Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
IDENTIFIKASI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA YANG BERBASIS PARTISIPASI PERAN AKTIF KELUARGA DAN PEMULUNG
Oleh: Haryono Zaini Rohmad ABSTRAK
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air, dan udara. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu studi terhadap pengeloaan sampah kota baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan kebiasaan kaum ibu rumah tangga yang didasarkan pada pengamatan langsung,wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik penarikan sampel menggunakan “Proposive Sampling” dan “Maximum Variation”. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah orang-orang yang mengetahui dan terlibat langsung dalamobjek penelitian serta dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dengan melalui proses pengumpulan data dan melakukan analisa data melalui proses interaktif maka diketahui bahwa mekanisme pengelolaan sampah Kabupaten Boyolali sudah cukup baik selain mengandalkan proses 3P yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan juga sudah menerapkan, pengomposan dan landfill. Target utama dari mekanisme 3P yang dilakukan oleh para petugas kebersihan adalah pusat kota dan pusat perekonomian Kabupaten Boyolali. Kata Kunci: sampah, mekanisme pengelolaan sampah, ibu rumah tangga sampah adalah masalah yang perlu
PENDAHULUAN Permasalahan
mengenai
mendapatkan penanganan khusus.
sampah merupakan masalah yang
Hal itu mengingat sampah sangat
tampak
mudah
berkaitan dengan segala aktivitas
diatasi. Namun ternyata masalah
manusia, hewan, tumbuhan, dan
sederhana
dan
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
1
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
alam.
Semakin
sampah
lama,
makin
Komposisinya beragam. dengan
Bila
volume
meningkat.
Dalam Angka 2009).
Setiap 3
harinya kurang lebih 60 m sampai
makin
tidak
ditangani
Sedangkan yang mampu diolah
sampah-sampah
menjadi pupuk organik hanya 1 m3
tepat,
tersebut selain menjadi timbunan
63
m3
pun
sampah
masuk
TPA.
sampai 3 m3.
yang tidak bermanfaat juga akan
Permasalahan
tersebut
menimbulkan gangguan kesehatan
kian rumit dengan jumlah sarana
bagi warga sekitar. Terutama bila
pengumpulan sampah yang masih
sampah tersebut mengandung zat-
minim.
zat beracun.
Boyolali memiliki: 4 unit truk
Demikian
pula
Saat
ini
Kabupaten
yang
sampah, 3 unit truk container, 29
terjadi di kabupaten Boyolali yang
unit container, 41 buah gerobak
terancam
sampah.
sampah, 66 buah pembuangan
Pasalnya volume sampah yang
sampah, 2 buah transfer depo dan
dibuang lebih besar dibanding luas
1 TPA (Boyolali Dalam Angka
lahan
2009).
kebanjiran
pembuangan
sampah.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Saat ini luas TPA Winong
Winong di kecamatan Boyolali
mencapai empat hektare. Kondisi
Kota diprediksi akan penuh dalam
ini tidak akan memadai untuk
waktu dua tahun karena volume
proses
sampah rumah tangga mencapai 60
sehingga perlu dilakukan perluasan
ton perhari. Pada tahun 2009
lahan TPA untuk meningkatkan
presentase komposisi sampah di
kapasitas penimbunan sampah di
Kabupaten
sebagai
Boyolali. Pengelolaan sampah di
berikut: kertas 0,50%, kayu 4%,
masa mendatang akan semakin
kain 0,50%, karet/kulit 0,50%,
kompleks
plastik 13,50%, metal/logam 0,5%,
dengan
gelas kaca 1%, organic 75,50%
teknologi
dan sampah lainnya 4% (Boyolali
Tahun 2010, DPU ESDM telah
2
Boyolali
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
pengolahan
karena
juga
keberhasilan pengolahan
sampah
terkait rekayasa sampah.
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
menyalurkan sampah
bantuan
gerobak
kepada
masyarakat
sebanyak
mengumpulkan
membuang
kelompok
±60%
60
sampahnya. Dari 60% ini, sebagian
unit.
dari
dan seluruh
Selama ini pengolahan sampah di
besar
Kabupaten
masih
dengan cara yang tidak saniter,
yang
boros dan mencemari. (Daniel et
Boyolali
menggunakan sederhana.
teknologi (Solo
Pos,
18
ditangani
produksi
dan
dibuang
al., 1985).
September 2010).
Dalam sistem pengelolaan
Sampai dengan saat ini, pengelolaan
persampahan
dilakukan
pemerintah
yang masih
persampahan yang ada selama ini ialah
Dinas
Kebersihan
mengangkut sampah dari TPS
menggunakan pendekatan end of
menuju
pipe solution.
Pendekatan ini
masyarakat membayar sejumlah
menitikberatkan pada pengelolaan
uang kepada tukang angkut atau
sampah ketika sampah tersebut
pembawa kereta dorong sampah
telah
yang
dihasilkan,
kegiatan
yaitu
berupa
pengumpulan,
TPA.
mengambil
Sementara
sampah
dari
rumah-rumah untuk dibawa ke
pengangkutan, dan pembuangan
TPS maupun Depo.
sampah ke Tempat Pembuangan
dianggap
belum
Akhir (TPA). Dalam penanganan
dikarenakan
keterbatasan
sampah
yang
dilakukan
angkut sampah Dinas Kebersihan.
beberapa
kota,
ada
di
beberapa
Selain
itu
Sistem ini optimal
diperlukan
daya
adanya
permasalahan pokok yang selalu
partisipasi kelompok masyarakat
dihadapi. Permasalahan tersebut
dalam pengelolaan sampah kota.
adalah masalah biaya operasional
Metode
partisipasi
yang
yang tinggi dan semakin sulitnya
kini sudah sangat popular di
ruang pantas untuk pembangunan.
Indonesia
Sebagai akibat biaya operasional
“Participatory
yang tinggi, kebanyakan kota-kota
(PRA)”.
di
Apprasial (PRA) terbukti sangat
Indonesia
hanya
mampu
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
adalah
metode
Rural
Apprasial
Participatory
Rural
3
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
efektif
dalam
melibatkan
masyarakat di Kabupaten Boyolali
masyarakat dalam semua tahapan
adalah:
program; dari identifikasi masalah
operasional pengelolaan sampah di
hingga
dari
Kabupaten Boyolali, (2) mengkaji
pengorganisasian dan pelaksanaan
partisipasi aktif rumah tangga
sampai pemantauan dan evaluasi.
terhadap
Selain alas an “ideologis” karena
berdasarkan kebijakan pengelolaan
kesesuaian
perencanaan,
mengkaji
pengelolaan
sistem
sampah
dengan
asas-asas
sampah saat ini, (3) mengkaji
untuk
mufakat”,
tipologi
“musyawarah gotong-royong”,
“pemberdayaan
masyarakat”, kekecewaan terhadap pendekatan
(1)
“top-down”
dan
peran
pemulung
dalam usaha pengelolaan sampah kota,
dan
(4)
mengkaji
apa
yang
kelebihan dan kelemahan dari
banyak digunakan selamam ini
sistem sesuai dengan kebijakan
dalam
ikut
pengelolaan sampah yang ada saat
PRA
ini. Sedangkan tujuan lanjut dari
Partisipasi
penelitian ini adalah mendapatkan
keputusan
suatu model Rancangan Model
melalui dibukanya forum yang
Managemen Pengelolaan Sampah
memungkinkan masyarakat banyak
Kota Berbasis Pada Partisipasi
berpartisipasi langsung didalam
Aktif
pengambilan keputusan tentang
Pemukiman
program-program pembangunan di
Peran Pemulung di Kabupaten
wilayah local.
Boyolali.
banyak
mendongkrak (Moeliono, dalam
hal
popularitas 1997).
pengambilan
Berdasarkan atas,
peneliti
juga
uraian
di
berkepentingan
Rumah
Tangga
dan
di
Optimalisasi
METODE Penelitian
dilakukan
untuk mencari suatu rancangan
dengan menggunakan pendekatan
model
managemen pengelolaan
deskriptif
sampah yang berbasis masyarakat.
deskriptif
Adapun tujuan dari identifikasi
memberikan
pengelolaan
suatu gejala sosial yang diteliti
4
sampah
berbasis
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
kualitatif. bermaksud uraian
Penelitian untuk mengenai
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
untuk mendapat informasi tentang
masalahnya
permasalahan
mungkin
dapat dipercaya untuk menjadi
pengelolaan
sumber data yang mantap sehingga
yang
timbul dari cara sampah
dengan
system
yang
pilihan
berlaku sampai saat ini; dan juga
berkembang
menyajikan
kebutuhan
model
managemen
pengelolaan sampah berbasis pada
secara
mendalam
informan
dapat
sesuai
dengan
dan
kemantapan
peneliti memperoleh data.
partisipasi kaum perempuan di
Teknik analisa data yang
pemukiman dan optimalisasi peran
digunakan dalam penelitian ini
pemulung di sekitar TPS yang
menggunakan teknik analisis data
dapat diikuti oleh masyarakat pada
model interaktif, yang terdiri dari
umumnya.
tiga komponen analisis, yaitu
Setelah bisa mendapatkan data
empiris
mengenai
permasalahan pengelolaan sampah dan
juga
gambaran
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengenai
Unit
pemulung yang ada di Kabupaten
kebersihan/
persampahan
Boyolali
Boyolali
,
pengelola di
maka
akan
Kabupaten
sebagai
dasar
Seksi Kebersihan Pada Bidang
pengelolaan
Cipta Karya Dinas Pekerjaan
sampah berbasis masyarakat di
Umum Dan Energi Sumber
Kabupaten Boyolali.
Daya Mineral (DPU ESDM).
dipergunakan pembuatan
model
Teknik
pengambilan
Pengelolaan
sampah
adalah
di
sampelnya menggunakan teknik
Kabupaten Boyolali sekarang
Purposive Sampling. Dalam hal ini
ini menggunakan metode 3P
peneliti memilih informan dari
yaitu
keseluruhan warga dan pemulung
pengangkutan, pembuangan dan
yang ada di Kecamatan Boyolali
juga 3R yaitu reduce, reuse,
dan TPA Winong, dan dianggap
recyle.Dengan
mengetahui
aktivitas penduduk dan juga
informasi
dan
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
pengumpulan,
meningkatnya
5
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
jumlah penduduk maka jumlah
sejak lama dilakukan oleh
sampah juga ikut meningkat.
pemulung yang beroperasi
Ujung dari pola 3P dan 3R ini
di
adalah TPA.
kegiatan
yang
Berikut kondisi
terjadi
saat
ini
TPS-TPS.
Sedangkan
pemilahan
pengumpulan
dan
di
tingkat
tangga
mulai
menunjukkan bahwa produksi
rumah
sampah di Kabupaten Boyolali
dikenalkan
sebanyak mengalami kenaikan
Boyolali beberapa tahun
setiap tahunnya, seperti yang
belakangan ini di beberapa
terlihat pada table di bawah ini:
kelompok rumah tangga,
No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
misalnya :
Volume (m3/ hari) 56 57 60 62 65 64,1 63,8 65,2 66,97 70,39
Penanganan sampah yang
a.
Kampung Bhayangkara,
b.
Perumahan
c.
Perumahan
d.
Kampung
Madu
Mulyo. 2.
Pengomposan
lain dilakukan sebagai berikut :
kesadaran
dan
Bumi
Singkil Permai II
Mulai
Pemilahan
Bumi
Singkil Permai I
tidak terangkut ke TPA antara
1.
Pemkab
tumbuhnya
kelompok
di
beberapa perumahan
untuk melakukan program
pengumpulan
pengomposan, yaitu : Kegiatan pemilahan dan
a.
pengumpulan sampah an-
Bhayangkara,
organik yang laku dijual
b.
(plastic, kaca, botol, kertas,
Singkil Permai I
dll) di Kabupaten Boyolali
6
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
Kampung
Perumahan Bumi
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
c.
Perumahan Bumi
dimasukkan
Singkil Permai II d.
Kampung
Madu
Mulyo. pengomposan
dilakukan
oleh
Boyolali
antara
Pemkab
galian
ditutup
dengan
tanah,
pembuangan
tempat lain yang sudah dipersiapkan
sebelumnya.
Demikian hal ini dilakukan
a. Tempat Pengolahan
terus-menerus, maka tanah
Sampah Winong
bekas
,
lama
b. UPTD
Usaha
c. Perumahan
Bumi
Madu
Mulyo.
yang
mempunyai
pekarangan
luas,
penanganan
sendiri
ditangani dengan
cara
tradisional yaitu dilakukan dengan membuat galian di halaman rumahnya,
pekarangan kemudian
sampah yang sudah dipilah sampah
akan
tanah
subur,
bahan organik sampah. Tahapan penanganan sampah di Kabupaten Boyolali dimulai dari
rumah tangga, kemudian diangkut
masyarakat
sampahnya
kelamaan
pengumpulan sampah pada tingkat
Penimbunan Warga
sampah
karena hasil pembusukan
Singkil Permai II d. Kampung
timbunan
menjadi
Pertamanan
dari
penuh
sampah dilakukan di galian
lain :
3.
Setelah
sedangkan
Sedangkan yang
kedalamnya.
an-organik
ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), hingga akhirnya diangkut ke tempat Pengolahan Sampah
Akhir
selanjutnya
dilakukan pengomposan Pelaksanaan tentunya
pemilahan, dan
landfill.
mekanisme
ini
membutuhkan
pemeliharaan sarana transportasi dan lahan tempat pembuangan sampah makin meningkat dari
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
7
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
tahun
ke
tahun,
sementara
pembiayaan,
alokasinya makin terbatas. Adapun
kelemahan
dijalankan
dari
kerjasama lainnya. 6.
kabupaten
2.
masyarakat
Pengelolaan
sampah
kota
sampah,
DKP sebagai single fighter
penghargaan,
Masih
pendanaan,
rendahnya
tingkat terhadap
masyarakat,
baik
dukungan teknis,
dan
7.
Masih kurangnya peraturanperaturan teknis di bidang
ditangani
pengelolaan
Belum
optimalnya
penegakan
kerja sama antar pemerintah
pelanggar. 8.
Sampah
hukum
masih
sarana
dan
sedangkan
pengelolaan
sampah
serta
terawatnya
dianggap
sarana
membayar
dan
upaya
adalah sampah
yang
dibuang. 9.
rendahnya
tanggungjawab
masyarakat
kurang
prasarana yang ada
Pertumbuhan jumlah sampah berbanding
pelibatan masyarakat dalam
pertumbuhan
pengelolaan sampah, baik itu
penduduk.
dalam bentuk kontrak kerja sama,
bagi
tanggungjawab pemerintah,
Keterbatasan
Masih
persampahan
daerah serta masih lemahnya
mekanisme koordinasi dan
prasarana
8
itu
dukungan lainnya.
sampah
5.
baik
jumlah sampah yang dapat
daerah dalam pengelolaan
4.
telah
managemen, maupun bentuk
luas
wilayah pelayanan, maupun
yang
berhasil dalam pengelolaan
masih sangat mengandalkan
pelayanan
3.
Masih kurangnya dukungan terhadap upaya komunitas
Boyolali adalah: 1.
dan
managemen, maupun bentuk
mekanisme pengelolaan sampah yang
teknis
dukungan
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
lurus
dengan jumlah
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
Oleh karena itu penanganan persampahan
Kabupaten
yang telah diuraikan dalam bab-
Boyolali ke depan ada beberapa
bab sebelumnya, penulis mencoba
strategi, yaitu :
mengelompokkan
1.
2.
3.
di
Dari seluruh pembahasan
3
Meminimalkan sampah
bagian. Yaitu isu tentang berbagai
sejak dari sumbernya;
macam
Pemilahan, daur ulang
kemudian
dan pembuatan kompos
terjadi tentang pengelolaan sampah
yang dilakukan di dekat
di Kabupaten Boyolali dan yang
sumber sampah;
terakhir adalah mencoba melihat
Meningkatkan
sebuah
pelayanan pengangkutan
pengelolaan
sampah,
masyarakat.
dilakukan
dengan
menyediakan
pengangkut
4.
menjadi
sampah
permasalahan melihat
sampah,
fakta
yang
rancangan
model
sampah
berbasis
Permasalahan
sampah
yang terjadi di Kabupaten Boyolali
yang sudah dipilah.
tidak dapat dilihat hanya dari satu
Serta
sudut pandang saja. Pemerintah
sampah
pengolahan dengan
cara
kabupaten tidak sepenuhnya dapat
lingkungan,
disalahkan atas kinerjanya. Namun
dilakukan dengan proses
juga harus melihat kondisi dan
penimbunan
atau
budaya
masyarakat
pembakaran
sampah
sendiri
yang
ramah
masih memahami
Boyolali belum
yang tidak dapat didaur
sepenuhnya
akan
ulang atau tidak dapat
pentingnya sebuah kesadaran akan
dimanfaatkan lagi.
pengelolaan sampah kota dimulai dari pengelolaan tingkat rumah
KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN
tangga. A. 1 Kesimpulan Empiris
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
9
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
Dari berbagai data yang telah didapatkan di lapangan dapat diambil
kesimpulan
sebagai
berikut:
kota. 3. Pengelolaan sampah yang dilakukan
1. Secara umum pengelolaan sampah
di
kabupaten
Boyolali masih memakai sistem
3P
yaitu
pengumpulan, pengangkutan
dan
pembuangan.
Dengan
ternyata
masih
meninggalkan
oleh
hanyalah
DKP sebatas
mengangkut
dari
lokasi
TPS ke TPA. 4. Untuk urusan pengelolaan sampah
hanya memakai model ini,
di
lokasi
pemukiman
diserahkan
langsung ke masing-masing kelurahan. 5. Kesadaran masyarakat akan kebersihan dan pengelolaan
permasalahan
yaitu
sampah di tiap kampung
berhubungan dengan daya
dan daerah masih belum
tampung TPA yang sangat
merata. Seperti kesadaran
terbatas.
memilah sampah organik
Karena
mekanisme 3P ini masih
dan
belum
dibuang ke TPS.
proses daur
memperhatikan pemusnahan ulang
dan
anorganik
6. Tingkat
sebelum
kesadaran
yang
masyarakat
kemungkinan masih bisa
pengelolaan
bernilai ekonomis baik bagi
kawasan perumahan dan
masyarakat
perkampungan
maupun
kabupaten Boyolali sendiri. 2. Daerah kerja petugas DKP
10
dan pusat perekonomian
Pada perumahan,
dalam sampah
di
berbeda. masyarakat sampah
masih pada tataran wajah
rumahtangga
kota saja, yaitu jalan-jalan
dihasilkan
dipilah
utama dan juga pusat kota
kemudian
baru
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
yang
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
dikumpulkan
di
TPS.
II.
Tipe
pemulung
Sementara pada masyarakat
yang tidak menetap
perkampungan,
di TPA Winong dan
sampah
yang dihasilkan dibakar. 7. Kelompok adalah
setiap
pemulung
komunitas
harinya
pulang ke rumah
yang
yang
kehidupan
lokasinya
berdekatan dengan
perekonomiannya bergantung
sangat
dari
sampah
yang dibuang masyarakat. 8. Terdapat
dua
tipe
TPA Winong. 9. Strategi pengelolaan sistem lama yang mengandalkan pada sistem pengangkutan,
pemulung di TPA Winong
pembuangan
yang
oleh
pengolahan menjadi bahan
itu
urugan yang perlu diubah
ditemukan
peneliti.
Kelompok
adalah: I.
Tipe
pemulung
yang
menetap
di
lokasi TPA Winong
dan
karena
dirasakan
sangat
tidak
ekonomis
(cost
centre). 10. Pendekatan
yang
dan
mendirikan
tepat
rumah
petak
mendatang
dalam
penanganan
sampah
lokasi
di
TPA.
untuk
paling masa
Pemulung tipe ini
melalui sistem pengelolaan
rata-rata berdomisili
sampah terpadu yang dapat
di luar Kabupaten
merubah paradigama dari
Boyolali
sehingga
cost centre menjadi profit
lebih
memilih
centre
dengan
cara
tinggal di TPA dan
memaksimalkan peran serta
sesekali saja pulang
masyarakat
ke
pemanfaatan
tempat
dan sampah
tinggalnya.
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
11
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
menjadi
bahan
yang
mempunyai nilai. 11. Perlu
merupakan
melibatkan
masyarakat
Pengelolaan
dalam
suatu
menanggulangi sistematis
sampah usaha
sampah
untuk secara
dan terencana. Dan
mengelola sampah kota.
dalam
Mulai
proses
terdapat petunjuk secara teknis
pembuangan,
pemilahan,
maupun pelaksanaanya. Namun
pemanfaatan,
pengolahan
dalam operasionalnya yang terjadi
sampai dengan pendanaan.
di kabupaten Boyolali mekanisme
Diharapkan
dengan
yang dijalankan oleh pemerintah
keterlibatan
masyarakat
kabupaten masih sangat sederhana.
dapat
dari
menambah
ekonomis
bagi
pelaksanaannya
nilai
Artinya
DKP
yang
kebersihan
sudah
fokus
pada
wilayah-wilayah
memanfaatkan juga dapat
tertentu yang merupakan wajah
meningkatkan
kota
tingkat
kebersihan
dan
bahwasanya
perekonomian
pusat saja.
Sedangkan
kebersihan
tingkat
kelurahan
diserahkan
pada
kesimpulan
pemerintah
kelurahan
untuk
pelaksanaan
mengelola secara keseluruhan.
Secara keseluruhan dapat suatu
merupakan kota
kenyamanan kota.
diambil
atau
pengelolaan sampah di kabupaten
Dilihat
dari
Boyolali masih belum melibatkan
Participatory
masyarakat sebagai aktor utama
(PRA)
dalam pengelolaannya meskipun
masyarakat
DPU ESDM dan BLH sudah
sampah
berusaha
untuk
melibatkan
terwujud.
Padahal
masyarakat
dalam
pengelolaan
Participatory
Rural
sampah di kabupaten Boyolali.
(PRA)
B. 2 Kesimpulan Teoritis
dalam
ini
Rural
teori Apprasial
maka
partisipasi
dalam
pengelolaan
belumlah
dapat teori
Apprasial
terbukti sangat efektif melibatkan
masyarakat
dalam semua tahapan program ;
12
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
dari identifikasi masalah hingga
lingkungan rumah tangga. Dimulai
perencanaan,
dari
dari proses pemilahan sampah di
pengorganisasian dan pelaksanaan
lingkungan rumah tangga masing-
sampai pemantauan dan evaluasi.
masing. Dengan tujuan supaya
Belum partisipasi
terlaksananya
masyarakat
sampah
yang
masih
dalam
dimanfaatkan
proses pengelolaan sampah kota
dikumpulkan
dikarenakan lemahnya peraturan
ataupun petugas sampah untuk di
dan perundangan di daerah yang
daur ulang menjadi barang yang
mengatur
keharusan
bisa digunakan kembali. Proses
masyarakat untuk terlibat secara
keterlibatan ini dimaksudkan untuk
langsung
proses
bisa menekan secara maksimal
pengelolaan sampah kota. Sinergi
tumpukan sampah di lokasi TPA.
yang
Dengan adanya keterlibatan dan
tentang
dalam
baik
antara
pemerintah
bisa
bisa
oleh
kembali pemulung
kabupaten dengan berbagai sektor
partisipasi
masyarakat belum bisa terwujud.
pengelolaan samapah kota akan
Sehingga
menimbulkan suatu budaya pada
yang
pemahaman
terjadi
yang
adalah
salah
masyarakat
akan
pengelolaan
lingkungan
untuk
urusan
pengelolaan
sampah
menjadi
dan
dalam
dari
masyarakat
urusan
masyarakat
tanggungjawab
pentingnya hidup
secara bersama-sama dan saling berkesinambungan.
pemerintah saja. Partisipasi yang dimaksud disini
adalah
masyarakat
bagaimana
sebagai
produsen
utama sampah kota bisa dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan sampah kota mulai dari tahap paling
awal
pembuangan
C. 3 Kesimpulan Metode
yaitu sampah
tahap di
Dalam digunakan
penelitian
metode
ini
penelitian
kualitatif dengan memakai peneliti sebagai
instrumen
penelitian.
Peneliti sebagai pencari data secara langsung melakukan pengamatan
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
13
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
dan eksplorasi terhadap berbagai
yang
fakta
yang
lingkungan wilayahnya. Dengan
menjadi obyek penelitian. Apabila
alasan itulah peneliti mengambil
dirasa masih belum mencukupi
sampel
ketua
maka peneliti akan kembali turun
sebagai
informan
lapangan
untuk
menjelaskan tentang keterlibatan
melengkapi
data
dan
permasalahan
mencoba yang
dirasa
kurang tersebut. alur
mengungkapkan
PKK
untuk
perempuan
di
bisa
dalam
sampah
kota.
penulisan
Sedangkan
informasi
dahulu
pemulung,
peneliti
tentang
wawancara di lokasi TPA Winong
terlebih fakta
kondisi pengelolaan sampah di kabupaten
kaum
pengaruh
kelompok
pengelolaan
Dengan yang
memiliki
Boyolali,
mengenai melakukan
kabupaten Boyolali.
peneliti
Dalam
melakukan
bertujuan untuk bisa mencoba
penelitian ini baik di perumahan
membuat
model
ataupun di komunitas pemulung,
pengelolaan berbasis masyarakat,
peneliti hampir tidak menemui
diharapkan
mengatasi
kendala berarti. Para informan
berbagai permasalahan yang ada di
mudah untuk diajak wawancara
kabupaten
bahkan menerima dengan terbuka
rancangan
bisa
Boyolali,
khususnya
dalam pengelolaan sampah.
kedatangan
Populasi dalam hal ini adalah
masyarakat
kabupaten
Boyolali, khususnya ibu rumah tangga.
Seluruh
menjadi
yang
ketika
mengadakan wawancara. Sehingga informasi yang dibutuhkan dengan mudah di dapatkan.
populasi
seharusnya mendapatkan hak dan kesempatan
peneliti
sama
untuk
sampel, tetapi karena
SARAN Dengan
melihat
mempertimbangkan
hasil
jumlah ibu rumah tangga relatif
penelitian
banyak maka dalam penelitian ini
berdasarkan
difokuskan pada ibu rumah tangga
lapangan yang telah dilakukan,
14
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
yang
dan
telah
pada
dicapai penelitian
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
maka ada beberapa hal yang perlu
sampah mulai dari tingkat
disampaikan sebagai saran.
kota sampai rumah tangga.
Adapun
saran
tersebut
adalah sebagai berikut:
sinergi
juga
mulai
pengelolaan
1. Perlu adanya dan
Dan
koordinasi yang
baik
diantara berbagai elemen dalam masyarakat dengan pemerintah
dalam
dari
retribusi
sampai
pembagian
honorarium bagi petugas sampah. 3. Perlu
diterapkan
sanksi
yang tegas bagi siapa saja
pengelolaan sampah kota.
baik
Dimana
maupun tidak sengaja yang
masing-masing
dengan
pihak perlu diatur hak dan
melakukan
tanggungjawabnya
yang
dalam
sengaja
pelanggaran
telah
diterapkan
pengelolaan sampah kota.
dalam pengelolaan sampah
Diharapkan dengan adanya
kota. Hal ini dimaksudkan
pembagian atau pengaturan
untuk
posisi,
kesadaran
hak,
tanggungjawab
dan secara
menumbuhkan atau
tanggungjawab
dalam
umum dan mendasar bisa
penciptaan
memperjelas
yang sadar sampah.
dan
mengontrol kinerja masingmasing sektor atau elemen. 2. Peningkatan
kualitas
pelayanan
pengelolaan
masyarakat
4. Bagi komunitas pemulung perlu
adanya
pengakuan
sebuah kelompok
pemulung yang legal dari
sampah dengan menjadikan
pemerintah
kabupaten
penanganan
supaya
selamanya
sampah
tidak
menjadi satu atap. Dengan
menjadi
menunjuk
marginal.
satu
lembaga
kelompok Karena
sebagai pusat koordinasi
dari
dan kontrol
timbunan sampah di TPA
pengelolaan
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
komunitas
justru inilah
15
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
bisa dikurangi walaupun masih dalam skala kecil.
informasi
yang
mengenai
lebih kondisi
Dan kelompok inilah satusatunya
kelompok
yang
mau untuk mengais sampah menjadi berkah.
pengelolaan
sampah
di
semua sektor masyarakat. Di
samping
itu
perlu
5. Sebaiknya untuk penelitian diadakan forum FGD atau selanjutnya semacam ini Fokus Group Discussion dapat lebih bisa menjalin dengan pihak pemerintah kerjasama dengan dinaskabupaten
maupun
para
dinas terkait yang masih pakar
atau
pemerhati
ada hubungannya dengan lingkungan
hidup
untuk
pengelolaan sampah kota bisa merumuskan sebuah sehingga akan ada lebih model yang lebih baik lagi. banyak
masukan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Abojoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta. Daniel, T.S., Hasan, P dan Vonny, S. 1985. Teknologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suatau Pendekatan Konseptual. PPLH ITB., Bandung. Dinas Kebersihan Kota DKI Jakarta. 1985. Permasalahan dan pengelolaan Sampah Kota Jakarta. Jakarta. Haryanto Eko Dkk, 2006, Peningkatan Kualitas Pelayanan Sampah Dengan Menjadikan Penanganan Sampah Menjadi Satu Atap Sebagai Cara
16
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
Haryono, Identifikasi Pengelolaan Sampah Kota Yang Berbasis Partisipasi Peran Aktif Keluarga dan Pemulung
Meningkatkan Kesejahteraan Petugas Penarik Gerobak Sampah, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH), 2008, Statistik Persampahan Indonesia Laporan Periodik Sampah Kabupaten Boyolali Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Boyolali.
JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013
17