I.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Keadaan Umum Provinsi Bali
Pulau Bali terletak di sebelah Timur pulau Jawa, membujur dari barat ke timur pada koordinat 8°03’40’’ – 8°50’48’’ Lintang Selatan dan 114°25’53’’ – 115°42’40’’ Bujur Timur. Sebelah utara Pulau Bali berbatasan dengan Laut Bali, sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia. Sebelah timur Pulau Bali berbatasan dengan Selat Lombok sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali. Pegunungan yang tinggi membujur disepanjang Pulau Bali mulai dari Timur sampai ke Barat, mulai dari Gunung Agung (3.142 m) di bagian Timurnya, sampai ke Barat dengan pegunungan yang tidak begitu tinggi dimana puncakpuncaknya : Gunung Merbuk (1.386 m) dan Gunung Patas (1.414 m). Pegunungan yang membentang ini membagi Pulau Bali menjadi dua bagian, yaitu daerah Bali bagian Utara dan bagian Selatan.
1.2 Mengenal Asparagus Asparagus adalah tanaman perennial (tahunan) herbaceous berbentuk semak berumpun yang tumbuh tegak atau menjalar. Tingginya bisa mencapai 2m, berbatang silinder dengan bentuk daun hasil modifikasi batang yang menyerupai
jarum (cladophyl). Bunga asparagus tumbuh
berpasangan
dan
muncul
di
soliter atau
ketiak cladophyl, bunga tersebut akan
menghasilkan buah berbentuk berry yang bewarna merah dan memiliki biji yang berwarna hitam.
8
9
Asparagus adalah tanaman monokotil yang ditanam untuk tunas batang lembut yang belum berkembang, umumnya dinamakan rebung (spear) dan dapat dimakan. Tanaman asparagus memiliki batang di dalam tanah (rhizome) yang terdiri atas kumpulan tunas, akar lunak yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara. Secara keseluruhan sistem pertunasan dan perakaran asparagus disebut mahkota (crown). Bagian atas rhizome horizontal mengandung tunas yang akan muncul dan memanjang membentuk rebung. Rebung mulai tumbuh ketika tunas pada mahkota berkecambah dan memanjang (Siemonsma dan Piluek, dalam Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). A.officinalis dikenal sebagai makanan karena rebungnya sebagai bahan sayur yang mengandung gizi cukup tinggi terutama kandungan proteinnya. A. officinaliss membutuhkan waktu 9-10 bulan baru rebungnya dapat dipanen. Panen dapat dilakukan setiap hari dan harga jual relatif mahal, maka usaha asparagus sangat menguntungkan (Nazaruddin, 1993). Tanaman A. officinalis merupakan salah satu tanaman antagonis yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengendalian secara hayati untuk menekan populasi nematoda (Gommers dalam Mustika, 1999). Tanaman A. officinalis mengandung senyawa glycosida yaitu asam asparaguric yang dikeluarkan melalui eksudat akar yang dapat menghambat enzim saraf nematoda (Prakash & Jagadiswari dalam Lisnawati, 2003). Tanaman A. officinalis makin tua umurnya, maka kandungan eksudat akarnya makin banyak, sehingga mampu menekan populasi nematoda dengan baik (Alam & Jayrajpuri dalam Mustika, 1999). Jika digunakan sebagai rotasi tanaman untuk pengendalian nematoda, sebaiknya jarak tanam dianjurkan rapat
10
untuk mendapatkan pengendalian yang terbaik, dengan jarak tanam yang kurang dari 15 cm. Senyawa glycosida bereaksi sebagai anticholinesterase pada jaringan saraf nematoda. Senyawa tersebut dapat diisolasi dari ekstrak akar A. officinalis dan dapat mengurangi populasi nematoda Meloidogyne javanica pada tanaman tomat (Gommers dalam Mustika, 1999).
1.2.1 Klasifikasi tanaman asparagus Tanaman asparagus termasuk keluarga bawang-bawangan (Liliaceae). Beberapa spesies terkenal seperti Asparagus officinalis L. sering dikonsumsi sebagai sayuran. Menurut Suhardiman (1984) kedudukan tanaman ini dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Liliales
Famili
: Liliaceae
Genus
: Asparagus
Spesies
: Asparagus officinalis L
1.2.2 Syarat tumbuh asparagus Dataran lahan yang dibutuhkan oleh sayuran Asparagus adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600-900 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh optimal pada suhu antara 15-25oC dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2.500-3.000 mm/tahun. Oleh karenanya diusahakan lokasi budidaya tanaman ini berada dekat dengan sumber air. Hal ini juga dimaksudkan untuk
11
menjaga pasokan air untuk tanaman pada musim kemarau. Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, maupun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan tanah olah yang tebal. Asparagus tidak suka tanah yang berdrainase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6-6,5 karena ia tidak toleran terhadap tanah yang bereaksi masam. Tanah yang baik untuk tanaman ini adalah tanah yang banyak mengandung banyak bahan organik. Produksi dan masa hidup tanaman Asparagus dapat diperpanjang jika tanaman memiliki periode dorman. Namun, dormansi tidak dibutuhkan dalam produksi Asparagus untuk komersial. Dorman pada tanaman menyebabkan respirasi menjadi kecil sehingga terjadi penyimpanan karbohidrat yang akan tersedia bagi produksi rebung berikutnya. Ketika dorman, Asparagus agak toleran terhadap kekeringan. Pada wilayah dengan musim dingin sedang atau tropika, pertumbuhan daun terjadi secara terus menerus sehingga sulit untuk mengurangi respirasi. Pada kondisi ini, tanaman Asparagus tidak dorman dan cadangan makanan relatif sedikit (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Masa hidup tanaman Asparagus bervariasi antara 3 atau 4 sampai lebih dari 15 tahun. Walaupun Asparagus adalah tanaman tahunan, namun ketika telah terjadi penurunan persentase rebung besar yang dihasilkan, maka produksi perlu dihentikan. Hal tersebut dikarenakan penurunan tingkat keuntungan bersamaan dengan penurunan ukuran rebung besar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
12
1.2.3 Pedoman budidaya asparagus Tanah yang telah memenuhi syarat untuk ditanami segera dibersihkan dari tanaman herba, kemudian diolah. Setelah siap, tanah diratakan kemudian dibuatkan alur atau parit. Dalamnya parit sekitar 30 cm dengan lebar antara 30-45 cm. Jarak antarparit sekitar 75-90 cm atau 105-110 cm. Setelah itu, tanah itu dibuat guludan. Langkah selanjutnya adalah membiarkan tanah mengering selama 15 hari guna mencukupi kebutuhan oksigen. Kemudian diberi pupuk kandang atau kompos agar kandungan bahan organik cukup tinggi. Bila tanah itu bereaksi cukup masam, maka perlu ditambahkan kapur agar pH menjadi sesuai untuk asparagus. (BBPP-Lembang, 2012) 1.
Pemilihan bibit dan persemaian Biji buah yang akan dijadikan benih berasal dari pohon induk yang cukup
baik. Syarat untuk dapat menjadi induk adalah harus sehat, tumbuh normal, rebung berkualitas tinggi, dan sudah cukup tua, yaitu lebih dari dua tahun. Sebelum disemaikan, sebaiknya biji direndam dalam air selama 24 jam agar kulit pelindung benih yang keras menjadi lunak sehingga perkecambahan dipercepat. Akan lebih baik lagi bila air yang digunakan bersuhu 30°C dan waktu perendaman 84 jam. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, air rendaman harus sering diganti, terutama ketika suhu air sudah jauh menurun. Guna menghasilkan persemaian yang bagus, benih dideder dalam sebuah bak. Keuntungan dari pendederan ini antara lain dapat berfungsi sebagai seleksi terhadap benih yang sekaligus memudahkan perawatan dibandingkan benih yang langsung disemai. Sebelum benih disemai, tanah diolah terlebih dahulu, digemburkan, lalu dicampur dengan pasir dan pupuk kandang (kompos) sebanyak 2-5 ton/ha. Setelah itu, tanah
13
campuran dibuat bedengan berukuran panjang 5-10 meter dan lebarnya sekitar 1 meter. Jarak tanam persemaian antarbaris kira-kira 30 cm, sedangkan jarak tanam dalam baris sekitar 5-7,5 cm. Pinggiran petakan persemaian dapat diperkuat dengan bambu atau papan agar tanahnya tidak longsor bila terkena hujan. (BBPPLembang, 2012) 2. Pemeliharaan persemaian Dilakukan dengan penyiraman pada pagi dan sore hari, terutama bila tanah cukup kering, penjarangan benih yang terlalu rapat tumbuhnya, penjarangan atap pelindung sesuai dengan pertumbuhan bibit sampai kemudian atap diangkat pada saat seminggu sebelum tanam, penjagaan bibit dari serangan hama dan penyakit, serta pemupukan dengan pupuk kandang dan Urea/ZA serta TS/DS. Pupuk kandang sebaiknya dicampur bersama tanah dan pasir. Bila digunakan Urea/ZA, sebelum benih disebar, perlu diberi jarak waktu antara saat penambahan pupuk dengan penyebaran biji, yaitu sekitar 5-7 hari. Kebutuhan pupuk saat benih di persemaian adalah sekitar 10 g/tanaman untuk Urea atau 15 g/ tanaman untuk ZA dan 10 g/tanaman untuk TS atau DS. (BBPP-Lembang, 2012). Sebelum penanaman, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang dimasukkan dalam alur/parit kemudian dicampur bersama tanah. Kebutuhan pupuk kandang berkisar 5-10 ton setiap ha. Bibit asparagus yang akan ditanam adalah bibit yang telah mencapai tinggi minimal 30 cm atau berumur kira-kira 6-8 bulan. Bibit itu dibongkar dari persemaian secara hati-hati agar akarnya tidak banyak terbuang. Selanjutnya bibit diletakkan pada cemplongan (parit), kemudian ditimbun dengan tanah bekas galian. Jarak tanam asparagus adalah sekitar 50-60 cm bila jarak antaralur 75-90 cm. Sedangkan bila jarak antaralur 105-110 cm,
14
maka jarak antartanaman dalam baris sekitar 35-45 cm. Dengan jarak itu, jumlah asparagus yang dapat ditanam dapat mencapai 20.000-25.000 pohon dalam satu ha. (BBPP-Lembang, 2012) 3.
Pemeliharaan Pembumbunan dilakukan setiap sebulan sekali, atau tergantung banyak
sedikitnya rumput (herba) yang mengganggu atau banyak sedikitnya hujan. Selain itu, dilakukan pula penjarangan dengan cara membuang tanaman yang sudah tua atau kering sehingga hanya terdiri dari 3 atau 4 tanaman. Bersamaan dengan pembumbunan,
sebaiknya
dilakukan
pula
penyiangan
dan
pemupukan.
Pemupukan dengan Urea/ZA dilakukan setiap 14-21 hari sejak bibit mulai tumbuh dan jumlahnya disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan. Pemupukan dengan pupuk kandang/kompos dapat diulangi setiap 4-5 bulan sekali. Pemakaian pupuk K dapat digunakan setiap 6 atau 8 minggu selama musim penghujan. (BBPPLembang, 2012) 4. Hama dan penyakit Asparagus tidak terserang hama dan penyakit yang banyak. Salah satu penyakit yang sering menyerangnya adalah penyakit bercak daun. Penyakit ini menyerang daun sehingga mengakibatkan daun menjadi berbercak-bercak kekuningan sampai merah kecokelatan. Penyebab penyakit ini adalah sebangsa jamur (fungi). Pemberantasan atau pencegahan meluasnya penyakit ini adalah dengan penyemprotan fungisida yang mengandung bahan dasar tembaga, antara lain bubur bordo, bubur burgundy, dan insoluble coppers. (BBPP-Lembang, 2012)
15
5. Panen dan pasca panen Panen rebung asparagus di daerah tropis lebih cepat dilakukan dibandingkan pada daerah subtropis. Di daerah tropis, panen pertama kali sudah dapat dilakukan saat tanaman berumur 8 -10 bulan sesudah penanaman. Dalam pemanenan ini, perlu diperhatikan mutu yang akan dihasilkan, yaitu harus sesuai dengan tujuan pemasarannya. Ada tiga mutu asparagus yang sering ditemukan di pasaran, yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III. Untuk memperoleh asparagus mutu I, perlu ketelitian dan ketekunan mengamati ujung rebung yang akan muncul di atas tanah pada pagi hari. Pengamatan sebaiknya dilakukan sejak sore hari dengan jalan membuka-buka tanaman dan memberinya tanda bila terlihat ada rebung yang akan muncul. Kemudian tanah di sekitarnya ditimbuni tanah kembali sampai saat pemetikan dilakukan. Apabila panen terlambat satu atau dua hari, maka yang dihasilkan adalah rebung mutu II. Sedangkan rebung mutu III adalah rebung yang dipanen setelah dibiarkan lebih dari tiga hari dari saat muncul di permukaan tanah. Di samping tiga mutu rebung di atas, ada juga rebung asparagus afkiran. Biasanya rebung yang demikian dipanen setelah tumbuh 15 cm di atas permukaan tanah. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum matahari bersinar terik. Panen saat matahari terik akan menurunkan mutu rebung. Sedangkan rebung yang dipanen pada sore hari direndam dulu dengan air dingin agar pada pagi hari mutunya masih bisa bertahan. (BBPP-Lembang, 2012)
16
1.3 Aspek Ekologi Pengembangan Asparagus 1.3.1 Iklim Dengan mempertimbangkan iklim sebagai salah satu elemen penting dari sumber daya bumi, harus diakui bahwa dibandingkan dengan suhu dan curah hujan, tekanan udara dan angin kurang penting sebagai elemen iklim. Semua bentuk kehidupan di bumi mendapat pengaruh dari adanya iklim tersebut (Lakitan, 1994). Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap kemampuan lahan adalah suhu dan curah hujan. Suhu yang rendah berpengaruh terhadap jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropis, suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap permukaan laut. Secara umum, makin tinggi letak suatu tempat makin rendah suhu udaranya dengan laju penurunan 1ºC setiap kenaikan 100 m dari permukaan laut (Suripin, 2001). Iklim merupakan faktor yang dinamis yang sangat berpengaruh dalam proses kehidupan. Cuaca dan iklim mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertanian. Cuaca dan iklim tidak hanya mempengaruhi perkembangan tanaman tetapi juga berpengaruh terhadap kegiatan manusia dalam usaha pertanian, tempat tinggal, budaya dan makanan (Handoko, 1995). Beberapa faktor berperan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya di muka bumi. Faktor-faktor yang dominan peranannya adalah: a. Posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang) b. Keberadaan lautan atau permukaan air lainnya c. Pola arah angin d. Rupa permukaan daratan bumi e. Kerapatan dan jenis vegetasi (Lakitan, 2002). Schmidt dan Ferguson menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah. Mereka memperoleh delapan jenis
17
iklim dari iklim basah sampai iklim kering. Kemudian Oldeman juga memakai unsur iklim curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim di Indonesia. Metode Oldeman lebih menekankan pada bidang pertanian, karenanya sering disebut klasifikasi iklim pertanian (agro-climatic classification) (Tjasyono, 2004).
1.3.2 Curah hujan Hujan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfer menuju permukaan bumi. Udara yang naik dan melewati ketinggian tertentu akan berkondensasi membentuk awan, dan awan ini selanjutnya akan menghasilkan hujan. Tidak semua awan dapat menghasilkan hujan, terkadang butir awan yang terbentuk ukurannya terlalu kecil untuk dapat jatuh sebagai hujan. Apabila ukurannya cukup besar sehingga memiliki kecepatan jatuh yang dapat melawan aliran udara keatas, maka butir-butir air (yang dapat berupa es) tersebut akan jatuh sebagai hujan. Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang memiliki peranan penting, terutama di daerah tropis. Curah Hujan dapat diartikan sebagai jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama periode waktu tertentu dan diukur dengan suatu ketinggian diatas permukaan horizontal (pengukuran curah hujan dalam satuan milimeter/mm). Untuk daerah tropis basah, curah hujan merupakan unsur yang sangat penting perannya dalam bidang pertanian, karena berhasil tidaknya suatu produksi suatu komoditas tanaman seperti asparagus sangat tergantung pada awal, jumlah, serta lamanya musim hujan. Pulau Bali memiliki karakteristik hujan yang berbeda-beda di tiap-tiap daerahnya, hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi masing-masing daerah, letak tempat dengan laut/pantai, maka kejadian bulan basah dan bulan keringnya tidak selalu sama di berbagai tempat.
18
Secara umum, tipe pola hujan di Pulau Bali adalah tipe Monsunal, yaitu puncak musim hujan terjadi pada Desember – Januari, sedangkan pada pertengahan tahun cenderung kering (musim kemarau). Karena hujan di Pulau Bali berpola Monsunal, maka kejadian iklim global seperti El-Nino dan La-Nina dapat mempengaruhi keadaan curah hujan di Pulau Bali. Tanaman asparagus membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2.5003.000 mm/tahun. 1.3.3 Suhu udara Iklim tropika umumnya dicirikan oleh suhu tinggi sepanjang tahun dan variasi suhu musiman yang lebih kecil dibandingkan variasi diurnal. Sebaliknya, iklim kutub memiliki suhu rendah sepanjang tahun dengan variasi suhu musiman yang lebih besar dari variasi diurnal. Indonesia yang beriklim tropika, terletak pada garis Equator, hal ini mengakibatkan suhu udaranya cenderung konstan sepanjang tahun. Penerimaan sinar matahari yang hampir sama sepanjang tahun juga menyebabkan fluktuasi suhu udara rata-ratanya relatif rendah, atau dengan kata lain kisaran suhunya tidak terlalu jauh. Pada daerah equator, faktor yang cenderung mempengaruhi suhu adalah ketinggian. Pulau Bali yang letaknya berdekatan dengan garis Equator juga memiliki kecenderungan suhu udara yang relatif konstan sepanjang tahun. Perbedaan kisaran suhu di tiap-tiap daerah di Pulau Bali, dipengaruhi oleh faktor topografi atau ketinggian daerah tersebut dari muka laut. Pada dataran tinggi suhu cenderung rendah akibat kurangnya radiasi matahari yang masuk sebagai sumber energi, hal ini diakibatkan oleh tingkat keawanan (penutupan langit oleh awan) yang relatif lebih tinggi. Bila pemanasan permukaan bumi berlangsung intensif,
19
maka pemanasan suhu udara oleh permukaan bumi juga berlangsung intensif, sehingga mengurangi keragaman suhu udara di daerah tersebut. Sebaliknya bila pembentukan awan berlangsung intensif, pemanasan udara oleh permukaan tidak intensif karena radiasi terhalang oleh adanya awan (awan rendah seperti cumulus dan cumulonimbus). Suhu rata-rata tertinggi umumnya tidak terjadi tepat saat matahari berada di equator (Maret dan September), melainkan terjadi perbedaan 1-2 bulan yaitu pada bulan Januari-Pebruari dan Oktober - November, hal ini dikarenakan letak lintang Pulau Bali yang berbeda sekitar 8° dengan Ekuator. Penentuan suhu untuk daerah-daerah di Bali dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa suhu akan turun 0.6°C tiap kenaikan 100 meter (Hukum Braak). Hukum Braak dijadikan sebagai patokan suhu digunakan suhu rata-rata dari Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah Rai (dengan ketinggian 3 meter dpl), hal ini dilakukan mengingat bahwa data suhu di Ngurah Rai dapat dikatakan lebih akurat dan juga letak stasiunnya yang hampir mendekati permukaan laut (0 mdpl).
1.3.4 Topografi Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi melalui empat cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam menentukan: 1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah 2. Kedalaman air tanah 3. Besarnya erosi yang terjadi 4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah (Hanafiah,2005).
20
Topografi
mempengaruhi
pembentukan
tanah
secara
langsung
menyebabkan terbukanya permukaan bumi terhadap pengaruh matahari, angin dan udara dan secara tak langsung mempengaruhi drainase run off. Melihat pengaruhnya terhadap drainase tanah, pada garis besarnya dapat dibedakan atas topografi datar, topografi miring dan topografi curam. 1.4 Analisis Finansial Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999). Selain analisis finansial, analisis kriteria investasi juga sangat penting dalam menganalisa kelayakan suatu proyek. Menurut Ibrahim (1997), analisis kriteria investasi adalah mengadakan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila proyek yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkiraan investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan pendapatan. (Ibrahim, 1997). Adapun pemaparan masing-masing metode dalam kriteria investasi adalah sebagai berikut: 1.4.1 Net benefit cost-ratio (Net B/C) Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value yang negative (sebagai penyebut). Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek
21
atau usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha tersebut. Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Kriteria kelayakan proyek adalah jika Net B/C lebih besar atau sama dengan satu. Proyek dinyatakan tidak layak apabila Net B/C lebih kecil dari satu. Semakin besar nilai net B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya, berarti usulan investasi relatif semakin menguntungkan (Kadariah, 1999). 1.4.2 Net present value method (NPV) Metode Net Present Value memperhitungkan nilai waktu uang, bahwa nilai rupiah yang diterima sekarang lebih besar nilainya dibanding dengan nilai rupiah yang diterima setahun kemudian. Dalam keputusan penambahan aktiva tetap yang dapat dipertimbangkan adalah besarnya selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya diferensial selama umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Kemudian dinilai tunaikan dengan tarif tambahan tertentu. Kriteria nilai sekarang bersih atau net present value (NPV), didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini (Imam Soeharto, 2001). Jumlah nilai tunai ini kemudian dibandingkan dengan aktiva diferensial untuk mempertimbangkan apakah menguntungkan atau tidak penggantian aktiva
22
tetap tersebut. Jika jumlah nilai tunai tersebut lebih besar dari nilai aktiva diferensial maka usulan investasi tersebut dianggap menguntungkan, sedangkan jika nilai tersebut lebih rendah dari aktiva diferensial maka usulan investasi tersebut dianggap tidak menguntungkan. 1.4.3 Internal rate of return (IRR) Internal Rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi ketika NPV sama dengan nol. Dengan IRR dapat diketahui presentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek. Metode penilaian usul – usul investasi lain yang menggunakan discounted cash flow ialah apa yang disebut metode internal rate of return. Pengertian internal rate of return itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (Riyanto, 2001). Apabila IRR lebih besar dari discountrate, maka usulan investasi dilaksanakan, karena NPV usulan investasi lebih besar dari nol. Apabila IRR lebih kecil dari discountrate, maka usulan investasi tidak layak dilaksanakan, karena NPV usulan investasi lebih kecil daripada nol (Husnan dan Suwarsono, 1994). 1.4.4 Payback period Dalam pay-back period method faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembalian investasi. Pay-Back Period Method bukan merupakan pengukuran kemampuan menghasilkan laba (profitabilitas) suatu investasi tetapi mengukur jangka waktu pengembalian suatu investasi. Apabila proceeds setiap
23
tahunnya sama jumlahnya, maka payback periode dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan (Riyanto, 2001). 2.5 Kerangka Pemikiran Kerangka (landasan) teoritis atau konsepsional adalah kerangka berpikir kita yang bersifat teoritis atau konsepsional mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diteliti. Konsep atau variabel itu sendiri merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti (Wirartha, 2006). Asparagus yang merupakan salah satu komoditi pertanian memiliki prospek yang bagus dikembangkan di Bali, dimana permintaan yang sangat tinggi baik dari permintaan pariwisata maupun untuk ekspor. Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah yang potensial dalam pengembangan asparagus. Namun Desa Pelaga yang melalui koperasi masih belum mampu memenuhi permintaan pasar. Usaha pengembangan asparagus juga tidak terlepas dari adanya kendala, baik kendala dari luar (ekstern) maupun dari dalam (intern) usaha budidaya asparagus itu sendiri. Untuk mengetahui bagaimana suatu daerah dapat dijadikan pengembangan
asparagus,
maka
akan
dilihat
dari
kelayakan
finansial
pengembangan asparagus akan dianalisis dengan menggunakan analisis finansial serta kendala pengembangan komoditas asparagus akan dianalisis peneliti secara deskriptif. Kerangka pemikiran prospek pengembangan komoditas asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 2.1.
24
Prospek pengembangan asparagus
Analisis finansial:
Kendala : 1.Teknis 2.Ekonomi 3.Sosial
1.Net B/C Ratio 2.Net Present value (NPV) 3.Internal Rate of Return (IRR) 4.Payback Period
Kesimpulan
Rekomendasi Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Aspek Kelayakan Finansial Komoditas Asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung