PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI Sahala Manullang1*, Heryadi Rachmat2, Mega F. Rosana1 1.
Universitas Padjajaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum Geologi Bandung *corresponding author:
[email protected]
ABSTRAK Analisis dilakukan pada batuan yang sampel batuannya diambil dari tiap tubuh batuan yang mewakili setiap erupsi Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, yaitu pada tahun Pra 1944 (6 sampel) berada di Barat-Baratdaya Gunung Barujari, 1944 (6 sampel) berada di Utara Gunung Rombongan, 1966 (6 sampel) berada di Timur-Timurlaut Gunung Barujari, 1994 (6 sampel) berada di BaratBaratlaut Gunung Barujari, 2004 (1 sampel) berada di Timurlaut Gunung Barujari dan 2009 (6 sampel) berada di Utara Gunung Barujari. Untuk sampel tahun Pra 1944, 1966, 1994, 2004, dan 2009 material batuan berasal dari erupsi Gunung Barujari, sedangkan untuk sampel tahun 1944 berasal dari erupsi Gunung Rombongan. Berdasarkan analisis petrologi dan petrografi, baik secara megaskopis dan mikroskopis, Gunung Barujari dan Gunung Rombongan tersusun atas batuan beku porfiri basalt dan porfiri andesit. Berdasarkan analisis geokimia, Gunung Barujari dan Gunung Rombongan tersusun oleh basaltik andesit dan andesit menurut diagram total alkali silika, jenis magma masuk ke golongan High-K Calc-Alkaline. Asal magma berinteraksi dengan kerak benua, asal magma berdasarkan tectonic setting berada pada Island Arc Calc-Alkaline Basalt. Kedalaman magma asal antara ±162 Km - ±167 Km di bawah permukaan bumi, dan batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan terbentuk pada suhu 1042-1126 0C dengan berat jenis batuan 2.86-2.9 gram/cm3.
I.
lanjut seperti ciri fisik batuan lava, variasi mineralogi, jenis batuan, dan karakteristik dari magma pembentuk batuan lava.
PENDAHULUAN Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memiliki batuan hasil erupsi sejak tahun Pra 1944 – 2009 yang membentuk aliran lava ke berbagai arah, sehingga menarik untuk diteliti baik dari segi petrologi, petrografi, dan geokimia yang menunjang dalam menyingkap proses geologi yang telah terjadi.
Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan secara geografis terletak pada 08o 25’ Lintang Selatan dan 116o 28’ Bujur Timur.
II.
KONDISI GEOLOGI REGIONAL Letusan Gunung Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 2009 dan tercatat telah berlangsung 11 kali. Letusan umumnya menghasilkan lava dan jatuhan piroklastik. Masa istirahat sejak letusan 1847 hingga 2009 adalah berkisar antara 3 hingga 37 tahun hal ini menunjukan bahwa Gunung Rinjani termasuk gunungapi yang aktif.
Maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari batuan, himpunan mineral, tekstur, jenis batuan, jenis magma, asal magma, tipe magma dari batuan penyusun Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani. Objek penelitian berupa batuan lava penyusun Gunung Barujari dan Gunung Rombongan yang mewakili tiap tahun erupsi. Hal-hal yang menyangkut berbagai data dan informasi geologi perlu diselidiki dan diidentifikasi lebih
Menurut Kusumadinata (1979), diperkirakan di masa lampu telah tumbuh Gunungapi Rinjani Tua yang mencapai ketinggian ± 5.000 m di atas permukaan laut, letaknya sebelah barat 499
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Gunungapi Rinjani sekarang. Akibat suatu kegiatan yang dahsyat berupa terjadinya letusan besar dan kuat (paroximal eruption) diikuti dengan runtuhnya tubuh gunung itu sendiri (collapse) telah mengakibatkan lebih dari sebagian tubuhnya hilang dan sisanya berupa kaldera Segara Anak yang diikuti dengan pembentukan gunungapi baru : Gunung Barujari dan Gunung Rombongan (Gambar 2.1)
III.
SAMPEL PENELITIAN
DAN
Secara mikroskopis, sayatan tipis batuan memiliki warna coklat, coklat kehitaman, coklat keputih-putihan, bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik, hubungan kristal inequigranular, bentuk mineral subhedraleuhedral, bentuk mineral hipidiomorfpanidiomorf, derajat kristalisasi hipokrsitalin. Mineral penyusun utama terdiri dari plagioklas sebanyak 25-45%, piroksen sebanyak 4-23%, mineral opak yang berupa mineral pirit sebanyak 3-9%, sedikit kuarsa sebanyak 2-6% dan sedikit alkali feldspar sebanyak 2-6%, tersebar sebagai fenokris. Mineral mikrolit plagioklas sebanyak 3-20%, mikrokristalin piroksen sebanyak 2-8%, mineral opak sebanyak 2-8%, gelas vulkanik sebanyak 1251% tersebar sebagai massa dasar.
METODE
Total 31 sampel batuan diambil dari batuan yang mewakili setiap erupsi Gunung Barujari dan Gunung Rombongan. Analisis dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis di lapangan serta di laboratorium.
Tampak tekstur khas yang hadir pada beberapa sampel sayatan tipis batuan seperti tekstur glomeroporfiritik (Gambar 2), dimana terkumpulnya fenokris plagioklas dan piroksen menjadi satu kumpulan kristal atau biasa di sebut glomerokristal, dan tekstur trakitik (Gambar 3) berupa kesejajaran mineral, biasanya plagioklas, yang menunjukkan adanya proses aliran. Proses vitrifikasi tampak juga pada sampel sayatan tipis batuan. Vitrifikasi terjadi pada fenokris dan massa dasar, yaitu dimana fenokris dan massa dasar berubah menjadi gelas vulkanik akibat proses pemanasan oleh aktivitas vulkanik.
Metode penelitian mulai dari tahap persiapan, pengerjaan lapangan, pengerjaan di laboratoium berupa analisis petrologi dan petrografi di Laboratorium Petrologi dan Mineralogi Geologi Unpad, dan geokimia di Laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung. Kemudian sampai pada petrogenesa batuan lava Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN Petrologi dan Petrografi Secara megaskopis, seluruh batuan memiliki warna yang hampir sama yaitu warna segar abu-abu hingga abu-abu kehitaman dan warna lapuk abu-abu kecoklatan. Indeks warna mesokratik sampai melanokratik. Tekstur batuan umumnya menunjukkan ukuran kristal afanitik, derajat kristalisasi hipokristalin, Bentuk kristal subhedral-euhedral, hubungan antar kristal inequigranular, bentuk mineral hipidiomorf-panidiomorf. Tampak struktur vesikuler pada seluruh sampel batuan. Hadir mineral pirit sebagai mineral asesoris atau tambahan. Seluruh sampel batuan belum terubah dan memiliki kekerasan yang sangat kompak.
Struktur vesikuler hadir di seluruh sampel sayatan tipis batuan. Banyak di jumpai inklusi mineral opak di beberapa mineral plagioklas dan piroksen. Mineral plagioklas dan piroksen saling menginklusi. Semua sampel batuan yang di analisis petrografi tidak menunjukkan adanya ubahan atau alterasi, yang menunjukkan bahwa batuan belum terubah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara analisis petrografi, batuan Gunung Barujari dan Gunung Rambungan, Komplek Gunung Rinjani tersusun oleh batuan beku jenis Porfiri Basalt dan Porfiri Andesit berdasarkan klasifikasi Travis (1955). 500
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Petrogenesis batuan porfiri basalt dan profiri andesit termasuk ke dalam batuan beku vulkanik (lava) yang dicirikan oleh tekstur porfiritik yang khas pada batuan lava, Batuan ini belum terubah. Pada saat pembekuan terjadi pelepasan gas-gas sesaat terbentuk batuan yang dicirikan terlihatnya struktur vesikuler yang tampak. Mineral asesoris yang hadir berupa mineral opak. Mineral opak hadir terlebih dahulu di banding fenokris yang lain, di cirikan inklusi-inklusi mineral opak pada fenokris (plagioklas dan piroksen). Lalu terbentuk plagioklas dan piroksen yang terbentuk bersamaan, dicirikan oleh inklusi piroksen pada plagioklas dan inklusi plagioklas pada piroksen. Kemudian setelah itu terbentuk k-feldspar dan kuarsa. Serta tampak proses vitrifikasi dari fenokris dan massa dasar yang telah berubah menjadi gelas vulkanik. Yang membedakan porfiri basalt dan porfiri andesit adalah sudut pemadaman plagioklas, dan kompisisi mineral yaitu kurangnya kehadiran kuarsa pada porfiri basalt, dibandingkan dengan porfiri andesit.
Total) dan SiO2 (Silika) untuk kemudian diplot kedalam diagram Le bass (1985). Berdasarkan ploting SiO2 dan Na2O+K2O (Gambar 4), sampel batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani termasuk jenis batuan Basaltik andesit pada semua sampel, kecuali pada sampel 1966-6 yang termasuk jenis batuan Andesit (Gambar 4 bagian kiri). - Jenis magma Berdasarkan Kandungan Potassium dan Silika Peccerillo dan Taylor (1976) mengelompokkan jenis magma berdasarkan kandungan kalium atau potassium (K2O) dan silika (SiO2) (Gambar 5). Berdasarkan ploting SiO2 dan K2O, menunjukkan Batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani masuk ke golongan High-K Calc-Alkaline atau biasa disebut dengan golongan K (potassium atau kalium) menengah tinggi. Tampak pada sampel 1966-6 (Gambar 5 bagian kiri) memiliki kandungan silika yang tinggi namun masih masuk pada golongan High-K Calc-Alkaline.
Geokimia
- Penentuan Asal Magma Berdasarkan Perbandingan Nilai Persentase Berat Senyawa K2O, TiO2, dan P2O5
Analisis geokimia dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung. Unsur-unsur yang digunakan untuk analisis adalah : SiO2, TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, P2O5 (Tabel 3.1). Kemudian nilai-nilai unsur tersebut di olah menggunakan software “Petrograph” dan “CIPW Norm Calculator”.
Pearce (1977) mengemukakan penentuan asal magma suatu batuan beku berdasarkan perbandingan nilai persentase berat senyawa K2O, TiO2, dan P2O5 (Gambar 6). Oleh karena melibatkan tiga buah variabel, klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk diagram segitiga. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui asal magma pembentuk batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, apakah berinteraksi dengan kerak benua atau kerak samudra.
Berdasarkan data kimia batuan maka dapat ditentukan karakteristik-karakteristik jenis batuan, magma asal, serta kedalaman magma sebagai berikut : - Jenis Batuan Berdasarkan Kandungan Alkali Total dan Silika
Tingkat
Berdasarkan kandungan K2O, TiO2, dan P2O5 (Gambar 6) yang menunjukan magma pembentuk Batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani berinteraksi dengan Kerak Benua. Magma asal kerak benua memiliki silika, alumunium dan kalium yang cukup tinggi sedangkan magma
Le bass (1985) membagi jenis batuan beku dengan menggunakan diagram Total Alkali Silika (TAS) merupakan satu dari klasifikasi yang banyak digunakan terutama untuk batuan volkanik (Gambar 4). Data kimia yang digunakan adalah jumlah Na2O + K2O (Alkali 501
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA asal kerak samudra memiliki silika, magnesium, dan titanium yang cukup tinggi. - Penentuan Asal Tectonic Setting
Magma
- Pendugaan Suhu Magma dan Berat Jenis Batuan Berdasarkan Hasil Dari Perhitungan Density and Temperature calculation
Berdasarkan
Pendugaan suhu magma dikaitkan pada saat kristal mulai pertama kali terbentuk dalam kondisi yang setimbang. Berat jenis batuan didapat dari pengukuran massa setiap mineral penyusun batuan terhadap volume batuan. Besarnya suhu magma pada saat batuan terbentuk dan berat jenis batuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Menurut Mullen (1983), Penentuan asal magma didasarkan pada pertimbangan nilai presentase berat senyawa TiO2, 10XMnO, dan 10XP2O5 (Gambar 7). Berdasarkan analisis ini dapat diketahui asal magma suatu bahan basaltik, apakah berasal dari pematang tengah samudra, dari busur kepulauan, atau dari pulau samudra. Berdasarkan ploting (Gambar 7), yang menunjukan bahwa magma dan terbentuknya Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani erat kaitannya dengan pembentukan Island Arc Calc-Alkaline Basalt. - Penentuan Kedalaman Magma Asal
Berdasarkan perhitungan density dan temperature calculation pada software “CIPW Norm. Calculator” diketahui bahwa batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan terbentuk pada suhu 1042-1126 0C dengan berat jenis batuan 2.86-2.9 gram/cm3.
V.
Proses tunjaman akan menghasilkan panas jalur penekukan, sehingga aliran panas yang tinggi dapat menimbulkan aktifitas magma pada jalur Benioff. Diferensiasi atau asimilasi magma dengan kerak bumi yang dilaluinya saat bergerak ke atas sebagai pluton atau vulkanisme akan mengakibatkan perubahan komposisi magma. Atas dasar pemikiran tersebut Hutchinson (1977) menyusun rumus untuk mengetahui kedalaman magma berdasarkan kandungan SiO2 dan K2O.
Berdasarkan analisis petrologi dan petrografi secara megaskopis serta mikroskopis, Gunung Barujari dan Gunung Rombongan tersusun atas batuan beku porfiri basalt dan porfiri andesit. Berdasarkan analisis geokimia, tersusun oleh basaltik andesit dan andesit menurut diagram total alkali silika, seri magmatik termasuk ke dalam seri CalcAlkaline dan sedikit Tholeitik, jenis magma masuk ke golongan High-K Calc-Alkaline, asal magma berinteraksi dengan kerak benua, asal magma berdasarkan tectonic setting berada pada Island Arc Calc-Alkaline Basalt, kedalaman magma asal antara ±162 Km - ±167 Km di bawah permukaan bumi, dan batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan terbentuk pada suhu 1042-1126 0C dengan berat jenis batuan 2.86-2.9 gram/cm3.
Untuk menentukan kedalam magma asal Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, digunakan rumus sebagai berikut : h = [320-(3.65 x %SiO2)] + (25.52 x %K2O) (h : kedalaman vertikal magma)
KESIMPULAN
VI.
Berdasarkan data hasil perhitungan tersebut, sumber magma intrusi Gunung Barujari dan Gunung Rombongan berasal dari kedalaman antara ±162 Km - ±167 Km di bawah permukaan bumi yang kaya akan H2O dengan kandungan K/Na tinggi, tingkat diferensiasi magma tinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga atas segala dukungannya. Terima kasih kepada Ir. Mega F. Rosana, M.Sc., Ph.D. dan Ir. Heryadi Rachmat MM. sebagai pebimbing penulis. Dan terima kasih kepada mas Bayu, Roni Permadi dan Pa
502
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Mutaharlin serta rekan-rekan lainnya yang
bekerja sama di lapangan dan di laboratorium
DAFTAR PUSTAKA Bass, Le. 1985. Diagram TAS. Dalam Rollinson, H.R, 1993, Using Geochemical Data : evaluation, presentation, interpretation, John Willey & Sons Inc. New York, Cross, W, Iddings J,P, Pirson L.V, and Washington H,S. 1930. Quantitative classification of igneous rock. Univ. Chicago Press. Hutchinson. 1977. General Report : theme 3, Symposium of the international Assocation of Engineering Geologist. Irvine T,N. and Baragar W,R,A. 1971. A Guide to the chemical classification of the common volcanic rocks. Earth Planet Sci. Kurt Hollocer. 2011. Software CIPW Norm Calculator. Geology Departement, Union Colage. New york Kusumadinata K. 1979. Data Dasar Gunung Api. Direktorat Vulkanologi. Mullen, E,D. 1983. MnO/TiO2/P2O5 : a minor element discriminant for basaltic rocks of oceanic environment and its implications for petrogenesis. Earth Planet Sci. Peccerillo R, and Taylor S,R. 1976. Geochemistry of Eocene calc-alkaline volcanic rocks from the Kastamonu area, northen Turkey. Contrib Mineral. Pearce T,H, Gorman B,E and Birkett T.C. 1977. The relationship between major element chemistry and tectonic environment of basic and intermediate volcanic rocks, Earth Planet Sci. Rachmat, H. & Mujitahid. 2003. Gunungapi Nusa Tenggara Barat. Publikasi Khusus IAGI, No. 01, Oktober 2003, ISSN: 1410–7120. Rachmat, H. 2011. Geowisata Nusa Tenggara Barat. Publikasi Khusus IAGI, No.3, Oktober 2011, ISBN: 978-602-19117-2-3 Rollinson, H.R. 1993. Using Geochemical Data : evaluation, presentation, interpretation, John Willey & Sons Inc. New York. Streckeisen, A.L., 1976, Classification of The Common Igneous Rocks by Means of Their Chemical Composition: A Provosional Attempt, Neues Jahrbuch for Mineralogie, Monatshefte. Travis, Russel B. 1955. Classification of Rocks. Colorado School of Mines, 4th edition, Colorado. Wahyudin. Asep., 2000. Geologi dan Petrologi Batuan Beku Gunung Bako Daerah Gunung Genuk dan Sekitarnya Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah, Skripsi, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis. London: Unwin Hyman Boston Sdney Wellington.
503
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL Tabel 3.1. Hasil Analisis XRF Batuan Beku Gunung Barujari dan Gunung Rombongan, Komplek Gunung Rinjani (dalam wt %) SiO2
Lava Pra 1944-01
55.27
0.6
17.08
9.72
0.17
3.19
9.04
3.13
1.79
0.2 -
Lava Pra 1944-02
54.73
0.59
17.09
10.02
0.17
3.09
9.63
3.02
1.78
0.19 -
Lava Pra 1944-03
55.35
0.61
16.8
10.02
0.17
3.5
8.69
3.2
1.77
0.19 -
Lava Pra 1944-04
55.48
0.58
17.07
9.62
0.61
3.3
8.68
3.27
1.76
0.91 -
Lava Pra 1944-05
55.02
0.59
17.16
9.73
0.17
3.24
9.2
3.11
1.77
0.19 -
Lava Pra 1944-06 Lava 1944-01 Lava 1944-02 Lava 1944-03 Lava 1944-04 Lava 1944-05 Lava 1944-06 Lava 1966-01 Lava 1966-02 Lava 1966-03 Lava 1966-04 Lava 1966-05 Lava 1966-06 Lava 1994-01 Lava 1994-02 Lava 1994-03 Lava 1994-04 Lava 1994-05 Lava 1994-06 Lava 2004-01 Lava 2009-01 Lava 2009-02 Lava 2009-03 Lava 2009-04 Lava 2009-05 Lava 2009-06
55.42 55.05 55.57 55.59 55.22 55.18 56.16 56.06 55.15 56.44 56.4 55.74 58.88 55.03 55.09 55.21 54.95 55.29 55.94 56.01 55.41 55.27 55.54 55.09 54.75 55.44
0.59 0.59 0.59 0.58 0.6 0.59 0.57 0.56 0.59 0.57 0.58 0.57 0.54 0.62 0.62 0.6 0.6 0.6 0.57 0.57 0.6 0.6 0.6 0.6 0.61 0.61
17.02 17.25 17.01 17.01 16.88 17.17 17.15 17.11 17.18 17.07 16.96 17.12 16.63 16.9 16.73 16.9 17.11 16.96 17.15 17.16 17.11 17.09 17.07 17.25 17.1 16.98
9.53 9.68 9.78 9.64 9.89 9.63 9.15 8.64 9.64 8.8 8.8 9.31 7.63 10.12 10.17 9.97 9.84 9.81 9.12 9.26 9.62 9.78 9.57 9.54 10.46 9.74
0.17 0.17 0.16 0.17 0.18 0.17 0.16 0.16 0.17 0.16 0.16 0.16 0.15 0.17 0.17 0.16 0.17 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.17 0.17 0.18 0.17
3.25 3.01 3.09 3.11 3.39 3.1 2.84 2.89 2.85 2.87 2.84 3.01 2.22 3.4 3.47 3.48 3.16 3.35 2.55 2.73 3.03 3.25 3.1 2.7 2.69 3.05
9.01 9.26 8.68 8.79 8.96 9.21 8.55 8.37 9.47 8.44 8.75 8.85 7.51 8.88 8.97 8.78 9.27 8.92 9.15 8.64 8.99 8.89 8.77 9.66 9.74 8.99
3.13 3.12 3.25 3.21 3.16 3.12 3.32 3.35 3.08 3.39 3.28 3.26 3.54 3.16 3.13 3.22 3.08 3.18 3.19 3.31 3.2 3.18 3.26 3.1 3.07 3.18
1.85 1.79 1.81 1.84 1.79 1.78 1.88 1.95 1.84 1.96 1.99 1.84 2.33 1.77 1.8 1.73 1.81 1.75 1.97 1.92 1.79 1.75 1.82 1.83 1.87 1.83
0.19 0.19 0.21 0.21 0.19 0.19 0.2 0.22 0.19 0.22 0.22 0.2 0.27 0.2 0.21 0.2 0.19 0.2 0.2 0.19 0.19 0.19 0.2 0.19 0.2 0.19
Gunung Barujari
Gunung Rombongan
Gunung Barujari
Sampel Batuan
TiO2
Al2O3
Fe2O3
MnO
MgO
CaO
Na2O
K2O
P2O5
LOI
-
*dianalisis di Laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung, menggunakan Hasil Uji Kimia Metode XRF (X-Ray Flourescence)
GAMBAR
Gambar 1. Sejarah Pembentukan Kaldera dan Terbentuknya Gunung Barujari danGunung Rombongan (Heryadi, 2011) 504
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Pl Px
M 40X
1mm
(*Keterangan = Pl: Plagioklas, Px: Piroksen) Gambar 2. Tekstur Glomeroporfiritik pada sayatan tipis tahun 1966-5
Mpl
Pl
M 40X
1mm
(*Keterangan = Pl: Plagioklas, Mpl: Mikrolit plagioklas) Gambar 3. Sruktur Trakitik pada sayatan tipis tahun 1966-6
505
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Gambar 4. Ploting penentuan jenis batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan berdasarkan kandungan total alkali dan silika pada diagram TAS (Le bass, 1985).
Gambar 5. Klasifikasi jenis magma Gunung Barujari dan Gunung Rombongan berdasarkan klasifikasi Peccerillo dan Taylor (1976)
Gambar 6. Penentuan asal magma pembentuk batuan Gunung Barujari dan Gunung Rombongan berdasarkan diagram Pearce (1977)
Gambar 7. Penentuan asal magma berdasarkan tectonic setting menurut Mullen (1983)
506