bahwa hubungan antara variabel X dan Y adalah lemah atau tidak ada hubungan sama sekali. Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi ( r ) menurut Sugiono (2005, p.183) adalah sebagai berikut:
Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
d. Koefisien Penentu Agar dapat diketahui besarnya kontribusi kedua variabel tersebut, maka digunakan perhitungan dengan rumus koefisien penentu dari J. Supranto (2004, p.146) sebagai barikut : KP = r2 x 100%
22
Hasil dari perhitungan koefisien penentu dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pelayanan serta untuk mengetahui besarnya faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Hasil perhitungan koefisien penentu, biasanya dinyatakan dalam bentuk prosentase.
VI. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Penyajian Data a. Data Kuesioner 1) Layanan Garansi Purna Jual Dari 30 responden yang memilih faktor ini, tingkat kepentingannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Tingkat kepentingan responden terhadap layanan garansi purna jual Sangat Penting Cukup Penting Penting 22 8 0 = (22 x 5) + (8 x 4) = 142 Sumber : data olahan tahun 2009
Kurang Penting 0
Tidak Penting 0
Bobot 142
Selanjutnya akan disajikan pula penilaian responden terhadap kinerja perusahaan dalam hal kemampuan perusahaan memberikan layanan garansi purna jual. Tabel 2. Penilaian responden terhadap tingkat kinerja perusahaan dalam memberikan layanan garansi purna jual Sangat Baik Cukup Kurang Tidak Bobot Baik Baik Baik Baik 14 10 3 3 0 125 = (14 x 5) + (10 x 4) + (3 x 3) + (3 x 2) + (0 x 1) = 125 Sumber : data olahan tahun 2009 Dari kedua data tersebut akan diperoleh tingkat kesesuai sebesar : 125 = x 100% = 88,02 % 142
Data tersebut di atas merupakan contoh pengolahan data yang penulis lakukan terhadap hasil kuesioner, untuk selanjutnya gabungan dari hasil olah data sebagai berikut :
23
Tabel 3. Penilaian Kepentingan Pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara No.
Penilaian Faktor-Faktor Yang Kepentingan Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan 1. Garansi Purna Jual 142 2. Penyediaan Sparepart 145 3. Tingkat kepedulian customer 146 care 4. Tata ruang dan kenyamanan 135 ruangan 5. Biaya service yang dikenakan 145 6. Lokasi gedung dan parker 133 Sumber : Data olahan tahun 2009 Tabel 4.
Penilaian Pelaksanaan/ Kinerja Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk. Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Garansi Purna Jual Penyediaan Sparepart Tingkat kepedulian customer care Tata ruang dan kenyamanan ruangan Biaya service yang dikenakan Lokasi Gedung dan Parkir
Penilaian Pelaksanaan/ Kinerja 125 123 117 126 130 118
Sumber : Data olahan tahun 2009 Berdasarkan uraian di atas, maka tingkat kesesuaian rata - rata : (Tki) = 88,02% + 84,82% + 80,13% + 93,33% + 89,65% + 88,72% 6 = 87,44%
4.2 Analisis Data Tabel 5. Perhitungan Rata-Rata Dari Penilaian Pelaksanaan/ Kinerja dan Penilaian Kepentingan Pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara No.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Plasa Kota Jakarta Utara
1.
Garansi Purna Jual
2.
Penyediaan Sparepart
Nilai Pelaksanaan/ Kinerja (X) 125
Nilai Kepentinga n (Y)
123
145
142
X
Y
4,1 6 4,1
4,7 3 4,8
24
3.
117
146
126
135
5.
Tingkat kepedulian customer care Tata ruang dan kenyamanan ruangan Biaya service yang dikenakan
130
145
6.
Lokasi Gedung dan Parkir
118
133
739
849
4.
Rata-rata ( X dan Y)
0 3,9 0 4,2 0 4,3 3 3,9 3
3 4,8 6 4,5 0 4,8 3 4,4 3
4,1 0
4,6 9
Sumber : data olahan tahun 2009 b. Diagram Kartesius Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah dianalisa tersebut, maka dapat dibagi menjadi empat bagian, sebagai berikut :
Gambar 2. Diagram Kartesius Y Prioritas Utama
Pertahankan Prestasi
A
B
K e 5 p e 4,69 n Y t 4 i n g 3 a n 2
3. 6.
C
2. 1.
5.
4.
D
Prioritas Rendah
Berlebihan
1
X 0
1
2
3 (X) 4,10 Kinerja/ Pelaksanaan Sumber : Data diolah, tahun 2009
5
Dalam gambar diagram kartesius ini terlihat, bahwa letak dari unsur-unsur pelaksanaan faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara terbagi menjadi empat bagian.
25
c. Analisa Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil data-data yang diperoleh, maka penulis akan melakukan analisa statistik, dimana salah satunya yaitu menggunakan analisa koefisien korelasi. Tujuan dari analisa ini adalah untuk melihat sejauh mana hubungan antara pelayanan purna jual (after sales service) dengan kepuasan pelanggan. Untuk mempermudah analisa ini, maka penulis akan sajikan dalam bentuk tabulasi sebagai berikut : Tabel 6. Perhitungan Pengaruh Pelayanan Purna Jual (X) Terhadap Kepuasan (Y) n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Total
X 3,83 4,50 3,67 4,00 3,83 4,33 4,50 4,50 4,00 3,83 4,17 4,17 3,50 4,33 4,33 3,83 4,00 4,50 3,50 4,00 3,67 3,67 3,17 3,50 4,67 4,33 3,67 3,00 3,67 3,50 118,17
Y 4,83 4,67 4,67 4,83 4,83 4,83 5,00 4,83 4,67 4,83 5,00 4,50 4,83 4,83 4,83 4,50 4,83 4,33 4,83 4,50 4,67 4,67 4,67 4,67 5,00 4,83 4,33 4,17 4,50 4,50 140,98
XY 18,50 21,02 17,14 19,32 18,50 20,91 22,50 21,74 18,68 18,50 20,85 18,77 16,91 20,91 20,91 17,24 19,32 19,49 16,91 18,00 17,14 17,14 14,80 16,35 23,35 20,91 15,89 12,51 16,52 15,75 556,45
X2 14,67 20,25 13,47 16,00 14,67 18,75 20,25 20,25 16,00 14,67 17,39 17,39 12,25 18,75 18,75 14,67 16,00 20,25 12,25 16,00 13,47 13,47 10,05 12,25 21,81 18,75 13,47 9,00 13,47 12,25 470,65
Y2 23,33 21,81 21,81 23,33 23,33 23,33 25,00 23,33 21,81 23,33 25,00 20,25 23,33 23,33 23,33 20,25 23,33 18,75 23,33 20,25 21,81 21,81 21,81 21,81 25,00 23,33 18,75 17,39 20,25 20,25 663,75
Sumber : Data Hasil Olahan Tahun 2009
26
Untuk mengukur besarnya hubungan antara variabel X (pelayanan purna jual) dengan variabel Y (kepuasan), maka dalam penelitian ini menggunakan rumus : n ∑XY – (∑X) (∑Y) r =
√ n ∑X2 – (∑X) 2 . √n∑Y2 – (∑Y) 2
30 (556,45) – (118,17)( 140,98) r= √30(470,65) – (118,17)2 √30(663,75) – (140,98)2 r = 0,4462 d. Analisis Koefisien Penentu KP = r2 x 100% Di mana
r = 0,4462 sehingga
KP
= (0,4462) 2 x 100%
KP
= 19,90 %
4.3. Pembahasan a. Hasil Kuesioner Dari hasil kuesioner mengenai tingkat kinerja pelayanan purna jual di perusahaan menunjukkan nilai rata-rata dari rata-rata kinerja sebesar 4,10, berada pada keadaan di mana perusahaan sudah melakukan pelayanan dengan baik. Begitu juga dengan tingkat kepentingan atau harapan yang sebesar 4,69 artinya pelanggan menganggap pelayanan purna jual di perusahaan sudah memuaskan, dimana hal ini dibuktikan dengan tingkat kesesuaian rata-rata (Tki) = 88,44%. b. Diagram Kartesius Sesuai dengan diagram kartesius maka dapat dijelaskan bahwa 1) Faktor-faktor yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai dengan harapan pelanggan adalah penyediaan sparepart (=2), Kepedulian customer care (=3) 2) Faktor-faktor yang perlu dipertahankan pelaksanaannya, karena sudah sesuai dengan harapan pelanggan adalah garansi purna jual (=1), biaya service yang dikenakan (=5). 3) Faktor-faktor yang dinilai masih dianggap kurang penting bagi pelanggan, sedangkan kualitas pelaksanaannya biasa atau cukup saja. Adapun faktor yang termasuk di dalam kuadran ini adalah lokasi gedung dan parkir (=6) 4) Faktor-faktor yang dinilai berlebihan dalam pelaksanaannya, akan tetapi pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali oleh pihak perusahaan, sehingga sangat memuaskan, akan tetapi menjadi lebih mahal. Yang termasuk kuadran ini adalah tata ruang dan kenyamanan ruangan (= 4) c. Analisa Koefisien Korelasi Dari hasil analisa koefisien korelasi diperoleh r = 0,4462 hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pelayanan purna jual (after sales service) yang diukur dengan kinerja dan kepuasan yang diukur dari tingkat kepentingan atau harapan para pelanggan di perusahaan adalah cukup kuat dan positif. Artinya apabila pelayanan purna jual (after sales service) Telkom Fixed Line meningkat maka kepuasan pelanggan juga meningkat pula begitu pula
27
sebaliknya apabila pelayanan purna jual (after sales service) Telkom Fixed Line menurun maka kepuasan pelanggan pun akan turun. d. Koefisien Penentu Dari hasil analisa koefisien penentu diperoleh nilai r2 adalah sebesar 19,90%. Hal ini menunjukkan bahwa konstribusi pelayanan purna jual (after sales service) terhadap kepuasan pelanggan di perusahaan adalah sebesar 19,90% sedangkan sisanya yang sebesar 80,10% dipengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak dilakukan penelitian dalam hal ini. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisa yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Dari hasil kuesioner mengenai tingkat kinerja pelayanan purna jual di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara menunjukkan nilai rata-rata dari rata-rata kinerja sebesar 4,10, berada pada keadaan dimana Perusahaan sudah melakukan pelayanan dengan baik. Begitu juga dengan tingkat kepentingan atau harapan yang sebesar 4,69 artinya pelanggan menganggap pelayanan purna jual di perusahaan sudah memuaskan, di mana hal ini dibuktikan dengan tingkat kesesuaian rata-rata (Tki) = 88,44%. b. Sesuai dengan diagram kartesius dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai dengan harapan pelanggan PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara adalah penyediaan sparepart dan kepedulian customer care. Kemudian faktor-faktor yang perlu dipertahankan pelaksanaannya, karena sudah sesuai dengan harapan pelanggan perusahaan adalah garansi purna jual. Sedangkan faktor-faktor yang dinilai masih dianggap kurang penting bagi pelanggan, sedangkan kualitas pelaksanaannya biasa atau cukup saja adalah lokasi gedung dan parkir dan faktor-faktor yang dinilai berlebihan dalam pelaksanaannya sehingga menjadi mahal adalah tata ruang dan kenyamanan ruangan. c. Dari hasil analisa koefisien korelasi diperoleh r = 0,4462 hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pelayanan purna jual (after sales service) yang diukur dengan kinerja dengan kepuasan yang diukur dari tingkat kepentingan atau harapan para pelanggan di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara adalah cukup kuat dan positif. d. Dari hasil analisa koefisien penentu diperoleh nilai r2 adalah sebesar 19,90%. Hal ini menunjukkan bahwa konstribusi pelayanan purna jual (after sales service) terhadap kepuasan pelanggan di PT Telkom Indonesia Tbk, Unit Pelayanan Pelanggan Telkom Fixed Line Plasa Kota Jakarta Utara adalah sebesar 19,90% sedangkan sisanya yang sebesar 80,10% dipengaruh oleh faktorfaktor lain yang tidak dilakukan penelitian dalam hal ini. 5.2 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan yaitu : a. Hendaknya perusahaan lebih memperhatikan atau memprioritas-kan penyediaan sparepart dan kepedulian customer care terhadap pelanggan. b. Hendaknya perusahaan terus mempertahankan pelayanan garansi purna jualnya selama ini, karena terbukti dari hasil kuesioner menganggap pelayanan ini sudah baik atau memuaskan.
28
DAFTAR PUSTAKA Adrian, Payne, 2000, Pemasaran Jasa, The Essence of Service Marketing, Andi Yogyakarta Basu Swastha, 2007, Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta Buchori Alma, 2000, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Penerbit Alfabeta, Bandung Fandy Tjiptono, 1998, Strategi Pemasaran, Edisi 2, Cet. I, Andi, Yogyakarta, 374 halaman Hadari Nawawi, 2001, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 255 halaman J. Supranto, 2001, Statistik dan Aplikasinya, Edisi Kelima, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 398 halaman M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 387 halaman Philip Kotler, 2000, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 4, PT Prenhalindo, 645 halaman Prasetya Irawan, 1999, Logika dan Prosedur Penelitian, Cet. I, STIA-LAN Press, Jakarta, 303 halaman Rambat Lupiyadi, 2000, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat Jakarta. Sugiono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Cet. 8, Alfabeta, Bandung, 221 halaman
29
PENGARUH PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK MINUMAN DI PT DELTA TBK Jayadi (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA)
ABSTRAK Guna mempertahankan dan meningkatkan produk-produk minuman PT Delta Djakarta Tbk di pasar, pada saat situasi perekonomian yang sulit serta adanya tren penurunan industri bir akibat dari rendahnya daya beli konsumen, PT Delta Djakarta Tbk melakukan program promosi yang efektif guna meningkatkan konsumsi. Adapun kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Delta Djakarta Tbk antara lain : program peningkatan brand awareness, program acara Anker Beatstream, Stout Dutters, Thematic visual campaigns, perpaduan trade dan consumer promotion serta festival nasional Anker Pesta Semarak. Disamping itu ada kegiatan sponsorship dengan pemasangan papan reklame indoor dan outdoor. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh biaya promosi dan penjualan PT Delta Djakarta Tbk per tahun. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling. Adapun yang diambil sebagai sampel dari populasi yang ada yaitu biaya promosi dan penjualan untuk periode tahun 2003 -2008. Dari data olahan yang didapat diperoleh hasil perhitungan analisa koefisien korelasi, r = 0,7277. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara biaya promosi dengan penjualan di PT Delta Djakarta Tbk adalah kuat, positif dan searah. Dari hasil koefesien penentu dapat diperoleh bahwa kontribusi promosi (X) terhadap naik turunnya penjualan (Y) adalah sebesar 52,95%. Berarti sisanya yang 47,05% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, antara lain distribusi, kebijakan harga dan pesaing. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat dibuktikan oleh penulis, yaitu diperoleh t observasi lebih besar dari t tabel (to = 2,1218 > t 0,05;5= 2,015), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 yang berarti promosi yang diukur dari biaya promosi mempunyai pengaruh yang positif terhadap penjualan. Dan dari persamaan regresi Y = -4,31 + 19,68(X) dapat dijelaskan bahwa dengan nilai a sebesar 4,31 berarti penjualan PT Delta Djakarta Tbk akan tetap turun sebesar 4,31 milyar rupiah walaupun biaya promosi sama dengan nol. Dan dengan nilai b sebesar 19,68 berarti bahwa jika biaya promosi dinaikkan sebesar 1 (satu) rupiah maka akan meningkatkan penjualan PT Delta Djakarta Tbk sebesar 19,68 milyar rupiah. Dari analisa trend linier menunjukkan hasil penjualan produk-produk minuman PT Delta Djakarta Tbk untuk tahun-tahun mendatang akan mengalami kenaikkan. Untuk tahun 2008 hasil penjualan yang diperoleh sebesar sebesar Rp. 5.864 (dalam milyar), tahun 2010 Rp. 7.317 (dalam milyar), dan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 8.770 (dalam milyar).
Kata Kunci : Promosi Dan Penjualan
I. PENDAHULUAN Di tengah-tengah kondisi ekonomi yang memburuk, karena adanya krisis keuangan global, perekonomian Indonesia masih dapat bertumbuh yang diperoleh dari konsumsi domestik dan investasi. Pada saat ini pasar ekspor non migas ke Amerika Serikat terus menurun, namun hal ini dapat ditopang dengan naiknya ekspor barang-barang tertentu ke negara China dan India. Sementara itu, Industri bir di Indonesia mencatat pemulihan yang signifikan tahun 2008, setelah dua tahun secara berturut-turut mengalami penurunan. Peningkatan industri bir di Indonesia tercapai meskipun industri bir menaikkan harga pada April 2008. 30
Sebagai pemain utama industri bir, PT Delta Djakarta Tbk menghadapi kenaikan harga bahan baku dan minyak mentah pada awal tahun 2008, kenaikan harga bahan baku dan minyak mentah harus dilakukan. Akan tetapi, konsumsi bir dapat berkembang ketika pemerintah mensubsidi produk makanan dan bahan bakar sejalan dengan upaya intensifikasi pemasaran para pelaku industri bir. Menurunnya daya beli masyarakat pada saat ini menyebabkan peluang pasar yang kecil, begitu juga dengan berdirinya perusahaan sejenis baik di dalam maupun di luar negeri menimbulkan persaingan yang ketat dalam industri minuman bir, sehingga dalam hal ini promosi sangat dibutuhkan sebagai sarana pemasaran hasil produksi sekaligus sebagai penghubung yang erat antara produsen dan konsumennya. Guna mempertahankan dan meningkatkan produk-produk minuman PT Delta Djakarta Tbk di pasar, pada saat situasi perekonomian yang sulit serta adanya tren penurunan industri bir akibat dari rendahnya daya beli konsumen, PT Delta Djakarta Tbk melakukan program promosi yang efektif guna meningkatkan konsumsi. Program promosi ini tentunya akan menyebabkan kenaikan beban pemasaran. Namun demikian dalam pelaksanaan promosi juga akan timbul permasalahan-permasalahan antara lain adalah apakah pengaruh promosi yang dilaksanakan PT. Delta Djakarta Tbk tersebut dapat meningkatkan hasil penjualan produk tentunya, hal ini juga dikaitkan dengan efektifitas penggunaan sarana pengenalan produk sebagai media promosi yang paling efektif yang merupakan ujung tombak perusahaan sebelum penjualan dilaksanakan kepada konsumen. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan promosi tesebut harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin sehingga ada penghematan biaya promosi dan hasrat konsumen untuk membeli suatu produk yang diharapkan dapat diikuti dengan peningkatan hasil penjualan. Dari uraian di atas maka masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimanakah pengaruh promosi yang dilakukan oleh PT Delta Djakarta Tbk terhadap hasil penjualan produk minumannya? II. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan judul makalah, maka tujuan penelitian dimaksudkan sebagai berikut : a. Untuk membuktikan apakah promosi dan penjualan ada hubungannya atau tidak. b. Bila ada hubungan antara promosi dengan penjualan, seberapa besar pengaruhnya ? c. Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi promosi terhadap penjualan produk minuman di PT Delta Djakarta Tbk. III. KAJIAN TEORI Pengertian promosi sebagai salah satu variabel di dalam bauran pemasaran menurut Basu Swastha (2000, p.349) : “Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”. Dari istilah promosi tersebut maka pengertian bauran promosi atau promotion mix menurut Basu Swastha (2000, p.349) adalah: “Kombinasi srategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan”. Pada intinya variabel-variabel dari bauran promosi dapat dibedakan dalam 4 (empat) bagian yaitu: a. Periklanan (Advertising) Menurut Basu Swastha (2000, p.350) “Periklanan adalah bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu”. Setiap perusahaan yang akan memasang iklan dapat memilih media-media antara lain : televisi, radio, majalah, surat kabar, brosur, poster, papan reklame, balon udara, dan lain sebagainya.
31
Dalam melaksanakan kegiatan iklan ini agar dapat berhasil, maka harus mengadakan perencanaan yang baik, di mana keputusan penting yang harus diambil yaitu: 1) Pemilihan media yang paling tepat atau serasi. 2) Cara pemasangan dan penyajian yang baik, sesuai dengan pasar yang dituju. b. Tenaga Penjual (Personal Selling) Menurut Basu Swastha (2000, p.350) : “Tenaga penjual adalah presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan suatu penjualan”. Penjualan perorangan (personal selling) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan wiraniaga (tenaga penjual) dan membawa suatu produk sebagai contoh untuk dijual. Keuntungan dari kegiatan ini adalah dapat berkomunikasi secara langsung kepada konsumen. Personal selling merupakan cara efektif untuk menanamkan pilihan pembeli, keyakinan pembeli dan tindakan pembeli pada proses tertentu dalam proses pembelian. Penjualan tatap muka mempunyai tiga kualitas khusus, yaitu : 1) Berhadapan langsung secara pribadi. 2) Keakraban 3) Tanggapan Secara umum tenaga penjual sangat diperlukan untuk promosi perusahaan di mana unsur volume dan harga merupakan penentu utama bagi pembeli. Fungsi tenaga penjual lebih bersifat membantu menyelesaikan masalah pembeli. c. Publisitas (Publicity) Menurut Basu Swastha (2000, p.351) “Publisitas adalah pendorongan permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa, atau ide dengan menggunakan berita komersial, di dalam media masa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung”. Publisitas merupakan bagian dari sebuah fungsi yang lebih luas, disebut : hubungan masyarakat (humas), dan meliputi usaha-usaha untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang menguntungkan antar orang dan masyarakat, termasuk pemilik perusahaan, karyawan, lembaga pemerintah, penyalur, serikat buruh, di samping juga calon pembeli. Tujuan-tujuan dari publisitas adalah : 1) Menciptakan kesadaran masyarakat 2) Membina kredibilitas 3) Merangsang kegiatan penjualan dan perantara 4) Mendukung dan mengkompesir kegiatan promosi Media publisitas dapat berupa : 1) Pers, pidato 2) Seminar 3) Laporan tahunan 4) Humas Kegiatan humas ini sangat membantu perusahaan dalam mencapai sukses usahanya dan dapat diarahkan untuk menciptakan iklim yang baik/menguntungkan agar dana yang tertanam lebih terjamin. Dibandingkan dengan periklanan, publisitas mempunyai beberapa kelebihan seperti : biaya promosi lebih rendah, dapat membangun citra yang baik bagi perusahaan dan memuat berita yang lengkap dibandingkan dengan pesan atau berita yang disampaikan melalui iklan. d. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Menurut Edward (1998, p.365) “Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran, selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan efektifitas pengecer. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : peragaan, pertunjukan dan pameran, demonstrasi dan sebagainya”. Penjualan adalah salah satu hal yang penting bagi perusahaan, penting di sini karena proses di mana produk atau jasa yang telah diproduksi akan mengalami pertukaran dengan konsumen. Menurut Basu Swastha (2000, p.9):
32
Penjualan adalah proses pertukaran barang dan jasa antara penjual dan pembeli. Untuk memasarkan produknya perusahaan harus membuat sistim penjualan yang baik sesuai dengan perubahan pasar dan perilaku pelanggan, dengan demikian dapat terjalin hubungan yang baik dan menciptakan kepuasan untuk keduanya. Konsep penjualan merupakan pendekatan lain yang lazim digunakan banyak perusahaan terhadap pasar. Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen jangan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini menganggap bahwa konsumen biasanya menampakkan keengganan membeli dan harus dipikat agar membeli lebih banyak, dan perusahaan harus menggunakan serangkaian alat penjualan dan promosi yang efektif guna merangsang pembelian dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut Philip Kotler (2001, p.21) : Agar penjualan berlangsung efektif, haruslah didahului dengan berbagai kegiatan pemasaran seperti penilaian kebutuhan, riset pemasaran, pengembangan produk, penetapan harga dan distribusi.
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian merupakan dasar untuk menentukan jenis data dalam suatu penelitian ilmiah. Untuk penelitian ini variabel yang dipergunakan adalah : a. Variabel X Sebagai variabel bebas (independent variabel) dalam hal ini adalah kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Delta Djakarta Tbk yang dinyatakan dengan biaya promosi yang dikeluarkan berturut-turut dari tahun 2003 – 2008. b. Variabel Y Sebagai variabel tidak bebas (dependent variabel) dalam hal ini yaitu total penjualan produk minuman selama periode yang telah ditentukan sesuai dengan aktivitas atau kegiatan promosi yang dilakukan yaitu dari tahun 2003 -2008. Dalam penelitian ini penulis menentukan daerah populasi yaitu seluruh biaya promosi dan penjualan PT Delta Djakarta Tbk per tahun. Dalam menentukan sampel dari penelitian ini, penulis menggunakan metode sampling-nya adalah probability sampling serta teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, di mana setiap sampel memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui. Peneliti berusaha agar dalam pengambilan sampel terdapat wakil-wakil segala lapisan populasi. Dengan demikian ciri-ciri yang esensial serta apa yang diwakili. Sehingga dalam pengambilan sampel ini, penulis menentukan sampelnya yaitu biaya promosi dan hasil penjualan di PT Delta Djakarta Tbk periode tahun 2003 – 2008. 4.2. Teknik Analisa Data Berikut ini penulis akan menggunakan beberapa teknik statistik untuk menganalisa data, tujuannya untuk memudahkan menganlisa permasalahan. Adapun teknik-teknik statistik tersebut antara lain :
a. Analisa Koefisien Korelasi Metode analisa korelasi atau regresi korelasi banyak digunakan sebagai metode pembuktian adanya hubungan sebab akibat. Untuk lebih jelasnya metode korelasi diselesaikan melalui pendekatan formulasi yang dikembangkan oleh Pearson. Bentuk perumusannya dapat dilihat dari bukunya J.Supranto (2004, p.245) sebagai berikut : n . ∑XiYi – ( ∑Xi ) ( ∑Yi ) r = √ n ∑Xi 2 – ( ∑Xi ) 2 . √ n ∑Yi 2 – ( ∑Yi ) 2 33
Keterangan : Xi = Variabel bebas (independent variable) adalah aktivitas promosi yang dilakukan terhadap produk-produk minuman, diukur dalam satuan biaya promosi yang dikeluarkan (cash outflow) PT Delta Djakarta Tbk periode tahun 2003 – 2008. Yi = Variabel terpengaruh (dependent variable) adalah hasil penjualan (cash inflow) produk-produk minuman, yang dihasilkan oleh PT Delta Djakarta Tbk per tahun yaitu antara tahun 2003 – 2008. n = Jumlah data. Sedangkan parameter lain adalah : r = Koefisien korelasi, nilai r dapat berkisar antara –1 ≤ r ≤1. r = 1 Hubungan Xi dan Yi sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan antar variabel sangat kuat dan positif. r = -1 Hubungan Xi dan Yi sempurna tetapi negatif (mendekati 1), hubungan antar variabel sangat kuat. r = 0 Hubungan Xi dan Yi lemah sekali atau tidak ada hubungan. b.
Analisa Koefisien Penentu (KP) Koefisien Penentu (KP) adalah suatu parameter yang menunjukan kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Koefisien penentu dapat diketahui dengan mengkuadratkan nilai r atau nilai koefisien korelasinya seperti dalam bukunya J. Supranto (2004, p.146), dirumuskan sebagai berikut : KP = r2 x 100%
c.
Uji Hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau prakiraan yang belum tentu benar dan perlu ada pembuktian pembenarannya. Melalui uji hipotesis ini nantinya akan diketahui apakah penelitian ini mengandung nilai kebenaran atau sebaliknya. r√n–2 to =
√ 1 – r2 Dari perhitungan rumus tersebut, maka diperoleh nilai t nol (hasil perhitungan uji hipotesis), diklasifikasikan sebagai berikut: 1) to > t tabel, maka hipotesis nihil (Ho), ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. 2) to ≤ t tabel, maka hipotesis ini nihil (Ho), diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Untuk menentukan taraf nyata (nilai α) dan nilai t-tabel, dalam uji hipotesis dengan sampel kecil (n<30), nilai α ditentukan sesuai dengan soal, sedangkan untuk menentukan derajat bebas (db) dengan pengujian satu sisi yaitu dengan rumusan dari bukunya M. Iqbal Hasan (2002, p.149) sebagai berikut : db = n - 1
34
setelah itu menentukan tα,n-1 menggunakan tabel t. d. Analisa Koefisien Regresi Linier Sederhana Untuk penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana yang berfungsi untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, di mana bentuk umum persamaannya dari bukunya J. Supranto (2004, p.222) adalah : Yi = a + bXi
n∑XY – ∑X ∑Y b= n ∑X 2 – (∑X) 2 a = Y – bX di mana : Y = Variabel tidak bebas X = Variabel bebas a = bilangan konstan, merupakan nilai Yi, jika X = 0
b = Perkiraan koefisien regresi X terhadap Y e. Metode Least Square Untuk keperluan suatu analisa statistik biasanya kita bedakan dua macam data. Data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu atau sering disebut cross section data dan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu atau disebut time series. Time series sering juga disebut historical data yaitu data yang bersejarah sebab biasanya menggambarkan kejadian-kejadian yang telah lampau. Dengan time series kita bisa menarik suatu trend yaitu suatu garis yang menggambarkan arah perkembangan sesuatu kejadian secara umum. Misalnya trend nilai ekspor yang meningkat. Garis yang menunjukkan suatu trend sering disebut suatu garis regresi, di mana variabel X merupakan variabel waktu. Salah satu cara untuk mencari garis regresi, ialah dengan metode least square. Metode least square menurut J. Supranto (2004, p.133) ialah : Suatu metode untuk memperoleh nilai a dan b berdasarkan nilai observasi, sedemikian rupa sehingga jumlah kuadrat dari error tersebut minimum. Perlu juga dijelaskan di sini, bahwa persamaan regresi di mana variabel X menunjukkan waktu disebut persamaan garis trend. Kalau kita sudah menemukan persamaan regresi antara Y terhadap X, maka setiap kali nilai X diketahui, kita bisa meramalkan atau memperkirakan nilai Y. Akan tetapi kalau kita bicara trend, variabel bebas X harus menunjukkan waktu.
Rumus dari buku J. Supranto (2004, p.133) : n n n n ∑ XiYi - ∑ Xi ∑ Yi i=1 i=1 i=1 b= n n2 2 n ∑ X - ∑ Xi i=1 i=1
35
n n n ∑ Yi - b ∑ Xi i=1 i=1
a=
= Yi - bX n
dan
Y’ = a + Bx
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Penyajian Data Teknik dokumentasi yang diolah oleh penulis dalam bentuk tabel antara lain, yaitu biaya promosi yang dikeluarkan dan hasil penjualan yang telah diperoleh oleh PT Delta Djakarta Tbk selama periode tahun 2003 – 2008.
Tabel 1. Data Biaya Promosi PT Delta Djakarta Tbk Periode Tahun 2003 – 2008 No. 1 2 3 4 5 6
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total
Biaya promosi (Dalam Milyar) 25,8 33,5 44,2 44,2 45,4 45,5 238.6
Sumber : PT Delta Djakarta Tbk Tabel 2. Data Hasil Penjualan PT Delta Djakarta Tbk Periode Tahun 2003 – 2008 No. 1 2 3 4 5 6
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total
Penjualan (Dalam Milyar) 532 634 773 717 836 1.177 4.669
Sumber : PT Delta Djakarta Tbk . 5.2. Analisa Data Dari data-data yang telah disajikan di atas, maka akan dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisa uji statistik antara lain sebagai berikut :
a. Analisa Koefisien Korelasi Dari data yang terdapat pada tabel 1 dan tabel 2, maka akan dapat diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 3. Perhitungan Koefisien Korelasi
(dalam milyar)
36
n X Y X2 1 25,8 532 665,64 2 33,5 634 1.122,25 3 44,2 773 1.953,64 4 44,2 717 1.953,64 5 45,4 836 2.061,16 6 45,5 1.177 2.070,25 Jml 238,6 4.669 9.826,58 Sumber : Data olahan tahun 2008
Y2 283.024 401.956 597.529 514.089 698.896 1.385.329 3.880.823
XY 13.725,6 21.239 34.166,6 31.691,4 37.954,4 53.553,5 192.330,5
Dari data yang telah diolah, maka selanjutnya akan diuji untuk mengetahui bagaimanan hubungan antara 2 (dua) variabel tersebut di atas, yaitu variabel X (biaya promosi) dan Y (hasil penjualan). Adapun rumus untuk mencari koefisien korelasi adalah sebagai berikut : n ∑XiYi – ∑Xi∑Yi r= . √ n∑Yi2 – (∑Yi)2 √ n ∑Xi2 – ( ∑Xi)2 6 (192.330,5) – (238,6) (4.669) r= √ 6 (9.826,58) – (238,6)2
. √ 6(3.880.823) – (4.669)2
r = 0,7277 Dari hasil perhitungan korelasi, diketahui bahwa r = 0,7277 ini berarti bahwa hubungan korelasi antara variabel X dan variabel Y kuat dan positif. Artinya jika biaya promosi naik juga akan mengakibatkan naiknya hasil penjualan. b. Koefisien Penentu (KP) Untuk mengetahui sejauh mana konstribusi biaya promosi (X) mempengaruhi naik atau turunnya hasil penjualan (Y), perlu dilakukan perhitungan koefisien penentu (coefficient of determination) Koefisien Penentu = r2 x 100% = (0,7277)2 x 100% = 52,95% Dengan demikian diketahui untuk nilai koefisien penentunya adalah 52,95% artinya bahwa konstribusi biaya promosi (X) terhadap naik atau turunnya hasil penjualan adalah sebesar 52,95%. Sedangkan sisanya sebesar 47,05% adalah pengaruh dari faktor-faktor lain.
c. Uji Hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau prakiraan yang belum tentu benar dan perlu ada pembuktian pembenarannya. Melalui uji hipotesis ini nantinya akan diketahui apakah penelitian ini mengandung nilai kebenaran atau sebaliknya. Untuk menguji keberartian koefisien korelasi “r”, maka dapat diuji melalui hipotesis, dengan rumus sebagai beikut : 37
r √n – 2 to = √1 – r2
ho = ρ = 0, (tidak ada hubungannya antara X dan Y) ho = ρ>0, (ada hubungan positif) ho = ρ<0, (ada hubungan negatif) ho = ρ≠0,(ada hubungan) Perhitungan : 0,7277
√6 - 2
to = √1 – (0,7277)2
to =
2,1218
Dengan significany level (α) = 5% atau diperkirakan tingkat kesalahan sebesar 5% maka dapat ditentukan derajat bebas (db) sebagai berikut : db
=n–1 =6–1 =5
Maka diperoleh t pada tabel distribusi normal t0,05;5 =2,015.
Kesimpulan diperoleh to : 2,1218 > t0,05: 2,015 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 yang berarti ada hubungan antara biaya promosi yang dikeluarkan oleh PT Delta Djakarta Tbk dengan hasil penjualan produk minumannya.
c. Analisa Regresi Linier Sederhana Untuk mengetahui sampai sejauh mana sesungguhnya pengaruh kegiatan promosi yang dijalankan perusahaan dapat meningkatkan hasil penjualannya, penulis mencoba membahasnya melalui pendekatan statistik analisa regresi linier sederhana. Adapun perhitungan dengan persamaan regresi linier sederhana berdasarkan tabel 5 adalah sebagai berikut : Yi = a + bXi n∑XY – ∑X ∑Y b= n ∑X 2 – (∑X) 2 a = Y - bX di mana : Y = Variabel tidak bebas X = Variabel bebas a = Bilangan konstan, merupakan nilai Yi, jika X = 0
b = Perkiraan koefisien regresi X terhadap Y 38
n = Banyaknya data yang diobservasi n∑XY – ∑X ∑Y b= n ∑X 2 – (∑X) 2
(6 x 192.330,5) – (238,6) (4.669) b= (6 x 9.826,58) - (238,6)2 b=
19,68
a = Y – bX
∑Y 4.669 Y=
=
= 778,16
n
6
∑X X =
238,6 =
n
= 39,76 6
a = 778,16 – (19,68 x 39,76) a = 778,16 – 782,47 a = - 4,31 Persamaan Regresinya : Y = a + bX Y = -4,31 + 19,68X Jika X = 0 maka Y = - 4,31 + (19,68 x 0) = - 4,31 Untuk menghadapi ketidakpastian pada masa yang akan datang maka perusahaan dalam hal ini PT Delta Djakarta Tbk hendaknya melakukan suatu estimasi atau ramalan. Adapun estimasi atau ramalan tersebut digunakan oleh perusahaan untuk dapat mengetahui sekaligus memperkirakan besarnya hasil penjualan (Yi) pada periode yang akan datang. Dengan estimasi atau ramalah dapat dilihat bagaimana perkembangan hasil penjualan perusahaan misalnya untuk 3 tahun mendatang (tahun 2008 – 2011). Untuk memperkirakan hasil penjualan pada masa yang akan datang penulis menggunakan “Least Square Method” yaitu dengan mencari persamaan garis 39
trend linier. Dari metode ini dapat ditaksir nilai a dan b dari persamaan kuadrat terkecil. Dari persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut Y’ = a + bX Di mana Y’ = jumlah penjualan a dan b = menunjukkan kemungkinan garis X = variabel waktu Untuk lebih jelas bagaimana melakukan ramalan terhadap penjualan PT Delta Djakarta Tbk untuk periode 3 tahun mendatang dapat dilihat pada tabel dan perhitungan di bawah ini. Tabel 4. Perhitungan Trend Penjualan Tahun 2008 - 2011 (Dalam milyar) Hasil Tahun Penjualan X2 Y2 XY (X) (Y) 0 532 0 283.024 0 1 634 1 401.956 634 2 773 4 597.529 1.546 3 717 9 514.089 2.151 4 836 16 698.896 3.344 5 1.177 25 1.385.329 29.425 4.669 55 3.880.823 37.100 ∑X=15 Sumber : Data olahan tahun 2008 Persamaan Garis Trend Linier Y’ = a + bX
n n n ∑ XiYi i=1
n ∑ Xi ∑ Yi i=1 i=1
b= n n ∑ X2 i=1
n ∑ Xi i=1
2
6 (37.100) - (15) (4.669) b= 6 (55)
- (15)2
b = 1453
n
n
40
n ∑ Yi - b ∑ Xi i=1 i=1
a =
= Yi - bX n 4.669
Y =
= 778,16 6 15
X =
= 2,5 6
a = Y -bX a
= -2.854,34
Sehingga didapat persamaan sebagai berikut : Y’ = -2.854 + 1.453X Sedangkan ramalan penjualan 3 tahun mendatang (tahun 2008 s/d tahun 2011) Y2008 = -2854 + 1.453 (6) = 5.864 Y2010 = -2.854 + 1.453 (7) = 7.317 Y2011 = -2.854 + 1.453 (8) = 8.770 5.3. Pembahasan a. Hasil Analisa Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi, diperoleh r = 0,7277. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara promosi dengan penjualan di PT Delta Djakart Tbk adalah kuat dan positif. Artinya semakin besar biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan akan berpengaruh terhadap besarnya hasil penjualan yang diperoleh PT Delta Djakarta Tbk. Begitu pula sebaliknya semakin kecil biaya promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan maka akan semakin kecil pula penjualan yang diperoleh PT Delta Djakarta Tbk. b. Hasil Analisis Koefisien Penentu Dari hasil koefesien penentu dapat diperoleh bahwa kontribusi promosi (X) terhadap naik turunnya penjualan (Y) adalah sebesar 52,95%. Berarti sisanya yang 47,05% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, antara lain : 1) Distribusi Dengan adanya distribusi yang merata yang dilakukan terhadap produk-produk minuman yang dijual oleh PT Delta Djakarta Tbk tentunya akan dapat mempengaruhi hasil penjualan juga. 2) Kebijakan harga Dengan adanya kebijakan harga, katakanlah dari manajemen menaikkan harga produknya, maka tentunya akan berpengaruh terhadap hasil penjualan juga. 3) Pesaing Dengan bertambahnya pesaing yang menghasilkan produk minuman yang sejenis yang diproduksi oleh PT Delta Djakarta Tbk juga dapat mempengaruhi hasil penjualannya. c. Hasil Uji Hipotesis Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh t observasi lebih besar dari t tabel (to = 2,1218 > t 0,05;5 = 2,015), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 yang berarti biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi yang dilakukan PT Delta Djakarta Tbk berpengaruh positif terhadap hasil
41
penjualan yang diterima perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “diduga bahwa promosi mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil penjualan produk minuman di PT Delta Djakarta Tbk” diterima. d. Hasil Analisis Koefisien Regresi Linear Dari persamaan regresi Y = -4,31 + 19,68 X, dapat diartikan bahwa dengan nilai a sebesar -4,31 berarti bahwa penjualan akan tetap turun sebesar 4,31 milyar rupiah walaupun biaya promosi sama dengan nol. Dan dengan nilai b sebesar 19,68 berarti bahwa jika biaya promosi dinaikkan sebesar 1 (satu) rupiah maka akan menaikan penjualan sebesar 19,68 milyar rupiah. e. Hasil Peramalan Dari persamaan Y’ = -2.854 + 1.453 X dapat diketahui bahwa trend hasil penjualan produkproduk minuman PT Delta Djakarta Tbk untuk tahun-tahun mendatang akan mengalami kenaikkan. Untuk tahun 2008 hasil penjualan yang diperoleh sebesar sebesar Rp. 5.864 (dalam milyar), tahun 2010 Rp. 7.317 (dalam milyar), dan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 8.770 (dalam milyar).
VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Guna mempertahankan pangsa pasar yang ada dan meningkatkan penjualan produk-produk minumannya PT Delta Djakarta Tbk telah melakukan program promosi selektif dengan pertimbangan biaya yang efektif seperti antara lain program peningkatan brand awareness, program acara Anker Beatstream, Stout Dutters, Thematic visual campaigns, perpaduan trade dan consumer promotion dan festival nasional Anker Pesta Semarak. Disamping itu ada kegiatan sponsorship dengan papan reklame indoor dan outdoor. b. Berdasarkan hasil perhitungan analisa koefisien korelasi, diperoleh r = 0,7277. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara promosi dengan penjualan di PT Delta Djakarta Tbk adalah kuat dan positif. Artinya semakin besar biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan akan berpengaruh terhadap besarnya hasil penjualan yang diperoleh PT Delta Djakarta Tbk. Begitu pula sebaliknya semakin kecil biaya promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan maka akan semakin kecil pula penjualan yang diperoleh PT Delta Djakarta Tbk. c. Dari hasil analisa koefesien penentu dapat diperoleh bahwa kontribusi promosi (X) terhadap naik turunnya penjualan (Y) adalah sebesar 52,95%. Berarti sisanya yang 47,05% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, antara lain distribusi, kebijakan harga, dan pesaing dari perusahaan yang memproduksi minuman sejenis. d. Dari hasil analisa uji hipotesis yang dilakukan diperoleh t observasi lebih besar dari t tabel (to = 2,1218 > t 0,05;5 = 2,015), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 yang berarti biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi yang dilakukan PT Delta Djakarta Tbk berpengaruh positif terhadap hasil penjualan yang diterima perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “diduga bahwa promosi mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil penjualan produk minuman di PT Delta Djakarta Tbk” diterima. e. Dari analisa regresi linier sederhana diperleh persamaan regresi Y = -4,31 + 19,68 X, dapat diartikan bahwa dengan nilai a sebesar -4,31 berarti bahwa penjualan akan tetap turun sebesar 4,31 milyar rupiah walaupun biaya promosi sama dengan nol. Dan dengan nilai b sebesar 19,68 berarti bahwa jika biaya promosi dinaikkan sebesar 1 (satu) rupiah maka akan menaikan penjualan sebesar 19,68 milyar rupiah. f. Dari analisa trend linier diperoleh persamaan Y’= -2.854 + 1.453X hal ini menunjukkan hasil penjualan produk-produk minuman PT Delta Djakarta Tbk untuk tahun-tahun mendatang akan mengalami kenaikkan. Untuk tahun 2009 hasil penjualan yang diperoleh sebesar sebesar Rp. 5.864 (dalam milyar), tahun 2010 Rp. 7.317 (dalam milyar), dan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 8.770 (dalam milyar).
42
6.2.
Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka pernberian saran-saran yang mungkin berguna bagi PT Delta Djakarta Tbk dalam mengembangkan perusahaan pada umumnya dan bagi peningkatan hasil penjualan pada khususnya antara lain : a. Dalam proses pelaksanaan penjualan produk minuman kepada konsumen, perusahaan perlu berkoordinasi, kerjasama dan disiplin kerja antara bagian yang ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan penjualan, serta masing-masing bagian yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab harus memahami dan menyadari tugasnya sehingga tidak terjadi saling lempar tanggung jawab. b. Agar dana promosi yang tersedia dapat digunakan dengan balik rnaka perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan sarana promosi mana yang sebaiknya digunakan apakah dengan periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung atau dengan publisitas. c. Untuk menghadapi persaingan yang ketat dan dampaknya terhadap perang harga, PT Delta Djakarta Tbk harus lebih meningkatkan lagi kualitas jasa pelayanannya terhadap konsumen. fasilitas yang baik dan menyiapkan karyawan sejauh mungkin guna dididik sebagai tenaga penjualan yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha dan Ibnu Sukoco, 2000, Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Yogyakarta, PT Liberty, 279 halaman Clindiff W., Edward, 1998, Dasar-Dasar Marketing Modern, Cetakan I, Liberty, Yogyakarta, 467 halaman Djarwanto Ps., 2004, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 487 halaman J. Supranto, 2004, Statistik dan Aplikasinya, Edisi Kelima, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 398 halaman J. Supranto, 2004, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran, Edisi Kelima, LPFEUI, Jakarta, 337 halaman Kotler, Philip, 2007, Marketing Management, Analysis, Planning & Implementation, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 546 halaman M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 387 halaman Stanton J., William, 2004, Prinsip Pemasaran, Terjemahan : Erlangga, Jakarta, 597 halaman Tisno Haryadi, 2004, Pengaruh Promosi Dalam Rangka Meningkatkan Penjualan Jasa Transportasi Udara di PT Pelita Air Service, ST. Manajemen Labora, Jakarta, 88 halaman Zairi, 1997, Peranan dan Pengaruh Promosi, Jakarta, Diktat Kuliah, 167 halaman
43
PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI LABORATORIUM KLINIK PRODIA CIDENG Sudarmadji (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) ABSTRAK Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagai kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas, akan berbagai rasa dan pengalaman dengan pelanggan lain. Ini akan menjadi referensi bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu baik pelanggan maupun produsen, akan sama–sama diuntungkan apabila kepuasan terjadi. Dengan melihat hubungan ini, jelaslah bahwa kepuasan pelanggan haruslah menjadi salah satu tujuan dari setiap perusahaan. Begitu pula halnya dengan Laboratorium Klinik Prodia yang bergerak dibidang jasa layanan kesehatan kepada masyarakat sangatlah penting untuk selalu menjaga loyalitas para pelanggannya dengan tetap menjaga mutu dan layanan diagnosa yang lebih baik guna meningkatkan penjualan dan daya saing terhadap para pesaing pada bidang yang sama. Berdasarkan perhitungan uji hipótesis menunjukkan bahwa hipótesis yang penulis kemukakan bahwa diduga ada pengaruh antara koalitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan pelanggan Laboratorium Klinik Prodia Cideng telah terbukti. Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan antara lain faktor-faktor yang menjadi prioritas utama berdasarkan hasil Analisa Diagram Kartesius diantaranya pernyataan ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksaan, kecepatan petugas dalam melayani, keterampilan petugas pelayanan dalam pengambilan darah (1 kali tusukan). kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan dan menyelesaikan masalah (jika ada), segera dilaksanakan sebab faktor-faktor ini yang dinilai sangat penting oleh pelanggan. Serta diadakan evaluasi terhadap faktor-faktor yang dinilai dan dianggap kurang penting maupun biasa saja sebaiknya dijalankan secara sedang saja, diantaranya pernyataan kemudahan menghubungi melalui telepon, layanan petugas ke rumah, kebersihan toilet dan brosur yang disediakan di ruang layanan. Kata kunci: Pelayanan, Kepuasan Pelanggan. I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Siapapun yang terlibat dalam bisnis, sudah pasti mempunyai tanggung jawab terhadap kepuasaan pelanggan. Layanan yang prima terbayar karena menciptakan konsumen yang loyal, yaitu konsumen yang senang karena mereka memilih perusahaan setelah merasakan pengalaman layanan, konsumen yang akan menggunakan perusahaan kembali, dan mempromosikan perusahaan tersebut kepada konsumen lainnya. Konsumen yang loyal merupakan sebuah anuitas, di mana mereka akan terus memberikan pemasukan kepada kas perusahaan. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagai kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas, akan berbagai rasa dan pengalaman dengan pelanggan lain. Ini akan menjadi referensi bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu baik pelanggan maupun produsen, akan sama–sama diuntungkan apabila kepuasan terjadi. Dengan melihat hubungan ini, jelaslah bahwa kepuasan pelanggan haruslah menjadi salah satu tujuan dari setiap perusahaan. Dengan memberikan pelayanan yang baik dengan berbagai kemudahan yang dapat diberikan kepada pelanggan sangat mendukung serta menentukan kelangsungan hidup perusahaan, ini dapat dilihat apakah perusahaan mampu menghasilkan laba yang optimal dari kegiatan penjualan produk dan jasanya. Begitu pula halnya dengan Laboratorium Klinik Prodia yang bergerak dibidang jasa layanan kesehatan kepada masyarakat sangatlah penting untuk selalu menjaga loyalitas para pelanggannya dengan tetap menjaga mutu dan layanan
44
II. 2.1
diagnosa yang lebih baik guna meningkatkan penjualan dan daya saing terhadap para pesaing pada bidang yang sama, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Laboratorium Klinik Prodia adalah dengan melakukan perluasan daerah pemasarannya melalui pemasangan iklan di media massa dan penyebaran informasi melalui brosur kepada para pelanggan dan calon pelanggannya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka masalah yang di hadapi Laboratorium Klinik Prodia di antaranya, adalah bagaimana tingkat pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di Laboratorium Klinik Prodia. TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan Pelanggan, Faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan Pengukuran Kepuasan Pelanggan 2.1.1
Kepuasan Pelanggan Kata "kepuasan" atau satisfaction berasal dari bahasa latin yaitu "satis" yang berarti cukup baik dan “facio" yang artinya melakukan atau membuat, sehingga secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu. Kepuasan pelanggan bukanlah sebuah konsep yang baru. Di awal abad 20, sudah banyak praktisi bisnis di seluruh dunia memahami bahwa kepuasan pelanggan adalah hal yang penting. Kepuasan pelanggan masih merupakan konsep yang sangat relevan sampai saat ini, konsep inilah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja keuangan setiap perusahaan. Definisi kepuasan menurut Philip Kotler (1997, p 36) : “Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapanharapannya”. Definisi kepuasan menurut J.Supranto (2001, p 223): “Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/ hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan sangat puas”. Definisi kepuasan menurut Handi Irawan (2002, p 3) : “Kepuasan sebagai persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya. Karena itu, pelanggan tidak akan puas, apabila pelanggan mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Pelanggan akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan”. Menurut Oliver yang dikutif oleh J. Supranto (1997, p 233), pengertian kepuasan adalah ; "Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja ( hasil ) dengan yang diharapkan". Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan yang diharapkan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa. Namun, apabila kinerja sesuai dengan yang diharapkan dan bahkan melebihi harapan, maka pelanggan akan marasa puas. Dalam menentukan tingkat kepuasan, seorang pelanggan sering kali melihat dari nilai lebih value added maupun kinerja pelayanan yang diterima dari suatu proses pembelian terhadap produk/ jasa dibandingkan dengan perusahaan lain. Besarnya nilai lebih yang diberikan oleh sebuah produk/ jasa kepada pelanggan tersebut merupakan suatu jawaban dari pertanyaan yang timbul tentang mengapa seorang pelanggan melakukan pilihannya. Pelanggan pada dasarnya mencari nilai terbesar value maximizer yang diberikan suatu produk/ jasa. Pencarian nilai oleh pelanggan terhadap produk jasa perusahaan kemudian menimbulkan teori yang disebut dengan customer delivered value, yaitu besarnya selisih nilai yang diberikan oleh pelanggan terhadap produk jasa perusahaan yang
45
ditawarkan kepadanya customer value dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk/ jasa tersebut customer cost. Di mana hasil akhirnya adalah keuntungan profit yang diterima oleh pelanggan. Nilai yang diberikan pelanggan diukur berdasarkan keandalan reliability, ketahanan durability dan kinerja performance terhadap bentuk fisik, pelayanan karyawan perusahaan dan citra produk/ jasa. Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk atau jasa akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini ditunjukkan pelanggan setelah terjadi proses pembelian. Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk/ jasa yang sama. Pelanggan yang merasa puas juga cenderung akan memberikan referensi yang baik terhadap produk/ jasa yang dia terima kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang pelanggan yang tidak puas. Pelanggan yang masuk dalam kategori ini (tidak puas) dapat melakukan tindakan pengembalian produk atau secara extreme bahkan dapat mengajukan gugatan terhadap perusahaan melalui seorang pengacara. Demikian hal tersebut haruslah diantisipasi oleh perusahaan, karena seorang pelanggan yang tidak puas dapat merusak citra perusahaan. Perusahaan harus memiliki cara untuk meminimalisasi jumlah pelanggan yang tidak puas setelah proses pembelian terjadi. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performa produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapannya terlampaui. Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan terdapat 5 ( lima ) faktor utama yang harus diperhatikan oleh pelanggan yaitu: a. Kualitas produk Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Kualitas produk merupakan faktor yang multi dimensi dimana kualitas produk itu sendiri terdiri dari elemenelemen pendukung, yaitu ; 1) Kinerja (performance) Merupakan elemen yang paling dasar dan berhubungan dengan fungsi utama dari suatu produk. Kinerja disini merujuk pada karakter produk/ jasa inti yang meliputi merek, atribut-atribut yang dapat diukur dan aspek-aspek kinerja individu. Pelanggan akan merasa sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. 2) Keandalan ( reliability) Reliability hampir sama dengan performance namun mempunyai perbedaan yang cukup jelas. Keandalan ini menunjukan probabilitas suatu produk gagal menjalankan fungsinya. Keandalan suatu yang menandakan tingkat kualitas sangat berarti bagi konsumen dalam memilih produk. 3) Keragaman produk ( feature ) Merupakan aspek sekunder, dimana kepuasan pelanggan terhadap fitur selalu berdimensi dengan harga. Keragaman di sini dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti suatu produk. 4) Daya tahan ( durability ) Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi ekonomis maupun teknis, ketahanan suatu produk didefinisikan sebagai sejumlah kegunaan yang diperoleh seseorang sebelum mengalami penurunan kualitas. Secara ekonomis,
46
ketahanan diartikan sebagai usia ekonomis suatu produk dilihat melalui jumlah kegunaan yang diperoleh sebelum terjadi kerusakan dan keputusan untuk mengganti produk. 5) Kesesuaian ( confermance ) Dimensi ini menunjukkan seberapa jauh produk dapat menyamai/ spesifikasi tertentu. Kesesuaian suatu produk dalam industri jasa diukur dari tingkat akurasi dan waktu penyelesaian termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi, keterlambatan yang tidak dapat diantisipasi dan beberapa kesalahan lain. b. Pelayanan Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada para pelanggannya, pencapaian pasar yang tinggi serta peningkatan profit perusahaan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakannya. Konsekuensi atas pendekatan kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi penting bagi strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL service Quality yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry. SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima perceived service dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan/ diinginkan expected service. Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan maka layanan dapat dikatakan bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan maka layanan dapat dikatakan tidak bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan harapan maka layanan disebut memuaskan. Dengan demikian, service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima/ diperoleh. Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut kebutuhan pribadi, pengalaman pada masa lampau, komunikasi eksternal dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya Sedangkan menurut Vincent Gasperz (2002, p 2), menyatakan bahwa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam kualitas pelayanan jasa adalah : a. Ketepatan waktu pelayanan Hal-hal yang harus diperhatikan disini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
b. Akurasi Pelayanan Yang berkaitan dengan reabilitas pelayanan dan bekas dari kesalahan-kesalahan. c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan Terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal, seperti operator telepon, kasir, pramugari dan lain-lain. d. Tanggung jawab Berkaitan dengan penerimaan pesanaan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanaan komplementer lainnya. e. Kelengkapan Menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanan komplementer lainnya
47
f.
Kemudahan mendapatkan pelayanan Berkaitan dengan banyaknya outlet, banyaknya petugas yang melayani, dan banyaknya fasilitas pendukung seperti computer. g. Variasi model pelayanan Berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanaan. h. Pelayanan pribadi Berkaitan dengan fleksibilitas dan penanganan permintaan khusus. i. Kenyamanan dalam menerima pelayanan Berkaitan dengan alokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir, dan ketersediaan informasi. j. Atribut pendukung lainnya Atribut-atribut ini menyangkut lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, dan AC.
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data Berdasarkan sumber data dan teknik pengumpulannya, maka data yang akan diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. 3.1.1 Data Primer Data ini merupakan data yang belum jadi dan masih perlu diolah kembali sehingga dapat ditampilkan secara baik. Pada tahap pengumpulan data ini, digunakan dua metode yang terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Metode Wawancara (kuesioner) Tehnik wawancara merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada sumber data. Wawancara langsung dengan sumber data akan memberikan gambaran yang jelas mengenai informasi yang dibutuhkan, wawancara memerlukan keterampilan dalam mengajukan pertanyaan dan menangkap jawaban responden. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan jalan wawancara secara langsung terhadap 48 orang responden yang merupakan pelanggan di Laboratorium Klinik Prodia Cideng dengan menggunakan kuesioner tipe terstuktur. b. Metode Kuesioner (Angket) Yaitu penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan pelanggan, dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban tanggapan tertulis apa adanya. Kuesioner diberikan kepada pelanggan yang dipilih sebagai responden yaitu pelanggan di Laboratorium Klinik Prodia Cideng. Responden hanya dapat memilih jawaban yang telah disediakan dan hanya diperbolehkan memilih salah satu jawaban yang paling tepat dari 5 (lima) jawaban yang tersedia. Dalam metode kuesioner ini digunakan skala Likert dengan 5 tingkatan yang terdiri dari sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting dan sangat tidak penting untuk mengukur harapan dan kepentingan pelanggan. Sedangkan sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan untuk mengukur kinerja pelayanan pemeriksaan di
48
3.1.2
Laboratorium Klinik Prodia Cideng. Kelima penilaian tersebut diberikan bobot sebagai berikut : 1. Jawaban sangat penting dan sangat memuaskan diberi bobot 5 2. Jawaban penting dan memuaskan diberi bobot 4 3. Jawaban cukup penting dan cukup memuaskan diberi bobot 3 4. Jawaban tidak penting dan tidak memuaskan diberi bobot 2 5. Jawaban sangat tidak penting dan sangat tidak memuaskan diberi bobot 1 Data Sekunder Data ini merupakan data yang didapat dari beberapa sumber informasi berupa data yang baik dan siap pakai, yang salah satunya diperoleh dari Laboratorium Klinik Prodia Cideng sendiri, misalnya data tentang sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan, jenjang jabatan, uraian jabatan dan struktur organisasi serta sejarah singkat perusahaan. Sedangkan data sekunder lainnya yang berasal dari luar Laboratorium Klinik Prodia Cideng, diperoleh dari sejumlah daftar pustaka yang berasal dari beberapa buku, serta referensi dari beberapa media yang relevan.
3.2. Tehnik Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif deskriptif, adalah metode dengan menganalisa data dan angka-angka sesuai dengan isinya. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasi sehingga didapat interpretasi tentang arti dari data tersebut. Tehnik analisa data adalah tehnik yang digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel yang tengah diteliti. Dalam penelitian ini tehnik analisa data yang digunakan adalah : 3.2.1
Analisa Tingkat Kesesuaian Analisis ini digunakan untuk menjawab masalah tentang bagaimana tingkat harapan terhadap kinerja yang ada. Tingkat kepentingan pelayanan diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi. Tingkat kesesuaian dari hasil perbandingan skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam hal pelayanan pemeriksaan kesehatan di Laboratorium Klinik Prodia Cideng. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) buah variabel yang diwakilkan oleh X dan Y, di mana X merupakan kinerja pelayanan sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan pelanggan yang mencerminkan kualitas pelayanan dalam pemeriksaan kesehatan di Laboratorium Klinik Prodia Cideng. Adapun rumus yang digunakan menurut J. Supranto (2001, p 241) adalah : Tki = Xi x 100% Yi Di mana : Tki= Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan Hasil dari data ini akan dikonversikan ke dalam diagram Kartesius. Diagram kartesius merupakan salah satu tehnik untuk melihat tingkat kepuasan konsumen dilihat dari kinerja perusahaan dan tingkat kepentingan konsumen. Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi dengan tingkat kinerja, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi dengan tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus menurut J. Supranto (2001, p 241) maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen sebagai berikut : ∑ Xi ∑ Yi
49
X =
Y = n
n
Di mana : X = Skor rata-rata tingkat kinerja atau kepuasan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden Diagram kartesius merupakan pemetaan yang terdiri dari 4 (empat) kuadran, karena terdapat 4 (kuadran) kemungkinan hasilnya dibatasi oleh 2 (dua) garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X, Y ), sehingga terdapat 4 (empat) kemungkinan hasil. Ke-empat kuadran ini adalah hasil kombinasi performance yang terbagi dalam dua group yaitu tinggi rendah dan tingkat kepentingan atau harapannya. Keseluruhan atribut kepuasan konsumen yang diukur, akan dapat diletakkan ke dalam salah satu dari 4 (empat) kuadran tersebut. IV.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Data 4.1.1. Analisa Tingkat Kesesuaian Tabel 1 Perhitungan Rata-rata dari Penilaian Kinerja Pelayanan dan Kepentingan Pelanggan Terhadap Indikator Kualitas Pelayanan untuk Diagram Kartesius No
1. 2.
3.
4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Variabel Kualitas Pelayanan
Sikap dan penampilan petugas pelayanan Keterampilan petugas pelayanan dalam pengambilan darah (1 kali tusukan) Kemampuan petugas dalam memberikan informasi pemeriksaan laboratorium Kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan dan menyelesaikan masalah (bila ada) Kecepatan petugas dalam melayani Ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksanaan Lembar hasil pemeriksaan jelas dan informatif Kemudahan menghubungi melalui telepon Kenyamanan ruang pelayanan Kebersihan toilet Layanan kami ke rumah/ ke tempat pelanggan Brosur yang disediakan di ruang layanan Jumlah Nilai Skor
Penilaian Kinerja Pelayanan 208
Penilaian Kepentingan Pelanggan 197
199
201
Nilai Rata-rata
Tki
x 4.33
y 4.10
(%) 105.6
4.19
99.0
4.15 200
195
4.17
4.06
102.6
196
195
4.08
4.06
100.5
196 198
195 199
4.08 4.13
4.06 4.15
100.5 99.5
199
194
4.15
198
192
4.13
4.00
103.1
215 207 194
196 196 190
4.48 4.31 4.04
4.08 4.08 3.96
109.7 105.6 102.1
190
188
3.96
3.92
101.1
50.0
48.7
4.17
4.06
1,231. 9 102.65
4.04
102.6
Sumber : diolah penulis dari hasil kuesioner
50
4.1.2.
Diagram Kartesius Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah diolah, maka dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu : a. Kuadran A, menunjukkan bahwa unsur-unsur yang sangat penting bagi pelanggan, akan tetapi kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng belum melakukan sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan dan rasa tidak puas. b. Kuadran B, menunjukkan bahwa unsur-unsur yang dianggap penting bagi pelanggan, telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan pelanggan. Untuk itu Laboratorium Klinik Prodia Cideng harus mempertahankan kinerja pelayanannya. c. Kuadran C, menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa pelayanan pemeriksaan laboratorium yang dianggap kurang penting bagi pelanggan, di mana sebaiknya kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng dijalankan secara sedang. d. Kuadran D, menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng yang dianggap kurang penting bagi pelanggan, akan tetapi kinerja pelayanan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh Laboratorium Klinik Prodia Cideng. Hal ini dianggap berlebihan. Berikut ini akan disajikan analisa data dalam gambar Diagram Kartesius untuk dapat melihat penempatan datanya. Gambar 1 Diagram Kartesius dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan Y Kepentingan
5,0
Kuadran A
Kuadran B
•1
•6 •2 Y = 4,06
•10•
9
•45•3 •11
3,0
•12
2,0
•7 Kuadran C
Kuadran D
1,0 0
1,0
2,0
3,0
4,17
X Kinerja
X Sumber : Data hasil olahan
4.2. Pembahasan Berikut ini akan diuraikan pembahasan dari hasil analisa data berdasarkan alat analisa sebagai berikut : Hasil Analisa Diagram Kartesius a. Kuadran A, merupakan faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan penanganannya perlu diprioritaskan karena keberadaan faktor-faktor inilah yang
51
dinilai sangat penting oleh pelanggan, akan tetapi kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng belum melakukan sesuai dengan keinginan pelanggan, faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini adalah : 1. Pernyataan 2 yaitu keterampilan petugas pelayanan dalam pengambilan darah (1 kali tusukan). 2. Pernyataan 4 yaitu kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan dan menyelesaikan masalah (jika ada). 3. Pernyataan 5 yaitu kecepatan petugas dalam melayani. 4. Pernyataan 6 yaitu ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksanaan. b. Kuadran B, menunjukkan bahwa faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan Laboratorium Klinik Prodia Cideng, faktor-faktor yang berada dalam kuadran ini harus dipertahankan karena tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepentingan dan harapan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan, faktor-faktor yang terdapat dalam kuadran ini adalah : 1. Pernyataan 1 yaitu sikap dan penampilan petugas pelayanan. 2. Pernyataan 3 yaitu kemampuan petugas dalam memberikan informasi pemeriksaan laboratorium. 3. Pernyataan 9 yaitu kenyamanan ruang pelayanan. 4. Pernyataan 10 yaitu kebersihan toilet. c. Kuadran C, menunjukkan bahwa faktor-faktor atau atribut jasa pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, faktor-faktor tersebut dianggap kurang penting bagi pelanggan, di mana sebaiknya kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng dijalankan secara sedang saja, yang termasuk dalam kuadran ini adalah: 1. Pernyataan 7 yaitu lembar hasil pemeriksaan jelas dan informatif. 2. Pernyataan 8 yaitu kemudahan menghubungi melalui telepon. 3. Pernyataan 11 yaitu layanan petugas kami ke rumah/ ke tempat pelanggan. 4. Pernyataan 12 yaitu brosur yang disediakan di ruang layanan. d. Kuadran D, menunjukkan bahwa faktor-faktor jasa pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng bagi pelanggan yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan faktor-faktor yang berada dalam kuadran ini dianggap berlebihan pelaksanaannya, hal ini terutama disebabkan karena pelanggan menganggap kurang penting akan tetapi pelaksanaannya dilakukan sangat baik, dan ternyata tidak ada faktor-faktor dalam kuadran ini yang dianggap berlebihan pelaksanaannya oleh pelanggan Laboratorium Klinik Prodia Cideng. V.
KESIMPULAN Kuadran A, merupakan faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan penanganannya perlu diprioritaskan karena keberadaan faktor-faktor inilah yang dinilai sangat penting oleh pelanggan, akan tetapi kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng belum melakukan sesuai dengan keinginan pelanggan, keterampilan petugas pelayanan dalam pengambilan darah (1 kali tusukan). kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan dan menyelesaikan masalah (jika ada) kecepatan petugas dalam melayani.ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksanaan. Kuadran B, menunjukkan bahwa faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan Laboratorium Klinik Prodia Cideng, faktor-faktor yang berada dalam kuadran ini harus dipertahankan karena tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepentingan dan harapan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan. sikap dan penampilan petugas pelayanan. kemampuan petugas dalam memberikan informasi pemeriksaan laboratorium.kenyamanan ruang pelayanan.kebersihan toilet. Kuadran C, menunjukkan bahwa faktor-faktor atau atribut jasa pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, faktorfaktor tersebut dianggap kurang penting bagi pelanggan, di mana sebaiknya kinerja pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng dijalankan secara sedang saja,lembar hasil pemeriksaan
52
jelas dan informatif.kemudahan menghubungi melalui telepon.layanan petugas kami ke rumah/ ke tempat pelanggan. brosur yang disediakan di ruang layanan. Kuadran D, menunjukkan bahwa faktor-faktor jasa pelayanan Laboratorium Klinik Prodia Cideng bagi pelanggan yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan faktor-faktor yang berada dalam kuadran ini dianggap berlebihan pelaksanaannya, hal ini terutama disebabkan karena pelanggan menganggap kurang penting akan tetapi pelaksanaannya dilakukan sangat baik, dan ternyata tidak ada faktor-faktor dalam kuadran ini yang dianggap berlebihan pelaksanaannya oleh pelanggan Laboratorium Klinik Prodia Cideng.
DAFTAR PUSTAKA Basu Swasha dan Itaran, 1998, Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 456 halaman Gaspersz, Vincent, 1997, Manajemen Kualitas, Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 429 halaman Handi Irawan D., 2002, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 300 halaman J. Supranto, 2000, Statistika Teori dan Aplikasi, Jlilid satu, Edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 370 halaman __________, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Cetakan Kedua, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 249 halaman Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Penerbit PT Prenhalindo, Jakarta, 419 halaman __________, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesebelas, Penerbit, PT Intan Sejati, Klaten, 383 halaman Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisnis, Buku 1, Penerbit PT Salemba Empat, Jakarta, 398 halaman Rambat Lupioadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 245 halaman
53
PERANAN KOPERASI DALAM MENDUKUNG DUNIA USAHA Sumarsid dan Indra Lubis (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) Abstrak Kegiatan koperasi melayani kepentingan anggotanya harus di dasarkan pada kekuatan dari dalam itu sendiri. Disinilah peranan koperasi sangat penting dalam mendukung dunia usaha bisnis, karena koperasi terhimpun satu kemampuan itu sendiri harus dibangkitkan agar koperasi selanjutnya dapat menolong kemampuan dalam menjalankan fungsi dan aktivitasnya. Dalam dunia usaha sekarang yang banyak di Indonesia juga tak terlepas dari peranan dan tanggung-jawab dari kegiatan Koperasi.
I. PENDAHULUAN Wacana mengenai ekonomi yang merata dan mensejahterakan masyarakat kini bukan hanya sebuah wacana banyak lembaga – lembaga keuangan ataupun lembaga investasi keuangan dan organisasi yang sedang dan sudah berkembang Indonesia, banyaknya lembaga tersebut memang baik dan menguntungkan masyarakat karena masyarakat Indonesia mempunyai beragam jenis pilihan untuk berinvestasi. Namun sayangnya lembaga keuangan atau lembaga investasi yang ada dan sudah berkembang tidaklah menguntungkan/ mensejahterahkan masyarakat lain, lembaga atu badan usaha yang ada sekarang lebih cenderung pada keuntungan atau kemakmuran pribadi dan golongan. Di tengah maraknya Lembaga keuangan/Lembaga investasi yang ada Koperasi sejak dulu masih tetap hidup dan berkembang, Sistem ekonomi koperasi yang merata dengan azas kekeluargaan dan sistem pembagian keuntungan yang adil serta cara koperasi dalam menjalankan usaha membuat kita menjadi penginvest yang mandiri, bukan hanya menjadi investor yang hanya duduk menunggu hasil, namun di dalam organisasi Koperasi kita bukan hanya belajar berbisnis tapi juga belajar berorganisasi. Bagaiman mengelola orang – orang yang di ajak bekerja sama dalam sebuah organisasi. Dibandingkan dengan lembaga keuangan yang lain Koperasi dapat di katakan lebih unggul karena sistem perekonomian yang adil dan berimbang serta transparansi mengenai keuntungannya kepada setiap anggota merupakan alasan koperasi tetap hidup di tengah tengah masyarakat. Badan usaha yang yang bermotokan dari anggota oleh anggota dan untuk anggota membuat para anggota sungguh menjalankan koperasi karena demi kepentinganya dan juga kepentingan bersama. Rumusan Masalah Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang berkecimpung dalam perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami masa-masa yang suram. Penyebab kesuraman masa depan koperasi adalah kurangnya daya saing yang dimiliki oleh koperasi melawan badan usaha yang lain. Selain itu Karena masih kurangnya pemahaman tentang perkoperasian dan gerakan koperasi di Indonesia sehingga minat masyarakat untuk bergabung kedalam koperasi terutama masyarakat perkotaan, untuk itu kita perlu mengetahui perbedaan koperasi dengan badan usaha lain.Dari yang permasalahan yang diuraikan diatas dapat di tarik sebuah rumusan masalah, yaitu :Pengetahuan tentang koperasi mengenai bedanya koperasi dengan badan usaha lain dan Pemahaman mengenai tujuan dan fungsi fari koperasi.
II. LANDASAN TEORI Pada hakekatnya,koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat diperlukan dan penting untuk diperhatikan sebab koperasi merupakan suatu alat bagi orang orang yang ingin
54
meningkatkan taraf hidupnya.dasar kegiatan koperasi adalah keja sama yang dianggap sebagai suatu cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi masing masing.oleh sebab itu sudah selayaknyalah apabila koperasi menduduki tempat yang penting dalam sistem perekonomian suatu negara disamping sektor sektor perekonomian lainnya. Pengertian Koperasi Bagi bangsa Indonesia,koperasi sudah tidak asing lagi ,karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa inggris Coperation terdiri dari dua suku kata : - co (ko) yang berarti bersama - operation (operasi) = bekerja. Jadi cooperation (ko-operasi) yang dibakukan ke dalam bahasa indonesia dengan koperasi berarti bekerja sama,sehingga setiap bentuk kerjasama dapat disebut koperasi. Sejarah timbulnya koperasi tahun 1844 di kota Rochdale para pendiri koperasi berusa untuk membebaskan didi dari kesulitan ekonomi dengan cara bersama sama.dari kentaan tersebut makja secara umum koperasi dapat diartikan suatu badan usaha bersama,khususnya bergerak dalam bidang ekonomi yang anggota anggotanya terdiri dari orang orang atau badan badan hokum koperasi yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban untuk melakukan sesuatu atau lebih dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. Di Indonesia pengertian kopersi diatur dalam undang undang koperasi No. 12/1967 tentang pokok pokok perkoperasian bab III Kopersi Indonesia rumusannya organisasi sosial,beranggotakan orang orang atau badan badan hukum koperasi yang merupakan taat susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Di bawah ini dijelaskan kata kata ini yang terdapat dalam definisi tersebut : - Pengertian organisasi adalah susunan manusia,peralatan,dan fasilitas dalam suatu wadah pengaturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. - Pengertian ekonomi rakyat adalah orang orang yang potensi ekonominya terbatas.mereka harus meghimpun diri dalam suatu organisasi untuk mampu bersaing dengan golongan golongan ekonominya kuat. - Pengertian berwatak sosial adalah koperasi terdapat kerja sama atas dasar persamaan derajat,hak an kewajiban yang sama (demokrasi ekonomi dan sosial) yang merupakan kekuasaan tertinggi pada anggota. - Beranggotakan orang orang atau badan hukum koperasi bukan kumpulan modal seperti terdapat dalam perseroan terbatas,firma atau CV.sedang badan hukum diakui mempunyai hak dan kewajiban sebagai manusia (personifikasi). - Usaha bersama artinya kesadaran bersama dan kesukarelawan untuk memenuhi kebutuhan bersama. - Asas kekeluargaan artinya berdasarkan kepentingan bersama atas dasar satu untuk semua dan semua untuk satu. Perbedaan Koperasi dengan Gotong Royong Tradisional. Secara harfiah,gotong royong berarti bekerja sama atau koperasi.tetapi dalam arti perkumpulan yaitu perkumpulan orang orang,gotong royong berbeda dengan koperasi. Perbedaannya : • Koperasi,Merupakan perkumpulan orang orang yang diikat oleh peraturan yang biasa berlaku bagi perkumpulan dan bekerja sama bukan untuk sementara. Tujuannya yaitu meningkatkan jasa yang lebih baik berdasakan jasa masing masing dan menaikkan tingkat hidup anggotanya. • Gotong Royong,bukan perkumpulan melainkan kumpulan orang orang yang bekerja sama untuk sementara waktu dengan tidak terikat oleh peraturan.Tujuannya Menggalang persatuan dan kesatuan untuk mencapai kepentingan bersama.
55
Landasan dan Sendi - Sendi Dasar Koperasi Indonesia A. Landasan Koperasi Indonesia Indonesia adalah negara hukum, dimana dasar negara pancasila, UUD 1945 dan Garis – garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) sebagai sumber hokum tertinggi yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai penjelmaan azas Demokrasi.Dalam seluruh sistem hukum di Indonesia, koperasi sangat kuat . Landasan Idiil Koperasi Indonesia adalah Pancasila. Kelima sila dari Pancasila yaitu ; Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial harus dijadikan dasar serta dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila – sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan koperasi dan selamanya merupaka aspirasi anggota koperasi . Dasar idiil ini harus diamalkan oleh koperasi disebabkan karena Pancasila memang menjadi falsafah Negara dan Bangsa Indonesia . Landasan Sruktur Koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1) berbunyi : “ Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkanatas azas kekeluargaan “.Dari rumusan tersebut kita dapat memahami bahwa dalam pasal 33 tercanyum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota – anggota masyarakat . Kemakmuran orang seorang . Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan . Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi . Landasan operasional koperasi Indonesia ialah Garis –Garis Besar Haluan Negara (GBHN ). GBHN merupakan pernyataan kehendak rakyat tentang pola umum pembangunan nasional yang akan memberikan arah perjuangan negara dan rakyat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan selama kurun waktu lima tahun.Sehingga pedoman pelaksanaan pembangunan koperasi di Indonesia. GBHN menggariskanhal-hal sebagai berikut : a. Koperasi dikembangkan menjadi lembaga ekonomi yang kuat dengan demikian akan mampu berperan lebih besar dalam pembangunan ekonomi. b. Koperasi harus mampu membantu masyarakat golongan ekonomi lemah untuk tumbuh dan berkembang dan memiliki kedudukan ekonomi yang lebih kuat. c. Agar kedua tujuan di atas dapat dicapai, maka kesadaran masyarakat untuk berkoprasi harus ditingkatakan. d. Pelayanan penyuluhan dan pembinaan koperasi perlu diintensifkan sehingga mampu menunjang perkembangan koperasi. e. Bantuan berupa kredit dengan syarat yang ringan agar koperasi dapat menyumbang usahanya.Bantuan tenaga manajemen perlu disediakan, agar kualitas pengelolaan koperasi dapat ditingkatkan . f. Bidang usaha koperasi perlu dikembangkan yang meliputi : lapangan usaha pertanian, industri, perlistrikan, perdagangan dan jasa angkutan. Untuk mengembangkan usaha koperasi maka kerjasama dengan sector swasta dan negara perlu didorong dan dijalin atas dasar saling menguntungkan.Pembinaan dititikberatkan pada KUD dan koperasi primer lainnya. g. Kemampuan koperasi untuk memupuk dan menghimpun modal sendiri, pengelolaan dan pengawasannya perlu ditingkatkan . Landasan mental koperasi Indonesia ialah setia kawan dan kesadaran berpribadi ( rasa harga diri ).Setia kawan telah ada dalam masyarakat Indonesia dan tampak keluar sebagai gotong royong .Akan tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan alam masyarakat yang statis, dankarenaya tidak dapat mendorong kemajuan . Kesadaran berpribadi, keinsyafan akan harga diri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menuaikan derajat kehidupan dan kemakmuran . Dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental tadi sebagai dua unsur yang dorong mendorong , hidup menhidupi dan awas mengawasi. Dilihat dari sudut itu , maka koperasi bukan hanya mampu merealisir watak sosialnya.
56
B. Sendi – Sendi Dasar Koperasi di Indonesia Penerapan sendi – sendi dasar atau prinsip – prinsip koperasi Indonesia , dirumuskan dengan sangat jelas dalam UU No. 12 tahun 1967 Tentang Pokok – Pokok Perkoperasian . Tujuh sendi dasar koperasi koperasi Indonesia sebagaimana yang terdapat pada UU tersebut adalah : A. Sifat Keanggotaan sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia Sifat sukarela menegaskan bukan saja tidak boleh ada paksaan dari siapapun untuk menjadi anggota koperasi,tetapi juga perlu adanya kesadaran , keyakinan akan cita- cita luhur koperasi dan kebutuhan ekonomis tertentu . B. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam koperasi. Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan Orang – orang yang mengutamakan faktor manusia yang memiliki kedudukan yang sama dengan satu orang dengan satu suara tanpa perhitungan besarnya besarnya simpanan dalam koperasi. Dalam Rapat Anggota , diputuskan berbagai masalah yang prinsipil seperti: anggaran Dasar , pemilihan pengurus dan badan pemeriksa, rencana kerja dan anggaran, pertanggungjawaban pengurus dan lain – lain . Agar rapat anggota benar – benar Dapat berfungsi, maka anggotanya harus memahami hak dan kewajibannya. Dengan demikian maju mundurnya koperasi tergantungnya. Dengan demikian maju mundurnya koperasi tergantung sepenuhnya pada kualitas , motifasi dan peranan aktif anggotanya .Sendi dasar ini , disamping memberikan ciri demokrasi organisasi koperasi juga memberikan juga memberikan status kemandirian yang kuat. C. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing – masing anggota. Sisa Hasil Usaha (SHU) ialah seluruh pendapatan setelah dikurangi dengan ongkos – ongkos .Sebagian SHU dapat dikembangkan kepada anggota sesuai dengan jasa masing – masing anggota. Kemajuan usaha koperasi sehingga memperoleh keuntungan ,adalah berkat peranan aktif dan jasa anggotanya .Jasa Dapat dikaitkan dengan status dan peranan masing-masing anggota dalam koperasi .Sebagai pemilik mereka menyediakan modal dalam bentuk simpanan – simpanan . Anggota yang rajin menyimpan di koperasi berarti mempunyai jasa dalam menyediakan modal sehingga koperasi memperoleh keuntungan , Atas simpanan tersebut koperasi memberikan balas jasa sesuai dengan kemampuannya. D. Adanya pembatasan bunga atas modal Koperasi dalam usahanya tidak untuk mencari keuntungan semata- mata .Modal hanya merupakan alat yang penting bagi kesejahteraan umat manusia dan kemajuan ekonomi mereka .karena itu koperasi menganut prinsip pembatasan bunga atas modal .Penggunaan modal dalam koperasi didasarkan atas azas mamfaatnya bagi kehidupan masyarakat luas. Dengan demilian orientasi , gerak usaha kegiatan tata nilai dan sepak terjang koperasi sebagai organisasi ekonomi tidak akan terperangkap ke dalam praktek – praktek kapitalis . Dalam hubungan ini , maka penggunaan modal dalam koperasi dapat diartikan sebagai upaya ’watak dan perilaku modal. E. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Konsep kesejahteraan menurut keyakinan masyarakat koperasi adalah keseimbangan dan terpeliharanya nilai – nilai sosial budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan .Dengan demikian , koperasi yang ingin mengembangkan usaha – usaha ekonomi dan sekaligus iklim pergaulan sosial yang membahagiakan anggotanya dan masyarakat, pada umumnya memerlukan gerak kegiatan yang bersifat sosial kultural, yaitu pendidikan bagi anggota dan masyarakat berguna sebagai jala untuk mencapai kemakmura yang adil dan merata bagi seluruh rakyat. F. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka Dalam melaksanakan kegiatan usaha koperasi ,rapat anggota sebagai pemegang kekuatan tertinggi dalam organisasi koperasi melimpahkan wewenang dan tanggung jawabnya kepada pengurus yang dipilih secara demokratis ,sedangkan fungsi untuk mengawasi dilimpahkannya kepada Badan Pemeriksa yang memiliki kedudukan setingkat dengan pengurus , apaelimpahan itu saja dianggap masih kurang lengkap guna memelihara koperasi agar berjalan dengan lancar , tertip , teratur dan bersih . Karena Rpat Anggota merumuskan dengan jelas norma – norma
57
dasar dalam bentuk Anggaran Dasar koperasi . Di samping itu koperasi harus dikelola secara terbuka dan tidak sesuatupun bersifat tertutup ,oleh karena itu, setiap anggota dan pihak yang berwenang dan berkepentingnan dengan pembinaan koperasi berhak untuk mengetahui hal ikhwal tatalaksana usaha koperasi. G. Swadaya swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar percaya pada diri sendiri. Kegiatan koperasi melayani kepentingan anggotanya , harus didasarkanatas dasar kekuatan sendiri . Koperasi tidak boleh semata – mata tergantung dari pihak luar koperasi . Dengan berkoperasi terhimpun satu kemampuan sendiri harus dibangkitkan agar koperasi untuk selanjutnya dapat menolong dirinya sendiri , Swasembada berarti kemampuan pada diri sendiri : swakerta berarti kegiatan oleh kekuatan yang ada pada diri sendiri ; swasembada mampu untuk secara sendiri melaksanakan dan sanggup tanpa bantuan orang lain.
III. PEMBAHASAN Secara konstitusional, badan usaha yang disebutkan secara eksplisit dalam Penjelasan UUD 1945, hanya koperasi. “… Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”, demikian dinyatakan UUD 1945.Namun uniknya, ternyata koperasi Indonesia selama setengah abad lebih kemerdekaannya, tidak menunjukkan perkembangan yang menggembiarkan. Koperasi tidak tampak di permukaan sebagai “bangun perusahaan” yang kokoh dan mampu sebagai landasan (fundamental) perekonomian, serta dalam sistem ekonomi Indonesia, koperasi berada pada sisi marjinal. Dalam usaha pemulihan krisis ekonomi Indonesia dewasa ini, sesungguhnya koperasi mendapatkan peluang (opportunity) untuk tampil lebih eksis. Krisis nilai tukar dan kemudian membawa krisis hutang luar negeri, telah membuka mata semua pemerhati ekonomi bahwa fundamental ekonomi yang semula diyakini kesahihannya, ternyata hancur lebur.
Para pengusaha besar konglomerat dan industri manufaktur yang selama ini diagung-agungkan membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat, ternyata tidak terealisasi. Walau mendapat peluang seperti yang disebutkan diatas, ternyata dalam upaya pemulihan ekonomi, koperasi tetap dalam posisi yang marjinal. Beberapa petinggi seakan sering bersuara untuk memberdayakan koperasi, tetapi tetap saja koperasi tidak terlihat peranan yang signifikan dalam alur pemulihan ekonomi Indonesia. Yang berkembang hanyalah kuantitas koperasi dan tidak terlihat perbaikan kualitasnya, baik mikro maupun makro ekonomi. Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha bukan Koperasi Secara umum setiap kegiatan usaha ekonomi , baik koperasi maupun bukan koperasi memiliki misi untuk melayani masyarakay dan berupaya mencapai kemakmuran . Namun dalam berbagai hal terdapat perbedaan yang mendasar . Usaha koperasi senantiasa bertitiktolak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tertentu para anggotanya , sedang usaha bukan koperasi ( perseorangan , CV, PT, dan Firma ) berorientasi pada pasaran umum atau konsumen diantara keduanya , perlu digolongkan ke dalam aspek kelembagaan dan aspek usaha. C. Aspek Kelembagaan Koperasi
Badan Usaha lain
58
a.
b. c.
d.
e.
f. g.
Dasar pendirian : Berdasarkan cita – cita dan orientasinya. Untuk melayani dan mengembangkan Kepentingan ekonomi anggota. Keanggotaan : Terbuka dan sukarela Rapat Anggota : Kekuasaan tertinggi pada rapat anggota. Dengan satu dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Kepengurusan : Dari kalangan anggota ,dipilih,diangkat dan diberhentikan oleh anggota dalam satu Rapat anggota. Praktek Usaha : Ditujukan untuk melayani kebutuhan anggota. Ketatalaksanaan dan Manajemen : Bersifat terkuka bagi seluruh anggota Pendidikan : Koperasi bertujuan meningkatkan hidup dan status anggotanya, baik dibidang Ekonomi, sosial atau kebudayaan.
Motif mengejar laba
Pemilik : Terbatas Rapat Pemilik : Kekuasaan tertinggi pada rapat pemegang saham, di mana saham yang menentuka dan jumlah suara, Suara tegantung pada banyaknya saham yang dimiliki. Direksi : Ditunjuk dan diangkat dalam rapat pemegang saham berdasarkan kecakapan dan kemampuan. Di tujukan untuk usaha yang memberikan keuntungan materil. Bersifat tertutup terhadap persero Hanya bagi oang-orang lebih mampu menjalankan usahanya untuk kepentingan perusahaan.
D. Aspek Usaha a.
b.
c.
d.
Koperasi : Tujuan Utama : Untuk mencapai kesejahteraan dengan Usaha bersama memenuhi kebutuhan
semata - mata untuk memperoleh laba yang sebesar – besarnya.
Permodalan : Modal berasal dari simpanan anggota
Modal diperoleh dari penjualan saham.
Unit usaha : Diadakan berdasarkan kebutuhan anggota dan kemampuan usaha dengan motif pelayanannya. Pembagian Keuntungan : SHU dibagi berdasarkan besar kecilnya jasa masing-masing anggota.
Badan Usaha lain :
Diadakan untuk melayani konsumen dengan motif mengejar keuntungan.
Keuntungan dibagi berdasarkan besar kecilnya modal yang di setorkan.
TUJUAN, FUNGSI DAN PERANAAN KOPERASI Koperasi sebagai kumpulan orang – orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomis masing – masing anggota. Dimana dalam melakukan usaha itu anggota saling membutuhkan dan gotong royong melalui kekuatan bersama yang terhimpun dalam koperasi. Usaha koperasi bertujuan untuk melayani kepentingan yang sama bagi para anggotanya.
59
A. Tujuan dan sarana koperasi Anggota koperasi dan masyarakat serta pemerintah mengharapkan keberhasilan koperasi, namun apabila dilihat dari segi kepentingannya masing- masing tidak sama . 1. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan anggota : 1. Pemberian jasa /pelayanan yang bermamfaat bagi anggota sesuai jenis koperasi. a. Koperasi Konsumsi; Pengaturan kebutuhan barang – barang konsumsi dengan harga yang pantas dan kualitasnya terjamin.
b. Koperasi Produksi; Menyediakan bahan, meningkatkan mutu dan meluaskan pemasaran . c. Koperasi Kredit ; Menyadiakan kredit dan meningkatkan tabungan . 2. Peningkatan taraf kehidupan anggota : a. Peningkatan produksi. b. Perbaikan kualitas harga. c. Memperkuat permodalan. d. Memperlancar dan memperbaiki distribusi barang sehingga cepat sampai kepada konsumen /anggota. e. Mencegah pemalsual dan kualitas yang rendah. f. Menjamin ukuran dan timbangan yang benar. g. Menyingkirkan lintah darat dan tengkulak. h. Memberantas penyakit – penyakit sosial yang tidak ekonomis. i. Mendidik dan menganjurkan menabung. j. Miningkatkan kesejahteraan lingkungan. 3. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi. a. Mendidik anggota bercita-cita tinggi. b. Mendidik dan meningkatkan sifat demokratis. c. Mendidik anggota menjadi manusia yang jujur, percaya pada diri sendiri ulet dalam usaha 2. Tujuan koperasi ditinjau dari kepentingan masyarakat. (Mengoperasikan masyarakat dan memasyarakatkan koperasi) : a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat akan manfaat koperasi . b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untukberkoperasi. c. Mempersatukan warga masyarakat ekonomi lemah dalamwadah koperasi. d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja, e. Membantu pelayanan dan penyediaan kebutuhan pokok anggota masyarakat . f. Membantu usaha –usaha sosial dalam masyarakat sesuai pasal 34 UU No.12/1967 Tentang pokok-pokok perkoperasian . g. Meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan warga masyarakat 3. Tujuan Koperasi ditinjau dari segi kepentingan pemerintah. a. Melaksanakan UUD 1945 pasal 33 ayat 1(koperasi sebagai alat pendemokrasi Ekonomi). b. Membantu dan menunjang program pemerintah dalam pembangunan untuk ; c. Meningkatkan produksi. d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja. e. Pembagian pendapatan /penghasilan yang merata. f. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. g. Partner pemerintah yang bergerak di bidang perekonomian Indonesia.
60
B. Fungsi Koperasi Koperasi berfungsi untuk memperbaiki tingkat kehidupan masing– masing anggota.Terbentuknya dan berkembangnya koperasi berarti masyarakat memiliki alat perjuangan ekonomi . Koperasi yang berlandaskan gotong royang dan azas kekeluargaan merupoakan realisasi demokrasi ekonomi yang dibentuk sebagai alat untuk memperbaiki ekonomi anggota,dengan ; 1. Menyediakan kesempatan pinjam modal. 2. Meningkan keterampilan usaha. 3. Menggunakan lebih efisien sumber-sumber yang ada. 4. Menyediakan daerah baru sumber-sumber produksi. 5. Adanya pembangunan industri modern yang dapat mengelola bahan mentah yang terdapat didaerah itu. 6. Membantu untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum dan teknis para anggotanya Kegiatan yang harus dilaksanakan koperasi agar dapat memenuhi fungsinya dalam mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan anggota dapat dilihat dari UU No.12 tahun 1967 pasal 4 ; • Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraaan rakyat. • Alat pendemokrasian ekonomi Indonesia. • Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia. • Alat pembina unsur masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia . Dalam funsinya sebagai urat nadi perekonomian bangsa , koperasi adalah suatu sistem dimana orang-orang itu berserikat atas dasar sukarela untuk memenuhi kebutuhan nya .Bersama –sama diusahakan untuk menghilangkan tekanan ekonomis yang ada pada masing – masing anggota tersebut . Usaha itu ada harapan berhasil apabila orang itu sadar adanya tekanan.Kenyataan itu mendorong terbentuknya koperasi .Bukan dorongan pihak luar. Orang – orang itu masing – masing merasakan tekanan , dan bersama- sama mengusahakan untuk menghilangkan yang dirasakan sebagai tekanan itu. Koperasi ialah suatu organisasi yang berusaha di lapangan perekonomian dengan tujuan meringankan beban hidup para anggota. Mencapai suatu taraf hidup yang sejahtera dapat dicapai dengan adanya perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan . Artinya pendapatan anggota yang didapat melalui kegiatan koperasi bagi semua anggota tidak berbeda .Apabila akhir tahun koperasi mendapatkan keuntungan anggota menerima bagiannya yang seimbang. Bukan keuntungan yang diutamakan melainkan meringankan beban hidup para anggotanya. Dalam perekonomian Indonesia kepada gerakan koperasi senantiasa diberikan tempat yang menentukan .Hal itu disebabkan karena tuntutan konstitusional. Karena itulah koperasi harus dapat membuktikan bahwa sesungguhnya bangun koperasi merupakan bangun ekonomiyang kuat dan serasi di negeri ini . Kegiatan usaha dari suatu perusahaa dalam fungsinya sebagai badan usaha merupakan kegiatan usaha untuk mendatangkan ,mengolah atau memperdagangkan barang selain itu barang –barang tersebut dapat diinvestasikan untuk kepentingan anggota.Perusahaan koperasi dalam melayani kepentingan anggota tergolong suatu perusahaan antara.Dengan adanya perusahaan koperasi itu para anggota tidak lagi secara langsung mengadakan hubungan niaga dengan pasar. Hubungan dengan pasar diperlukan untuk meningkatkan tingkat kehidupan para anggotanya . Koperasi menjadi meningkatkan tingkat kehidupan para anggotanya , Koperasi menjadi penghubungdengan pasar dalam semua fungsi pasar dan untuk segala jenis pasar, barang, modal , atau jasa lainnya.
61
Koperasi itu merupakan usaha jasa yang meliputi usaha yang mendatangkan jasa dan barang bagi keperluan anggota atau mengolah jasa dari anggotanya untuk dipasarkan kepada masyarakat sehingga mendatangkan keuntungan bagi anggota. Agar aspek – aspek idiil dapat tumbuh dan berkembang , maka usaha koperasi untuk memenuhi akan kebutuhan materil bagi anggota harus berhasil pula ,sebab dengan cara berkoperasi maksud utama adalah memperoleh perbaikan dalam anggota yang ekonominya lemah. Karena itulah sisi perusahaan kegiatan koperasi penting sekali dan secara langsung harus dapat memberikan keuntungan kepada anggota, dengan kata lain , secara langsung anggota harus mendapatkan manfaat yang diberikan oleh koperasi kepadanya ,untuk menjadikan suatu koperasi yang berhasil , maka selak perusahaan secara langsung koperasi harus memberikan manfaat kepada anggota : 1. Koperasi Konsumsi=harga relatif murah. 2. Koperasi Simpan pinjam =uang pinjaman diperoleh secara murah dan mudah. 3. Koperasi penjualan bersama= anggota memperoleh harga lebih tinggi . C. Peranan dan Tugas Koperasi Koperasi Indonesia dalam rangka pembangunan ekonomi danpengembangan kesejahteraan anggota khususnya seta masyarakat pada umumnya berperan dan bertugas untuk: a. Mempersatukan , mengarahkan , membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi , daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmura yang merata. b. Mempertingi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat. c. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi. Peranan dan tugas koperasi dalam membina dalam membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi adalah bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur .Untuk itu perlu diutamakan kesadaran berkoperasi. IV.
TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI a. Kesadaran Berkoperasi Masyarakat makin menyadari koperasi sebagai sarana melepaskan diri dari kesulitan ekonomi ,melepaskan diri dari tengkulak bagi petani kecil dan lintah darat bagi buruh kecil . Mereka menyadari bahwa dengan berkoperasi berarti kekuatan ekonomi dari golongan ekonomi lemah untuk menghindarkan diri dari lintah –lintah darat dan cengkeraman para tengkulak dan golongan ekonomi kuat yang tamak . Dalam kelompok orang – orang yang mengalami kesulitan ekonomi,biasanya ada salah seorang yang mengambil inisiatif dan mengajak teman –teman yang senasib untuk melepaskan diri dari kemelaratan dengan cara berkoperasi . Koperasi yang sejati berdiri atas keinginan para anggota koperasi yang demikian akan menjadi koperasi yang tangguh dan cepat berkembang karena dari awal sudah memiliki modal semangat dan kesadaran yang tinggi untuk berkoperasi. • Kelompok Gol.Ekonomi lemah • Pelopor yang berinisiatif • Persiapan Rapat pembentukan • Mendaftarkan ke Kanwil Koperasi • Mendaftarkan Badan Hukum Koperasi b.Persiapan Pembentukan Koperasi Mereka yang memiliki satu tujuan ingi meningkatkan kesejahteraan melalui koperasi , mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendirikan koperasi, yaitu ;
62
a. Persiapan mental, dalam arti Memupuk pengetahuan para calon anggota tentang landasan prinsip- prinsip dan Sendi dasar koperasi. Memupuk kepercayaan mereka akan adanya kekuatan ekonomi baru dalam Wadah koperasi, Memupuk kepercayaan mereka, bahwa dengan kekuatan ekonomi dapat melepaskan diri dari kemelaratan . b. Persiapan Organisasi dan Administrasi dalam arti Penyusunan panitia rapat pembentukan koperasi, Mempersiapkan undangan rapat pembentukan koperasi dan menetapkan daftar Calon yang diundang yang berminat menjadi anggota, Tokohtokoh masyarakat, Pejabat dan pemerintah kopertasi setempat, Mempersiapkan tempat dan alat perlengkapan untuk menyelengarakan rapat, Mempersiapkan daftar hadir . c. Penyelenggaraan Rapat Pembentukan Koperasi; Rapat pembentukan koperasi dinyatakan sah, bila dihadiri minimal 50%+1 orang dari anggota .dimana masingmasing sudah memiliki pengertian,yang dilandasi keyakinan dan kesadaran untuk berkoperasi, tanpa adanya paksaan . d. Peranan pejabat koperasi setempat diundang untuk memberikan Pengarahan, Penjelasan , petunjuk dan memberikan pendorong untuk tercapainya maksud dan tujuan mendirikan koperasi. e. Materi yang dibahas dalam rapat ialah ; Tujuan mendirikan koperasi. Usaha-usaha yang hendak dijalankan. Penerimaan dan persyaratan anggota dan pengurus. Penyusunan anggota dasar. Penetapan modal awal. Pemilihan pengurus dan Badan Pemeriksa (BP). c. Anggaran Dasar Koperasi Pengertian anggaran dasar koperasi adalah suatu peraturan tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan pokok mengenai organisasi, manajemen dan kegiatan usaha koperasi yang selanjutnya mengatur tata kehidupan koperasi itu sendiri. Anggaran Dasar koperasi memuat ketentuan pokok tentang; a. Organisasi b. Cara kerja c. Kewajiban /risiko yang harus dipikul bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan terhentinya organisasi koperasi d. Hal-hal lain yang belumdiatur dalam anggaran dasar, akan diatur dalam anggaran rumah tangga /peraturan khusus lainnya. Anggaran dasar koperasi merupakan salah satu ketentuan dan merupakan syarat mutlak untuk berdirinya sebuah koperasi . Sebuah koperasi yang ingin memperoleh pengesahan sebagai badan hukum koperasi , harus memiliki anggaran dasar koperasi.Menurut tata cara mendirikan koperasi seperti telah diatur dalam Uuno. 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian beserta peraturan –peraturan pelaksanaannya. Unsur-unsur anggaran dasar koperasi : a. Dibuatkan dan disetujui oleh para anggota dalam rapat pembentukan koperasi. b. Memuat keentuan – ketentuan pokok yang merupakan dasar bagi kehidupan koperasi, yang mencakup hal-hal secara ringkas ,singkat jelas dan mudah dipahami oleh setiap orang . c. Isi dan cara penyusunannya tidak berketentangan dengan peratura perundangan yang berlaku , khususnya UU no.12 tahun1967 tentang pokok-pokok perkoperasian beserta peraturan pelaksanaannya. 1. Maksud Dan Tujuan
63
Untuk memberikan kejelasan tentang kehidupan koperasi yang bersangkutan. Untuk memudahkan terciptanya sasaran yang dikehendaki oleh para anggota sesuai tujuan pembentukan koperasi tersebut. Untuk menghindari kesimpangansiuran dalam pelaksanaan organisasi terutama alat - alat perlengkapan organisasi koperasitu sendiri. Untuk memberikan kepastian hukum bahwa benar- benar telah terbentuk suatu organisasi koperasi yang berhak melaksanakan kegiatan – kegiatannya. Sebagai dasar penyusunan peraturan –peraturan lainnya yang berlaku untuk dan dalam koperasiyang bersangkutan , seperti anggaran rumah tangga dan peraturan –peraturan khusus lainnya.
2. Kegunaan Anggaran Dasar Koperasi : a. Menjamin keterlibatan organisasi ,karena fungsi,tugas dan tata kerja alatalat perlengkapan organiasi koperasi sudah diletakkan dalam ketentuan anggaran dasar. b. Mencegah kesewenang-wenangan dari para pelaksana koperasi ,baik itu anggota, pengurus, badan pemeriksa atau karyawan koperasi Pengaturan untuk masing - masing alat perlengkapan organisasi koperasi dimuat dalam anggaran dasarnya, sehingga jelas kedudukannya masing-masing. c. Sebagai jaminan bagi pihak lain, misalnya dalam rangka kerjasama bidang yang membuktikan kejelasan dan teraturannya organisasi koperasi itu. 3. Penyusunan Anggaran Dasar Koperasi : Dalam penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi harus selalu memperhatikan dan berpegang pada ketentuan – ketentuan yang ada dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan –ketentuan UndangUndang koperasi dan peraturan-peraturan pelaksanaannya dan tidak bertentangan dan kebutuhan – kebutuhan mereka bersama. 4. Hal- hal yang harus dimuat dalam Anggaran Dasar Koperasi : a. Nama, pekerjaan serta tempat tinggal pendiri koperasi yang bersangkutan. b. Nama lengkap dan nama singkat koperasi yang bersangkutan. c. Tempat kedudukan koperasi yang bersangkutan d. Tujuan koperasi e. Jenis dan kegiatan usaha yang akan dilakukan. f. Syarat-syarat keanggotaan dan kepengurusan. g. Ketentuan –ketentuan mengenai hak, kewajiban dan tugas para anggota dan para pelaksana lainnya. h. Ketentuan –ketentuan mengenai simpanan , sisa hasil usaha tanggugan anggota/ koperasi dan sisa kekayaan apabila koperasi tersebut dibubarkan. i. Hal-hal lain sesuai keputusan rapat pembentukan koperasi. 5. Keputusan –keputusan Rapat Rapat diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mengambil keputusan sebagai berikut : a. Kesempatan pembentukan koperasi b. Konsep anggara dasar dan anggara rumah tangga . c. Modal awal dan neraca awal koperasi. d. Rencana kerja koperasi e. Menetapkan orang –orang yang diberi kuasa mananda tangani anggaran dasar Koperasi.
64
f.
Menitipkan personalia pengurus dan Badan Pemeriksa.
6. Berita Acara dan Notulen Rapat Setelah rapat pembentukan koperasi selesai, pengurus koperasi yang bersangkutan diwajibkan membuat : a. Berita acara rapat pembentukan koperasi , yang nantinya bersama- sama dengan konsep anggaran dasar yang telah disetujui rapat dan neraca awal koperasi yang bersangkutan sebagai lampiran surat permohonan pengesahan badan hukum yang dilakukan oleh pengurus koperasi kepada pejabat koperasi setempat . b. Notulen rapat pembentukan koperasi , salah satu kewajiban pengurus setiap selesai menyelenggarakan rapat harus membuat notulen rapat yang harus dibicarakan pada awal rapat yang berikutnya, sehingga terdapat kesinambungan jalannya koperasi dan tidak terjadi kesinambungan jalannya koperasi dan tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pembuatan keputusan dalam rapat . 7. Permohonan Pengesahan Hak Badan Hukum Koperasi Setelah koperasi terbentuk , pengurus atau orang yang ditunjuk segera mengajukan permohonan pengesahan badan hukum kepada pejabat koperasi Kanwil Departemen Koperasi Kabupaten/Kotamadya setempat dengan melampirkan: 1. Akte pendirian /anggaran dasar koperasi rangkap 2, satu diantaranya bermeterai Secukupnya . 2. Berita acara rapatpembentukan. 3. Neraca awal yang tidak bermaterai. 4. Pengisian buku daftar anggota dan buku pengurus yang sudah ditandatangani yang bersngkutan sebagai bukti sahnya keanggotaan dan kepengurusan orang-orang yang tercantum dan telah menandatangani dalam buku daftar pengurus. 8. Status terdaftar Pejabat koperasi setempat yaitu kepala kantor departemen koperasi Kabupaten /Kotamadya setelah menerima surat permohonan tersebut , segera menerima surat permohonan tersebut, segera memberikan surat tanda penerimaan yang ditandatangani dan diberi tanggal kepada pendiri /pengurus yang bersangkutan . Bersamaan dengan itu pejabat segera mencatat koperasi etrsebut dalam buku daftar pencatatan yang telah tersedia pada kantor wilayah Departemen Koperasi setempat, dan dengan demikian koperasi tersebut sudah mendapat status terdaftar . Surat tanda penerimaan dari pejabat koperasi yang memberikan status terdaftar bagi koperasi yang baru berdiri tidak diberikan apabila surat permohonan tidak dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang diperlukan demikian pula surat tanda terima dari pejabat tidak diberikan meskipun lampiran –lampiran lengkap tetapi tidak sempurna pengisiannya, surat permohonan dikembalikan untuk disempurnakan. 9. Pendaftara Badan Hukum Koperasi Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya surat tanda penerimaan yang diberikan kepada kperasi ,yang berarti koperasi sudah terdaftar pada kantor Wilayah Depatemen Koperasi setempat.Kemudian pejabat koperasi setempat wajib mengadakan penelitian dengan jalan mengadakan peninjauan dan pemeriksaan setempat selambat-lambatnya 2 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan tadi. Penelitian itu penting untuk mengetahui secara langsung apakah persyaratan pembentukan telah terpenuhi dan apakah koperasi telah
65
mengadakan kegiatan dan apakah koperasi yang bersangkutan sesuai dengan maksud dan tujuan seperti apa yang telah disebutkan dalam anggara dasar koperasi , dan yang lebih penting lagi adakah koperasi yang ditinjau mempunyai dasar – dasar yang kuat untuk kelngsungan hidupnya dimasa yang akan datang . 10. Rekomendasi Pejabat Koperasi Atas daar penelitian dan pemeriksaan yang telah dijalankan ,pejabat koperasi setempat menetapkan pendapatannya, pendapat pejabat koperasi dinyatakan secara tertulis yang berupa : a. Menyetujui pembentukan koperasi yang bersangkutan dan menyatujui agar koperasi tersebut mendapatkan hak badan hukum koperasi b. Alternatif lain dari pendapat pejabat koperasi ialah menunda atau menolak pembentukan dan pemberian hak badan hukum koperasi. Jika pendapat pejabat koperasi telah menyetujui pengajuan hak badan hukum koperasi karena telah memenuhi persyaratan maka pejabat koperasi memberikan rekomendasi dengan lampiran – lampiran ;Anggaran Dasar , berita Acara rapat pembentukan , Neraca awal ditambah rekomendasi pejabat berupa surat persetujuan kepada pejabat yang berwenang mengesahkan badan hukum koperasi . 11. Pejabat yang berwenang mengesahkan koperasi sebagai badan hukum. a. Kepala kantor Wilayah Departemen Koperasi Propinsi daerah Istimewa yang disamakan sebagai pejabat yang berwenang mengesahkan pendirian koperasi yang mempunyai luas daerah kerja seluas administrasi propinsi atau lebih kecil dari itu sebagai Badan Hukum termasuk perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran koperasi. b. Menteri Koperasi sebagai pejabat yang begwenang mengesahkan pendiriankoperasi yang mempunyai daerah administrasi seluruh Indonesia atau yang setimgkat dengan itu, atau yang lebih kecil dan tidak termasuk No.1 di atas pengesahannnya menjadi Badan Hukum tersebut termasuk perubahan – perubahan anggaran dasar dan pembubarannya. 12. Koperasi Sebagai Badan Hukum Tanggal pendaftaran akta pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya koperasi sejak tanggal tersebut koperasi yang bersangkutan sudah sah menjadi badan hukum sehingga segala hak dan kewajiban yang timbul serta ikatan yang diadakan atas namanya sebelum tanggal pendaftaran tersebut seketika itu beralih kepadanya. Pejabat mengumumkan setiap pengeahan koperasi sebagai badan hukum di dalam berita acara. Koperasi berbadan hukum memungkinkan koperasi untuk melaksanakan segala tindakan hukum termasuk pemilikan atas tanah dan perundang – undangan agraria , serta melakukan usaha di bidang ekonomi sesuai bidang usaha koperasi yang ditetaapkan dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan . Koperasi dapat memiliki hak dan kewajiban sendiri sebagai person terlepas dari hak dan kewajiban para pendiri ataupun pengurus . 13. Kriteria menilai kelangsungan hidup koperasi . Perkiraan atas kelangsungan hidup secara berkesinambungan menjadi sorotan utama oleh pejabat sebelum menberikan rekomendasi atas dikabulkannya atau ditolak nya berdirinya suatu koperasi dasar- dasar pertimbangan kelangsungan hidup koperasi antara lain sebagai berikut :
66
a.
Para pendiri adalah orang –orang yang paham dan mengert- mengenai keadaan daerahnya (sosial ekonomi ) serta memiliki jiwa pembangunan dan kesadaran serta kepercayaan diri yang tinggi . b. Perkumpulan tersebut mempunyai tujuan usaha yang jelas dan dapat dilaksanakan dan sudah terjamin adanya sumber – sumber pendapatan guna membiayai kegiatan. c. Adanya keinginan yang nyata dan rasa kebutuhan dari para anggotanya untuk mencapai tujuan bersama melalui koperasi tersebut . d. Penerimaan anggota melalui penyaringan /seleksi yang teliti terutama tentang mental dan keyakinan ekonominya , tanpa meninggalkan prinsipprinsip ekonomi yang ada. e. Adanya pengurus yang bersedia bekerja tanpa semata- mata bermaksud mendapat penggantian jasa honorarium, atau karena ada kepentingan pribadi . f. Adanya hubungan yang baik antara pengurus dan para anggota serta adanya pengawas yang teratur dari Badan Pemeriksa . g. Adanya pengertian yang jelas daripada anggotanya tentang hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi dan dipenuhinya kewajibankewajibannya tersebut dengan baik . 14. Akreditasi Koperasi Rangka mensyaratkan koperasi Departemen Koperasi setiap tahun mengadakan akreditasi terhadap koperasi-koperasi yang sudah terdaftar. Dengan akreditasi setiap tahun berarti pembina koperasi yang telah ada secara berkesinambungan .Kelemahan – kelemahan koperasi sebelum bisa diperbaiki menuju koperasi yang didambakan. Adapun mengenai akreditasi tersebut dapat digolongkan kedalam 3 golongan ; a. Koperasi dengan akreditasi golongan A (baik) b. Koperasi dengan akreditasi golongan B(sedang ) c. Koperasi dengan akreditasi golongan C (kurang) Koperasi yang mempunyai predikat golongan, masyarakat terutama dunia usaha yang ada kaitan kegiatan bisnis dengan koperasi tersebut makin tinggi . Demikian juga pemerintah tidak ragu-ragu lagi memberikan fasilitas yang diperlukan koperasi sesuai dengan kemampuannya . V. PENUTUP Kesimpulan Koperasi adalah badan usaha atau organisasi dimana anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan dan ini merupakan prinsip kriteria identitas yang membedakannya dengan badan usaha atau organisasi ekonomi lainnya. Koperasi sebagai alat untuk tujuan dalam kebijakan pembangunan Nasopnal, dimana pemerintah mendukunga koperasi (pengembangannya), bukan sebgai akhir salam arti tujuan, melainkan sebagai sarana dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan nasional. Perbedaan koperasi sebagai sarana pemerintah dan sebagai sarana swadaya yang otonom dari para anggota : a. Alat pemerintah : Pemerintah mempengaruhi atau mengawasi organisasi secara langsung dan secara administratif untuk melaksanakan tugas – tugas khusus dan kegiatan tertentu dalam rangka menetapkan program pembangunan. b. Alat swadaya para anggotanya dan mencoba mempengaruhi secara tidak langsung agar menunjang kepentingan para anggotanya dan menstimulasi timbulnya dampak yang berkaitan kebijaksanaan bisnisnya. Co & Operartion (Kerjasama untuk mencapai tujuan, Definisi tersebut mengandung unsur – unsur : • Perkumpulan koperasi bukan perkumpulan modal akan tetapi persatuan sosial.
67
• Sukarela menjadi anggota, netral terhadap aliran 5 agama • Mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota dengan kerjasama kekeluargaan. Rumusan Koperasi : Keanggotaan yang terbuka Pengawasan secara Demokratis Pembagian sisa hasil usaha sebanding dgn jasa besar kecilnya peran serta anggota dalam koperasi. Bunga uang yang terbatas atas dasar modal Netral dalam lapangan politik dan agama secara ras Tata niaga yang dijalankan secara tunai Menyelenggarakanpendidikan kepada anggota dan masyarakat umum. Fungsi dan Peran koperasi ( Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip – prinsip koperasi sekaligus sebagai ajakan ekonomis rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan). • Alat untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomis anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomis sosialnya • Alat untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. • Alat untuk memperkokoh ekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan perekonomian nasional. • Alat untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yanag merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Saran Dalam mewujudkan Koperasi yang dapat mensejahterahkan anggotanya, Koperasi memang harus bersifat terbuka. Setiap badan usaha pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk badan usaha seperti koperasi yang hampir sempurna dalam sistem perekonomiannya ternyata tidaklah sesempurna seperti klihatannya, terkadang kendala-kendala yang dihadapi tidak hanya dari extern tetapi juga di sebabkan oleh permasalahan dari intern. Pada dasarnya kesulitan dari koperasi yang paling mendasar adalah tentang manajemen, Bagaiman beberapa orang yang mempunyai perbedaaan sifat dan karakter menyatu dalam suatu badan usaha. Ada beberapa saran dari kami tim penyusun karya tulis ini, yaitu :Pelajarilah terlebih dahulu mengenai Koperasi sebelum membuka usaha koperasi, karena membuka usaha koperasi bukan sekedar mengelola uang tapi juga mengelola manusia (SDM) yang baik.Buatlah sebuah koperasi yang terdiri dari orang- orang yang memiliki kesamaan nasib, yang memiliki sifat koperatif dan motivasi yang tinggi sehingga dapat bekerja sama dengan baik dan Seleksi / proses penyaringan perlu di lakukan untuk merekrut bila sewaktu – waktu ada pergantian anggota, guna menghindari hal- hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid, 1994. Faktor-faktor yanag Mempengaruhi Diversifikasi Usaha Program ke Usaha NonProgram pada KUD Mandiri di Provinsi Jawa Barat, Disertasi, UNPAD, Bandung. Ahmad Slamet, 1993. Pengkajian Tingkat Efisiensi Koperasi Pegawai Negeri sebagai LembagaPengantara Keuangan di Kotamadya Semarang Propinsi Jawa Tengah (Suatu Kajian Banding KPN dengan BPD Cabang Pembantu). Universitas Padjadjaran, Bandung. Bambang Riyanto, 1981. Beberapa Aspek Kebijakan Pembelanjaan pada Perusahaan Negara dan Pengaruhnya Terhadap Rehabilitas Modal Sendiri di Indonesia, Disertasi UGM, Yogyakarta http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=19&Itemid=83 http://www.kba.averroes.or.id/artikel-bisnis/sejarah-perkembangan-koperasi-di-indonesia.html http://www.docstoc.com/docs/2673059/UU-RI-No-25-Tahun-1992-Tentang-Koperasi
68
ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU Robby Simanjuntak dan Daradjat Sukmadiningrat (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) ABSTRAK Komunikasi pemasaran memiliki peran kunci dalam membentuk citra merek dan dalam meningkatkan penjualan sebuah merek. Ketatnya situasi persaingan usaha, perkembangan teknologi, dan perubahan perilaku konsumen membuat pemasar harus menerapkan komunikasi pemasaran terpadu. Strategi penempatan merek adalah salah satu strategi dalam komunikasi pemasaran terpadu. Strategi ini dinilai lebih efektif dibandingkan strategi komunikasi iklan melalui media televisi. Konsep strategi penempatan merek sudah ada sejak lama dan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Dengan mempelajari, memahami dan mengimplementasikan strategi tersebut, perusahaan dapat memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan komunikasi pemasaran secara efektif dan efisien. Kata Kunci: Citra Merek, Penjualan Produk, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Strategi Penempatan Merek. ABSTRACT Marketing communication is the key role in developing brand image and in increasing the sales of a product. The tight of competition, the development of technology, and the changing in consumer buying behavior made marketer implement the integrated marketing communication. Brand placement strategy is one of the strategies in the integrated marketing communication. This strategy has been evaluated more effective if it is compared with the television commercial strategy. The concept of brand placement strategy has existed in the past and it has developed continuously as the growing of human civilizations. By studying, understanding, and implementing that strategy, company could maximize its resources in order to achieve its marketing communication goals effectively and efficiently. Keywords: Brand Image, The Sales of Product, Integrated Marketing Communication, Brand Placement Strategy.
PENDAHULUAN Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan di dalam mengkomunikasikan berbagai macam produknya, pada umumnya menggunakan media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran serta majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia dimana wilayah Indonesia yang luas dan tersebarnya target audiens di berbagai pulau, diikuti dengan taraf ekonomi yang masih rendah, membuat televisi dan radio sebagai media yang masih memberikan ketertarikan. Hasil survey menyatakan bahwa hampir 90% penduduk Indonesia memiliki televisi. Hal tersebut merupakan dasar pertimbangan bagi para pemasar untuk menggunakan media iklan tradisional sebagai media komunikasi pemasarannya. (Jaffe ;2006). Tabel 1.1, merupakan data dari P3I (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia) mengenai porsi pembagian kue iklan pada media tradisional pada tahun 2003.
69
Gambar 1 Pembagian porsi iklan pada media iklan tradisional Dari gambar 1, dapat disimpulkan bahwa stasiun televisi merupakan media iklan favorit pilihan pemasar di dalam mengkomunikasikan produk – produknya sebesar 61,1% dari total porsi belanja iklan nasional di Indonesia. Sedangkan koran merupakan media iklan tradisional favorit urutan kedua ditempati oleh media iklan koran sebesar 25,9 %. Sementara sisa porsi 13 % ditempati oleh media radio, billboard, majalah dan tabloid. Dewasa ini, pertumbuhan media iklan tradisional bertumbuh dan berkembang dengan cepat. Beberapa kondisi dan situasi yang dapat dicermati seperti pertumbuhan pesat dari stasiun televisi baik untuk televisi nasional maupun televisi lokal serta munculnya berbagai macam koran dan majalah yang melayani segmen konsumen terbatas (niche segment market). Hal ini memberikan dampak yang besar bagi kalangan industri terutama berkaitan dengan kegiatan komunikasi pemasaran produk mereka. Beberapa contoh dampak langsung dari pertumbuhan media iklan tradisional tersebut adalah meningkatnya anggaran iklan dari produk perusahaan dengan pertimbangan bahwa dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja tidak cukup untuk menjangkau semua target audiens perusahaan serta adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengganti saluran televisi pada saat munculnya commercial break atau jeda iklan. Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan komunikasi produk yang gencar melalui media televisi tidak memberikan jaminan bahwa produk tersebut akan diserap dengan cepat oleh pasar. Fary menambahkan bahwa pada era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja di dunia pemasaran, namun kini bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat dunia pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya waktu para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tak hanya berkembang di negara-negara Barat, tapi juga di negara berkembang, seiring perkembangan teknologi yang mempengaruhi kebiasaan menonton televisi. Tren seperti ini mulai menjangkau belahan dunia lainnya dan untuk mengatasinya para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya di semua lini. Kini, 75% konsumen mengambil keputusan dan memilih produk saat berada di tempat penjualan, sehingga atribut penarik perhatian Point Of Purchase (POS) yang dulu tidak diperhatikan, justru kini menjadi penting. Iklan televisi saat ini sudah tidak mencukupi lagi dalam artian agensi iklan harus memahami fenomena ini untuk menciptakan materi POS yang kuat yang akan mempengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003). Kondisi tersebut menyebabkan pemasar harus selektif di dalam memilih media iklan yang efektif serta efisien di dalam meningkatkan ekuitas merek (brand equity) dan di dalam meningkatkan omzet penjualan sebagai hasil dari komunikasi pemasaran yang efektif. Dalam dunia periklanan, terdapat pembagian dua jenis aktivitas utama iklan yang dikenal dengan istilah Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL). ATL adalah kegiatan iklan dengan menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, dan billboard untuk menjangkau target audiens secara luas. Sedangkan BTL adalah kegiatan iklan dengan menggunakan media yang lebih spesifik di dalam menjangkau kelompok konsumen tertentu seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb. Perubahan karakteristik dari tingkah laku konsumen (consumer behavior) dimana saat ini konsumen tidak suka untuk ”dipaksa” dalam melihat iklan serta tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL menciptakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yang dikenal dengan istilah dalam bahasa Indonesia adalah Komunikasi Pemasaran Terpadu. Konsep IMC muncul sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) dalam bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan kata koordinasi dan integrasi di dalam beragam
70
kegiatan promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari berbagai elemen promosi dan aktivitas marketing lainnya untuk berkomunikasi dengan para pelanggannya. Untuk mendapatkan efek yang besar maka perusahaan mengembangkan total marketing communication strategy dengan menerapkan semua aktivitas marketing, tidak hanya sekedar promosi tetapi juga melakukan komunikasi dengan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun merek produk merupakan sintesis dari seperangkat kontak yang konsumen alami dan pesan yang diterima oleh konsumen. Sehingga semua elemen pemasaran mulai dari bauran pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi, dan promosi, event - event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan dan diintegrasikan menjadi satu kesatuan strategi komunikasi yang terpadu. Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami oleh para produsen dan pemasar di Indonesia. Prosentase pembagian anggaran komunikasi perusahaan yang pada umumnya didominasi oleh biaya komunikasi ATL, kini mulai bergeser porsinya dengan alokasi biaya komunikasi untuk BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL dan BTL yang seimbang mampu menciptakan IMC yang dapat memberikan efek lebih besar dan kuat. Tabel 1.1 dibawah ini, menunjukkan beberapa porsi perbandingan alokasi anggaran ATL dan BTL dalam aktivitas IMC. (MIX, 2006)
Tabel 1.1 Prosentasi Alokasi Anggaran ATL : BTL No 1 2 3 4 5
Perusahaan PT Softex Indonesia PT Bogasari Flour Mills Tbk PT Exelcomindo Pratama Tbk PT Kalbefood PT Honda Motor
Produk Pembalut Tepung Telekomunikasi Makanan bayi Otomotif
ATL : BTL
50 : 50 30 : 70 40 : 60 65 :35 60 : 40
Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yang dewasa ini mulai sering digunakan oleh pemasar adalah dengan menggunakan strategi penempatan merek atau brand placement. Strategi brand placement adalah kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam sebuah film, acara televisi ataupun media bergerak lain untuk meningkatkan ingatan audiens akan merek tersebut dan untuk merangsang terciptanya pembelian. Strategi penempatan merek atau brand placement adalah strategi komunikasi pemasaran yang unik. Jika dilihat dari definisi konsepnya, strategi ini dapat digolongkan dalam kategori BTL tetapi pada implementasi di lapangan strategi brand placement dapat menjangkau target audiens yang luas layaknya kegiatan ATL. Fokus dari karya tulis ini adalah analisa keunggulan dan manfaat serta penerapan dari strategi penempatan merek yang merupakan bagian dari aktivitas IMC. Analisa strategi tersebut akan diulas dari sisi konsep teoritis dan hasil penelitian dari beberapa pakar marketing serta pendapat dari para praktisi industri periklanan. Selain itu juga terdapat contoh kasus dari merek – merek yang telah mengimplementasikan strategi brand placement di dalam aktivitas IMC perusahaan. KONSEP TEORI PROSES KOMUNIKASI Hal penting yang harus diperhatikan dan dipelajari oleh produsen ataupun pemasar di dalam proses komunikasi pemasaran adalah proses terciptanya sebuah komunikasi. Dengan pemahaman mendasar dan awal tersebut, maka pemasar dapat menyusun konsep komunikasi pemasaran dengan baik.
Sender
Encoding
Message
Decoding
Receiver
Media 71
Noise
Gambar 2 Elemen Dalam Proses Komunikasi Keterangan bagan: 1. Sender adalah pihak yang berperan di dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain. 2. Encoding adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk – bentuk simbolis. 3. Message adalah pesan yang hendak disampaikan atau dikirim. 4. Media adalah saluran komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan. 5. Decoding adalah proses dimana penerima pesan menerima dan mengintrepretasikan pesan yang diterima. 6. Receiver adalah pihak yang berperan sebagai penerima pesan. 7. Response adalah reaksi yang timbul dari pihak penerima pesan setelah menerima sebuah pesan. 8. Feedback adalah bagian dari response pihak receiver yang disampaikan kepada sender. 9. Noise adalah gangguan yang timbul dalam proses komunikasi. LANGKAH – LANGKAH DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF Berikut ini adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan oleh produsen atau pemasar di dalam menciptakan dan mengembangkan komunikasi efektif terhadap konsumen, yaitu (Kotler & Amstrong, 2005): 1. Mengidentifikasi target audiens perusahaan. 2. Menetapkan sasaran – sasaran komunikasi yang ingin dicapai. tahapan dari buyer readiness stage, yaitu: a. Awareness b. Knowledge c. Liking d. Preference e. Conviction f. Purchase 3. Mendesain pesan yang hendak dikomunikasikan. a. Message Content b. Message Structure c. Message Format 4. Memilih media dalam komunikasi pesan. 5. Memilih sumber pesan 6. Mengumpulkan respon balik dari target audiens.
BAURAN KOMUNIKASI PEMASARAN Bauran komunikasi pemasaran (Marketing Communication Mix) atau juga dikenal dengan istilah promotion mix merupakan bauran spesifik yang digunakan oleh perusahaan dengan
72
mengkombinasikan elemen – elemen komunikasi pemasaran. Berikut taksonomi dari elemen – elemen dalam komunikasi pemasaran. Kombinasi dari elemen – elemen komunikasi pemasaran yang membentuk bauran komunikasi pemasaran dapat dilihat pada gambar 2 (Blythe,2003)
Advertising
Public Relatons
Ambient Ads
Press Releases
Corporate Identity
Press Ads
Sales Promotion
Personal Selling
Sales Calls
Exhibitions
TV Ads
Telesales
Telemarketing
Radio Ads
Database Marketing
Outdoor Ads
Internet Marketing
Transport Advertising
Inside Transport
Outside Transport Gambar 3 Taksonomi Elemen Dalam Bauran Pemasaran
Dari gambar 3, dapat diketahui bauran dari elemen – elemen dalam komunikasi pemasaran. Setiap elemen dapat berdiri sendiri secara terpisah tetapi juga saling berkaitan satu dengan yang lain dan salng mendukung serta melengkapi untuk membentuk suatu bauran komunikasi pemasaran yang efektif.
ELEMEN KOMUNIKASI PEMASARAN
73
Ada empat elemen dasar dalam komunikasi pemasaran yaitu Advertising, Public Relations, Sales Promotion, dan Personal Selling. 1. Advertising a. Ambient advertising b. Press advertising c. TV advertising d. Radio advertising e. Outdoor advertising f. Transport advertising (inside and outside) 2. Public Relations 3. Sales Promotion 4. Personal Selling (Direct Marketing)
KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU Komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing Communication (IMC) adalah sebuah konsep dimana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005). Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi terhadap peran strategis dari berbagai macam ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan, konsistensi, dan efek komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari pesan – pesan yang terpisah.
Paul Smith (1996), dalam artikelnya yang berjudul Admap menyatakan bahwa IMC adalah konsep sederhana yang menyatukan semua bentuk dari komunikasi menjadi satu kesatuan solusi. Pada intinya IMC mengintegrasikan semua alat – alat promosi sehingga alat – alat tersebut dapat bekerja bersama – sama secara harmonis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep dari IMC (Blythe,2003) yaitu: 1. Perubahan pada pasar konsumen Adanya luapan informasi yang timbul akibat meningkatnya jumlah pesan – pesan komersial. Iklan di media masa mulai mengalami penurunan dalam menarik perhatian dari konsumen. Media iklan telah tersegmentasi dalam beberapa kelompok media. Meningkatnya jumlah produk imitasi yang tidak memiliki keunikan khusus dibandingkan dengan produk pesaingnya. Meningkatnya penggunaan media untuk menarik perhatian dari masyarakat terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Perubahan pada pasar bisnis Terjadinya proses merger, akusisi, dan perubahan struktur organisasi dan manajemen pada perusahaan – perusahaan. Ketertarikan pihak manajemen perusahaan terhadap hasil jangka pendek. Meningkatnya pemahaman akan pentingnya strategi komunikasi. Meningkatnya pemahaman akan pentingnya komunikasi internal perusahaan yang baik. Berikut ini beberapa manfaat dari penerapan IMC bagi perusahaan menurut Yeshin (2004): 1. Konsistensi pesan yang dikirim 2. Kesatuan organisasi perusahaan. 3. Hubungan dengan mitra kerja
74
PROSES INTEGRASI KEGIATAN KOMUNIKASI PEMASARAN Proses integrasi kegiatan komunikasi pemasaran diringkas secara sederhana oleh Chriss Fill (1995) dalam sebuah model yang terdapat dalam buku karangannya yaitu Marketing Communication. Model tersebut dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Key Factor Analysis
Promotional Objectives Direct Response Advertising
Research & Evaluation
TARGET AUDIENCE
Public Relation
Sales Promotion Personal Selling
Communications Budgets
Positioning
Gambar 4 Model Proses Integrasi Kegiatan Komunikasi Pemasaran
Dari model pada gambar 4, dapat dipelajari bahwa proses untuk mengintegrasikan kegiatan komunikasi pemasaran dilakukan dengan cara mengintegrasikan dari elemen – elemen dari komunikasi pemasaran yaitu advertising, direct response, sales promotion, public relation, dan personal selling untuk mengkomunikasikan pesan kepada target audiens. Sehingga setiap elemen dalam komunikasi pemasaran tidak dapat digunakan secara terpisah tetapi harus dikombinasikan untuk dapat menopang satu dengan yang lainnya. Efektivitas dari proses integrasi kegiatan komunikasi pemasaran dapat dimaksimalkan dengan mempertimbangkan tujuan dan sasaran dari komunikasi pemasaran, positioning merek produk dan atau merek perusahaan, anggaran yang dimiliki oleh perusahaan, hasil riset dan evaluasi, dan faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas dari kegiatan komunikasi pemasaran. Hal – hal tersebut harus dipertimbangkan secara matang di dalam mengintegrasikan elemen – elemen komunikasi pemasaran. Petrison and Wang (1996), menyatakan beberapa penghalang dalam proses integrasi elemen komunikasi pemasaran, yaitu: Tersedianya database pemasaran yang memungkinkan pemasar untuk mendesain komunikasi spesifik terhadap tipe – tipe konsumen tertentu. Berkembangnya konsep niche marketing dan micro marketing, dimana konsep tersebut menerapkan pesan yang berbeda dan terpisah untuk setiap segmen konsumen. Metode spesifik yang digunakan oleh praktisi periklanan pada tiap ragam alat komunikasi pemasaran mempengaruhi pesan yang disampaikan. Adanya diversifikasi usaha atau departemen dalam perusahaan. Adanya perbedaan budaya secara nasional dan internasional sehingga suatu pesan tidak dapat dicerna dengan baik untuk budaya yang berbeda.
75
ANALISA STRATEGI BRAND PLACEMENT KONSEP BRAND PLACEMENT Strategi brand placement adalah strategi kegiatan penempatan nama merek, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam sebuah film, acara televisi ataupun media bergerak lain untuk meningkatkan ingatan audience akan merek tersebut dan untuk merangsang terciptanya pembelian. Pengertian lain dari brand placement adalah penempatan komersil yang dilakukan melalui program media tertentu yang ditujukan untuk meningkatkan visibilitas sebuah merek atau produk dan jasa. Penempatan yang dilakukan secara halus dan merupakan satu kesatuan dari media yang digunakan sehingga diharapkan visibilitas merek akan terangkat. Tingginya kegiatan brand placement dalam komunikasi merek produk industri mengindikasikan bahwa pengiklan menggunakan teknik di dalalm mempengaruhi sikap konsumen terhadap sebuah merek (Avery and Ferraro, 2000).
Astous and Seguin (1998) membagi bentuk brand placement dalam tiga jenis yaitu: 1. Implicit Brand Placement Jenis dari brand placment dimana sebuah merek / produk / perusahaan tampil dalam sebuah film atau program tanpa disebutkan secara formal. Sifat brand placement ini adalah pasif sehingga nama merek, logo ataupun nama perusahaan muncul tanpa adanya penjelasan apappun mengenai manfaat ataupun kelebihan. 2. Integrated Explicit Brand Placement Jenis dari brand placement dimana sebuah merek / produk / perusahaan disebutkan secara formal dalam sebuah program. Sifat brand placement ini adalah aktif, dan pada tipe ini manfaat ataupun keunggulan produk dikomunikasikan. 3. Non Integrated Explicit Brand Placement Jenis dari brand placement dimana sebuah merek / produk / perusahaan disebutkan secara formal dalam sebuah program tetapi tidak terintegrasi dalam isi program / film. Nama sponsor dimunculkan pada awal atau pertengahan dan mungkin diakhir acara ataupun merupakan bagian dari nama program atau film. Russel (1998) mengklasifikasikan brand placement dalam tiga dimensi yaitu visual, auditory dan plot connection 1. Visual Dimention Dimensi ini merujuk pada tampilan sebuah merek dalam sebuah layar atau dikenal dengan istilah screen placement. Bentuk dimensi ini memiliki tingkatan yang berbeda, tergantung pada jumlah tampilan dalam layar, gaya pengambilan kamera atas suatu produk dsb. 2. Auditory Dimention Dimensi ini merujuk pada penyebutan suatu merek dalam sebuah dialog atau dikenal dengan istilah script placement. Bentuk dimensi ini memiliki variasi tingkatan, tergantung pada konteks penyebutan merek, frekuensi penyebutan merek dan penekanan atas suatu merek melalui gaya bahasa, intonasi dan penempatan pada dialog serta aktor yang menyebutkan merek tersebut. 3. Plot Connection Dimention (PCD) Dimensi ini merujuk pada integrasi penempatan merek dalam cerita sebuah film. PCD yang rendah tidak akan efektif dalam pengkomunikasian merek sedangkan PCD yang tinggi memperkuat tema elemen cerita. (Holbrook and Grayson 1996) IMPLEMENTASI STRATEGI BRAND PLACEMENT MELALUI MEDIA FILM Media yang paling sering digunakan oleh pemasar dalam mengimplementasikan strategi brand placement adalah penempatan merek dalam sebuah film atau yang dikenal dengan istilah brand cameo.
76
Berikut beberapa keunggulan yang menjadi pertimbangan pemasar dalam menggunakan brand placement dibandingkan memasang iklan produk melalui media televisi: a. Beberapa konsumen merasa bahwa penggunaan nama merek dalam sebuah film merupakan hal yang biasa dan ditujukan untuk membuat film semakin tampak nyata (Solomon and Englis;1994). b. Permirsa dapat melakukan banyak hal di rumah selagi menonton televisi sehingga mengurangi atensi pemirsa dan mengurangi efektivitas pesan yang hendak disampaikan. c. Jika pada film, maka pemirsa memilih sendiri dengan kemauannya untuk menontonnya tanpa paksaan sehingga mereka lebih terbuka terhadap komunikasi merek yang tersedia dalam film yang sedang ditontonnya. d. Fenomena dimana terjadi perubahan kebiasaan dari konsumen untuk mengganti channel pada saat iklan telah mempengaruhi efektivitas media iklan televisi (Fourier and Dolan,1997). e. Banyaknya media iklan yang muncul, kesamaan jenis program acara lintas stasiun televisi juga turut berkontribusi dalam penggunaan brand placement. f. Keunikan dari brand placement adalah proses penyampaian merek dan keselarasannya dalam sebuah cerita, tidak ada persaingan komunikasi dalam media yang sama pada saat bersamaan. g. Hal tersebut diatas dapat meningkatkan brand knowledge, yaitu konsep yang terdiri dari sebuah pemahaman merek dalam pikiran konsumen dari segala macam variasi asosiasi yg mungkin timbul. h. Penelitian membuktikan bahwa pemirsa menyukai penempatan produk karena produk tersebut terlihat nyata dan mendukung karakter pemeran utama, menciptakan nuansa historis dan memberi kesan kehidupan yang nyata dan sehari – hari. i. Bagi pemasar, tersedianya captive audience dengan daya jangkau dibandingkan iklan tradisional merupakan salah satu daya tarik untuk penempatan merek secara natural dan nyata. (Turcotte,1995) j. Brand placement berbeda dengan penggunaan selebriti sebagi endorser dalam sebuah iklan. Penggunaan selebriti dalam mengendorse produk dan merek dilakukan untuk tujuan komersil dimana dilakukan pada pertengahan sebuah acara televisi ataupun diawal pemutaran film layar lebar. Hal tersebut membuat konsumen ”anti ” terhadap iklan televisi sedangkan brand placement memberikan kesempatan untuk melibatkan konsumen dalam mengekspose sebuah merek dan produk selama proses natural dari narasi atau adegan dan juga program acara televisi. k. Media tradisional telah gagal dalam memancing atensi dari konsumen dan penggunaan brand placement merupakan alat potensial dalam mengubah pola pembelanjaan konsumen. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemasar sebelum melakukan brand placement dalam hal ini penggunaan brand cameo yaitu: 1. Jenis penggunaan strategi brand placement dalam konteks sebuah film dapat dilakukan melalui tiga cara (Shapiro;1993): a. Menyajikan tampilan yang jelas atas produk dan nama merek produk. Aktivitas ini merupakan implementasi dari visual dimention dalam strategi brand placement. Istilah dalam praktek lapangan untuk aktivitas tersebut adalah screen placement. b. Penggunaan produk atau merek dalam adegan film. Aktivitas ini merupakan implementasi dari plot connection dimention dalam strategi brand placement. c. Digunakan dan dibicarakan dalam dialog film oleh pemeran utama. Aktivitas ini merupakan implementasi dari Audio Dimention dalam strategi brand placement. Istilah dalam praktek lapangan untuk aktivitas tersebut adalah script placement. 2. Merujuk pada konsep teori dari brand placement, maka berikut adalah hal – hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan ketiga jenis dari strategi brand placement: a. Brand placement yang terlalu dominan tampil dalam sebuah film, termasuk dalam PCD yang rendah. Meskipun tampil singkat dengan penempatan yang tepat serta didukung oleh pemeran utama bisa merupakan PCD yang kuat. b. Penelitian membuktikan bahwa kedua dimensi diatas memiliki fungsi yang berbeda di dalam proses penempatan merek. Perbedaan tersebut muncul pada proses encoding pesan
77
yang disampaikan dan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen pada saat menerima pesan tersebut. (Unnava, Agarwal and Haugtvedt;1996). c. Visual Dimention menciptakan suatu konteks dalam sebuah cerita sedangkan plot menciptakan sebuah cerita menjadi lebih realistis sedangkan dimensi auditori akan menguatkan keyakinan konsumen akan suatu merek dibandingkan hanya sekedar ditampilkan tanpa adanya penjelasan. (Solomon and Englis;1994,) d. Kombinasi dari ketiga dimensi tersebut dapat menciptakan efektifivitas yang baik dalam brand placement dan demikian sebaliknya (Russel, 2002). 3. Pemirsa akan melihat kualitas sebuah merek berdasarkan kualitas karakter pengguna dalam film. Untuk itu pemasar harus selektif dan berhati – hati di dalam menempatkan merek atau produknya di dalam sebuah film. Kesalahan dalam pemilihan film turut berkontribusi terhadap citra dan persepsi konsumen terhadap merek dari produk perusahaan. Selain itu untuk mendapatkan efek yang maksimal maka merek harus dapat merefleksikan karakter dan kelas dari aktor penggunanya 4. Strategi penempatan merek harus dilakukan secara hati – hati dengan mempertimbangkan kejelasan tampilan dalam film dan mengintegrasikannya dengan alur cerita dari sebuah film sehingga dapat memperkaya tema dan karakter dari film yang bersangkutan (Hirschman;1998) Strategi brand placement dengan menggunakan strategi brand cameo dalam sebuah film sudah lazim digunakan di negara Amerika dan negara – negara Eropa. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil survey dari Forrester Research bekerjasama dengan ANA (Association of National Advertisers) menyatakan bahwa: “ 78% pengiklan merasakan kalau iklan televisi sudah semakin tidak efektif sejak dua tahun terakhir”. Riset juga menyatakan kalau kini pemasar mulai mengeksplorasi perkembangan teknologi terbaru untuk menghabiskan bujet iklan televisinya.” Bahkan sebuah website www.brandchannel.com yang merupakan salah satu website yang khusus membahas branding world seperti menyediakan artikel dengan topik-topik seputar merek, diskusi tentang merek, dan studi kasus merek mulai memberikan penghargaan terhadap merek – merek yang dinilai berhasil dalam menerapkan strategi brand placement melalui strategi brand cameo. Salah satu contoh yang menarik mengenai penerapan strategi brand cameo adalah untuk kasus merek Ford. Berikut poin – poin utama dari studi kasus dari produsen mobil dari Amerika dengan merek produk Ford, yang secara aktif dan teratur menerapkan strategi brand cameo: Product placement dilakukan mulai tahun 1968 dengan menampilkan Ford Mustang GT dan banyak sekali disebutkan merek Ford dalam dialog – dialog yang dilakukan oleh pemeran utama pada film ”Bullitt” 1973 Ford meluncurkan Ford Falcon pada film “Grease Is The Word.” Pada tahun 1990, film “RoboCop” menggunakan Ford Taurus sebagai mobil polisi untuk aktor pemeran utamanya. Selama tahun 2005, Ford melakukan brand (product) placement sebanyak 19 kali pada beberapa film terkenal. Tahun 2005 Ford melakukan product placement di beberapa film horor seperti “Boogeyman”, “The Fog”,” Saw II”, dan “The Ring Two”. Dari poin – poin utama pada studi kasus merek mobil Ford, dapat diketahui bahwa produsen mobil Amerika tersebut secara aktif mulai dari tahun 1973 sampai dengan tahun 2005 (selama 32 tahun) tetap konsisten dalam menerapkan strategi brand placement. Dari fakta tersebut dapat dinilai bahwa strategi brand placement terbukti efektif di dalam meningkatkan awareness dan juga tingkat penjualan dari sebuah produk. Jika strategi tersebut gagal maka tentu Ford sudah menghentikan strategi tersebut sejak tahun 1973. Keseriusan Ford dalam mengimplementasikan strategi brand placement membawa merek tersebut menjadi pemenang dalam kompetisi Brand / (Product) Placement Award untuk kategori Overall Product Placement. Berikut hasil survey dari website brand channel mengenai tren penggunaan strategi brand placement pada beberapa film box office hollywood Amerika, yaitu:
78
Tahun 2002 2003 2004 2005
Film 35 42 37 41
Merek 591 762 483 737
Tabel 1.2 Data Brand Placement Pada Film Box Office Hollywood Pada tabel 1.2, terlihat tren peningkatan brand placement pada film-film produksi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 sempat terjadi penurunan brand placement disebabkan pada tahun tersebut banyak film Hollywood yang mengangkat cerita fantasi dan historis seperti The Passion of The Christ, Troy, Van Helsing, Alien VS Predator sehingga sulit bagi penempatan merek produk pada film jenis tersebut. Data tersebut memberikan petunjuk bahwa strategi brand placement adalah strategi yang sudah umum dan bukanlah hal yang baru di Amerika. IMPLEMENTASI STRATEGI BRAND PLACEMENT MELALUI MEDIA NON FILM Penerapan strategi brand placement tidak harus melalui penempatan merek, simbol, logo, ataupun tagline produk dalam sebuah film. Ada banyak media alternatif lain yang dapat digunakan untuk melakukan penempatan merek dengan efektif. Menurut Sumarketer, Senior Business Analyst Mark Plus & Co, menyatakan bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan oleh pemasar di dalam mengimplementasikan strategi brand placement tanpa harus melalui media iklan tradisional, yaitu: 1. Invent The New Media Cara yang pertama adalah dengan menciptakan media – media baru yang bersifat inovatif dan kreatif sebagai sarana di dalam penempatan merek produk perusahaan. Ada beberapa contoh menarik dari adanya media – media iklan baru yang unik, kreatif, dan inovatif seperti berikut: Cunning Stunts Communication sebuah biro jasa iklan di negara Inggris, menawarkan jasa pemasangan iklan pada dahi manusia sebagai media iklan. Hal ini memang terlihat sedikit aneh tetapi mampu menarik perhatian dari para target konsumen. Produsen peralatan foto dan film Kodak menggunakan Sales Promotion Girl (SPG)-nya yang berpakaian rok mini dan menggunakan celana dalam dengan tampilan merek Kodak. SPG tersebut berpura-pura mengambil barang jatuh dan secara “tidak sengaja” memamerkan celana dalam beriklan Kodak di balik rok mini tersebut. Ada banyak cara lain yang dapat diciptakan dan dikembangkan secara kreatif oleh pemasar untuk menciptakan alternatif media dalam strategi brand placement. Di Jakarta pernah didapati sekumpulan motor scooter yang berjalanan beriringan sambil membawa papan iklan berjalan. Strategi ini tentunya dapat menarik perhatian konsumen untuk memperhatikan komunikasi pemasaran tersebut. 2. Reinvent The Old Media Cara yang kedua ini membutuhkan kreativitas dan inovasi untuk memodifikasi media – media yang sudah ada selama ini untuk menarik perhatian dari target audience merek produk perusahaan. Berikut beberapa contoh dari inovasi media lama yang sudah ada: Produsen biskuit Oreo meluncurkan buku pelajaran berhitung “The Oreo Cookie Counting Book” ataupun produsen susu Dancow yang meluncurkan buku cerita fabel bergambar yang tentunya di dalamnya terdapat logo, simbol, dan merek dari susu Dancow. Strategi brand placement melalui media iklan buku pelajaran atau cerita merupakan strategi yang efektif, sebab target konsumen anak – anak secara tidak sadar telah melihat dan membaca pesan yang dikomunikasikan melalui buku – buku tersebut.
79
Produsen pembalut wanita merek Softex bekerjasama dengan grup band anak muda “ADA Band” untuk melakukan brand placement melalui media musik. Bahkan grup band tersebut menciptakan sebuah lagu khusus dengan judul yang sama dengan tagline Softex yaitu ”Karena Wanita Ingin Dimengerti”. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemasar di dalam menciptakan media baru atau memodifikasi media yang sudah ada sebagai media dalam strategi brand placement, yaitu: Media yang digunakan harus memperhatikan nilai – nilai dan budaya lokal setempat. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik yang berkaitan dengan SARA. Media yang digunakan harus dapat menjangkau, menarik perhatian, dan menciptakan respon positif dari target audience merek produk tersebut. Kreativitas ide memang penting tetapi terlebih penting untuk menjaga efektifitas dari media tersebut di dalam strategi brand placement merek sebuah produk. Keselaran antara media yang digunakan dengan citra (image) dari merek yang dikomunikasikan. Pemasar harus berhati – hati di dalam menciptakan ataupun memodifikasi media yang sudah ada. Kesalahan pemilihan media akan menghancurkan citra yang telah dimiliki oleh merek atau bisa jadi menciptakan persepsi yang baru terhadap citra merek. PENUTUP Komunikasi pemasaran adalah salah satu aktivitas pemasaran yang sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap tingkat awareness dan knowledge dari konsumen atas suatu produk atau merek, yang berujung pada tindakan pembelian. Hasil akhir dari komunikasi pemasaran yang baik dan efektif adalah meningkatnya brand image (citra merek) serta meningkatnya penjualan produk perusahaan. Aktivitas komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aktivitas ATL dan BTL. Komunikasi pemasaran ATL sangat mendominasi dunia pemasaran Indonesia di masa lalu dan kini kondisi tersebut berubah seiring meningkatnya persaingan usaha, perubahaan tingkah laku pembelian konsumen, dan perkembangan jaman. Porsi alokasi anggaran untuk aktivitas komunikasi pemasaran mulai seimbang antara aktivitas ATL dan BTL. Hal tersebut merupakan efek dari kesadaran dan pemahaman produsen (pemasar) akan pentingnya komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication). Strategi penempatan merek (brand placement) merupakan salah satu contoh alternatif strategi yang dapat digunakan oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Dari berbagai penelitian pakar pemasaran, contoh kasus di lapangan dan data - data di lapangan membuktikan bahwa strategi brand placement lebih efektif dibandingkan penggunaan iklan pada media konvensional (tradisional). Dari berbagai uraian, contoh, dan penjelasan mengenai konsep strategi brand placement beserta implementasinya di lapangan, strategi penempatan merek layak untuk dipertimbangkan oleh pemasar sebagai salah satu alternatif strategi di dalam aktivitas komunikasi pemasaran terpadu. DAFTAR PUSTAKA Avery Rosemary J and Rosellina Ferraro., “Verisimilitude or Advertising? Brand Appearances on Prime Time Television”, Journal of Consumer Affairs, 34(2), 217-2444, 2000. Blythe, J., “Essential of Marketing Communications”, 2nd Edition, Pearson Education Limited, England, 2003. d'Astous., Alain; Seguin, Nathalie, “Consumer Reactions to Product Placement Strategies in Television Sponsorship”, European Journal of Marketing; Vol. 33 No. 9, 1999. Fill, C.,” Marketing Communications, Prentice Hall, 1995 Fournier, Susan and Robert J Dolan, Launching the BMW Roadster, case No-N9-597-002 Harvard Business School, Boston 1997. Hirschman, Elizabeth C, The Ideology of Consumption-A Structural-Syntactical Analysis of 'Dallas' and 'Destiny', Journal of Consumer Research, December 15, 344-359, 1988. Holbrook, MorisBandMarkWGrayson, The Semioiogy of Cinematic Consumption: Symbolic Consumer Behavior in Out of Africa, journal of Consumer Research, December, 374-381,1986 Kotler P & Amstrong G., “Principle of Marketing”, 10th edition / International Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2004.
80
Petrison, L. A. and Wang, P., “Integrated Marketing Communication: An Organizational Perspective”, Marwah: Lawrence Erlbaum, 1996. Russel, Cristel A., “Towards Framework of Product Placement: Theoretical Propositions in Advances in Consumer Research”, Vol. 25 ed. Joseph W Alba and Wesley Hutchison Provo, UT: Association of Consumer Research, 357-362, 1998. Shapiro, M.,“Product Placements in Motion Pictures”, Working Paper, North Western University, New York. Solomon, Michel R and Basil G English, the Big Picture: Product Complementarities and Integrated Communication, Journal of Advertising Research, 34(1), 57-64, 1994 Sumardi,”Beyond Conventional Media”, Majalah MIX edisi bulan April, PT Media Temprina, Jakarta, 2006. Turcotte, S.,“Gimme a Bud! The Feature Film Product Placement Industry”, Masters' Thesis, University of Texas, 1995 Tot., ”Iklan TV Tak Lagi Jadi ”Raja” dalam Dunia Pemasaran” Sinar Harapan, edisi 6 Agustus, Jakarta, 2003. Yeshin, T.,”Integrated Marketing Communications – The Holistic Approach”, The Chartered Institute of Marketing, 2004.
81
KEWIRASWASTAAN: MENJAWAB TANTANGAN KETERBATASAN LAPANGAN KERJA DALAM KRISIS EKONOMI GLOBAL Bernard T. Widjaja (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) Abstrak Dunia saat ini dihadapkan pada persoalan global yang berkaitan erat ketersediaan lapangan kerja. Berbagai upaya kebijakan ekonomi yang menjadi perhatian dunia, masih belum mampu memberikan solusi untuk memecahkan permasalahan masih tingginya pengangguran dibanyak negara. Sudah saatnya, merubah paradigma berpikir dari berorientasi pada hard-skill saja (yaitu mendididk dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan), dengan mengembangkan soft-skill yang menjadi salah satu dasar pengembangan entrepreneurship. Pendidikan yang berorientasi pada entrepreneurship disebut edupreneurship, diharapkan mampu mencetak manusia mandiri agar tidak bergantung pada ketersediaan lapangan kerja. Keywords: Pengangguran, Kewiraswastaan (entrepreneurship), eduprenenurship.
Saat ini seluruh dunia tersentralisir pada isu ekonomi global, dominasi ekonomi negara maju masih sangat menentukan arah dan kondisi ekonomi dunia. Peran dan dominasi negara maju seringkali merugikan negara berkembang. Hal ini mendorong negara-negara berkembang melakukan perlawanan melalui forum World Trade Organization (WTO), meskipun pada akhirnya suara negara berkembang ini menjadi minoritas dan kebijakan-kebijakan dunia lebih berpijak pada kepentingan negara maju. Pada aspek yang lebih luas, negara berkembang semakin tidak berdaya menandingi negara maju dalam berbagai aspek non perdagangan dan ekonomi. Sebagai contoh, Amerika Serikat yang merupakan negara yang paling mendominasi dalam kebijakan global tidak bersedia meratifikasi dan mentaati Kyoto Protocol berkaitan dengan perubahan iklim (yang telah ditandatangani pada 11 Desember 1997 dan efektif mulai berlaku pada 16 Februari 2005), yang pada akhirnya negara yang tergabung dalam Uni Eropa untuk menangani isu pemanasan global (global warming), berusaha menekan Amerika Serikat untuk mengikutinya. Pada sisi lain, Amerika Serikat yang paling gencar mendengungkan isu liberalisasi ekonomi dengan konsep pasar bebasnya (free trade) sangat gencar menekan negara lain. Amerika menuduh Cina, sebagai salah satu negara berkembang yang melakukan kecurangan perdagangan karena upah buruh yang sangat rendah menurut ukuran negara maju dan dengan mengatasnamakan hak asasi manusia Amerika Serikat menekan Cina agar memperbaiki upah tenaga kerjanya. Pada kenyataannya, tingginya upah dinegara maju dibandingkan negara berkembang yang menyebabkan daya saing industri negara maju dikawatirkan berkurang, dan menimbulkan ketakutan negara maju akan membanjirnya barang-barang dari negara berkembang ke negara maju dan matinya industri di negara maju. Pasca perang dingin, negara-negara menjadi semakin terintegrasi yang ditandai dengan salah satu perubahan dunia dari peta kekuatan dunia yang sebelumnya bipolar (blok Barat dan blok Timur) menjadi multipolar. Sistem perdagangan yang kemudian mendominasi adalah ekonomi liberal: pasar bebas, dengan masih adanya peran proteksi negara yang dibatasi (konsep invisible hand dari Adam Smith dan comparative advantage dari David Ricardo) yang kemudian pada perkembangannya dibutuhkan koreksi melalui intervensi pasar (Keynes). Menurut Bretton Woods, tugas ini menjadi tanggung jawab negara dan institusi-intitusi yang terkait. Dewasa ini, muncul kalangan kanan baru yang hiperliberal, yang berpandangan akan pentingnya penghapusan total proteksi dan intervensi pasar (Hayek) dan oleh Kenichi Ohmae digambarkan sebagai ‘The End of Nation State’. Peranan hubungan internasional bukan lagi negara atau pemerintahan saja, melainkan non-state actors, perusahaan transnasional, LSM internasional dan lainnya. Karena dominasi
82
aktifitas perdagangan dunia adalah pasar, maka pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi semakin besar. Pasar hanya berkepentingan pada nilai keuntungan secara ekonomi, dan cenderung mengabaikan kesejahteraan dan nilai-nilai kehidupan. Seringkali kemudian diperdebatkan antara ‘market driven economy’ dengan ‘state-driven economy’. Siapa yang seharusnya mengendalikan ekonomi? Pemeritah/negara atau pasar?
Sekilas gambaran di atas menunjukkan, berbagai contoh, betapa kepentingan negara masing-masing, terutama negara maju menjadi lebih penting daripada kepentingan universal. Karena ekonomi menjadi sentral aktifitas dunia saat ini, maka pada akhirnya faktor ekonomi ini berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat meliputi perubahan socio-cultural, political issues, technology yang juga pada akhirnya mempengaruhi sektor ketenaga kerjaan. Tekanan ekonomi dimasa krisis akan sangat terasa dampaknya pada negara yang fundamen perekonomiannya masih rapuh, yang merupakan ciri dari sebagian besar negara berkembang dan terbelakang. Resesi ekonomi berdampak jelas pada sulitnya ketersediaan lapangan kerja. Lepas dari segala pertentangan pendapat dan perbedaan landasan berpikir dalam mengatur ekonomi dunia, faktanya adalah bahwa kesuksesan ataupun kerusakan perekonomian dunia adalah hasil dari kebijakan dan perilaku pelaku ekonomi dunia dimasa lalu. Sistem ekonomi neoliberal/kanan baru yang dipelopori oleh Presiden Amerika-Ronald Reagen dan Perdana Menteri Inggris-Margaret Thatcher, yang intinya membatasi peran dan intervensi negara dalam perekonomian. Ironisnya justru negara besar termasuk Amerika dan Inggris sendiri, masih menerapkan proteksi terhadap sistem perdagangan mereka, sambil secara gencar menekan negara berkembang untuk menghilangkan hambatan perdagangan, subsidi, tarif dan mempercepat privatisasi. Teorinya, pembangunan ekonomi ini dilakukan untuk kepentingan rakyat, namun prakteknya lebih banyak untuk kepentingan pasar, sehingga dalam kondisi ini para pemilik modal (capital owner) dan yang memiliki ketrampilan (skilled-people) adalah pihak yang diuntungkan. Ketika modal dan proses ekonomi tidak hanya bergerak pada pasar domestik, maka konsep keunggulan komparatif, menjadi kurang relevan, dimana setiap negara berfokus pada produk atau industri unggulannya. Pada titik ini perlu peranan negara yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan nasional atas kekuatan ekonomi global. Pada saat ini, dimana ekonomi global sedang mengalami krisis ekonomi, karena dampak krisis ekonomi Amerika, seharusnya pemerintah segera melakukan konsolidasi memperkuat ekonomi domestik dengan menstimuli sektor-sektor produksi yang dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan. Hingga saat ini, pemerintah tidak memiliki gebrakan ekonomi yang mencerminkan sence of crisis, dan secara rutin hanya bergantung pada pembelanjaan negara, yang disalurkan pada proyekproyek pemerintah untuk menggerakkan ekonomi negara. Berbeda dengan di Cina, masa krisis ini segera direspon pemerintahnya dengan memberikan insentif nyata pada sektor pertanian yang menghidupi banyak rakyat sekaligus mendorong peningkatan produksi pertanian untuk kepentingan stok pangan nasionalnya dan tidak menutup kemungkinan untuk ekspor. Pengangguran yang merupakan limpahan ekses resesi ekonomi yang menyebabkan berkurangnya daya tampung tenaga kerja di sektor industri manufaktur diserap secara produktif di sektor pertanian. Disinilah pentingnya peranan negara dalam melindungi kepentingan nasionalnya. Secara nyata, saat ini seluruh dunia panik dan sangat ketakutan terjadinya keruntuhan perekonomian global yang tentu saja berdampak pada resesi yang dalam. Kelesuan ekonomi sudah di depan mata dan dampaknya akan segera terasa pada beberapa tahun kedepan. Amerika sebagai negara sangat berpengaruh pada perekonomian dunia saat ini sekarat dan menunjukkan kondisi yang semakin memburuk yang ditandai dengan bangrutnya perusahaan-perusahaan raksasa yang setiap hari semakin bertambah jumlahnya dan saat ini belum menunjukkan gejala adanya terobosan untuk memperbaiki ekonomi Amerika yang sakit. Pemerintah kita, sepertinya hanya bisa pasrah dan menunjukkan ketidak berdayaannya, bahkan cederung berlindung pada alasan klasik, krisis ekonomi global! Dengan kondisi seperti ini, rakyat tidaklah dapat berharap banyak dari peran pemerintah untuk mendorong ekonomi domestik yang berpihak pada rakyat. Sejak awal tahun, diketahui bahwa ekspor Indonesia mengalami perlambatan akibat bekurangnya konsumsi pasar
83
internasional sehingga terjadi pengurangan produksi dan berdampak langsung pada pengurangan tenaga kerja. Pada kondisi lalu, dalam kondisi ekonomi global, pasar tenaga kerja Indonesia masih tertolong dengan migrasi internasional. Tenaga kerja Indonesia masih dapat dimobilisasi dengan dikirim ke luar negeri. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) tercatat, arus migrasi keluar (migration out) keberbagai negara telah terjadi, meskipun dalam berbagai perdebatan, pemerintah dianggap kurang proaktif memperhatikan isu ini. Saat ini migration out sudah merambah ke 41 negara. Pada tahun 2007, terjadi migrasi keluar sebanyak 696.746 orang dan meningkat di tahun 2008 dengan pemberangkatan sebanyak 748.825 orang ke negara tujuan di ASEAN, Timur Tengah, Asia Pasifik, Eropa dan Amerika, sehingga saat ini diperkirakan 6 sampai 7 juta orang yang mayoritas wanita, bekerja disektor informal dengan skill yang rendah. Devisa yang tercatat resmi pada Bank Indonesia sebesar USD 6,736 milyar (per Desember 2008) dan dapat mencapai USD 9 milyar bila termasuk remitansi yang dilakukan tanpa melalui jasa perbankan. Meskipun merupakan pahlawan devisa, banyak permasalahan dan kesengsarran yang justru nilainya tidak sebanding dengan keringat yang dikucurkan para TKI kita, bahkan bila ditimbang lagi, seharusnya bangsa ini bisa lebih dihargai dengan ketersedianya skilled people. Dibalik bayang-bayang kekuatiran banyak orang, seburuk itukah nasib bangsa kita? Jawabnya jelas: tidak! Hukum alam adalah hukum keseimbangan. Setiap ada keruntuhan selalu ada kelahiran, bila sekelompok usaha bangkrut, muncul usaha baru yang menjanjikan. Bagi orang yang optimistik dalam sesulitan akan selalu dapat mencari dan memandang sisi peluang sebagai suatu berkah. Demikian pula dengan kondisi ekonomi yang sulit saat ini, yang jelas banyak perusahaan menahan diri tidak ekspansi, yang tidak bertahan hidup tutup dan yang tentu saja mengurangi jumlah lapangan kerja yang ada. Dapatlah dibayangkan, semakin hari dengan bertambahnya pencari pekerjaan, daya tampung lapangan kerja bukannya bertambah, melainkan justru semakin berkurang. Jadi, jangan bermimpi mencari kerja dengan mudah di saat carut marut ekonomi seperti ini! Tidak mendapat pekerjaan atau sulit mencari pekerjaan bukan akhir segala-galanya. Jadilah pengusaha! Orang bilang menjadi entrepreneur! Bukan hanya bagi mereka yang belum mendapat pekerjaan, bagi yang telah memiliki pekerjaan pun, jadilah entrepreneur! Mengapa? Tentu saja menciptakan lapangan kerja baru! Bila semua orang berpikir seperti ini, maka tidak perlu risau bila tidak tersedia lapangan kerja yang memadai. Entrepreneur tidak selalu berarti pengusaha yang memiliki perusahaan dan karyawan. Seorang make-up artist (freelancer, yang bekerja bebas sendiri) adalah contoh pengusaha kecil. Dia adalah pencipta lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan manalaka dia mengajak kawannya untuk membantu pada sebuah acara besar yang dia tidak bisa tangani seorang diri, maka orang tersebut menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Contoh tersebut merupakan bentuk paling sederhana bagaimana seseorang dapat menjadi pencipta lapangan kerja. Bila pola ini dapat diterapkan diberbagai bidang dan oleh banyak orang, maka akan muncul pengusaha-pengusaha kecil pencipta lapangan kerja yang bila dikumpulan akan menciptakan lapangan kerja berjuta-juta orang karena multiplier effect, dari satu orang terus menerus getok tular. Maka tidaklah mengherankan bila menurut Dr. Ir. Ciputra, 2% penduduk suatu negara akan mampu berkontribusi menciptakan lapangan kerja bagi suatu negara, sayangnya di Indonesia, hanya 0,18% orang Indonesia yang menjadi entrepreneur. Dengan demikian, ketersediaan lapangan kerja semata-mata hanya bergantung pada pemerintah dan hal ini menjadi sangat bermasalah manakala pemerintah tidak mampu mendorong sektor-sektor produktif untuk menciptakan lapangan kerja. Pasalnya, di Indonesia, budaya menjadi pengusaha tidaklah lasim. Tengok saja bila orang tua memberi nasehat anaknya, selalu mengatakan, ” Nanti kalau besar jadi Direktur ya” atau ”Nanti kalau besar jadi pegawai negeri..”. Jarang orang tua mendidik anaknya sejak dini menjadi entrepreneur. Sejak muda anak-anak terdidik konsumtif, rasa sayang orang tua dituangkan dalam bentuk yang tidak menghasilkan sesuatu, dan habis terpakai. Uang jajan, misalnya, sadar atau tidak, orang tua adalah bentuk pendidikan tidak langsung yang menyebabkan ketergantungan dan ketidak mandirian seorang anak, akibatnya anak hanya terpola ”meminta”. Setelah memasuki usia muda produktif wajar bila kemudian orang-orang ini sangat bergantung pada ketersediaan lapangan kerja.
84
Apabila tidak tersedia lapangan kerja, alhasil menganggur dan tidak jarang menjadi penganggur intelektual, bergelar sarjana tetapi tetap saja tidak mendapat pekerjaan. Pada kondisi serba kekurangan, justru seringkali muncul jiwa entrepreneur. Bila seorang anak dari keluarga mampu, dia mendapat uang jajan untuk keperluan konsumtifnya, tetapi kurang beruntunglah seorang anak pemulung, yang makan pun tidak genap tiga kali sehari. Pemberontakan anak ini memunculkan dorongan untuk memenuhi keinginan jajannya. Berpikir, berpikir dan akhirnya mengamen sepanjang hari! Bila sedikit bermodal, barangkali anak ini akan berjualan koran atau menjadi penyemir sepatu! Di negara maju, anak-anak kurang beruntung ini dipelihara negara, tetapi di negara ini belum banyak mendapat perhatian. Anak-anak ini adalah pejuang sejati, mandiri, entrepreneur sejati dan tidak bergantung pada pemberi lapangan kerja dalam kehidupannya sehari hari yang sangat keras dan serba keterbatasan. Bila contoh-contoh orang sederhana ini bisa menjadikan dirinya menciptakan pekerjaan buat dirinya sendiri, seharusnya kita menjadi malu. Maka, jadilah entrepreneur dari sekarang. Ciptakanlah lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain. Berbagai bidang usaha dan profesi, sangat memungkinkan seseorang menjadi entrepreneur, jasa salon kecantikan, guru bimbingan belajar, jasa administrasi keuangan/perpajakan, usaha ritel, usaha catering misalnya, adalah contoh usaha yang dapat dimulai dengan modal yang sangat kecil, bahkan dapat dimulai dari seorang diri! Sudah saatnya, budaya menjadi pengusaha harus mulai ditanamkan sejak dini. Pendidikan, baik dilingkungan keluarga, pendidikan non-formal dan formal harus merubah paradigma berpikir dari berorientasi pada hard-skill (yaitu mendididk dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan) harus berubah dengan mengembangkan soft-skill, yaitu salah satunya dengan mengembangkan kemampuan hidup mandiri dan diantaranya entrepreneurship, jiwa kewiraswastaan. Pendidikan semacam itulah yang saat ini dibutuhkan banyak orang agar tidak bergantung pada ketersediaan lapangan kerja. Oleh sebab itulah, saya namakan pendidikan yang berorientasi entrepreneurship sebagai edupreneurship. Semoga, dengan membangkitkan semangat kewiraswastaan, dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan perekonomian bangsa ini dan mendorong terciptanya wiraswastawan baru yang pencipta lapangan kerja baru diberbagai bidang.
DAFTAR PUSTAKA Bernard T. Widjaja - Edupreneurship, Artikel Majalah Pendidikan Inside (2009). ________________ - Pemasaran Internasional, Bahan Kuliah Pasca Sarjana (2008). ________________ - Globalisasi: Proses Memberdayakan Pasar yang Mengalami Stagnasi, Jurnal Bisnis dan Manajemen Labora (1997). Endang Sulistyaningsih - Globalisasi dan Migrasi Internasional, Tantangan bagi Indonesia, Paper BNP2TKI (2009). Joseph Stiglitz – Globalization and Its Discontents (2002). Peter F. Drucker - Managing in a Time of Great Change (1995). Peter F. Drucker and I. Nakauchi - Drucker on Asia: A Dialogue between Peter Drucker and Isao Nakauchi (1997). Philip Kotler, Hermawan K., Hooi Den Huan – Think ASEAN (2007). Thomas L. Friedman - The World is Flat (2005).
85