IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_
[email protected]) Desak Made Oka Purnawati *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Keliki, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Sejarah keberadaan Pura Gunung Kawi di Desa Pakraman Keliki; (2) Struktur dan Fungsi Pura Gunung Kawi; dan (3) Keunikan Pura Gunung Kawi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut (1) tehnik penentuan informan;(2) tehnik pengumpulan data;(3) Validitas data;(4) analisis data. Berdasarkan temuan di lapangan Pura Gunung Kawi diperkirakan berdiri pada abad ke VIII pada era Maha Rsi Markandhya yang mengembangkan konsep ajaran Agama Siwa. Hal ini dapat dilihat dari letak Pura Gunung Kawi di kawasan Munduk Gunung Lebah yang merupakan bagian dari rute perjalanan suci/ Darmayatra dan tirtayatra Rsi Markandhya dari India menuju ke Nusantara tepatnya di Balidwipa dan Pura Gunung Kawi merupakan Perhyangan Dewa Siwa. Struktur Pura Gunung Kawi terdiri dari tiga halaman, yakni nista mandala atau jaba sisi, madya mandala atau jaba tengah, dan utama mandala atau jeroan. Fungsi Pura Gunung Kawi secara umum dapat dibagi lima yakni, (1) Fungsi Religius; (2) Fungsi Sosial; (3) Fungsi Pendidikan; (4) Fungsi Budaya; dan (5) Fungsi Ekonomi. Keunikan Pura Gunung Kawi sebagai sumber pembelajaran IPS karena terdapat artefak berupa sarkofagus, Siwakrana dan Pelinggih Ratu Arak Api yang bias dijadikan sebagai suplemen pembelajaran ABSTRACT This research was done in Pakraman Keliki Village, Gianyar, Bali which aimed to determine: (1) the existence of Gunung Kawi Temple history in Pakraman Keliki Village, (2) the structure and function of Gunung Kawi Temple; and (3) the uniqueness of Gunung Kawi Temple as social studies. This research is qualitative research, so that some steps was done are (1) of determining source; (2) fund raising; (3) validity.; and (4) analysis. Based on the findings at Gunung Kawi Temple within reason be at age VIII by Maha Rsi Markandhya with fostering concept Agama Siwa. Provide in this look from the location Gunung 1
Kawi Tample in this Munduk Gunung Lebah witch form the tour rute Darmayatra and Tirtayatra by Rsi Markandya and Gunung Kawi Tample form Dewa Siwa palace. The structure of Gunung Kawi Temple consists of three pages, there are nista mandala or jaba sisi, the madya mandala or jaba tengah, and the utama mandala or jeroan. The functions of Gunung Kawi Temple in general is divided five parts (1) Religious fuction; (2) Social function; (3) Education function; (4) Cultural function; and (5) economy function. The uniqueness from Gunung Kawi Tample as well sosial study because in this location are artifact as sarcophagus, Siwakrana and Pelinggih Ratu Arak Api. Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi Pura Gunung Kawi *)
Dosen Pembimbing artikel.
2
Dalam perkembangan agama Hindu
Carik, yang ditunjukan oleh sebuah
di
Pelinggih
Bali
tersebar
banyak
pura
Ratu
Arak
Api,
dan
sehingga pulau Bali disebut dengan
pelinggih berupa sarkofagus. Dan
pulau seribu pura. Pura-pura ini
artefak ini bisa dipakai sebagai
tersebar dari ujung barat sampai ke
sumber belajar IPS di lihat dari aspek
ujung timur Pulau Bali. Pura-pura ini
sejarah.
ada dari peninggalan zaman Bali
METODE
Kuno sampai zaman sekarang. Salah
Penelitian ini menggunakan
satu Pura Kuno di Bali adalah Pura
pendekatan
Gunung Kawi.
dengan
Pura Gunung Kawi yang ada
penelitian
kualitatif
langkah-langkah
sebagai
berikut:
di Desa Pakraman Keliki dipercaya merupakan parhyangan Dewa Siwa. Selain
itu
pada
pura
ini
Teknik Penentuan Informan
juga
Untuk memperoleh data yang
difungsikan oleh masyarakat Desa
akurat dan relevan, maka dalam
Pakraman Keliki sebagai tempat
penentuan
untuk memohon agar lahan pertanian
menggunakan
masyarakat mendapatkan kesuburan.
Gusti
Tampaksiring merupakan salah satu
lain
sebagai situs kepurbakalaan dan
yang
membantu
terkenal karena candi tebingnya.
Karya
kemudian
dianggap dalam
mampu pemecahan
masalah yaitu Ida Pedanda Nyoman
Pura Gunung Kawi di Desa
Buruan, Nagakan Padma (Kepala
Pakraman Keliki merupakan salah
Desa), dan I Ketut Gara(Bendesa
satu pura yang memiliki beberapa
Adat).
keunikan diantaranya adalah terdapat
Pura
Putu
informan kunci menunjuk informan
lingkungan pura yang ditetapkan
Siwakrana,
porposive
informan kunci yaitu Jero Mangku
di Tampaksiring, Gunung Kawi di
Siwa
tehnik
penulis
sampling yaitu dengan penentuan
Berbeda dengan Pura Gunung Kawi
Drue
informan
Upakrana
atau
Gunung
Kawi
Teknik Pengumpulan Data Pada
penelitian
diperoleh dengan cara :
difungsikan sebagai Pura Swagina sama dengan Pura Dugul atau Ulun
3
ini
data
Wawancara Untuk
Validitas Data mengumpulkan
Data yang sudah diperoleh
informasi dari sumber data dilakukan
dicatat
dengan cara wawancara tidak secara
jenisnya.
terstruktur, karena penelitian ini
kemantapan atau validitas data dapat
adalah penelitian lapangan. Pedoman
dilakukan teknik triangulasi sumber,
wawancara yang digunakan dalam
dengan cara membandingkan sumber
penelitian ini adalah wawancara
data yang diperoleh dari informan 1,
terbuka sehingga didapatkan data
informan 2, dan informan 3.
secara mendalam.
Teknik Analisis Data
dikumpulkan Untuk
sesuai
memperoleh
Pada penelitian ini analisis
Observasi Observasi dilakukan dengan cara
dan
partisipasi
aktif
data yang digunakan adalah model
untuk
analisis
interaktif.
Pertama-tama
mendapatkan data tentang keunikan
melakukan pengumpulan data dan
Pura Gunung Kawi berupa artefak
menganalisisnya.
(Pelinggih Ratu Arak Api, Benda
dilakukan reduksi data. Selanjutnya
Kebesaran Siwakrana dan Pelinggih
data di fokuskan sesuai dengan tema
Sarkofagus) yang dapat digunakan
dan
sebagai
diambil data yang paling lengkap dan
sumber
belajar
dengan
jenisnya
Kemudian
untuk
menggunakan media foto.
pokok.
Analisis Dokumen
penyajian data. Kemudian dilakukan
Dokumen adalah
yang
peninggalan-
dianalisis
Setelah
itu
selanjutnya
dilakukan
penarikan simpulan.
peninggalan
HASIL
tertulis. Bahan dokumen tersebut
Sejarah Pura Gunung Kawi
berupa arsip pengurus pura, buku,
Pura Gunung Kawi di Desa
surat kabar atau jurnal. Teknik ini
Pakraman Keliki diperkirakan di
disebut juga teknik kepustakaan.
bangun pada abad ke- 8 Masehi pada
Penggunaan tehnik ini adalah untuk
era Maha Rsi Markandya.
memperoleh data sekunder, untuk
Struktur Pura Gunung Kawi
mendukung data primer.
Struktur Pura Gunung Kawi terdiri dari tiga halaman. Halaman pertama disebut nista mandala atau
4
sering disebut jaba sisi (halaman
Sudarsana, Pura ini dibangun pada
luar), Mandala kedua disebut Madya
era Maha Rsi Markandhya yang
Mandala,
mengembangkan
dan
mandala
ketiga
disebut Utama Mandala.
konsep
ajaran
Agama Siwa (Tripaksa sakthi). Hal ini dapat dilihat dari Pura Gunung Kawi merupakan Perhyangan Dewa
Fungsi Pura Gunung Kawi Secara garis besar fungsi
Siwa dan ditunjukan sebuah benda
Pura Gunung Kawi ada lima yaitu: 1)
pusaka berupa Siwakrana dimana
Fungsi Religius; 2) Fungsi Sosial; 3)
Siwakrana
Fungsi
kebesaran yang dimiliki oleh pendeta
Pendidikan;
4)
Fungsi
Budaya; 5) Fungsi Ekonomi.
atau
Keunikan Pura Gunung Kawi
penganut
Berbeda dengan pura-pura
merupakan
pedanda
yang
aliran
benda
merupakan
Siwa
Sidanta
(Wiratmadja dan Ngurah Nala, 2012:
lain pada umumnya, Pura Gunung
33).
Kawi memiliki beberapa keunikan.
Selain itu letak Pura Gunung
Pada Pura Gunung Kawi terdapat
Kawi ini terletak pada kawasan
artefak yang bisa dijadikan sebagai
Munduk
sumber belajar IPS, selain itu juga
merupakan
terdapat
Darmayatra dan tirtayatra Maha Rsi
Siwakrana,
dan
juga
terdapat Pelinggih Ratu Arak Api.
Gunung
Lebah
yang
rute
perjalanan
suci
Markandhya dengan pengiring Wong Aganya. Dengan
PEMBAHASAN
yang
sangat
besar kemungkinan Pura Gunung
Sejarah Pura Gunung Kawi Sumber
demikian
menyatakan
Kawi di Desa Keliki diperkirakan
kapan Pura Gunung Kawi di Desa
telah ada sejak abad ke – 8 Masehi
Keliki
pada era Maha Rsi Markandhya yang
dibangun
tidak
dapat
diketahui secara pasti, karena tidak
mengembangkan
ada
Agama
sumber
tertulis
yang
Siwa
konsep
ajaran
(Tripaksa
sakthi).
menyebutkan secara jelas mengenai
Kawasan Munduk Gunung Lebah
kapan didirikannya pura ini. Namun
atau Munduk Taro yang merupakan
menurut cerita dari Jero Mangku
rute perjalanan suci Rsi Markandhya
Gusti Putu Karya dan dari I Ketut
menuju Gunung Raung.
5
menyerupai
menara,
sebagai
Struktur Pura Gunung Kawi Struktur Pura Gunung Kawi
sarana
berfungsi komunikasi
masyarakat Bali. Dan terdapat dua
terdiri dari tiga halaman. Halaman
Pelinggih
pertama disebut nista mandala atau
Sedan Apit Lawang. Kata Apit
sering disebut jaba sisi (halaman
Lawang berasal dari dua kata yaitu
luar).
merupakan
“apit” dan “lawang”, apit berarti
lambang alam bawah (bhur loka) dan
kembar, double sedangkan lawang
bagian
suci
berarti pintu, jadi Apit Lawang
Di
adalah pelinggih kembar sebagai
Mandala
yang
(profan)
ini
paling
(Suyasa,
tidak
1996:10).
yang
disebut
dalam areal nista mandala terdapat
penjaga pintu masuk.
bangunan Bale Wantilan. Bangunan
Mandala
dengan
ketiga
disebut
wantilan ini diperuntukkan sebagai
utama mandala atau sering disebut
tempat mengadakan hiburan bagi
jeroan. Bagian ini merupakan areal
masyarakat yang tangkil ke Pura
paling
Gunung
pelinggih
Kawi
dilangsungkan
pada
(sakral).
(bangunan
Bangunan suci)
yang
piodalan
terdapat di areal utama mandala
seperti tempat tarian-tarian, tempat
yakni. (1) Balai Paruman bangunan
pementasan
ini
pementasan
upacara
waktu
suci
drama, gong,
tempat
tempat
para
kedua
sebagai
tempat
melinggih semua sesuhunan ketika
pemedek beristirahat dan lain-lain. Mandala
berfungsi
piodalan. (2) Balai patok atau balai
disebut
pasandekan
yang
biasanya
madya mandala atau sering disebut
difungsikan sebagai tempat untuk
jaba tengah. Bagian ini memisahkan
menerima tamu saat piodalan. (3)
antara nista mandala dengan utama
Bale Gong, Bangunan ini berfungsi
mandala (Suyasa, 1996:11). Di
untuk tempat memainkan peralatan
dalam
gong
terdapat
areal
madya
beberapa
mandala bangunan
pada
berlangsung.
saat (4)
piodalan Pelinggih
pelinggih (bangunan suci) yakni
Siwakrana,
bangunan
sebagai berikut. Bale Kulkul berada
merupakan
tempat
di pojok sebelah barat daya madya
sebuah Siwakrana (benda kebesaran
mandala,
kaum
dengan
bentuknya
6
Brahmana)
suci
ini
berstananya
dipercaya
peninggalan Maha Rsi Markandya
sebagai stana dari Ratu Ngurah yang
yang dikeramatkan oleh krama Desa
memiliki fungsi sebagai sekretaris
Pakraman
sesuhunan yang berstana di pura
Gunung
Keliki. Agung
berfungsi
(5)
Pelinggih
bangunan
sebagai
tempat
ini
Gunung Kawi. (13) Balai Pasucian
atau
atau Balai Paselang, Pelinggih ini
berstananya Ida Bhatara Gunung
difungsikan
Agung. (6) Pelinggih Besakih-Batur
melinggih Ida Bhatara yang rauh ke
Pelinggih
sebagai
Pura Gunung Kawi saat piodalan.
pengastawa ke pura Besakih dan
(14) Balai Pangubengan, Biasanya
Pura Batur. (7) Padmasana, (8) Balai
bangunan ini difungsikan sebagai
Pelik, Pada saat piodalan pelinggih
tempat memuja Ida Bhatara secara
ini
keseluruhan di Pura Gunung Kawi.
ini
berfungsi
berfungsi
sebagai
tempat
sebagai
pelinggih Ida Batara Sami yang
(15)
melinggih atau berstana di pura
berfungsi sebagai mempersiapkan
Gunung Kawi. (9) Meru Tumpang
segala sajian upacara atau banten
Tiga, Di Meru Tumpang Tiga ini
ketika piodalan berlangsung serta
berstana
dengan
mempersiapkan makanan bagi para
pratima
penangkil,
serta
pengayah
berwujud batu. (10) Pelinggih Ulun
nagturang
ayah.
(16)
Danu, Bangunan ini dibuat berfungsi
Sarkofagus, konon pelinggih ini
sebagai pengastawa ke Ulun Danu.
merupakan sebuah telaga yang tidak
(11) Pelinggih
Ratu
pernah kurang airnya yang disebut
Pelinggih
berfungsi
Dewa
perwujudan
Siwa
sebuah
ini
Arak Api, untuk
dengan
Prantenan,
tempat
Telaga
bangunan
Waja.
ini
yang
Pelinggih
Disinilah
memohon terang. Apabila terjadi
tempat masyarakat Desa Pakraman
hujan secara terus menerus, pada
Keliki
pelinggih inilah masyarakat Keliki
menghaturkan atau menuangkan air
memohon agar hujan berhenti atau
ke dalam sarkofagus yang dipercaya
disebut nunas endang. (11) Pelinggih
akan mendatangkan hujan. Nunas
Pangastawan Segara, Pelinggih ini
Hujan ini masih tetap dilakukan
dibuat
sampai sekarang oleh krama subak
dengan
tujuan
sebagai
pengastawa ke segara atau laut. (12)
nunas
hujan
apabila lahannya kekeringan.
Pelinggih Ratu Ngurah: pelinggih ini
7
dengan
Fungsi Pura Gunung Kawi
dilihat
Fungsi Religius
wacana juga sebagai tempat belajar
Pura Gunung Kawi berfungsi sebagai bagi
tempat
umat
kegiatan
dharma
membuat upakara seperti membuat
persembahyangan
Hindu.
dalam
banten, penjor, dan perlengkapan
Sebagaimana
lainnya.
halnya dengan pura lain yang ada di Bali,
Pura
Kawi
juga
hari-hari tertentu
yang
Dapat dilihat dari berbagai
disucikan yang disebut piodalan.
atraksi pertunjukan kesenian yang
Piodalan di Pura Gunung Kawi jatuh
ditampilkan
pada Purnamaning Kapat. Fungsi
penyelenggaraan upacara piodalan.
religius
Adapun
memiliki
Gunung
yang
terdapat
di
Fungsi Budaya
Pura
pada
saat
kesenian-kesenian
yang
Gunung Kawi adalah terkait dengan
dipentaskan di Pura Gunung Kawi,
Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya
yaitu
yang merupakan bagian dari Panca
berlangsungnya piodalan, seni tari:
Yadnya
seni tari yang biasanya dipentaskan
Fungsi Sosial
saat piodalan berlangsung adalah
Pura sebagai tempat sosial
seni
suara
(kidung)
Tari topeng sidakarya, tari rejang,
yaitu hubungan antara umat dan
dan tari baris, dan seni tabuh.
lingkungan yang ada di sekitarnya
Fungsi Ekonomi
(fungsi horisontal). Pura juga sebagai tempat
melakukan
saat
Pungutan suka rela berupa
hubungan
sesari (punia) dari
pemedek yang
komunikasi yang bisa dilihat seperti
datang untuk bersembahyang di Pura
pada pelaksanaan rapat, interaksi saat
Gunung
menjelang dan saat piodalan.
pemangku pura.
Fungsi Pendidikan
kegiatan
diberikan
kepada
Keunikan Pura Gunung Kawi
Pura merupakan tempat untuk melaksanakan
Kawi
Sebagai Sumber Pembelajaran IPS
terutama dibidang
Berbeda dengan pura-pura lain
keagamaan dan juga tempat untuk
pada umumnya, di Pura Gunung Kawi
melangsungkan kegiatan pendidikan
terdapat beberapa artefak yang bisa
dalam
pendidikan
dijadikan sebagai sumber belajar IPS di
nonformal. Pendidikan ini dapat
lihat
8
dari
aspek
sejarah.
Dengan
adanya situs peninggalan berupa
SIMPULAN
sarkofagus di pura Gunung Kawi maka
dapat
dimanfaatkan
Sejarah Pura Gunung Kawi di
oleh
Desa Pakraman Keliki, diperkirakan
sekolah sebagai sumber belajar IPS
telah ada sejak abad ke – 8 Masehi
khususnya dilihat dari aspek sejarah
pada era Maha Rsi Markandhya yang
mengenai peninggalan megalitikum
mengembangkan
atau batu besar.
Agama Siwa (Tripaksa sakthi). Hal
Disamping itu di dalam Pura Gunung
konsep
ajaran
ini dikarenakan jika dilihat dari letak
Kawi
terdapat
benda
yang
menjadi
barang
kawasan Munduk Gunung Lebah
pusaka di Desa Pakraman Keliki,
yang merupakan rute perjalanan suci
benda ini berupa sebuah Siwakrana
Darmayatra dan tirtayatra Maha Rsi
yang dipercaya oleh krama Desa
Markandhya dengan pengiring Wong
Keliki peninggalan Rsi Markandya.
Aganya. Selain itu juga Pura Gunung
Benda
kebesaran
digunakan
Kawi merupakan Perhyangan Dewa
untuk
pengastawa
memuja
Siwa yang dapat di lihat pada Pura
kebesaran Siwa setiap ada upacara di
Gunung Kawi terdapat sebuah benda
Pura Kahyangan Tiga dan Dang
kebesaran
Kahyangan
Struktur Pura Gunung Kawi di Desa
kebesaran
di
ini atau
wilayah
Pura
Desa
Pakraman Keliki. Selain
Gunung Kawi
terletak
berupa
di
Siwakrana.
Pakraman Keliki terdiri dari tiga juga
halaman, yakni nista mandala atau
yaitu
jaba sisi, madya mandala atau jaba
Pelinggih Ratu Arak Api yang
tengah, dan utama mandala atau
memiliki fungsi tempat memuja
jeroan. Fungsi Pura Gunung Kawi
Dewa Brahma. Pelinggih ini terletak
secara umum dapat dibagi lima
di sebelah selatan dari Pelinggih
yakni, (1) Fungsi Religius; (2)
Ulun Danu, pelinggih ini terdiri dari
Fungsi
tiga bagian yaitu bagian bawah
Pendidikan; (4) Fungsi Budaya; (5)
terbuat dari batu bata, bagian badan
Fungsi Ekonomi. Keunikan Pura
terbuat dari kayu dan atapnya terbuat
Gunung
dari ijuk.
pembelajaran IPS dilihat dari aspek
terdapat
sebuah
Siwakrana pelinggih
Sosial;
Kawi
(3)
sebagai
Fungsi
sumber
sejarah yaitu pada Pura Gunung
9
Kawi terdapat berupa artefak berupa
membimbing
pelinggih Sarkofagus, Selain itu juga
penyusunan artikel menjadi lancar
terdapat
dan dapat terselesaikan dengan
benda
kebesaran
yang
menjadi barang pusaka di desa
dari
awal
baik.
Pakraman Keliki, benda ini berupa
Tuty Maryati selaku Pembimbing
sebuah Siwakrana. Selain Siwakrana
II yang juga memberikan sara,
juga terdapat sebuah pelinggih yaitu
masukan
Pelinggih Ratu Arak Api yang
membimbing
memiliki fungsi tempat memuja
penyusunan artikel sehingga dapat
Dewa Brahma.
terselesaikan dengan baik.
serta
motivasi penulis
dan dalam
Saran Masyarakat Desa Pakraman Keliki hendaknya selalu memelihara dan menjaga kesucian serta kelestariaan Pura Gunung Kawi sebagai bangunan sejarah dan juga aset budaya spiritual yang tidak ternilai harganya bagi keberlangsungan umat Hindu di Bali. Bagi sekolah dengan adanya
Daftar Rujukan Ardana,I Gusti Gde. 1989. Pura Khayangan Tiga. Denpasar:Pemerintah daerah Tingkat I Bali Edi, I Made. 2009. Pura Gunung Raung di Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, Struktur, dan Fungsi Pura). “Skripsi” (tidak diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha
Pura Gunung Kawi yang merupakan bangunan
bersejarah
hendaknya
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar agar siswa dapat lebih paham
Nala, I Gusti Ngurah dkk.1993. Murddha Agama Hindu. Denpasr:Upada Sastra
dengan materi apabila melihat secara langsung ke lapangan.
-------
Ucapan terimakasih ditujukan kepada: Desak selaku
Made
Oka
Purnawati,
Pembimbing
Akademik
Pendit, Nyoman S. 1993. Aspek – Aspek Agama Hindu Seputar Weda dan Kebajikan. Jakarta : Pustaka Manikgeni
dan Pembimbing I yang telah meluangkan penulis
waktunya
dalam
2012. Murddha Agama Hindu. Denpasar: Upada Sastra
kepada
Sura, I Gede. 1994. Agama Sebuah Pengantar. Denpasar : CV. Kayumas Agung.
memberikan
pengetahuannya, memotivasi dan
10
11