I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II. Sektor ini diharapkan sebagai penyerap tenaga kerja terbesar, penghasil devisa dan pemacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Banyak sektor industri yang berkembang dan berperan di Indonesia saat ini, hal ini disebabkan adanya globalisasi ekonomi yang semakin luas. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat, menyebabkan pertumbuhan industri semakin berkembang dengan pesat dan merambah ke segala bidang. Setiap bidang industri mempunyai peran yang penting dalam perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Salah satu sektor industri yang saat ini memainkan peran penting dalam meningkatkan perekonomian nasional adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Market Research & Feasibility Studies PT. Multidata Riset Indonesia, tahun 2008 industri farmasi Indonesia berjumlah 224 buah dan memiliki kapasitas produksi sebesar 3% dari total kapasitas seluruh dunia. Jumlah tersebut hanya 0,2% dari total pasar seluruh dunia. Suplai untuk pasar lokal, penjualan produk farmasi mencapai US$ 1,2 miliar. Sementara itu, pada tahun 2010 akan dicanangkan program Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 oleh Pemerintah, yang salah satu tujuannya adalah mendorong terfasilitasinya ketersediaan Obat Generik Berlogo (OGB) di wilayah
2 tertentu dan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini semakin mendorong pertumbuhan produksi obat-obatan generik di Indonesia. Disamping itu, pada tahun 2008 belanja kesehatan Indonesia meningkat 14 persen dan pertumbuhan industri farmasi nasional di atas 15 persen. Industri farmasi semakin berperan penting pada perekonomian nasional, meskipun industri farmasi di Indonesia relatif masih muda jika dibandingkan dengan industri farmasi di negara-negara maju. Industri farmasi
mempunyai
peran antara lain: menjamin dan memperbaiki kesehatan masyarakat dalam mengatasi berbagai penyakit, meminimasi resiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang berkesinambungan (sustainable) bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang, serta memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi karena menghasilkan output ekonomi yang besar, investasi dan penyerapan tenaga kerja. Industri farmasi merupakan industri yang sarat dengan inovasi dan berbasis pada penelitian serta pengembangan (Research and Development) sehingga menuntut adanya penemuan-penemuan baru berupa formulasi kimia. Penemuan bahan-bahan kimia yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia telah mendorong dibangunnya industri-industri farmasi yang di satu sisi menghasilkan sejumlah obat demi kesehatan dan kesejahteraan manusia sedangkan di sisi lain juga menimbulkan eksternalitas negatif berupa limbah. Limbah yang berasal dari industri farmasi dapat mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan logam berat yang bergantung pada bahan-bahan yang dipergunakan untuk proses produksinya. Limbah yang mengandung B3 dapat
3 bersifat membahayakan kelangsungan hidup manusia dan menimbulkan kerusakan lingkungan. Untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang dapat terjadi akibat limbah industri, pemerintah dalam undang-undang No. 4 tahun 1982 mengharuskan pihak industri untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL ini berfungsi untuk meminimisasi daya cemar limbah yang dihasilkan dan tingkat pencemaran yang terjadi akibat proses produksi, agar tidak merusak dan mencemari lingkungan. PT. Pradja Pharin (Prafa) merupakan salah satu perusahaan farmasi yang berada di Kabupaten Bogor. Seperti halnya perusahaan lain, PT. Prafa menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Wujud limbah yang dihasilkan PT. Prafa berupa padat, gas, cair dan lumpur. Berdasarkan wujud limbah industri tersebut, limbah cair merupakan jenis limbah yang perlu mendapat perhatian karena
berpengaruh
penting
terhadap
kerusakan
lingkungan,
misalnya:
pembuangan limbah cair ke badan air (sungai) yang digunakan masyarakat sekitar dapat mencemari air sungai dan merusak ekosistem yang ada di sungai tersebut. Selain itu, limbah cair merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan jika dibandingkan dengan jenis limbah lainnya karena dalam proses produksinya air merupakan bahan baku yang paling banyak digunakan. Berdasarkan data Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (DTRLH) Kabupaten Bogor, PT. Prafa merupakan perusahaan yang paling besar volume limbah cairnya per bulan diantara perusahaan farmasi lainnya yang berada di Kabupaten Bogor.
4 Berikut Tabel 1 yang menggambarkan volume limbah cair perusahaan farmasi per bulan yang berada di Kabupaten Bogor. Tabel 1. Rata-rata Volume Limbah Cair per Bulan Perusahaan Farmasi Kabupaten Bogor No Nama Perusahaan 1 PT Yupharin Pharmaceutical 2 PT Darya Varia Laboratoria 4 PT Novell Pharmaceutical Laboratories 5 PT.Pradja Pharin 6 PT Phytochemindo Reksa 7 PT Martino Berto 8 PT Eisai Indonesia 9 PT Novartis Indonesia
Volume (m3/bulan) 450 330 400 600 36 226 220 150
Sumber : Dinas Tata Ruang Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2006)
Limbah cair yang dihasilkan PT. Prafa mengandung bahan-bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi obat-obatan. Limbah cair yang dihasilkan PT. Prafa berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Oleh karena itu, PT. Prafa mempunyai tanggungjawab sosial terhadap lingkungan, artinya tidak hanya menggunakan sumberdaya alam untuk kepentingan produksi tetapi juga harus melestarikannya. Sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1982, PT. Prafa dalam kegiatan produksinya dilengkapi dengan IPAL, yang didesain khusus untuk mengolah limbah cair agar tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (KepMen LH 51 Tahun 1995). Agar dapat memenuhi baku mutu, PT. Prafa harus menerapkan prinsip pengendalian limbah cair secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi maupun setelah proses produksi. Dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas IPAL atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
5 PT. Prafa dalam mengendalikan keluaran limbahnya dilakukan dengan proses produksi bersih. Proses produksi bersih dilakukan melalui sistem IPAL yang terpadu dan sesuai dengan karakteristik limbah cair serta effluent yang dinginkan. IPAL yang dibangun perusahaan harus memenuhi kriteria sesuai ketetapan pemerintah. Akan tetapi kenyataannya, masih banyak perusahaan yang membangun IPAL hanya sebagai syarat pendirian perusahaan. Pembangunan IPAL terkait dengan biaya dan manfaat usaha tersebut. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengolah air limbahnya disebut Abatement Cost yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi satu-satuan konsentrasi daya cemar (ambient) limbah cair agar tidak merusak dan mencemari lingkungan. Marginal Abatement Cost (MAC) mencerminkan biaya tambahan satu unit atau ton polusi berkurang atau tidak. MAC yang harus dikeluarkan oleh perusahaan terkait dengan biaya IPAL. Biaya IPAL terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional IPAL. Biaya investasi berupa biaya pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional terdiri dari upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya pengolahan limbah yang dikeluarkan PT. Prafa dinternalisasi ke dalam biaya produksi, sehingga perusahaan dalam proses produksinya telah memperhitungkan biaya lingkungan. Biaya lingkungan merupakan biaya yang diperhitungkan sebagai kompensasi akibat dampak negatif terhadap lingkungan maupun masyarakat yang terkena dampak limbah Biaya produksi ini nantinya akan menentukan harga dasar
jual obat dipasaran. Jika biaya lingkungan
dibebankan pada harga maka konsumen yang harus menanggung biaya
6 lingkungan tersebut bukan perusahaan. Biaya lingkungan yang harus ditanggung konsumen, menyebabkan harga obat menjadi mahal. Kenyataannya perusahaan lagi yang harus memperoleh keuntungan yang besar karena perusahaan tidak menanggung biaya lingkungan, padahal biaya lingkungan yang dikeluarkan nilainya tidak besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Selain itu, MAC yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kerugian yang harus ditanggung masyarakat yang terkena dampak limbah. Sehingga dari semua kegiatan produksi perusahaan yang harus menjadi korban adalah konsumen dan masyarakat sekitar industri. Konsumen harus menanggung biaya lingkungan dan masyarakat sekitar industri harus menanggung beban pencemaran akibat limbah industri. Selain itu, masih banyak perusahan yang menganggap sepele mengenai pentingnya informasi mengenai besarnya MAC. Biaya pengolahan limbah (MAC) perlu untuk dihitung dan diketahui dengan cermat, agar informasi mengenai efektivitas kinerja IPAL dapat dievaluasi. Informasi mengenai MAC juga dapat berguna bagi perusahaan dalam meningkatkan dan menerapkan teknologi pengolahan limbah yang tepat dan efektif.
I.2 Perumusan Masalah Pengelolaan lingkungan adalah cara manusia mengatur alam untuk dimanfaatkan dan dilestarikan agar diperoleh keseimbangan yang senada dan serasi dengan tuntutan pembangunan (Tjondronegoro, 1982). Pengelolaan lingkungan merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan dalam mengantisipasi
7 kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Pencemaran dan perubahan lingkungan yang terjadi dapat diperkecil apabila perusahaan mengendalikan keluaran limbahnya melalui proses produksi bersih lingkungan. Selama 20 tahun terakhir, proses pembangunan di Indonesia dilakukan melalui berbagai upaya, diantaranya pembangunan industri yang lebih dititikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi semata. Namun, aspek sosial budaya, aspek lingkungan dan aspek pencemaran nampak seperti diabaikan sehingga merangsang pertumbuhan sektor lain menjadi tidak seimbang dan menyebabkan lingkungan tidak seimbang. Setelah muncul berbagai masalah lingkungan, barulah pemerintah sadar betapa pentingnya aspek lingkungan dalam mendukung kelangsungan pembangunan. Saat ini, proses industri dengan berwawasan lingkungan dan pelaksanaan produksi bersih dengan pengendalian pencemaran akibat proses produksi merupakan suatu keharusan bagi seluruh pelaku ekonomi termasuk perusahaan.
Perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti yang telah diungkapkan oleh Gleuck dan Jauck (1984) bahwa tujuan perusahaan meliputi profitabilitas, efisiensi, kepuasan dan pengembangan karyawan, tanggung jawab sosial dan hubungan baik dengan masyarakat serta kelangsungan usaha dan tujuan lainnya. Perusahaan dalam mencapai tujuannya selalu berinteraksi dengan lingkungannya sebab lingkungan memberikan andil dan kontribusi bagi perusahaan. Keberadaan perusahaan dianggap mampu menyediakan kebutuhan masyarakat untuk konsumsi maupun penyedia lapangan pekerjaan. Perusahaan di dalam lingkungan masyarakat memiliki sebuah
8 legitimasi untuk bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya, namun lama kelamaan karena posisi perusahaan menjadi amat vital dalam kehidupan masyarakat maka dampak yang ditimbulkan juga akan menjadi sangat besar. Dampak yang muncul dalam setiap kegiatan operasional perusahaan ini dipastikan akan membawa akibat pada lingkungan di sekitar perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dampak negatif yang paling sering ditemukan dalam setiap kegiatan operasional perusahaan adalah polusi udara, limbah produksi, kesenjangan, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang melakukan kegiatan produksi mempunyai tanggungjawab sosial berupa pengelolaan lingkungan melalui pengendalian pencemaran.
Pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan limbah industri mempunyai beberapa motivasi dilihat dari kondisi lingkungan tempat sumber pencemaran berada. Pelaksanaan pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif. Upaya pengendalian ini dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya dengan memasang perangkat kendali berupa IPAL. Perusahaan dalam kegiatan operasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat berdiri dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk meminimalisasi daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi. Industri harus menggunakan teknologi pengolahan limbah yang best praticable agar dapat memenuhi standar konsentrasi (baku mutu) dan kandungan polutan seperti
9 Biochemical Oxgen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspenden Solid (TSS), Fenol, dan polutan lainnya (KepMen No.3 Tahun 1998). Perusahaan dalam kegiatan mengolah limbah sangat terkait erat dengan komponen biaya dan manfaat dari usaha tersebut. Biaya pengurangan untuk mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi ambient disebut dengan Abatement Cost. Abatement Cost yang dikeluarkan terkait dengan proses IPAL yang bertujuan mengolah limbah cair melalui pengurangan konsentrasi ambient tiap parameter limbah cair hingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Biaya IPAL terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya-biaya lainnya. Tambahan biaya yang dikeluarkan untuk meminimisasi konsentrasi ambient limbah cair mulai dari masukan (inlet) hingga buangan akhir (outlet) merefleksikan Marginal Abatement Cost (MAC) yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi nilai inlet
limbah cair maka semakin tinggi biaya yang
dibutuhkan untuk mengolah limbah tersebut. Semakin rendah nilai parameter outlet dari limbah yang dihasilkan, semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, hal ini akan berimplikasi pada biaya produksi yang semakin besar. Oleh karena itu, informasi mengenai Abatement Cost yang telah dikeluarkan oleh perusahaan penting untuk diketahui dan diperlukan manajemen biaya pengolahan limbah. Manfaat dengan diketahui besarnya Abatement Cost, perusahaan dapat mengetahui efisiensi dan efektivitas kinerja IPAL dalam mengurangi daya cemar limbah dan perusahaan dapat meningkatkan upaya meminimalisasi konsentrasi daya cemar limbah melalui peningkatan teknologi pengolahan limbah yang lebih
10 baik dan tepat. Perusahaan memperhitungkan dan memasukkan Abatement Cost ke dalam komponen biaya produksi. MAC memberikan gambaran berapa besarnya biaya lingkungan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya lingkungan ini merupakan biaya yang diperhitungkan sebagai kompensasi akibat dampak negatif terhadap lingkungan maupun masyarakat yang terkena dampak limbah. Jika biaya produksi telah memperhitungkan MAC maka nilai jual suatu produk dikatakan telah memperhitungkan komponen biaya lingkungan. Hal ini berimplikasi pada konsumen yang harus menanggung biaya lingkungan tersebut. Biaya lingkungan yang ditanggung konsumen, menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Sementara itu, perusahaan memperoleh untung yang besar karena tidak harus menanggung biaya lingkungan. Konsumen dan masyarakat sekitar industri yang dirugikan akibat lambah tersebut. Konsumen harus menanggung harga obat yang mahal, sedangkan masyarakat sekitar industri harus menanggung dampak limbah. Kenyataannya perusahaan dalam melakukan pengolahan limbah tidak optimal. MAC yang perusahaan keluarkan masih relatif kecil sharenya terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Keuntungan besar yang diperoleh perusahaan dan harga obat yang mahal tidak diikuti dengan proses pengolahan limbah yang baik. Hal ini disebabkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan masih rendah.
11 Berdasarkan informasi tersebut, maka perumusan masalahnya: 1. Berapa tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT. Prafa untuk mengurangi kadar pencemaran per satuan konsentrasi parameter limbah cair (Marginal Abatement Cost/MAC) ? 2. Berapa besarnya MAC per unit produk serta persentase MAC terhadap harga jual dan keuntungan per unit produk ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengestimasi tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT. Prafa untuk mengurangi kadar pencemaran per satuan konsentrasi parameter limbah cair (Marginal Abatement Cost/MAC). 2. Mengestimasi besarnya MAC per unit produk serta persentase MAC terhadap harga jual dan keuntungan per unit produk.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai proses pembelajaran
dan
informasi
bagi
mahasiswa
dan
pihak
yang
berkepentingan untuk bahan perbandingan guna penelitian lebih lanjut. 2. Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberi informasi dan bahan pertimbangan pada pemerintah selaku pembuat kebijakan mengenai pengelolaan lingkungan hidup terutama dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat semakin berkembangnya industri.
12 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada perusahaan dalam menentukan kebijakan yang menyangkut pengendalian limbah yang baik agar terwujud pembangunan yang seimbang dan kelestarian lingkungan dan dalam menentukan teknologi yang tepat dalam proses pengolahan limbah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan farmasi yang memproduksi berbagai jenis obat. Penelitian hanya difokuskan pada limbah cair karena dari kegiatan produksi, limbah cair merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan dibandingkan limbah padat maupun limbah gas. Selain itu, limbah cair dapat memberikan dampak yang negatif yang signifikan terhadap lingkungan di sekitar perusahaan teerutama pada badan air (sungai). Penelitian dilakukan dengan pendekatan Marginal Abatement Cost (MAC) berdasarkan konsentrasi parameter limbah cair. MAC berdasarkan parameter limbah cair yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan farmasi dalam meminimisasi konsentrasi ambient limbah cairnya dihitung berdasarkan parameter inlet dan outlet
limbah cair. Dalam mengestimasi
MAC, parameter yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga parameter yaitu BOD, COD dan TSS. Ketiga parameter tersebut merupakan parameter yang pengaruhnya cukup signifikan terhadap nilai inlet dan outlet yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan persentase nilai outlet terhadap nilai baku mutu limbah yang telah ditetapkan pemerintah lebih besar
13 jika dibandingkan ketiga parameter lainnya seperti pH, total N dan Fenol. Satuan unit produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu tablet (berdasarkan data jumlah produksi jenis tablet merupakan jenis produk yang paling banyak diproduksi sehingga diasumsikan satuan obat yang diproduksi terdiri dari satu jenis yaitu tablet).