Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
ANALISA PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI SATUAN PENGAWAS INTERNAL SERTA PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA (Study pada BPR di Pulau Lombok) MATURIDI, A.M. Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani Selong, Lombok Timur e-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi satuan pengawas internal serta penerapan GCG terhadap kinerja pada BPR di Pulau Lombok. Variabel independen yaitu kompetensi yang di proksikan dengan pendidikan dan pengalaman, independensi diproksikan dengan lama menjadi auditor dan hubungan dengan atasan, dan GCG diproksikan dengan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran, sedangkan variabel dependen adalah kinerja yang diproksikan dengan tingkat kesehatan BPR. Metode penelitian yang di gunakan adalah dengan menyebar kuesioner kepada 52 responden dari 22 BPR yang ada di Pulau Lombok, alat analisa yang di gunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi, independensi dan GCG secara simultan mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja, secara parsial kompetensi dan GCG mempunyai pengaruh signifikan dan posistif terhadap kinerja, sedangkan indpendensi memupunyai pengaruh yang lemah terhadap kinerja. Temuan pada peneletian ini sedikit berbeda dengan peneliti sebelumnya dimana independensi satuan pengawas internal pada BPR masih lemah, untuk itu perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil dari penelitian memberikan warning kepada para pemilik dan pengelola BPR bahwa independensi satuan pengawas internal sangat penting bagi kemajuan perusahaan, bila satuan pengawas tidak independen maka hasil audit yang dibuat tidak obyektif sehingga informasi yang dibuat akan menyesatkan pengguna dan pada akhirnya akan merugikan perusahaan. Kata kunci: Kompetensi, independensi satuan pengawas internal, dan perinsipperinsip good corporate governance, serta kinerja. Abstract This study aimed to examine the effect of the competence, independence and the internal watchdog unit GCG implementation on the performance of the BPR in Lombok Island. The independent variables that competence in proximal with education and experience, independence long been peroxide by the auditors and relations with superiors, and GCG proxy with GCG principles of transparency, accountability, responsibility, independence and fairness, while the dependent variable is the performance of the proxy with BPR soundness. The research method used is to spread out questionnaires to 52 respondents from 22 rural banks in the island of Lombok, the analysis tool used is multiple linear regression. The results showed that the competence, independence and GCG simultaneously have a significant and positive effect on performance, partially competence and GCG have a significant and positive effect on performance, while the independence memupunyai weak influence on performance. The findings in this research slightly different from previous research in which the independence of the internal oversight unit at BPR is still weak, for it needs to be improved. Based on the results of the study give warning to the owners and managers of BPR that the independence of the internal oversight unit is very important for the progress of the company, if the unit is
Maturidi
| 126
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
not an independent watchdog, the results of the audit were made so that the objective is not to be misleading information created and users will ultimately hurt the company. Keywords: competence, independence of internal oversight units, and principle of good corporate governance, as well as performance.
PENDAHULUAN Kecurangan yang sering terjadi pada perusahaan besar ataupun kecil adalah memanipulasi laporan keuangan oleh manajemen dengan berbagai macam motif. Pemegang saham dan manajemen dari satu sisi punya kepentingan yang sama, namun di sisi lain punya kepentingan yang berbeda. Kepentingan yang berbeda inilah yang menimbulkan conflict of intrest antara pemilik dan antara pengelola. Conflict of intrest pemilik dan pengelola adalah hal yang lumrah dalam sebuah lembaga bisnis dan konotasinya tidak mesti selalu negatif jika masing-masing pihak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, karena pada hakekatnya antara pemilik dan pengelola sama-sama punya kepentingan untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari pengelolaan entitas.Perbedaan kepentingan yang kurang sehat biasanya timbul pada situasi di mana entitas sedang mengalami problem operasional atau karena moral hazard dari manajemen, adanya peluang atau kesempatan untuk melakukan manipulasi laporan keuangan perusahaan.Principal (pemilik) tentu saja sangat berkepentingan untuk mengetahui semua informasi yang terkait dengan investasi yang dilakukan pada perusahaan, dengan cara meminta laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban dari agen (manajemen). Berdasarkan laporan keuangan tersebut principal dapat menilai kinerja dari manajemen. Bagi manajer yang oportunis dan kurang bermoral biasanya akan memanipulasi laporan agar keuangan (window dressing), kelihatan kinerjanya baik dan untuk itu perlu adanya pengawasan untuk menghindari kecurangan tersebut. Salah satu pilar utama jika suatu perusahaan ingin maju maka satuan pengawas internalnya (SPI ) sebagai internal auditnya haruslah kuat. Apabila
SPI berjalan sesuai peran dan fungsinya maka perusahaan dapat mencegah terjadinya kehilangan keuangan perusahaan dan menjaga asset perusahaan dari tindakan korupsi, kelalaian, kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan kecurangan dan pemborosan. Skandal keuangan yang melibatkan perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, Tyco, Global Crossing, AOLWarner, Kimia Farma dan yang terbaru kasus Bank Century menuntut peningkatan kualitas pengawasan internal yang professional dan penerapan good corporate governance.Good corporate governance telah dikenal di Amerika Serikat, pasca krisis ekonomi Amerika sekitar tahun 1930-an. Good corporate governance adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut (Susiana dan Herawati, 2007:) Darmawati (2006) dalam Puspita dan Lukviarman (2007:1-2) mengatakan sejak berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian terhadap GCG mulai diperhatikan dengan serius oleh penguasa maupun pengusaha. Bank dunia dan Organization for Economic Co-operation telah and Development (OECD) memberikan kontribusi penting dalam pengembangan prinsip-prinsip corporate governance di berbagai negara termasuk Indonesia. Masih segar dalam ingatan kita pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang sangat luar biasa dahsyatnya, dalam waktu yang relatif sangat singkat sendi-sendi dasar ekonomi kita benar-benar dibuat tidak berdaya. Peristiwa ini ditandai dengan naiknya harga dolar dipasaran yang menyebabkan para pengusaha mengalami kesulitan
Maturidi
| 127
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
likuiditas, masyarakatpun merasakan beratnya tekanan ekonomi akibat krisis tersebut, demikian pula bagi mereka yang mampu tidak kalah paniknya. Akibat dari krisis moneter dan yang paling berat menanggung akibatnya adalah perbankan, di mana timbul pengambilan dana besarbesaran, perbankanpun tidak berdaya menghadapi rush dari para nasabahnya. Kalau dikaji lebih dalam kenapa perbankan yang paling berat menerima akibatnya adalah karena lemahnya pengawasan internal dan lemahnya penerapan good corporate governance pada dunia perbankan.Pasca krisis moneter fenomena dunia perbankan menjadi sorotan dan masalah yang cukup berat bagi bangsa Indonesia, sehingga pemerintah mengambil berbagai macam kebijakan guna menyehatkan perbankan nasional mulai dari kebijakan BLBI(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) sampai kepada kebijakan merger bagi bank yang sulit untuk di sehatkan, dan bagi masyarakat pemerintah menjamin dana yang di simpanan lewat LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Pengaruh dari krisis moneter tersebut bukan hanya mempengaruhi bank umum tapi juga berimbas pula pada BPR. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang memiliki karakteristik yang unik dalam operasionalnya, dan sedikit berbeda dengan operasional bank umum. BPR dengan nasabah sebagian besar adalah pedagang kecil dan kurang paham dengan perbankan, kalau diterapkan aturan dengan saklek maka BPR tidak akan mendapat nasabah, misalnya pinjaman syaratnya harus ada jaminan, kenyataan di lapangan sebagian besar pedagang kecil tersebut tidak punya jaminan, tidak di berikan tidak dapat nasabah, di berikan resiko di depan siap menghadang, di sinilah letak unik dan seninya mengelola BPR, oleh sebab itu management BPR dituntut agar kreatif dan inovatif, dengan pertimbangan utama adalah keselamatan BPR, tetapi juga tetap mempertimbangkan kepentingan atau kebutuhan nasabah. Disamping itu dalam operasionalnya umumnya BPR menggunakan petugas lapangan (PL)
yang beroperasi dari pintu ke pintu, baik dalam pemberian pinjaman dan penarikannya, juga menarik simpanan dan melayani pengambilan dari nasabah, pekerjaan ini penuh dengan resiko, untuk meminimalisir resiko ini maka pembinaan dan pengawasan menjadi sangat penting, disinilah peran satuan pengawas internal. Selain dari itu bukanlah rahasia perbankan Indonesia khususnya pada bank milik swasta baik bank umum atau BPR, kekuasaan pemilik atau komisaris sangat kuat, sehingga dalam penerapan perinsipperinsip GCG menghadapi kendala. Dari uraian singkat diatas tentang BPR dapat di identifikasi beberapa masalah yang di hadapi oleh BPR umumnya, dan termasuk juga BPR di NTB, sebagai berikut : 1. Operasional BPR sangat beresiko 2. Satuan pengawas internal pada BPR belum memadai 3. Masih lemahnya penerapan perinsipperinsip good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) pada BPR Berdasarkan masalah diatas maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut : 1. Apakah tiga variabel independen kompetensi, independensi satuan pengawas internal dan penerapan GCG mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen kinerja. Apakah masing-masing variabel independen kompetensi, independensi dan penerapan GCG mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen kinerja. Harahap (1995:57) mengatakan bahwa dalam struktur organisasi entitas biasanya ada unit khusus yang berfungsi sebagai pengawas intern. Biasanya di sebut controller, internal auditor, bagian akuntansi, , satuan pengendalian intern (SPI) dan lain-lain.Tugiman (1995 : 1 ) memberikan pengertian yang sama antara internal audit dengan pemeriksaan internal. Berdasarkan pengertian yang diberikan para ahli tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa satuan pengawas internal dapat juga disebut kontroler, auditor internal/internal kontrol, satuan Maturidi
| 128
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
pengendali internal, pemeriksaan internal, dan dalam penelitian ini pengertian yang di ambil dari satuan pengawas internal adalah internal kontrol atau auditor internal. Sedangkan menurutCOSO dalam Pratolo (2007) pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut: “Internal Control is a process, affected by an entitiy’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: 1. Effectiveness and efficiency of operations. 2. Reliability of financial reporting. 3. Compliance with applicable laws and regulations. Definisi menurut Institute of Internal Pratolo (2007) Auditors (IIA)dalam menyatakan bahwa pengendalian intern adalah aktivitas yang berusaha untuk menjamin pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Tujuan utama dari pengendalian intern adalah tercapainya: a) Reliabilitas dan integritas informasi. b) Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan kebijakan. c) Pengamanan asset. d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien. Pengawasan BPR dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati, meneliti proses kegiatan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta melakukan tindakan yang diperlukan untuk memeriksa, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi agar sesuai dengan rencana pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Hidayat, 2011). Pengawasan pada BPR ada dua jenis : 1. Pengawasan preventif Pengawasan yang dilakukan secara terus menerus untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan pemborosan yang dilakukan oleh pengelola BPR yang erat kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen. 2. Pengawasan Represif
Pengawasan yang dilakukan dan membuat langkah penyelesaian yang diperlukan setelah diketahui adanya penyimpangan dan penyelewengan dalam pengelolaan BPR. Sistem kerja Pengawasan Internal di BPR dapat dilakukan secara : 1. Periodik : minimal 3 ( tiga ) bulan 2. Insidentil : dilakukan sewaktu-waktu / inspeksi mendadak Adapun bidang yang diaudit meliputi : 1. Disiplin dan Tata Tertib 2. Kredit 3. Simpanan 4. Operasional 5. Logistik 6. SDM 7. Teller / Kas 8. Informasi Tehnologi 9. Manajemen Kinerja adalah pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan.Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu metode atau pendekatan dan biasanya menggunakan dua indikator yaitu pengukuran kinerja non keuangan (non financial performance measurement) dan pengukuran kinerja (financial performance keuangan Morse dan Davis, measurement). 1996dalam Tugiman (2000:96). CAMEL sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kinerja bank sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita dan Lukviarman (2007) tentang Pengaruh Board Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (study terhadap perbankan yang go public di BEJ). Board governance di proksikan dengan supervisory board dengan indikator jumlah anggota dewan komisaris dan jumlah perempuan dalam keanggotaan dewan , management board dengan indikator jumlah anggota dewan direksi dan jumlah perempuan dalam keanggotan dewan direksi dan concentrated ownership dengan indikator persentase kepemilikan terbesar, sedangkan kinerja perusahaan
Maturidi
| 129
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
diproksikan dengan ROA dan BOPO. Peneliti menemukan bahwa kinerja bank yang diukur dengan ROA berhubungan positif dengan size of supervisory board, namun berhubungan negative dengan BOPO.Female representation on the supervisory board berhubungan negative dengan kinerja bank.Female representation on the management board, berhubungan positif dengan kinerja bank , baik yang diukur dengan ROA maupun Ownership concentrated BOPO. berbungan positif dengan ROA dan berhubungan negative dengan BOPO. Gambaran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penerapan dari corporate governance mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja bank. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) paragraf 01 menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor dan paragraph 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidangbidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama Harhinto (2004) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit, dimana keahlian diproksikan dengan pengetahuan dan pengalaman, sedangkan independensi diproksikan dengan tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien, dan telahaan dari rekan auditor, menyimpulkan bahwa keahlian atau kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Alim dkk, (2007) menguji pengaruh kompetensi dan indpendensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
variabel moderasinya. Populasi penelitianya adalah semua KAP yang ada di Jawa Timur berjumlah 53 buah. Variable yang diteliti adalah kompetensi dengan Indikator : a). pengetahuan, b). pengalaman, Independensi dengan indikator : a). tekanan klien, b). lama kerjasama dengan klien. Etika auditor dengan indikator, a).imbalan yang diterima, b). organisasional, c). lingkungan keluarga, d). emotional quotient. kualitas audit dengan indikator : a). deteksi salah saji, b). kesesuaian dengan SPAP, c). kepatuhan terhadap SOP, d). resiko audit, e). perinsip kehatihatian, f). proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor dan g). perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner. Kesimpulan dari penelitian Alim dkk adalah kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Alim dkk (2007) mengatakan independensi adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.Tugiman (1995) mengatakan internal auditor dianggap mandiri apabila mereka dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan obyektif. Susiana dan Herawati (2007) menganalisis pengaruh independensi, mekanisme GCG dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan pada 70 perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisia selama periode 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2003. Variable independensi di ukur dengan fee audit, variable GCG di ukur dengan a).persentase saham yang dimiliki oleh institusi, b).persentase saham yang dimiliki oleh manajemen, c).komite audit yang diukur dengan variable dummy, variable kualitas audit diukur dengan KAP big four dan non big four dengan menggunakan variable dummy, integritas Maturidi
| 130
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
laporan keuagan diukur dengan index Penelitian tersebut conservatism. menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1). penelitian atas data tahun 2000 sampai dengan 2003, independensimemiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, 2). penelitian atas data tahun 2000,2001,2002,2003 mekanisme corporate governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, 3). penelitian atas data tahun 2000 sampai 2003, menunjukkan kualitas audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Susiana dan Herawati membuktikan bahwa independensi dan penerapan GCG mempunyai pengaruh yang kuat terhadap integritas laporan keuangan. METODE Jenis penelitian ini termasuk penelitian causal comparative research yang bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat atau kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengamati akibat yang ada dan mencari kembali factor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari akibat itu. Danim (2002: 44).. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan klasifikasi variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel independen adalah : a. Kompetensi dengan indikator pengetahuan dan pengalaman kerja b. Independensi dengan indikator lamanya bertugas sebagai SPI, hubungan dengan atasan. c. Good corvorate governance dengan indikator tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran. 2. Variabel dependen adalah kinerja BPR yang diukur dengan CAMEL Alat analisa yang di gunakan adalah regresi linier berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji validitas di gunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner di katakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007:45). Uji validitas data menghasilkan koefisien korelasi (r) hitung semua pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari r table = 0.30, artinya semua pertanyaan valid. Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner di katakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data menghasilkan koefisien alfa cronbach > 0.60, artinya kelompok pertanyaan setiap variabel telah reliable (Ghozali, 2007:42). Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas variabel residual, uji multikolinieritas dan uji heterokedastisitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu berdistribusi normal. Uji normalitas varibel rediual menghasilkan nilai signifikansi dari Uji K-S yaitu sebesar 0,536. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada sebaran data dan tidak menunjukkan penyimpangan dari kurva normalnya, yang berarti bahwa sebaran data telah memenuhi asumsi - asumsi normalitas (Ghozali, 2007:110).Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi di temukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji multikolonieritas antar sesama variabel independen menunjukkan tidak adanya nilai korelasi antar variabel independen yang lebih besar dari 95%. , artinya tidak ada multikolinearitas antar sesama variabel independen.Ghozali (2007:93). Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model Maturidi
| 131
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas (Ghozali, 2007:105). Uji heterokedastisitas menunjukkan tidak ada satupun variabel indipenden yang signifikan secara statistik mempengaruhi dependen nilai absolute . Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di
atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regesi tidak mengandung adanya Heterokedastisitas. (Ghozali 2007). Dari perhitungan SPSS dapat dibuat persamaan regresinya sebagai berikut :
Tabel 3. Elemental compositions of sampling sites No 1 2 3 4
Variabel Bebas Konstanta Kompetensi (X1) Independensi (X2) GCG (X3)
Koefisien Regresi .0543 .193 .022 .654
Uji t .834 2.336 .226 3.108
BETA .400 .045 .683
Sig. .412 .027 .823 .004
F hitung = 5.858 Sig. F hitung = 0,003 F tabel = 2,96 T tabel = 2.052 R = 0,628 R square = 0,394 Data diolah dengan menggunakan SPSS 17 for Windows, dan ditemukan statistik sampel regresi berganda untuk Y prediksi (Ŷ) sebagai berikut. Ŷ = 0,543+ 0,193X1 + 0,022 X2 + 0,654 X3
Dari persamaan diatas bisa dilihat bahwa secara sampel variabel independen memiliki nilai positif. Hal ini menandakan bahwa secara sampelvaribel independen kompetensi, independensi dan GCG memiliki hubungan yang searah positif terhadap variabel dependen kinerja. Pada tataran kenyataan di lapangankonstanta bernilai posistif tidak memiliki arti apa-apa, sekalipun nilai positif tersebut menunjukkan adanya kinerja ketika semua variabel independen bernilai nol ( Gujarati 1988: 177). Apakah tanda-tanda adanya hubungan searah positif secara sampel demikian akan berlaku pula bagi populasi, satu hal yang akan di uji hipotesis berikut. Uji hipotesis meliputi uji hipotesis pengaruh simultan, uji hipotesis pengaruh parsial. Uji hipotesis pengaruh simultan
menghasilkan perhitungan F hitung 5.858 > F table2.96, artinya secara populasi variabel independen berpengaruh simultan signifikan terhadap variabel dependen kinerja.Uji hipotesis pengaruh parsial, variabel independen kompetensisecara parsial berpengararuh signifikan terhadap kinerja, karena t hitung 2.336 > t table 2.052, atau nilai signifikansi 0.027 < tingkat kesalahan α = 0.05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.Uji hipotesis pengaruh parsial variabel independen independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja, karena t hitung = 0.0226 < t table 2.052 atau nilai signifikansi = 0.536> tingkat kesalahan α = 0.05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak.Uji hipotesis pengaruh parsial variabel independen penerapan GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja, karena t hitung 3.108 > T tabel 2.052 atau nilai signifikansi 0,004< tingkat kesalahan α = 0.05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Maturidi
| 132
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : 1. Secara simultan kompetensi, independensi dan good corporate mempunyai pengaruh governance terhadap kinerja 2. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Variabel kompetensi dan good corporate governance secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja BPR. 3. Dari ketiga variabel independen ini yang punya pengaruh paling kuat adalah variabel GCG. Dari kesimpulan tersebut di atas di sarankan kepada BPR agar mekanisme pengendalian ineternal perlu di tingkatkan, demikian pula dengan kualitas personilnya, dan khusus yang terkait dengan independensi SPI disarankan kepada BPR untuk membentuk struktur yang terpisah dari divisi lainnya, termasuk jika memungkinkan tempat mereka bekerja juga ditempat yang khusus, agar sikap independensi dapat terjaga, dengan demikian hasil auditnyapun akan lebih obyektiv.
DAFTAR PUSTAKA Alim,
Nizarul, M. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Sebagai Variable Moderasi. Makasar SNA X
Almilia, Spica, Luciana dan Sifa, L Lailul. 2006. Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Padang SNA 9 BPKP. 2008. Kode Etik dan Standar audit.Pusat pendidikan dan Pelatihan Pengawas Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Edisi 5.Jakarta. COSO. 1992. Internal Control-Integrated Framework. Committee of
Sponsoring Organizations Of The Tread way Commission Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik dan Faktor Regulasi Terhadap kualitas Implementasi Corporate Governance. Padang SNA 9. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Edisi Pertama. Bandung: CVPustaka Setia. Efendi, Arief,M. 2007. Tantangan untuk menjadi seorang auditor internal yang professional. Jakarta: STIE Trisakti. ________ 2002. Paradigma Baru Internal Auditor. Majalah AUDITOR, Rubrik “Kolom 1″, Edisi No. 05 tahun 2002. Elfarini, EC. 2007. Pengaruh kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.( Study Empiris Pada Akuntan Public di Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. FCGI (Forum For Corporate Governance In Indonesia). 2002. Tata Kelola (Corporate Perusahaan Governance) The Essence Of Good Corporate Governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia. Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication Aplikasi analisa Ghozali,Imam. 2007. multivariate dengan program SPSS. cetakan IV. Semarang : Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 1988. Basic Economic. New York: Mc.Graw Hill International. Hastuti
Dwi,Theresia dan Soegijapranata,Unika.2005.Hubun gan Antara Good Corporate Governance Dan Struktur
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
Kepemilikan Dengan Keuangan.Solo.SNA VIII.
Kinerja
Auditing Harap,Syafri,Sofyan. 1994. perusahaan kecil. Jakarta: Bumi Aksara Harhinto,Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit.( Study empiris pada KAP di Jawa Timur). Semarang. Tesis Maksi . Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan). Hidayat, Iman, Firman. 2011. Internal Audit BPR. Diperoleh dari : http://www.iman ph.wordpress.com Email:
[email protected]
terhadap auditor changes.Semarang. Skripsi:Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan). Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6. No. 1. Januari. p. 1-22. Analisis Pengaruh _______ 2003. Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Surabaya: SNA VI
IAI-KAP. 2001. Standard Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung.
Indriantoro,Nur dan Bambang, S. 1999. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Muljono,Pudjo,Teguh.1992. Laporan Keuangan Jakarta: Perbankan. Djambatan.
Puspita,L dan Lukviarman,N. 2007. Board Governance dan Kinerja perusahaan. (Stydy terhadap perbankkan go public): Depok . The 1st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia. Lukviarman, N. 2005. “Perangkap Ketatan”, Profesi Akuntan. Dan Fenomena Corporate Governance : suatu Tinjauan kritis. Jakarta.
Good corporate Pratolo,Suryo. 2007. Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia : Asfek Audit manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variable Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan: Makasar.SNA X
LS,Riyanto,Bambang. 2007. Pengaruh Compliance Reporting Dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja.Makasar.SNA X Lasmahadi, A. 2000. Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi. www.eDiperoleh dari psikologi.com Mardiyah,Aida Ainul. 2005. Pengaruh factor klien dan factor auditor
Analisa Untuk Penerbit
Pujiyanti,Sri dan Suhendra,Susi. 2009. Analisa Kinerja Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan bank Dengan Menggunakan Metode CAMEL.(Study Kasus pada PT Bank Negara Indonesia dan PT bank Bukopin Periode 2006-2008). Jakarta: Universitas Gunadarma. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia. Dikeluarkan oleh: Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance . Januari 2004. Saefudin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Study
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 2 Tahun 2015
Kuasekperimen pada Auditor dan Mahasiswa).Semarang.Tesis Undip ( Tidak dipublikasikan).
jurusan Akuntansi Politeknik Pos Bandung, 26 April 2004. Tidak Dipublikasikan
Salvatore, Dominick. 1982. Theory and Problem of Statistic and Econometric.Mc.Graw Hill Book Company.
Trisnaningsih,Tri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai mediasi Pengaruh pemahaman GCG, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Maksar SNA X.
Susiana dan Herawati,A. 2007. Analisa pengaruh indepensi,mekanisme good corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan : Makasar.SNA 9. Siswanto Sutoyo, & Aldridge, E John. Good Corporate 2005. Governance: Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat. Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka. Soegiharto. 2005. Peran Akuntan dalam Menagakkan Good Corpoate Governance. Auditor. No. 18 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Susanto, A.B. 2000. Competency-Based Diperoleh dari HRM. www.jakartaconsulting group.com. Tunggal jaya, Amin. 2009. Forensic audit,mencegah dan mendeteksi kecurangan. Harvarindo.Jakarta. Tugiman,Hiro. 1997.Standar professional internal audit. Bandung: PT Eresco. ________ 2000. Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Dan Kinerja Perusahaan. Disertasi Doktor pada Universitas Padjadjaran Bandung. _________2004. Peran Auditor Internal Dalam Menunjang Good Corporate Governance Pada BUMN di Indonesia. Artikel dipaparkan pada
Triyana,Y. 2009. Manfaat Penerapan perinsip-perinsip GCG Terhadap Kinerja Keuangan perusahaan Pada Perum Pegadaian. Jakarta: Universitas Gunadarma. Undang-undang No.40 Tentang Perseroan Terbatas Widodo,K, Tri. 2005. Pengaruh Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Satuan Pengawas Inter Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Di Lingkungan Kantor Wilayah Perum Pegadaian Yogyakarta. Thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.