BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada BAB ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang
permasalahan yang telah dirumuskan pada BAB I, yaitu konsep diri mahasiswa/i melalui media sosial path. Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam dengan narasumber sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung di lapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada mahasiswa/i yang merupakan pengguna media sosial path baik secara aktif maupun pasif, yang kemudian dikaitkan dengan beberapa unsur atau identifikasi masalah. Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber untuk melihat langsung bagaimana upaya mahasiswa/i dalam membangun konsep diri melalui media sosial path. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dan lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian kedalam variabel dan hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Untuk
60
61
dapat mengetahui sejauhmana yang diberikan oleh narasumber penelitian, peneliti menggunakan beberapa tahap: 1. Menyusun draft pertanyaan wawancara dari unsur-unsur kredibilitas yang akan ditanyakan pada narasumber. 2. Melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa/I dari beberapa universitas swasta di Indonesia. 3. Melakukan dokumentasi langsung dilapangan untuk melengkapi datadata yang berhubungan dengan penelitian. 4. Memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. 5. Menganalisis hasil data wawancara yang telah dilakukan. Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah, maka peneliti membagi kedalam tiga pembahasan, yaitu profil narasumber, hasil penelitian dan pembahasan
4.1.1
Media Sosial Path Path adalah situs jejaring sosial baru yang dapat digunakan untuk
saling bertukar foto atau komentar dengan teman atau kerabat dekat saja yang diluncurkan pada bulan November 2010 lalu. Awalnya
situs
jejaring
sosial
ini
hanya
memperbolehkan
penggunanya memiliki teman atau kerabat sebanyak 150 orang saja. Dave Morin, Co-founder sekaligus CEO Path, mengatakan, "Path dibuat untuk menjaga keamanan serta privasi penggunanya. Mereka akan terbebas dari
campur tangan atau komentar orang lain yang tidak begitu akrab dengannya". Morin juga mengatakan bahwa tidak hanya berbagi foto atau komentar saja yang dapat dilakukan pengguna Path, penggunanya dapat juga saling berkirim-kiriman musik atau video secara aman. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah pertemanan di media sosial path meningkat hingga 500 orang. Path adalah situs sekaligus aplikasi yang awalnya khusus untuk pengguna iPhone, namun sekarang telah dikembangkan untuk dapat dipakai oleh pengguna Android. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja Twitter dan Instagram. Penggunanya dapat secara cepat dan aman mengirimkan foto yang diambil dengan menggunakan kamera iPhone atau smartphonenya, serta tidak terganggu dengan tag dari pihak lain seperti yang sering dialami pengguna Facebook. Path diciptakan oleh gabungan entrepreneur yang telah berhasil sebelumnya, seperti Dave Morin (mantan karyawan Facebook), Shawn Fanning (pencipta Napster), dan Dustin Mierau (pengembang Mac Napster). Setelah mereka menciptakan Path untuk iOS dan Android, kini mereka mengambil ancang-ancang untuk memasuki dunia BlackBerry. Saat ini, Path sudah berhasil mengumpulkan dana untuk pengembangan situs sekaligus aplikasinya sebanyak USD 2.5 juta. Dana tersebut didapat dari banyak pihak, seperti Ron Conway, Index Ventures, First Round Capital, Ashton Kutcher, Kevin Rose, Marc Benioff, Chris Kelly,dan banyak lagi lainnya.
62
63
Tampilan Path sangat sederhana, dan terkesan bukan seperti sebuah situs melainkan mirip dengan wallpaper untuk layar komputer karena tidak terdapat banyak tulisan ataupun tombol di dalamnya. Di ujung atas kanan hanya terdapat satu tombol kecil untuk login. Di bagian kiri bawah, terdapat tiga panel lain, yaitu dua panel untuk mengakses atau melihat video seputar Path, dan satu panel untuk mengunduh aplikasi ini. Apabila Anda seorang pebisnis, mungkin Path adalah aplikasi sekaligus situs yang sangat cocok bagi Anda, karena komunikasi Anda dengan rekan bisnis akan lebih terpusat tanpa ada gangguan dari pihak lain. Terdapat beberapa fitur dalam aplikasi sosial media path ini, antara lain: 1. Timeline adalah halaman pada aplikasi path yang berguna untuk menampilkan beragam foto-foto, lokasi, serta informasi mengenai musik/film/buku apa saja yang dibaca oleh teman-teman yang terdapat dalam akun path seseorang. 2. Activity merupakan fitur lain yang terdapat dalam aplikasi path yang berguna untuk melihat apabila ada teman di akun path kita yang menggunakan nama kita di akun path milik mereka. 3. Friends berfungsi untuk melihat jumlah teman yang terdapat dalam akun path milik kita. 4. Moments adalah halaman yang berisikan tentang kegiatan kita di media sosial path tersebut.
4.1.2
Profil Narasumber 1. Danu Utomo
Mahasiswa Universitas Trisakti angkatan 2011 ini dilahirkan di Jakarta, 9 Maret 1993. Dia merupakan mahasiswa Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi dengan Jurusan Teknik Pertambangan. Mahasiswa yang tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran wanita di sisinya ini memiliki motto hidup yang sangat realistis, yakni “Learn from yesterday, live for today and hope for tomorrow.” Motto yang sarat makna ini menyadarkan kita akan arti penting dari masa lalu, karena masa lalu dapat digunakan sebagai guru yang paling berharga sehingga kita mampu memaksimalkan kehidupan kita di masa kini untuk menciptakan harapan-harapan baru di masa yang akan datang. Mahasiswa tingkat akhir yang saat ini sedang disibukkan dengan beberapa kegiatan di kampusnya yang terkait dengan jurusan yang digelutinya, namun berbagai kegiatan tersebut tak lantas membuat dia melupakan salah satu tugas utamanya sebagai mahasiswa
64
65
tingkat akhir yakni skripsi. Dia mampu membagi waktu antara kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Hal ini menyadarkan kita sebagai individu bahwa segala sesuatunya harus selalu berjalan seimbang. Baik antara kehidupan pribadi dengan kehidupan sosial, antara akhirat dan dunia serta hal lainnya dalam hidup.
2. Rinu Ria
Wanita berusia 24 tahun ini merupakan seorang wanita yang masuk ke dalam kategori wanita masa kini. Bagaimana tidak, gaya berpakaiannya yang selalu modis dengan tatanan rambut panjang yang selalu dibiarkan terurai dengan aksen keriting di bagian bawahnya ini selalu mengikuti perkembangan mode terbaru. Lahir di Jakarta pada 4 April 1991 membuat cara pandang wanita ini terbilang dewasa. Ditambah lagi dilihat dari aktivitas dirinya sehari-hari, yakni bekerja di hari Senin sampai Jumat dan berkuliah di hari Sabtu dan Minggu membuat wanita ini handal dalam
mengatur waktu di kehidupnya. Mahasiswi yang saat ini tengah disibukkan dengan proposal skripsinya, berkuliah di Universitas Mercu Buana dengan mengambil Jurusan Public Relations. Rinu merupakan salah seorang wanita yang dekat sekali dengan media sosial. Apapun kegiatan maupun suasana hatinya akan selalu dia curahkan dalam media sosial path. Salah satu prinsip hidupnya yang membuat peneliti kagum adalah setiap wanita itu harus memiliki prinsip. Sehingga dunia mampu memandang wanita sebagai sosok yang istimewa. Peneliti setuju dengan hal tersebut, bahkan sesungguhnya tidak hanya wanita yang harus memiliki prinsip dalam hidup. Namun, setiap individu harus memiliki prinsip dalam hidup untuk menentukan arah tujuan hidupnya. 3. Sinta Putri Nirmala
Remaja beranjak dewasa kelahiran 1994 ini merupakan mahasiswi Fakultas Psikologi di Universitas Tarumanagara. Lahir di Purwokerto pada 25 Januari tidak membuat remaja ini memiliki pergaulan yang sempit,
66
67
karena kegemarannya bermain game online ayo dance semasa SMA (Sekolah Menengah Atas). Membuat dirinya memiliki pergaulan yang luas. Hal ini pula yang menjadi dasar dirinya untuk hijrah ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Mahasiswi yang satu ini bisa dibilang termasuk ke dalam kategori remaja yang santai dan cenderung acuh dalam hal percintaan. Acuh disini tidak berkonotasi negatif, namun acuh disini berarti bahwa mahasiswi tingkat akhir ini merupakan salah satu wanita yang tidak terlalu memperhatikan kehidupsn percintaanya. Baginya cinta hanyalah sebagai tinta dengan warna lain dalam kehidupan. Jadi, ada atau tidaknya warna lain tersebut itu tidak terlalu mempengaruhi kehidupannya. Cinta datang dan pergi, baginya sama saja dengan ada atau tidak adanya cinta. Cinta disini adalah cinta antara lawan jenis, tidak termasuk cinta antara anak dan orang tuanya.
4.2
Hasil Penelitian Mengenai Studi Fenomenologi Tentang Upaya Mahasiswa/i Dalam Membangun Konsep Diri Melalui Media Sosial Path Dari hasil observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti
terhadap para narasumber. Ditemukan hasil dari penelitian mengenai studi fenomenologi tentang upaya mahasiswa/i dalam membangun konsep diri melalui media sosial path. Adapun proses wawancara memdalam yang dilakukan peneliti terhadap narasumber dengan beberapa pertanyaan dan beragam jawaban yang dikemukakan oleh para narasumber.
4.2.1
Mahasiswa/i memahami proses pemaknaan individu terhadap konsep diri Proses pemaknaan individu terhadap konsep diri mereka masing-
masing tentunya akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang berasal dari diri sendiri tentunya merupakan salah satu faktor utama pemicunya perbedaan proses pemaknaan individu terhadap konsep diri tersebut. Anggapan demikian mampu peneliti unggapkan berdasarkan beberapa pertanyaan yang telah peneliti ajukan terhadap beberapa narasumber. Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan adalah apa yang narasumber ketahui tentang konsep diri. Narasumber yang pertama, yakni narasumber Rinu Ria1
menjawab
pertanyaan tersebut dengan jawaban seperti ini: “Ya kalau menurut aku konsep diri itu ya tentang diri kita sendiri, bagaimana kita menunjukkan diri kita agar orang lain itu bisa menilai kita positif atau negatif. Dengan kita memiliki konsep diri orang bisa menilai kita sepeti apa” Istilah rambut sama hitam tapi hati orang siapa yang tahu, berlaku pula untuk pendapat yang diungkapkan oleh masing-masing orang. Contohnya saja pendapat lain yang diungkapkan oleh narasumber Danu
1
Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015
68
69
Utomo2
mengenai
pengetahuannya
tentang
konsep
diri.
Dirinya
mengemukakan bahwa: “Konsep diri adalah pandangan diri terhadap diri kita sendiri” Narasumber Sinta Putri Nirmala3 memiliki pendapat serupa dengan narasumber Danu Utomo mengenai konsep diri. Dirinya mengungkapkan “Kalau konsep diri itu kan pandangan diri kita sendiri terhadap diri kita sendiri”
4.2.2
Mahasiswa/i dapat memahami bentuk-bentuk konsep diri Derajat positif-negatif dari konsep diri akan berpengaruh pada rasa
percaya diri seseorang dan akhirnya mempengaruhi tingkah lakunya. Remaja dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Akibatnya, ia akan lebih bersemangat untuk berusaha mencapai segala tujuannya. Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya. Remaja yang mempunyai konsep diri negatif mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri karena merasa kurang cantik atau kurang berbakat. Oleh karena itu
2 3
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015
konsep diri yang negatif cenderung membawa remaja pada kegagalan. Perasaan tidak mampu dan bayang-bayang kegagalan justru akan menghambat keberhasilan; sehingga sering kali bayang-bayang kegagalan tersebut menjadi kenyataan, dan remaja tersebut akhirnya menghindari kesempatan. Kesempatan yang sebenarnya mungkin saat bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Untuk dapat memahami bentuk-bentuk konsep diri, peneliti mengajukan pertanyaan lanjutan melalui pertanyaan konsep diri seperti apakah yang ingin narasumber bentuk. Narasumber Sinta Putri Nirmala4 memiliki jawaban seperti ini: “Konsep diri yang ingin gue bentuk sih yang gimana yah? Sebenernya sih pendiem enggak, tapi di atasnya pendiem lah. Normalnormal aja. Justru karna dulu gue lebih pendiem dan cenderung pasif. Makanya pengen gue normalin. Biar lebih aktif.” Lain halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh narasumber Rinu Ria5, wanita cantik berambut panjang ini memiliki jawaban berbeda. Dirinya mengungkapkan bahwa: “Konsep diri yang mau saya bentuk pastinya konsep diri yang positif ya. Yang orang lain bisa liat bahwa diri saya apa adanya posistif sewajarnya orang hidup”
4 5
Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015
70
71
Lain individu tentunya lain pula pendapat mereka. Narasumber Danu Utomo6 memiliki pendapat lain, yakni: “Yang saya bentuk adalah konsep diri yang sesuai dengan apa yang ada di realita hidup saya sendiri, seperti misalkan mahasiswa normal pada umumnya”
4.2.3
Mahasiswa/i
dapat
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya. Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti guna dapat lebih mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan konsep diri.
6
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015
Pertanyaan ini dijawab pertama kali oleh Rinu Ria7 dengan jawaban sebagai berikut: “Pastinya diri sendiri sih bukan orang lain, lingkungan bagi aku, aku punya prinsip konsep diri aku nggak mudah terbantuk dari lingkungan karena konsep diri akan terbentuk dari prinsip kita sendiri. Prinsip yang saya ciptakan adalah dimanapun saya bergaul, bukan berarti saya harus bersikap sama dengan lingkungan saya. Harus cerdas dalam lingkungan. Biarpun lingkungan negatif” Narasumber Danu Utomo8 memiliki jawaban singkat untuk pertanyaan ini, yaitu: “Faktor-faktornya yah itu yah bagaimana saya melihat orang lain melihat orang lain yang mencerminkan diri saya sendiri. Misalkan saya melihat orang, oh saya juga ingin seperti orang itu, tapi saya nggak mencontoh secara keseluruhan. Misalnya, lagi trend nya kayak gini atau kayak gini. Gitu aja” Pendapat lain diungkapkan pula oleh narasumber Sinta Putri Nirmala9 guna menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti tentang factor yang mempengaruhi konsep diri. Dirinya mengungkapkan bahwa: “Faktor sosial udah pasti mempengaruhi konsep diri, faktor keluarga juga itu pasti. Faktor-faktor konsep diri itu kan ada dari keluarga itu yang pertama kan. Karena lingkungan tiap hari kita kan ada
7
Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 9 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 8
72
73
di keluarga kan terus faktor kedua ada lingkungan sosial, temen-temen, masyarakat ataupun orang yang lebih tua” Peneliti mengajukan pertanyaan lain guna memperkuat jawaban narasumber mengenai mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri dengan mengajukan pertanyaan tambahan, yakni apakah sejauh ini media sosial path telah membantu narasumber dalam membentuk konsep diri. Satu-satunya narasumber pria10 dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa: “Tidak, eh sedikit bukan tidak. Sedikitnya itu maksud saya nggak secara over all mempengaruhi dari media sosial itu” Narasumber Rinu Ria11 berpendapat lain, pendapat yang dirinya kemukakan adalah: “Tidak membantu. Intinya media sosial itu cuma menyalurkan karakter kita lewat situ. Kalau kita memposting hal-hal buruk orang kan pasti nilai kita itu negatif“ Narasumber Sinta Putri Nirmala12 memiliki jawaban lain, yakni: “Membentuk sih iya sih jadi lebih bisa sharing aja ke orang lain kalau gue kan dulu orangnya lebih introvert, lebih nggak mau terbuka sama orang lain kalau sekarang kan masuknya media sosial jadi bisa mengimbangi temen-temen lah. Introvert tetep tapi sekali-kali bisa nggak terlalu introvert”
10
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 12 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 11
4.2.4
Mengetahui adakah pengaruh antara media sosial path dengan konsep diri Path merupakan satu dari sekian banyak situs media sosial yang
sedang marak digandrungi pengguna di Indonesia terutama dikalangan remaja. Hal ini dikarenakan fiturnya yang memudahkan seseorang untuk meng-update moment seperti dimana sekarang seseorang berada, lagu apa yang sedang didengarkan, film apa yang sedang ditonton sampai dapat mengunggah foto dan video yang ingin pengguna bagikan kepada pengguna lain. Disamping sisi baik dari path yang telah diuraikan tersebut, path juga berpotensi membahayakan bagi para penggunanya apabila digunakan dengan tidak bijak. Misalnya bisa saja terjadi tindak kriminal karena sang pelaku dapat mengetahui dengan mudah lokasi dimana korban berada. Sisi negatif dari path lainnya yaitu sebagai media untuk diri. Sebagai contoh, saat pengguna mengunggah suatu lokasi tempat dia berada, dapat menunjukkan bahwa pengguna sedang berada di tempat yang elit dan mewah. Pengguna berusaha menunjukkan status sosial dirinya. Selain itu, foto-foto yang diunggah pun dijadikan bukti dari status sosialnya. Banyak foto yang menggambarkan pengguna sedang di luar negeri, bersama dengan barang-barang mewahnya, makanan-makanan mahal di restauran, dan sebagainya. Tidak jarang banyak pengguna yang memalsukan lokasi tempat dia berada, dan foto-foto yang diunggahnya hanya karena tidak mau kalah dengan pengguna lain. Path dianggap bersifat adiktif, karena membuat para
74
75
penggunanya terus menerus membuka situs ini dan rutin untuk mengecek isi timeline. Hal ini yang menjadi fokus peneliti dalam melakukan penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh antara media sosial path dengan konsep diri. Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan adalah sejak kapan narasumber mulai menggunakan media sosial path. Narasumber Rinu Ria13 memberikan jawaban: “Aku maen media sosial path sih sejak aku beli android sih pastinya, tapi kalau tepatnya tahun berapa kayaknya 2011 deh.” Sementara ungkapan lain dikemukakan oleh narasumber Sinta Putri Nirmala14. Dia mengungkapkan bahwa dirinya menggunakan media sosial path “Sejak 3 tahun yang lalu berarti itu 2012” Dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Narasumber Danu Utomo15 sendiri menjawab pertanyaan tersebut seperti ini: “Saya mulai menggunakan media sosial path sejak tahun 2013” Pertanyaan lanjutan yang peneliti ajukan adalah tentang tujuan utama narasumber menggunakan media sosial path. Danu Utomo16 selaku satusatunya narasumber pria dalam penelitian ini menjawab:
13
Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 15 Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 16 Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 14
“Saya menggunakan maedia sosial path untuk sharing foto kegiatan sehari-hari saya atau sharing atau musik atau hal lain yang sedang saya dengar” Narasumber Sinta Putri Nirmala17 memberikan jawaban lain, yakni: “Tujuan pertama sih iseng-iseng, abis banyak yang make path kan. Buatlah.. untuk media sosial. Daripada twitter bosen. Kan biar up to date sama trend terbaru” Lain halnya dengan narasumber Rinu Ria18, dirinya mengungkapkan secara singkat pertanyaan yang peneliti ajukan bahwa: “Tujuannya ya biar bisa sharing bareng temen-temen aja kalau lagi dimana gitu, biar nggak gapteklah“ Melanjutkan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Peneliti merasa belum puas dengan hasil dari beberapa pertanyaan sebelumnya. Sehingga peneliti memberikan pertanyaan lanjutan yakni seberapa sering narasumber mengunjungi media sosial path mereka. Wanita berambut panjang19 yang merupakan salah satu narasumber peneliti, memberikan jawaban demikian: “Kalau dulu sering banget yah waktu lagi hits-hitsnya tapi kalau sekarang karna jarang pergi juga jadi jarang posting”
17
Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 19 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 18
76
77
Narasumber Danu Utomo20 memiliki jawaban lain: “Saya mengunjungi media sosial path 5 kali atau lebih dalam sehari” Sementara narasumber Sinta Putri Nirmala21 menjawab pertanyaan tersebut dengan santai, jawaban dirinya adalah: “Seberapa sering… Kalau sekarang mungkin cuman sehari 2 kali atau 3 kali, Itu juga cuman liat moment. Kalau awal-awal bisa 5 kali dalam sehari sih” Peneliti memberikan pertanyaan lanjutan terhadap narasumber yaitu apakah akun media sosial path narasumber terhubung dengan media sosial lainnya. Narasumber Sinta Putri Nirmala22 memberikan jawaban, yakni: “Nggak, sebenernya path itu fungsinya lebih ke media privasi sih yah dan temen-temennya kan nggak kayak facebook yang boleh siapa aja. Kalau path kan cuman temen-temen terdekat aja” Wanita berambut panjang nan anggun ini memiliki pendapat lain. Narasumber Rinu Ria23 menjawab pertanyaan yang peneliti berikan dengan jawaban: “Nggak, aku nggak pernah media sosial lain soalnya emang nggak pake media sosial lainnya juga” 20
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 22 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 23 Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 21
Sementara Narasumber Danu Utomo24 menjawabnya dengan jawaban: “Tidak, media sosial path saya tidak terhubung dengan media sosial lainnya, karena saya tidak ingin sesuatu yang berhubungan dengan path saya langsung ke link ata ke sharing ke media sosial lainnya. Soalnya media sosial lainnya itu digunakan untuk media sosial lainnya, nggak harus berhubungan” Tidak puas dengan jawaban yang kurang mendukung dari narasumber, peneliti mengajukan pertanyaan lainnya, yaitu apakah narasumber pernah melakukan pemalsuan posting pada akun media sosial path mereka. Sinta Putri Nirmala selaku mahasiswa semester akhir di Universitas Tarumanagara25 mengungkapkan: “Nggak pernah sama sekali” Rinu Ria selaku mahasiswi jurusan public relation26 ini mengaku dengan tegas bahwa: “Nggak pernah aku posting kayak gitu.” Sama halnya dengan Danu Utomo27 menjawab: “Tidak sama sekali“
24
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 26 Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 27 Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 25
78
79
Pertanyaan lainnya yang peneliti berikan pada narasumber adalah apakah menurut narasumber media sosial path sangat berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Rinu Ria28 berpendapat: “Media sosial path pengaruh sih bukan terhadap konsep diri, karena konsep diri itu kan terbentuk dari dalam diri sendiri yang pastinya media sosial itu intinya orang jadi tau karaktekter kita dari apa yang kita posting” Sinta Putri Nirmala29 memiliki pendapat lain akan pertanyaan yang peneliti berikan, jawaban tersebut adalah: “Kalau mempengaruhi mungkin mempengaruhi juga karna menurut gue. Gue kan kadang suka pengen sharing ke temen-temen makanya update di path. Jadi menurut gue itu berpengaruh dalam hal biar kita lebih terbuka aja sama orang lain” Jawaban berbeda datang dari Danu Utomo30, dirinya memberikan jawaban agak berbeda: “Tidak, karena konsep diri itu adalah pandangan diri saya terhadap diri saya sendiri, jadi menurut saya itu tidak berpengaruh apaapa . Soalnya itu tidak mempunyai hubungan atau relasi. Saya tidak mau melakukan pencitraan. Yang saya sharing di media sosial path adalah apa adanya” 28
Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Sinta Putri Nirmala dilakukan pada 21 Oktober 2015 30 Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 29
Pertanyaan selanjutnya yang peneliti ajukan pada narasumber adalah mengenai fitur media sosial path mana yang lebih sering narasumber gunakan. Menanggapi pertanyaan yang peneliti berikan, Rinu Ria31 selaku narasumber wanita pada penelitian ini berpendapat: “Semuanya. Yang lebih sering sharing foto sama lokasinya juga yah. Biar eksis aja tujuannya. Biar kita promosiin tempat itu kan secara nggak langsung. Promosi gratis gitu. Tanpa disadari itu mempengaruhi konsep diri sih. Contohnya aku lagi karaokean atau lagi makan itu mengacu kearah pembentukkan konsep diri kan.“ Sinta Putri Nirmala32 memiliki pendapat sendiri, yakni: “Kalau fitur lebih ke fitur listening. Fitur path yang gue tau kan ada listening, sharing picture, check in tempat sama reading book. Paling sering listening dan check in tempat. Soalnya kalau listening biar orang tau musik apa yang gue dengerin, buat konsep diri. Kali aja ada orang yang nggak tau musik itu kan jadi tau tuh. Kalau check in tempat cuma tujuannya emang gue lagi disitu sama temen-temen. Sekalian promosi, tergantung tempatnya kece nggak. Kalau nggak kece pasti nggak check in.” Satu-satunya pria dalam penelitian ini narasumber Danu Utomo33 memiliki pendapat bahwa dirinya lebih sering menggunakan fitur
31 32
Wawancara dengan Rinu Ria dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015 Wawancara dilakukan pada 21 Oktober 2015
80
81
“Sharing foto, karena itu bisa memperlihatkan atau mensharing foto di path untuk orang lain tahu kalau saya itu melakukan hal yang kayak gini dan sesuai aja dengan realita hidup saya aja”
4.3
Pembahasan Selanjutnya peneliti akan membahas tentang hasil wawancara dengan para
narasumber mengenai konsep diri mahasiswa/i melalui media sosial path periode Oktober 2015 – Desember 2015. Ditemukan beberapa pernyataan yang berbeda dari masing-masing narasumber. Mengenai pembahasan yang pertama yaitu memahami proses pemaknaan individu terhadap konsep diri, ditemukan bahwa para narasumber mengetahui konsep diri adalah pandangan mereka tentang diri sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana34 yaitu konsep-diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai pemahaman mahasiswa/i dalam memahami bentuk-bentuk konsep diri. Saat ditanya mengenai konsep diri apa yang sebenarnya ingin narasumber bentuk, jawaban mereka hampir serupa. Ratarata menjawab hanya ingin membentuk konsep diri yang normal dan positif. Narasumber Sinta Putri Nirmala ingin membentuk konsep diri yang sedikit terbuka, karena dirinya mengatakan bahwa sebelum menggunakan media sosial 33
Wawancara dengan Danu Utomo dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015 Mulyana Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 8 34
path dirinya merupakan pribadi yang tertutup. Hal itu terbukti dari jumlah kegiatan dirinya yang sangat aktif di media sosial path. Pembahasan ketiga peneliti membahas mengenai sejauh mana pemahaman mahasiswa/i dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri. Melalui jawaban masing-masing narasumber, peneliti mampu menemukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu diri sendiri, sosial dan keluarga. Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang dikemukakan oleh Mulyana35 bahwa konsep-diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut significant others. Selanjutnya peneliti juga menemukan bahwa media sosial path dapat membantu dalam membentuk konsep diri, baik itu secara keseluruhan ataupun tidak tergantung pribadi masing-masing. Melanjutkan pembahasan keempat yaitu mengenai pengaruh antara media sosial path dengan konsep diri, ditemukan bahwa media sosial path mampu mempengaruhi konsep diri seseorang tergantung dari cara pandang mereka. Ada yang mengatakan bisa mempengaruhi tetapi bukan terhadap konsep dirinya tetapi lebih terhadap pribadi mereka. Ada pula yang beranggapan bahwa media sosial path sama sekali tidak berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Selain itu ditemukan juga pendapat yang menyetujui hal ini dimana konsep diri itu dipengaruhi oleh media sosial path. Pembahasan akhir mengenai studi fenomenologi tentang upaya mahasiswa/i dalam membangun konsep diri. Peneliti mampu mengemukakan bahwa apa yang 35
Mulyana Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 8
82
83
mereka posting di media sosial path tidak selalu menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika para narasumber tersebut memposting sisi hidupnya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Contoh konkrit dalam media sosial path adalah ketika narasumber Rinu Ria memperkenalkan diri melalui akun media sosial path miliknya. Akun media sosial path miliknya tersebut sengaja dibuat agar mempunyai citra yang baik untuk mewakili peran yang akan dimainkan oleh dirinya. Begitu pula saat dirinya memposting status, komentar, dan foto. Wanita berambut panjang ini sengaja membangun sebuah image yang baik, yang ingin diperlihatkan pada temantemannya. Peneliti mampu mengemukakan bahwa sesungguhnya apa yang mereka perlihatkan di akun media sosial path mereka adalah sebuah front stage dari diri mereka, dan teman-temannya di media sosial path mereka adalah penontonnya. Para pengguna media sosial path akan membuat segala macam cara untuk mempertahankan eksistensi diri mereka dalam lingkungannya. Mereka akan merasakan kebahagiaan tersendiri ketika orang lain dapat melihat image diri yang mereka bangun di akun media sosial path miliknya dan akan lebih bahagia lagi ketika ada temannya yang merasa iri dengan image yang mereka perankan.
Menanggapi hal ini pula, peneliti mampu memberikan sebuah ungkapan bahwa sesungguhnya segala bentuk konsepdiri yang mereka bangun di media sosial path mereka mampu berubah ketika kita melihat para pengguna media sosial path tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Panggung tempat mereka bermain adalah panggung back stage, tidak ada penonton dari teman-temannya di media sosial, mereka menampilkan peran yang berbeda dengan apa yang mereka bangun di panggung front stage. Sehingga peneliti mampu menyimpulkan bahwa sebenarnya sangat tidak mengherankan jika suatu saat kita bertemu dengan seseorang yang berbeda jauh ketika berada di media sosial path dengan ketika berada di realitas nyata. Contohnya, narasumber Sinta Putri Nirmala yang kita lihat sangat ceria dan banyak berbicara di dunia maya, tetapi ketika berinteraksi dalam kehidupan nyata ternyata ia adalah sosok yang pemalu dan cenderung pendiam. Hal ini terbukti dari ketidakseimbangan antara jawaban dirinya saat melakukan kegiatan wawancara dengan peneliti dengan aktifitas dirinya di media sosial path miliknya. Namun peneliti mampu mengungkapkan bahwa biasanya yang dapat melihat peran back stage seseorang adalah keluarganya, karena keluarga tentu sudah tahu sifat asli dari Sinta Putri Nirmala. Sesuai jawaban dirinya saat ditanya mengenai hal apa sajakah yang berpengaruh pada pembentukkan konsep diri. Dengan lugas dirinya menjawab keluarga tentunya sangat mempengaruhi konsep diri seseorang. Sinta Putri Nirmala tidak perlu membangun suatu panggung ketika berinteraksi dengan keluarga nya sendiri.
84
85
Konsep diri yang peneliti temukan dari masing-masing narasumber setelah peneliti melakukan penelitian melalui kegiatan wawancara dan observasi secara langsung antara lain: 1. Danu Utomo Konsep diri yang dibentuk oleh Danu Utomo adalah konsep diri yang memiliki sikap yang realistis dan obyektif . Karakteristik yang dia tunjukkan melalui akun media sosial path miliknya berhubungan erat dengan orientasi dirinya
terhadap
realitas
yang
dihadapinya.
Dirinya
mampu
menunjukkan kejujuran dan berani berbicara sesuai kenyataan. Baik itu di akun media sosial path miliknya maupun dalam kegiatan sehari-hari yang dia jalani. Peneliti mampu mengungkapkan bahwa Danu Utomo adalah seseorang yang memiliki konsep diri yang memiliki sikap yang realistis dan obyektif, karena jawaban yang dirinya berikan saat kegiatan wawancara sesuai dengan kegiatan dirinya di dalam akun media sosial path miliknya. 2. Rinu Ria Peneliti mampu mengungkapkan bahwa Rinu Ria adalah pribadi yang memiliki konsep diri yang depersonalisasi namun ideal diri tidak realistis. Peneliti mampu mengungkapkan hal demikian karena berdasarkan hasil jawaban dan kegiatan Rinu Ria di akun media sosial path miliknya. Terlihat bahwa dirinya merupakan individu yang selalu menuntut dirinya sendiri untuk terlihat baik dan dirinya menanamkan rasa tidak punya hak untuk terlihat tidak baik di depan orang lain. Hal ini terbukti dari jawaban dirinya saat peneliti menanyakan hal apa yang ingin dirinya bentuk melalui media
sosial path. Dirinya menginginkan agar terlihat baik di depan orang lain. Padahal kita tahu bahwa tidak ada orang di dunia ini yang hidup hanya memiliki satu kepribadian. Kadang kita bisa bersikap baik, kadang kita pula bisa bersikap tidak baik. Itu semua tergantung dari berbagai faktor. Peneliti sadar bahwa Rinu Ria membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita – cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang. Status yang dirinya buat dalam akun media sosial path miliknya jelas sekali menunjukkan bahwa dia sangat tidak realistis dan cenderung ingin membentuk dirinya menjadi pribadi yang lain. Peneliti mengungkapkan
pula
bahwa
Rinu
Ria
merupakan
pribadi
yang
depersonalisasi karena secara sadar atau tidak melalui status yang dia tulis di akun media sosial path miliknya. Dia memiliki perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Contohnya dia membuat posting tentang keinginan dia yang tidak sesuai dengan kenyataan hidupnya. 3. Sinta Putri Nirmala Menanggapi hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap narasumber Sinta Putri Nirmala. Peneliti mampu menyimpukan bahwa Sinta Putri Nirmala adalah salah satu remaja yang memiliki konsep diri identitas peran. Peneliti mampu mengungkapkan hal demikian karena perilaku Sinta Putri Nirmala di akun media sosial path miliknya dengan kegiatannya di
86
87
kehidupan sehari-hari sangat jauh berbeda. Hal ini jelas sekali menunjukkan bahwadirinya sedang memerankan sebuah peran baik saat menjalani kehidupannya di kegiatan sehari-hari. Maupun di kehidupannya saat menggunakan media sosial path. Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah. Dalam hal ini Sinta Putri Nirmala ingin menunjukkan bahwa dirinya memiliki identitas melalui peran yang dia mainkan melalui akun media sosial path miliknya. Dirinya mengaku bahwa melalui media sosial path milikinya, dia ingin menunjukkan dirinya memiliki konsep diri yang riang dan ceria, namun pada kenyataan hidupnya dalam kegiatan sehari-hari. Ternyata dirinya adalah seorang pribadi yang memiliki konsep diri pemalu dan cenderung pendiam.