I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
2.1.1. SistematikaTanaman Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa sawit belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia masih sederhana. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Pahan. 2008). Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Sub famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis gueneensis Jacq
Nama Elaeisguineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon–pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Pahan. 2008). 2.1.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit MenurutSastrosayono (2003), varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya.
Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan : a. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35 – 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penampang buah kelapa sawit varietas dura b. Pisifera Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah dura.Daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Penampang buah kelapa sawit varietas pisifera
Untuk lebih
c. Tenera Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Penampang buah kelapa sawit varietas tenera MenurutSastrosayono (2003) Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu : a. Nigrescens yaitu
buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak
berwarna jingga kehitam–hitaman. b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange. c. Albescens yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Fauzi dkk. 2008). 2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan. 2008). 2.2.1. Bagian Vegetatif a. Akar ( Radix ) Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada
ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun.
Sistem
perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.
Akar primer umumnya berdiameter 6–10 mm keluar dari pangkal
batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter (Pahan. 2008). Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun seluas 1 ha, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah
(Pahan. 2008).
Untuk lebih jelasnya susunan
perakaran kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Susunaan perakaran kelapa sawit
b. Batang ( Caulis ) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang.
Batang tanaman kelapa sawit
berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm–75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Pahan. 2008). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm–60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl).Kecepatan tumbuh berkisar35 cm–75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas.Karena sifatnya yang Phototropi dan
Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat akan tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (Mangoensoekarjodan Semangun. 2005). Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm–45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter–18 meter, sedangkan di alam dapat mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih jelasnya batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Batang kelapa sawit c. Daun ( Folium ) Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 m -9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi dkk. 2008). Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate.
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah
tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun (margo folii) dan daging daun (intervenium)(Fauzi dkk. 2008 ).
Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang. tumbuh (apex).
Primordia dalam pola spiral mulai dari titik
Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan
hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri (Pahan. 2008). Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna.
Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi
kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya.
Produksi
pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20–30, kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Lubis. 1992). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Rumus kedudukan daun ( phylotaxis ) kelapa sawit. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa.
Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan
tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun
pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dijumpai 40-50 pelepah. 2.2.2. Bagian Generatif a. Bunga ( Flos ) Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina.
Setiap rangkian bunga
muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Lubis. 1992). Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14-18 bulan. Pada mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina.
Terkadang
ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain(Tim Pengembangan Materi LPP. 2004). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15–30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100–200 spikelet dan setiap spikelet 15–20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600–2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun(Tim Pengembangan Materi LPP. 2004). Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara 10–12 cm. Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang bunga mengandung 700–1200 bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah
tandan yang akan keluar serbuk sari.
Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau
spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25–50 gram tepung sari. Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan (Sastrosayono. 2003). Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit b. Buah ( Fructus ) Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan untuk inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium (Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005). Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta
kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matangfisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang (Sastrosayono. 2003). Untuk lebih jelasnya bagian buah kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 8dibawah ini.
Gambar 8. Bentuk penampang melintang dan membujur buah kelapa sawit 2.3. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi dkk. 2008) Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Pahan (2008) minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : a.
Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO
menjadi
sumber minyak nabati termurah. b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai 0,34 ton/ha, lobak 0,51 ton/ha dan minyak bunga matahari 0,53 ton/ha.
c.
Sifat interchangeable–nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan.
d. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak sawit yang harganya murah. e.
Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
2.3.1. Minyak Sawit untuk Industri Pangan Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Fauzi dkk. 2008). Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor(Heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik (Fauzi dkk. 2008). 2.3.2. Minyak Sawit untuk Industri Non Pangan a. Bahan baku untuk industri farmasi Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi.
Diantara
kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.
Karoten Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit
mencapai 0,005-0,18 %. karoten.
Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 garam
Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker
paru - paru dan payudara.
Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan
sumber vitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Fauzi dkk. 2008).
Tokoferol Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin E.
Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1000 ppm dan stearin 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500 -800 ppm
(Lubis.
1992). b. Bahan baku oleokimia Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester, dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.
Industri : -Tekstil
Asam lemak
-Kertas -Kulit
Lemak
Penghasil
-Kosmetik
alkohol
Penghasil
Metil ester
derivatif
bangunan
Oleokemikal dasar
-Pelengkap
Gliserin
-Pestisida -Insektisida -Detergen -Sabun -Bahan pembersih
-Minyak Gambar 9. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industri
Asam lemak
mineral
Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara kimiawi Polimerisasi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari -Cat jamur Aspergillus niger -Lilin dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10-250 C. Asam lemak -Bahan digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi pemadam makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Fauzi dkk. 2008).
Lemak alkohol
api -Vernis
Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol(Fauzi dkk. 2008).
Lemak amina Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan
pemantap.
Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil,
surfaktan dan lain–lain (Fauzi dkk. 2008).
Metil ester Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol
atau etanol, dengan katalisator nametoksi.Unsur ini merupakan hasil dari asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun (Fauzi dkk. 2008). Gliserin Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampo, pomade, obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun (Lubis. 1992). 2.3.3. Minyak Sawit Sebagai Bahan Bakar Alternatif (Palm Biodiesel ) Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol.
Proses ini dianggap lebih efisien dan
ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Fauzi dkk. 2008). Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel.
Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu
mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau senyawa benzene yang karsinogenik (Lubis. 1992). Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan. Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat
dimanfaatkan kembali oleh tanaman.
Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi
efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum (Fauzi dkk. 2008).
2.3.4. PemanfaatanLimbah Kelapa Sawit 1. Hasil olahan TBS (Tandan buah segar) Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi makanan ternakada beberapa hasil ikutan dari limbah yang masih dapat dimanfaatkan. Misalnya, sebagai pupuk sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar.
Sebagai makanan ternak MenurutFauzi dkk,(2008) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang
dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.
Bahan-bahan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena di dalamnya masih terkandung zatzat makanan yang berguna.Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat diperoleh antara lain protein kasar, lemak kasar, beta-N, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn).
Sebagai pupuk MenurutFauzi dkk, (2008) bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang
dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber. cangkang , sampah loading ramp, dan solid decanter. Sementara limbah cair adalah limbah cair dari kolam limbah. Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman dengan tujuan adalah : 1. Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah.
2. Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur-ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis serta menambah bahan organik di dalam tanah sehingga perkembangan akar dapat meningkat.
Sebagai bahan bakar dan energi Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar.
Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan
atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik sebesar 1.000 KWH. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik (Lubis. 1992). 2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan (Fauzi dkk. 2008).
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan
sebagai bahan pulp kertas dan papan serat.
Di Indonesia sudah mulai banyak industri
kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII 1411-85) (Fauzi dkk. 2008). 4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Lubis. 1992). 5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap. Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 % konsentrat (Fauzi dkk. 2008). 2.4. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.4.1. Iklim Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada
kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Mangoensoekarjo. dan Semangun. 2005). 2.4.2. CurahHujan Curah hujan merupakan komponen iklim yang paling terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750–3.000 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 - 1.500 mm/tahun(Sastrosayono. 2003). 2.4.3. Temperatur Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30º C, yang terendah 180 C dan tertinggi 32º C.
Kelembapan optimum yang ideal berada sekitar 80 - 90 %.
Intensitas penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain–lain (Sastrosayono. 2003). 2.4.4. Intensitas Penyinaran Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa
bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik
menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai. Di samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya (Mangoensoekarjo. dan Semangun. 2005).
2.4.5. Angin Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring (Mangoensoekarjo. dan Semangun. 2005). 2.4.6. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah:
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
Tekstur ringan, memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, liat 20-50 %.
Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Sastrosayono. 2003).
2.4.7. Tinggi Tempat dan Topografi Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter dengan kemiringan 0-12º (21 %). Sedangkan pada kemiringan 13-15º (46 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (Sastrosayono. 2003).