1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa meningkat.
yang akan datang akan
Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi
dengan besarnya konsumsi beras perkapita yaitu 146 kg/kapita pada tahun 2004 (Muslim, 2008). Oleh sebab itu, untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan beras tersebut, maka produksi beras secara nasional harus ditingkatkan. Namun lambatnya tingkat pertumbuhan produktivitas padi yang hanya mencapai 2.11 persen selama 1985-2007, menyebabkan produksi padi juga mengalami pertumbuhan yang lambat seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Arifin (2004)
mengemukakan bahwa setelah terjadinya swasembada beras tahun 1984, perkembangan produksi padi menjadi lambat dan lebih banyak ditentukan oleh luas panen, karena relatif tidak adanya terobosan teknologi baru dibidang produksi. Irawan (2005) mengemukakan bahwa melambatnya laju pertumbuhan produksi padi karena semakin melambatnya laju pertumbuhan produktivitas usahatani padi akibat tidak adanya terobosan teknologi padi secara signifikan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi padi merupakan faktor utama bagi peningkatan produksi beras nasional. Dalam meningkatkan produksi padi, petani padi dihadapkan pada dinamika lingkungan strategi global dan berbagai kebijakan pemerintah seperti subsidi pupuk, pengembangan irigasi pertanian dan kebijakan penanganan alih fungsi lahan. Selain itu, petani padi juga dihadapkan pada sejauh mana tingkat efisiensi yang
2
dicapai oleh petani dan bagaimana variasinya antar daerah sangat diperlukan sebagai titik pijak dalam menyusun perencanaan program peningkatan efisiensi usahatani padi tersebut. Tabel 1.
Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia Tahun 1985-2007
Tahun Luas Panen(Ha) 1985 9902.3 1986 9988.5 1987 9922.6 1988 10138.2 1989 10531.2 1990 10502.4 1991 10281.5 1992 11103.3 1993 11012.8 1994 10733.8 1995 11438.8 1996 11569.7 1997 11140.6 1998 11730.3 1999 11963.2 2000 11793.5 2001 11500.0 2002 11521.2 2003 11488.0 2004 11923.0 2005 11779.3 2006 11786.4 2007 12165.6 Pertumbuhan (%) 3.13
Produksi (Ton) 39032.9 39726.8 40078.2 41676.2 44725.6 45178.8 44688.2 48240.0 48181.1 46641.5 49744.1 51101.5 49377.1 49236.7 50866.4 51898.9 50460.8 51489.7 52137.6 54088.5 54151.1 54454.9 57048.6 1.76
Produktivitas (Ton/Ha) 3.94 3.98 4.04 4.11 4.25 4.30 4.35 4.34 4.38 4.35 4.35 4.42 4.43 4.20 4.25 4.40 4.39 4.47 4.54 4.54 4.60 4.62 4.69 2.11
Sumber : Badan Pusat Statistik Berbagai Terbitan dalam Muslim (2008) Untuk mengatasi lambatnya laju pertumbuhan produksi padi maka Badan Litbang Pertanian sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk menggali dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian telah melakukan berbagai penelitian dan pengkajian yang berperan dalam mengembangkan sistem agribisnis berbagai komoditas pertanian. Pada Tahun 2005 Badan Litbang Pertanian sesuai dengan fungsinya membuat suatu langkah terobosan baru yaitu PRIMA TANI “Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian”.
3
Tujuan utama dari Prima Tani adalah untuk mempercepat desiminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik lokasi dan pengguna (Departemen Pertanian, 2006).
Prima Tani
diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi. Prima Tani sebagai instrumen program Departemen Pertanian adalah suatu kegiatan khusus.
Prima Tani sebagai suatu program rintisan dan akselerasi
diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan yang dilaksanakan bersifat integratif secara vertikal dan horisontal diharapkan dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program Prima Tani di beberapa daerah berhasil dilakukan yaitu melalui pengembangan
usahatani
dengan
pendekatan
Pengelolaan
Tanaman
dan
Sumberdaya Terpadu (PTT) yang mampu mengangkat produktivitas padi di beberapa daerah. Implementasi program ini dipadukan dengan Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) dan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) yang dikemas dalam program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) telah membuktikan peran teknologi dan kinerja Badan Litbang Pertanian dalam mendukung pembangunan pertanian (Zaini et al., 2003). Suatu terobosan peningkatan produktivitas padi sawah ditemukan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu dengan hasil yang cukup memuaskan.
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu mampu
4
meningkatkan produktivitas padi dengan hasil antara 7– 8.9 ton/ha, sedangkan pada tingkat pengkajian di lahan petani produktivitas meningkat dengan hasil antara 6.5–8.0 ton/ha.
Senjang peningkatan produktivitas antara penelitian dan
pengembangan di tingkat petani, mengindikasikan bahwa potensi peningkatan produktivitas padi untuk mencapai swasembada beras masih cukup besar (Abdulrachman et al., 2007). Keberhasilan PTT telah pula dibuktikan oleh Balai Penelitian Padi Sukamandi. Penerapan PTT padi sawah Sukamandi menghasilkan 8 sampai 9 ton Gabah Kering Giling (GKG)/ha atau 1.5 – 2.0 ton/ha lebih tinggi dari hasil padi yang biasa dibudidayakan dan konsisten selama empat musim pertanaman. Pada tingkat petani di delapan provinsi penghasil beras,
hasil padi dengan
pendekatan PTT konsisten lebih tinggi daripada penerapan paket BIMAS (Gani, 2002). Provinsi Kalimantan Barat mempunyai peluang dalam pengembangan kawasan usaha agribisnis melalui dukungan Prima Tani. Kalimantan Barat selain memiliki potensi sumberdaya alam dan manusia yang cukup besar juga memiliki peluang pasar yang menjanjikan.
Jika dibandingkan dengan provinsi lain
di Kalimantan, untuk produksi padi berdasarkan Aram I 2010, Kalimantan Barat berada pada peringkat kedua dengan produksi sekitar 1.4 juta ton (29.23), peringkat pertama adalah Kalimantan Selatan dengan produksi padi 2.1 juta ton (44.45 persen).
Selanjutnya disusul Kalimantan Timur dengan produksi padi
sekitar 620.3 ribu ton (13.33 persen) dan Kalimantan Tengah sekitar 604.2 ribu ton (12.99 persen). Kalimantan Barat memiliki 12 sentra yang akan dikembangkan sebagai Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu. Salah satunya adalah Kecamatan Sungai
5
Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Kabupaten Kubu Raya luas panen padi adalah 40 323 hektar dan jumlah produksi 132.419 ton pertahun. Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kubu Raya memiliki sawah pasang surut terluas di Kabupaten Kubu Raya yaitu 13 375 hektar ( Profil Kabupaten Kubu Raya, 2008). Karakteristik lahan di daerah Sui Kakap merupakan lahan bersulfida dangkal yang memiliki tipe luapan A dan B dengan lapisan pirit pada kedalaman 30-40 cm, ketebalan gambut 0-50 cm. Kemasaman tanah (pH) berkisar 5.0–7.0 dan kejenuhan basa hingga 65 persen. Air tanah pada musim kemarau memiliki pH 5.5 dan kadar Fe2+ 100-200 mg/L. Air payau dapat menembus masuk ke saluran. Kemasan air (pH) berkisar antara 6.0-6.5 dan air tanah memiliki pH 5.5-6.5 dengan daya listrik air saluran berkisar 0.7-1.32dS/m (Sutrisna et al., 1997). Tipe lahan seperti ini meskipun tergolong lahan marjinal, namun masih dapat diusahakan untuk aktivitas pertanian. Desa Sui Itik merupakan daerah sentra produksi padi di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil PRA (Participatory Rural Appraisal) yang dilakukan oleh Nurita et al. (2007) sumber pendapatan petani di desa Sui Itik didapatkan dari usahatani tani padi dan kelapa. Selanjutnya dikatakan bahwa khusus untuk lokasi berbasis padi, pendapatan utama petani adalah dari hasil produksi padi. Dimana produksi padi di desa Sui Itik 3 ton/ha, sementara potensi produksi padi desa Sui Itik adalah 4 – 5 ton/ha. Permasalahan rendahnya produktivitas dan produksi padi di desa Sui Itik diduga karena petani belum efisien dalam penggunaan input produksi. Petani dalam mengusahakan usahataninya masih terbatas dalam penggunaan lahan, benih, pupuk, pestisida maupun penggunaan tenaga kerja. Keterbatasan petani
6
dalam menggunakan input selain disebabkan oleh keterbatasan modal, juga disebabkan karena keterbatasan kemampuan petani untuk mengelola usahatani padi. Hal ini mendorong perlu adanya kebutuhan akan analisis efisiensi produksi dan biaya untuk membantu memformulasikan kebijakan dalam pengembangan usahatani padi.
Efisiensi merupakan satu hal penting bagi pertumbuhan
produktivitas padi. Gambaran sejauhmana tingkat efisiensi produksi dan biaya usahatani padi akan sangat membantu untuk mengambil keputusan apakah memperbaiki
efisiensi,
ataukah
mengembangkan
teknologi
baru
untuk
meningkatkan produktivitas padi di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka menarik untuk diteliti dilokasi Prima Tani desa sui Itik mengenai analisis pendapatan dan efisiensi teknis petani padi di lokasi Prima Tani pada agroekosistem lahan pasang surut di desa Sui itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat.
1.2. Rumusan Masalah Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi dilahan sawah irigasi menurut Sumarno et al. (2000) adalah melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan. Melalui pendekatan pengelolaan usahatani padi secara terpadu, mulai dari pengelolaan budidaya (persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pengaturan air, pengendalian gulma), dan pengelolaan hama penyakit diharapkan
7
mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Lokasi dengan
spesifikasi yang berbeda sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan lingkungan perlu menjadi perhatian serius dalam melaksanakan Program Prima Tani dalam hal ini menerapkan Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang nantinya akan meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Desa Sui Itik merupakan lokasi pelaksanaan Program Prima Tani. Berdasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat (Nurita, 2007) diperoleh kondisi aktual usahatani padi di desa Sui Itik Kecamatan Sui Kakap masalah utama yang dialami petani padi adalah produktivitas dan produksi padi rendah, hal ini disebabkan karena : (1) adanya serangan hama, disebabkan karena penanaman terlambat dan tidak serempak, disamping itu belum optimalnya penyuluhan tentang cara penanggulangan hama, (2) masuknya air asin, disebabkan karena rusaknya pintu air dan saluran tidak berfungsi,
(3) pirit,
disebabkan karena tata air mikro kurang optimal, (4) benih berlabel, disebabkan karena ketersediaan benih berlabel dalam jumlah yang terbatas, dan (5) saprodi belum optimal, disebabkan karena modal terbatas. Selain itu pula dalam hal pascapanen padi didapatkan permasalahan mutu gabah rendah. Rendahnya mutu gabah disebabkan karena : (1) terlambat merontok, disebabkan karena terbatasnya power tresher, dan (2) kadar air gabah tinggi, disebabkan karena tidak adanya klasifikasi mutu gabah (GKP) dan (GKG), alat pengering gabah belum tersedia dan belum tersedianya lantai jemur.
Berdasarkan hasil
PRA
maka dapat
disimpulkan permasalahan yang ada di desa Sui Itik Kecamatan Sungai Kakap
8
adalah : (1) produktivitas rendah yaitu 3 ton/ha sedangkan potensinya dapat mencapai 4–5 ton/ha, (2) benih yang digunakan tidak berlabel, (3) penggunaan saprodi belum optimal, (4) pemberantasan hama dan penyakit belum optimal, (5) pirit, (6) belum optimalnya pengawasan terhadap pintu air, dan (7) belum optimalnya penanganan pasca panen padi,
dengan dilaksanakannya Program
Prima Tani di desa Sui Itik yang kurang lebih sudah 5 (lima) tahun, diharapkan permasalahan dalam berusahatani padi dapat teratasi dan desa ini akan menjadi lebih baik usahataninya jika dibandingkan dengan desa lain, untuk itu maka timbul permasalahan: apakah petani dilokasi pelaksanaan Program Prima Tani sudah efisien dalam berusahatani? Selain dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input produksi maka tingkat efisiensi teknis usahatani padi petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani diduga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Beberapa karakteristik sosial ekonomi yang menjadi faktor-faktor inefisiensi teknis adalah umur, pendidikan, pengalaman bertani, dependency ratio, sistem tanam, partisipasi dalam kelompok tani dan prilaku petani. Saat ini usahatani padi di kedua lokasi penelitian banyak diusahakan oleh petani tua dan berpendidikan rendah. Hal ini diduga mempengaruhi kemampuan manajerial pada produksi padi sehinggga diduga akan berpengaruh pada tingkat efisiensi usahatani padi. Untuk itu maka timbul permasalahan : apakah yang menjadi faktor-faktor inefisiensi teknis usahatani padi pada petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta prima Tani? Program
Primatani
sesuai
dengan
tujuannya
diharapkan
dapat
meningkatkan pendapatan usahatani dimana petani dalam berusahatani akan
9
menggunakan faktor-faktor produksi yang lebih efisien sehingga akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang akan digunakan oleh petani dan akan berpengaruh pula terhadap pendapatan petani. Meningkatnya pendapatan petani akan berpengaruh pada keuntungan yang diperolehnya. Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan : Bagaimana perbedaan total pendapatan antara petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani di desa Sui Itik dan desa Pal IX Kecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
dari
penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani padi petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. 2. Menganalisis faktor-faktor inefisiensi petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. 3. Menganalisis pendapatan usahatani padi petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Sui itik dan desa Pal IX Kecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Desa Sui Itik merupakan lokasi pelaksanaan program Prima Tani dan merupakan sentra produksi padi di Kalimantan Barat. Sedangkan desa Pal IX bukan Prima Tani, harapannya petani di desa parit keladi akan mengadopsi teknologi anjuran dari Prima Tani. Data
10
yang digunakan adalah data cross section. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini terbatas pada usahatani padi sawah, baik pada petani peserta Prima Tani maupun petani bukan peserta Prima Tani.
Pendapatan usahatani
dihitung dalam satu tahun untuk dua musim tanam yaitu pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK). Dalam studi ini juga dianalisis faktor-faktor efisiensi dan penyebab ketidakefisienan petani dalam berproduksi. yang
dikumpulkan
mencakup
karakteristik
rumahtangga
Data-data
petani
(umur,
pendidikan, pengalaman bertani, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan tidak bekerja), penguasaan lahan, curahan tenaga kerja dan pendapatan usahatani padi. Data-data yang mempengaruhi produksi (frontier) adalah penggunaan benih, penggunaan pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida dan tenaga kerja.