IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat racun yang sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk contoh-contoh biologi. Akan tetapi, pada prakteknya formalin banyak disalah gunakan sebagai pengawet bahan makanan seperti tahu. Tahu merupakan suatu produk makanan yang terbuat dari kedelai yang memiliki kandungan air yang banyak sehingga mudah ditumbuhi mikroba.Berdasarkan survei telah ditemukan banyak produk tahu yang mengandung formalin sebagai pengawetnya. Apabila makanan tersebut terkonsumsi dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem metabolisme pada tubuh manusia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan populasi dalam penelitian ini adalah tahu yang dijual oleh seluruh penjual yang ada di wilayah Pasar Sentral Kota Gorontalo, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 12 sampel yang diambil dengan teknik Total Sampling. Pengujian formalin menggunakan metode khromotropik. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 12 sampel tahu yang diuji terdapat 8 sampel diantaranya tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 karena positif mengandung formalin dan 4 sampel lainnya tidak mengandung formalin. Disarankan bagi masyarakat, untuk lebih berhati-hati dalam membeli tahu yang dijual dipasar-pasar. Bagi penjual agar menggunakan bahan pengawet yang diizinkan dan bagi instansi terkait, agar selalu mengawasi makanan yang beredar dipasaran sehingga terjaga keamanannya. Kata Kunci : Formalin, Tahu.
1
Sriyanti Dunggio Mahasiswi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo: Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes dan Ekawaty Prasetya, S.Si, M.Kes Dosen Pembimbing pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai bahan makanan maupun minuman bagi konsumsi manusia (Badan POM, 2004). Dalam hal ini makanan digunakan sebagai sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung hidup manusia. Tetapi makanan juga dapat menjadi unsur pengganggu kesehatan manusia, berupa unsur yang secara alamiah telah menjadi bagian dari makanan maupun unsur yang masuk kedalam makanan dengan cara tertentu. Secara umum bahaya yang timbul dari makanan sering disebut sebagai keracunan makanan (Effendi, 2012). Makanan merupakan kebutuhan dan hak dasar manusia. Namun saat ini tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar, tetapi semakin kompleks.Oleh karena itu, penyediaan makanan tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga keamanannya. Aspek keamanan makanan sangat penting karena berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat (Badan POM, 2003). Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan makanan yang dikonsumsi, keamanan makanan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap produksi yang beredar dipasaran, antara lain harus bebas dari bahan tambahan pangan (BTP). Penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan perlu mendapatkan perhatian khusus, baik oleh produsen dan konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif untuk masyarakat (Cahyadi, 2009). Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
942/Menkes/SK/VII/2003 dijelaskan pada pasal 6 yakni penggunaan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam mengelola makanan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Salah satunya yaitu penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah, yakni penggunaan formalin pada makanan tahu. Formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin,2006). Formalin adalah nama dagang larutan formaldehyd dalam air dengan kadar 30-40%.Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20
dan 10 %,serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin, pembersih lantai, kapal, gudang, pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formalin sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan mayat (Charolina,2005). Tetapi formalin telah disalahgunakan untuk mengawetkan makanan. Padahal formalin telah dilarang penggunaannya sebagai bahan tambahan pangan untuk pengawet, secara resmi pada Oktober 1988. Namun, yang namanya orang yang tidak bertanggung jawab, mereka tetap saja menggunakannya. Hal ini karena formalin harganya lebih murah dibandingkan dengan zat pengawet makanan yang tidak dilarang seperti natrium benzoat, penggunaannya cukup dengan jumlah yang sedikit, mudah digunakan karena berbentuk larutan (Wijaya, 2011). Kesepakan umum dari para kalangan ahli pangan, bahwa formalin tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai bahan pengawet makanan walaupun hanya sedikit, karena tergolong zat karsinogen. Apabila terdapat pada makanan, maka dapat menyebabkan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah,dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah (Widiarnako, 2000). Pada tahun 2010 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Gorontalo menemukan makanan tahu yang tidak memenuhi syarat keamanan karena mengandung formalin. Menurut hasil wawancara yang didapatkan dari salah satu pegawai Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, kandungan formalin yang mereka temukan terdapat pada makanan tahu yang dijual di pasar-pasar. Di Pasar Sentral Kota Gorontalo sering dijumpai para pedagang yang menjual bahan makanan dan minuman,salah satunya adalah pedagang tahu. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan jumlah penjual tahu yang ada di Pasar Sentral Kota Gorontalo ada 12 Penjual dengan menempati tempat yang berdekatdekatan. Tahu yang dijual dipasar sentral diduga mengandung formalin, sebab berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari salah seorang penjual, bahwa dalam sehari itu tidak semua makanan tahu langsung habis terjual.Hal ini dikarenakan banyak penjual tahu yang berjualan dipasar tersebut dan sesuai
dengan hasil pengamatan yang dilakukan, bahwa tahu tersebut berbentuk padat dan keras sehingga tidak mudah hancur apabila disentuh. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi Kandungan Formalin Pada Tahu yang dijual Di Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2013”. METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Pasar Sentral Kota Gorontalo, sedangkan untuk pengujian sampel
dilakukan di Baristand (Balai
Riset dan Standardisasi Industri) Manado. Waktu penelitian yaitu dilakukan pada tanggal 01 – 10 Desember 2013. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Deskriptif Kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui adanya kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo dengan melakukan uji laboratorium. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Penarikan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Total Sampling
atau Sampling Jenuh dimana sebagian sampel
diambil pada semua populasi yang ada,
yaitu dari 12 orang pedagang tahu
tersebut, masing-masing diambil 2 buah tahu. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara Univariat, hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis presentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada 12 penjual tahu yang ada di Pasar Sentral Kota Gorontalo pada tanggal 01 Desember 2013. Kemudian sampel dibawa ke Laboratorium Baristand Manado pada tanggal 2 Desember 2013 dan pengujiannya dilakukan dengan 3 kali pengulangan pada tiap sampel untuk memperoleh hasil yang pasti mengenai kandungan formalin yang terkandung didalam tahu tersebut. Adapun hasil pemeriksaan kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo.
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan formalin Pada tahu yang Dijual Di Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2013 No Kode Sampel Hasil Pengamatan Keterangan 1 A Berwarna Ungu Mengandung Formalin 2 B Berwarna Ungu Mengandung Formalin 3 C Berwarna Ungu Mengandung Formalin 4 D Berwarna Ungu Mengandung Formalin 5 E Berwarna Ungu Mengandung Formalin 6 F Berwarna Ungu Mengandung Formalin 7 G Berwarna Putih Tidak Mengandung Formalin 8 H Berwarna Ungu Mengandung Formalin 9 I Berwarna Putih Tidak Mengandung Formalin 10 J Berwarna Ungu Mengandung Formalin 11 K Berwarna Putih Tidak Mengandung Formalin 12 L Berwarna Putih Tidak Mengandung Formalin Sumber : Data Primer BARISTAND Manado 2013 Pembahasan Berdasarkan tabel 1 dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk menguji ada tidaknya kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo, dilakukan dengan uji kualitatif dengan menggunakan metode khromotropik dengan sampel sebanyak 12 sampel. Dimana tahu dikatakan mengandung formalin jika dari hasil proses pendidihan tersebut terjadi perubahan warna menjadi ungu dan jika tahu tidak mengandung formalin apabila pada proses pendidihan tersebut tahu tidak berwarna ungu atau berwarna putih. Setelah diuji didapatkan bahwa sebagian sampel tahu tersebut tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 karena positif mengandung formalin, diantaranya dari pedagang 1 (A), 2 (B), 3 (C), 4 (D), 5 (E) ,6 (F), 8 (H) ,10 (J), dan sampel tahu yang diambil dari pedagang 7 (G), 9 (I), 11 (K), 12 (L) tidak mengandung formalin. Adapun perbandingan tahu yang positif mengandung formalin dibandingkan dengan tahu yang tidak mengandung formalin yaitu 8:4 atau jika dinyatakan dalam presentase yaitu sebesar 70% untuk tahu yang positif mengandung formalin dan 30% untuk tahu yang tidak mengandung formalin. Beberapa faktor yang mendorong para pedagang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan yaitu, harganya lebih murah, proses
pengawetannya lebih singkat, dan daya awetnya yang sangat bagus. Sedangkan ada beberapa pedagang diantaranya yang tidak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tahu yang dijual biasanya habis terjual dalam sehari, tahu yang dijual tidak banyak sehingga tahu tersebut kadang tersisa, jika tahu yang dijual masih tersisa banyak para penjualnya kadang mengawetkan dengan cara direndam dengan air garam sehingga dapat bertahan pada keesokan harinya dan apabila tahu tersebut sudah rusak atau busuk maka tahu tersebut langsung dibuang. Proses pemberian formalin pada tahu yang dilakukan oleh para penjual agar tahu tersebut tidak rusak atau busuk. Proses pemberian ini sangat mudah dan praktis, yaitu dengan cara merendam semua tahu-tahu tersebut kedalam larutan. Sehingga tahu tersebut tahan lama apabila tidak laku dalam sehari. Formalin banyak digunakan oleh masyarakat karena daya awetnya yang sangat bagus. Oleh karena itu para pedagang atau produsen menyalahgunakan formalin untuk makanan, agar makanan menjadi lebih awet. Penggunaan formalin untuk makanan sangat tidak baik untuk kesehatan karena dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, penyakit yang akan ditimbulkan berupa silent disease yaitu penyakit yang efeknya akan dirasakan dalam jangka waktu lama, beberapa diantaranya adalah kanker, kehilangan daya ingat, insomnia, demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, radang kulit, anemia, kejang-kejang, pingsan, koma bahkan kematian (Charolina, 2005). Penggunaan bahan pengawet ini sangat populer dikalangan kedokteran maupun pedagang makanan olahan. Para epidemiologi dan peneliti berpendapat bahwa pengawet formalin dapat meningkatkan berbagai macam penyakit pada tubuh manusia karena apabila makanan berformalin tersebut terus menerus dikonsumsi, tanpa disadari manusia telah menumpuk zat berbahaya tersebut di dalam tubuhnya yang dapat menjadi bibit pencetus berbagai macam penyakit seperti infeksi ginjal, kanker dan kerusakan hati. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, telah ada pemeriksaan kandungan formalin pada tahu.
Pemeriksaan dilakukan pada beberapa pedagang di Pasar dan Industri-industri tahu. Namun dari hasil wawancara yang didapatkan, formalin pada tahu kebanyakan mereka temukan pada pedagang-pedagang dipasaran, karena apabila tahu yang dijual oleh para pedagang tersebut tidak laku dalam sehari maka diawetkan dengan formalin dan para industri-industri tahu tidak ada yang menggunakan formalin. Oleh sebab itu pemeriksaan kandungan formalin dilakukan di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Penelitian yang sama hasilnya yang dilakukan oleh Tjipningdyah pada tahun 2012, tentang Studi Keamanan Pangan Pada Tahu di Pasar Tradisional Sidoarjo (Kajian dari kandungan formalin) menunjukan bahwa dari 20 sampel tahu yang diperiksa ditemukan 13 sampel diantaranya positif mengandung formalin, juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Lestari tentang analisa adanya kandungan formalin pada tahu di Pasar Tradisional Medan ditemukan 3 sampel tahu positif mengandung formalin. Hal ini menunjukan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Tahu merupakan makanan yang terbuat dari kedelai yang memiliki kandungan air
yang sangat tinggi sehingga menyebabkan daya tahan tahu
maksimal 1 hari pada suhu kamar atau akan mengalami pembusukan dengan cepat. Penyebab pembusukan yang paling utama adalah mikroorganisme, jenis mikroorganisme yang paling cepat menyebabkan proses pembusukan pada tahu adalah bakteri. Bakteri akan tumbuh dan berkembang biak pada tahu sampai mencapai jumlah yang sangat banyaksehingga dapat menyebabkan kerusakan pada tahu, yaitu menimbulkan bau busuk, lendir, asam, perubahan warna, dan perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan. Sehingga tidak jarang para pedagang menggunakan bahan kimia untuk mengawetkannya. Bahan pengawet yang digunakan kadang merupakan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formalin. Formalin biasanya digunakan oleh para dokter untuk mengawetkan mayat, dan tidak untuk digunakan pada makanan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
tentang identifikasi
kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Sentral kota Gorontalo diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Sebagian besar tahu yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo menggunakan formalin sebagai bahan pengawet sehingga tidak layak untuk dikonsumsi karena akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat itu sendiri.
2.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari 12 sampel tahu yang diperiksa terdapat 8 sampel tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 karena positif mengandung formalin, diantaranya dari pedagang 1(A), 2(B), 3(C), 4(D), 5(E),6(F), 8(H), 10(J), dan 4 sampel diantaranya tidak mengandung formalin yaitu dari pedagang 7(G), 9(I), 11(K), 12(L).
Saran 1.
Bagi Masyarakat, dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam membeli tahu yang dijual dipasar-pasar, apabila tahu yang mengandung formalin dikonsumsi secara terus menerus maka akan membahayakan kesehatan.
2.
Bagi Penjual Tahu, diharapkan agar menggunakan bahan pengawet yang diizinkan sehingga aman dan baik untuk dikonsumsi dan tidak lagi menggunakan formalin sebagai bahan pengawet karena akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat itu sendiri
3.
Bagi Instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dan BPOM Provinsi Gorontalo, perlu diadakan penyuluhan mengenai bahan tambahan pangan seperti formalin dan bahaya terhadap kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2003. Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Jakarta : BPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004. Pengujian Mikrobiogi Pangan. Jakarta : BPOM. Cahyadi, W, 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara. Charolina, 2005, Waspadai Makanan Berbahan Tambahan Pangan Berbahaya. Jakarta: Grasindo. Departemen Kesehatan RI, 1999, Undang-Undang Nomor 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Depkes. Effendi, S, 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung : Alfabeta. Lestari, D, 2011. Analisis Adanya Kandungan Formalin pada tahu yang Dijual di Pasar GubugGrogan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Nuryasin, A, 2006. Bahaya Formalin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Tjiptanigdyah, R, 2012. Studi Keamanan Pangan Pada Tahu yang Dijual di Pasar Tradisional Sidoarjo (Kajian dari Kandungan Formalin). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas DR. Soetomo Surabaya. Widiarnako, F, 2000, What Is In Your Food (Rahasia Di Balik Makanan). Bandung : Hayati Qualita. Wijaya, D, 2011. Waspadai Zat Aditif Pada Makananmu. Jogyakarta : BukuBiru.