1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan, prospek usaha tani jagung manis cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersil. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jagung manis semakin terbuka peluang untuk dijadikan usaha berbagai macam olahan makanan (Budiman, 2013). Jagung manis mempunyai nilai komersil tinggi dan sangat digemari masyarakat Indonesia. Jagung manis saat ini dikomsumsi dalam berbagai penyajian, biasanya disajikan dalam bentuk jagung rebus, jagung bakar, gula jagung, susu jagung, perkedel dan keripik jagung (Budiman, 2013). Produksi
jagung manis di Kalimantan Tengah
pada tahun
2012
mencapai 7.947,00 ton dengan luas panen 2.752,00 ha atau rata-rata sebesar 28,88 kwintal ha, sedangkan produksi nasional mencapai 19.387.022,00 ton dengan luas panen 3.957.595,00 ha atau rata-rata 48,99 kwintal ha. Dibandingkan dengan produktivitas nasional, produktivitas jagung manis untuk wilayah Kalimantan Tengah masih sangat rendah (BPS, 2012). Pemberian kapur dolomit dapat menambahkan ketersedian unsur hara Ca dan Mg pada tanah berpasir serta mengendalikan keasaman. Juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain, serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Meningkatnya unsur hara dan sifat fisik, kimia dan biologi maka peningkatan hasil bisa tercapai (Sumaryo et al., 2000).
2
Kalimantan Tengah memiliki luas 15.356.400 ha yang terdiri dari 75,5% semak belukar dengan luas 5.068.00 ha berupa tanah yang marginal (BPS, 2010). Masalah utama yang menyebabkan budidaya jagung manis di Kalimantan Tengah adalah
tanah yang masih marginal dan salah satunya berupa tanah berpasir.
Mempunyai
sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak menguntungkan bagi
tanaman. Tanah berpasir merupakan tanah yang mempunyai struktur yang terlalu porous. Karena sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembes air yang mengangkut unsur-unsur hara hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak bisa terjangkau oleh akar (Lingga et al., 2000). Bahan baku pupuk petroganik terdiri dari pupuk kandang kotoran sapi, kambing, unggas, limbah industri (limbah pabrik gula), limbah kota dan sampah rumah tangga berbentuk granular dengan kandungan kadar C-organik 12,5%, C/N rasio 10 – 25, pH 4 – 8 dan kadar air 4 – 12% yang memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga dapat mempengaruhi hasil tanaman (Anonim, 2008). Bertitik tolak dari permasalahan di atas maka perlu perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah berpasir untuk menunjang pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays sccharata Sturt). Pemberian
kapur dolomit dan pupuk
petroganik pada tanah berpasir diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis.
3
1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt), pemberian kapur dolomit dan pupuk Petroganik pada tanah berpasir.
1.3. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : a.
Ada interakasi pemberian kapur dolomit dan pupuk Petroganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
b.
Kapur dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
c.
Pupuk Petroganik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung Manis Jagung manis dapat digolongkan ke dalam tumbuhan menurut (Purwono et al.,2007), sebagai berikut : Kingdom
: Plantea (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisio
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Clas
: Monocotyledoneae (berkeping satu)
Ordo
: Graminales (rumput-rumputan)
Family
: Gramineae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt.
2.2. Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe perakaran yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio, akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari paling bawah permukaan yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah (Purwono et al.,2007).
5
Batang jagung manis tidak bercabang, berbentuk silinder dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung manis berkisar antara 60 – 300 cm (Purwono et al., 2007). Daun jagung manis memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daunnya terdiri dari 8 - 48 helai, tergantung varietas jagung manisnya. Daunnya terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang, antara kelopak dan helai terdapat lidah daun disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak, fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono et al.,2007). Bunga jagung manis tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang, adapun bunga betina terdapat daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan (Purwono et al., 2007). Penyerbukan pada jagung manis terjadi serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain, sangat jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman sendiri (Purwono et al.,2007).
6
Biji jagung manis tersusun rapi pada tongkol, dalam satu tongkol terdapat 200 - 400 biji. Biji jagung manis terdari tiga bagian, bagian pertama disebut pericarp, bagian kedua disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji dan bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono et al.,2007).
2.3. Kandungan Jagung Manis Biji jagung manis kaya karbohidrat, sebagian besar berada pada endosperium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh biji kering. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan gizi jagung per 100 g bahan adalah kalori 355 g, kalori protein 9,2 g, lemak 3,9 g, karbohidrat 73,7 g, kalsium 10 mg, fosfor 256 mg, ferrum 2,4 mg, vitamin A 510 SI, vitamin B1 0,38 mg, air 12 g dan bagian yang dimakan 90% (Budiman, 2013).
2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamanya. Jagung manis dikenal juga sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung manis yaitu tanah andosol, latosol, dan grumosol dengan pH 5,6 – 7,5. Tanaman jagung manis tumbuh didaerah yaitu beriklim sedang, tropis dan subtropis/basah (Purwono et al., 2007).
7
Tanaman jagung manis tumbuh baik dengan tanah yang subur, gembur dan kaya humus yang terletak antara 50° LU - 40° LS dengan hujan sekitar 85 – 200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Suhu pertumbuhan jagung manis yang dikehendaki antara 27° - 32°C. Jagung manis membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik (Purwono et al., 2007).
2.5. Pupuk Petroganik Bahan baku pupuk Petroganik terdiri dari pupuk kandang kotoran sapi, kambing, unggas, limbah industri (limbah pabrik gula) limbah kota dan sampah rumah tangga. Pupuk ini berbentuk grannular dengan kandungan kadar C-organik : 12,5%, C/N rasio 10 – 25, pH 4 – 8 dan kadar air 4 – 12% yang memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biolagi tanah sehingga dapat mempengaruh hasil tanaman (Anonim, 2008). Perlakuan dosis pupuk Petroganik pada tanaman jagung varietas Super Hibrida Bisi-16 pada lahan sawah berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap variabel index luas daun, berat biji kadar air 12% dan berpengaruh sangat yata (p < 0,01) terhadap berat kering oven 1000 biji maupun hasil biji kering oven. Hasil biji kering oven tertinggi dicapai pada penggunaan dosis pupuk 2,0 ton ha-1 .yaitu 3,41 ton, meningkat 28,20% dibandingkan hasil biji tanpa menggunakan pupuk 2,66 ton pada lahan sawah (Wisardja, 2011).
8
2.6. Kapur Dolomit Kapur dolomit merupakan kapur yang mengandung bebatuan gamping dengan Tektur dan kekerasnya bervariasi setelah digiling sempurna dan dapat bekerja (bereaksi) baik dengan tanah bila tidak tercampur dengan bahan yang lain. Kandungan kapur dolomit Mg dan Ca berfungsi sebagai penambah unsur hara, mengkoreksi keasaman, menetralkan pH, mengikat kapasitas kejenuhan basa dan untuk menciptakan kenetralan tanah (Kuswandi, 1993). Pemberian
kapur
dolomit
adalah
upaya
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan pH tanah dengan menambahkan kapur dolomit kedalam tanah untuk meningkatkan pH dari pH masam menjadi pH netral. Pada pH tanah yang masam, banyak unsur hara (misalnya: N, P, K, Ca, Mg) yang tidak tersedia bagi tanaman karena pada pH rendah unsur tersebut rusak. Hanya unsur Fe dan Al (unsur mikro) yang tersedia pada tanah masam. Maka diharapkan, dengan pengapuran akan meningkatkan pH menjadi netral, dimana pada pH netral banyak unsur hara yang dapat tersedia bagi tanaman jagung manis (anonim, 2014). Disamping itu kapur dolomit dapat menambahkan ketersedian unsur hara Ca dan Mg pada tanah berpasir serta mengendalikan keasaman. Juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain, serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi, dengan meningkatnya unsur hara dan sifat fisik maka peningkatan hasil tercapai (Sumaryo et al., 2000).
9
Perlakuan dosis kapur dolomit 6 ton ha, memberikan hasil tertinggi terhadap variabel berat daun kering yaitu 66,65%, dan batang masing-masing 59,43%, terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis di lahan gambut pedalaman (Katiran, 1996).
2.7. Tanah Berpasir Tanah pasir adalah terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil yang mengandung bebatuan. Tanah berpasir sangat mudah dilalui air dan mengandung bahan organik, lempung dan pasir (Anonim, 2014). Tanah berpasir mempunyai lapisan solum yang dangkal, yaitu antara 40 – 100 cm, berwarna coklat pucat atau keputih-putihan hingga warna coklat kekuning-kuningan. Tekstur pada umumnya dari pasir sedang hingga kasar, dengan struktur yang lepas dibagian atas dan pejal ke bagian bawah. Sedangkan konsitensinya pada lapisan horison A itu lepas dan di lapisan B teguh. Reaksi tanah (pH) berkisar 3,5 – 5,5 atau dari kondisi sangat masam sampai masam. Kapasitas tukar kation (KTK), kejehuhan basa (BS) rendahan, kandungan bahan organik rendah dan peka terhadap erosi karena daya menahan airnya rendah (Sarief, 1989). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran -
10
butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003). Telah diketahui tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih (poureus), tanah yang didominasi debu banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poureus, sedangkan yang didominasi liat akan lebih banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain. Sehingga makin dominasi fraksi pasir akan makin kecil menahan air dan daya tahan terhadap ketiga material tersebut (Hanafiah, 2005). Partikel pasir berbentuk bulat tidak teratur dan jika tidak diliputi liat ataupun debu maka akan mudah dipencar (tidak lengket), kapasitas mengikat airnya rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikel ini dapat dikatakan longgar, sehingga kemampuannya dalam meneruskan air demikian cepat. Aliran udara kedalam tanah dari partikel-partikel inipun berlangsung baik, pengolahan tanah terhadap lapisan tanah yang berpasir dapat dilakukan dengan ringan (Kartasopoerta dan Sutedjo, 1987).
11
Penanaman kacang panjang tanpa pemupukan pada tanah berpasir memberikan respon yang rendah terhadap variabel tinggi tanaman dan umur berbunga. Ini terbukti ketidak mampuan tanah berpasir menyediakan unsur hara yang cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman kacang panjang pada tanah berpasir (Ulum, 2012).
12
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Anggrek Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Waktu penelitian ini pada bulan Juni 2014 hingga Desember 2014.
3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, garuk, kaleng, gelas ukur, handspreayer, meteran, gergaji, timbangan analitik, kamera, jangka sorong, sabit dan alat tulis menulis. Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah kapur dolomit, pupuk Petroganik dan benih jagung manis varietas Bonanza.
3.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama pemberian kapur dolomit yang terdiri 3 (tiga) taraf perlakuan yaitu : D1 = 5,0 ton ha D2 = 6,0 ton ha D3 = 7,0 ton ha
13
Faktor kedua adalah pemberian pupuk Petroganik yang terdiri 3 (tiga) taraf perlakuan yaitu : P1 = 1,0 ton ha P2 = 2,0 ton ha P3 = 3,0 ton ha Percobaan diulang 3 kali sehingga keseluruhan terdapat 27 satuan percobaan. Tabel 1. Kombinasi perlakuan kapur dolomit dengan pupuk petroganik. Kapur Dolomit
Pupuk Petroganik P1
P2
P3
D1
D1P1
D1P2
D1P3
D2
D2P1
D2P2
D2P3
D3
D3P1
D3P2
D3P3
Untuk melihat efek kedua faktor digunakan model linier aditif sebagai berikut : Yijk = µ + Di + Pj + (DP)ij + εijk Dimana : Yijk : Nilai pengamatan dosis pemberian kapur dolomit taraf ke-i dan dosis pemberian pupuk Petroganik ke-j ulangan ke k µ
: Nilai tengah umum
Di
: Pengaruh dosis pemberian kapur dolomit taraf ke-i
Pj
: Pengaruh dosis pemberian pupuk Petroganik ke-j
(DP)ij : Pengaruh interaksi dosis pemberian kapur dolomit taraf ke-i dan dosis pemberian pupuk petroganik ke-j εijk
:
Galat percobaan
14
3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan pengolahan lahan, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari sisa vegetasi dan gulma. Kemudian dibuat petak percobaan dengan ukuran 3 x 2 m. Antara petak percobaan masing-masing dibatasi dengan parit lebarnya 50 cm dan dalamnya 20 cm. Parit berfungsi sebagai saluran air dan irigasi yang dapat mengalirkan air dengan lancar, sehingga tidak tergenang pada saat musim hujan.
3.4.2. Pemupukan Kapur dolomit diberikan setelah pengolahan tanah selesai dengan cara ditabur dan diaduk menggunakan cangkul sesuai dengan perlakuan yaitu 3000 g/petakan, 3600 g/petakan dan 4200 g/petakan setelah itu diikubasi selama dua minggu. Pupuk Petroganik diberikan dua minggu sebelum tanam, dengan dosis sesuai perlakuan yaitu 18,75 g/tanaman, 37,5 g/tanaman dan 56,7 g/tanaman, dengan cara diberikan pada lubang tanam pada setiap petak percobaan dan diaduk dengan tanah menggunakan kored, kemudian diinkubasi selama dua minggu.
3.4.3. Penanaman Sebelum ditanam, benih direndam terlebih dahulu dengan menggunakan air selama 24 jam dimana tahap benih melakukan imbibisi untuk membantu proses perkecambahan benih pada saat ditanam, lalu tanah ditugal dengan kedalaman ± 5 cm, pada setiap lubang tanam dimasukan dua benih jagung manis lalu ditutup dengan tanah. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 x 25 cm.
15
3.4.4. Penjarangan Tanaman Penjarangan tanaman dilakukan agar dua tanaman yang tumbuh dikurangi menjadi satu tanaman per lubang tanam, dilakukan maksimal 4 hari setelah tanam (hst), dengan cara mencabut satu tanaman dan menyisakan satu tanaman pada setiap lubang tanam.
3.4.5. Penyiraman Tanaman jagung manis membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan pengisian biji. Pada saat penelitian antara bulan juni sampai agustus 2014, kondisi cuaca panas dan berangin. Untuk menjaga kelembaban maka dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan kaleng atau gelas ukur dengan ukuran 2 liter untuk memenuhi kebutuhan air selama pertumbuhan vegetatif dan generatif, pada pagi dan sore hari (kecuali ada hujan), yang dilakukan secara merata pada lahan percobaan.
3.4.6. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan dilakukan membersihkan gulma di lahan penelitian yang tumbuh di sekitar tanaman jagung manis. Setelah dilakukan penyiangan juga dilakukan pembumbunan dengan tujuan untuk menutup bagian perakaran agar batang tanaman jagung manis menjadi kokoh, tidak mudah rebah, mengurangi erosi tanah akibat penyiraman dan menggemburkan tanah disekitar tanaman jagung manis.
16
3.4.7. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama penggerek batang dan ulat tongkol pada umur 28 hari setelah tanaman dan 54 hari setelah tanaman dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yaitu hasil fermentasi daun babandotan, lengkuas dan serai dengan dosis 25 cc/liter air dengan cara disemprot dengan menggunakan spreyer. Sedangkan pencegahan penyakit dilakukan dengan cara sanitasi yaitu dengan memotong daun yang telah kering pada tanaman jagung manis (Hasanuddin et al., 2008).
3.4.8. Panen Panen dilakukan pada saat tanaman jagung manis umur 70 hari setelah tanaman (HST), dengan tanda-tanda penampakan luar rambut jagung manis yang mengering serta tongkolnya telah terisi penuh.
3.5. Variabel Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap 4 (empat)
tanaman sampel yang
dilakukan secara ramdom pada setiap petakan. Variabel yang diamati dalam percobaan ini meliputi : a.
Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai tajuk tanaman yang paling tinggi. Pengukuran dimulai pada umur 21, 28, 35 dan 42 HST.
b.
Panjang tongkol tanpa kelobot (cm), diukur dari pangkal tongkol hingga ujung tongkol dengan menggunakan penggaris.
17
c.
Diameter tongkol tanpa kelobot (cm), diukur rata-rata bagian tongkol menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter dilakukan pada ujung, tengah dan pangkan tongkol kemudian dirata-ratakan.
d.
Berat tongkol dengan kelobot (g/tongkol), tongkol jagung manis yang masih segar ditimbang menggunakan timbangan analitik.
e.
Berat tongkol tanpa kelobot (g/tongkol), tongkol jagung yang masih segar dipisahkan dari kelobotnya ditimbang menggunakan timbangan analitik.
3.6. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan sidik ragam (uji F) pada tingkat signifikansi (nyata) α = 0,05 dan α = 0,01 untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf α = 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
18
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Tinggi Tanaman Data hasil pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) pada umur 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanaman disajikan pada tabel lampiran 7, 9, 11, dan 13. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 8, 10, 12 dan 14. Hasil analisis ragam tinggi tanaman jagung manis menunjukkan bahwa pengaruh tunggal kapur dolomit
dan pupuk petroganik tidak berpengaruh nyata pada
variabel tinggi tanaman pada saat umur 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanaman. Sedangkan interaksi kapur dolomit dan pupuk petroganik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis.
4.1.2. Panjang Tongkol Tanpa Kelobot Data hasil panjang tongkol tanpa kelobot disajikan pada tabel lampiran 15 sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 16. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh tunggal kapur dolomit
dan pupuk
petroganik tidak berpengaruh nyata pada variabel hasil panjang tongkol tanpa kelobot. Sedangkan interaksi kapur dolomit dan pupuk petroganik berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan panjang tongkol tanpa kelobot. Rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disajikan pada tabel 1.
19
Tabel 1. Rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik. Perlakuan
Panjang Tongkol Tanpa Kelobot
D3P3
17,23a
D3P1
18,11ab
D1P1
18,15 ab
D1P2
18,29 ab
D2P1
19,46 ab
D2P2
19,57 ab
D2P3
19,81 ab
D1P3
19,93ab
D3P2
20,94b
BNJ 5%
3,55
Keterangan : Nilai tengah yang dikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%. Kombinasi perlakuan pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik (D3P3) menunjukkan rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot paling rendah 17,23 cm/tanaman tidak berbeda nyata perlakuan D1P1, D1P2, D1P3, D2P1, D2P2, D2P3, D3P1. Rata-rata panjang tongkol tampa klobot hasil tertinggi 20,94 cm/tanaman ditunjukkan kombinasi perlakuan D3P2, Sedangkan D3P1 secara statistik berbeda nyata dengan perlakuan D3P2, perlakuan D3P2 mampu memberikan hasil terbaik tanaman jagung manis. pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disamping mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis, juga dapat menambah unsur hara pada tanah berpasir.
20
4.1.3. Diameter Tongkol Tanpa Kelobot Data hasil diameter tongkol tanpa kelobot disajikan pada tabel lampiran 17, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 18. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh tunggal kapur dolomit
dan pupuk
petroganik tidak berpengaruh nyata pada variabel hasil diameter tongkol tanpa kelobot. Sedangkan interaksi kapur dolomit dan pupuk petroganik tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan diameter tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
4.1.4. Berat Tongkol Dengan Kelobot Data hasil berat tongkol dengan kelobot disajikan pada tabel lampiran 19, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 20. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh tunggal kapur dolomit tidak berpengaruh nyata pada variabel pengamatan hasil berat tongkol dengan kelobot. Pengaruh tunggal pupuk petroganik berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan hasil berat tongkol dengan kelobot tanaman jagung manis. Sedangkan interaksi kapur dolomit dan pupuk Petroganik berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan hasil berat tongkol dengan klobot tanaman jagung manis pada tanah berpasir. Rata-rata berat tongkol dengan kelobot akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disajikan pada tabel 2.
21
Tabel 2. Rata-rata berat tongkol dengan kelobot pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik. Perlakuan
Berat Tongkol Dengan Klobot
D3P3
161,74a
D3P1
204,05ab
D1P1
212,45 ab
D1P2
231,44 ab
D2P1
232,18 ab
D1P3
264,93 ab
D2P3
281,24 ab
D2P2
295,33 ab
D3P2
329,78b
BNJ 5%
138,79
Keterangan : Nilai tengah yang dikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%. Dari data rata-rata berat tongkol dengan kelobot pemberian kapur dolomit dan
pupuk petroganik (D3P3) menunjukkan rata-rata berat tongkol
dengan klobot paling rendah 161,74 gram/tanaman tidak berbeda nyata perlakuan D1P1, D1P2, D1P3, D2P1, D2P2, D2P3, D3P1. Rata-rata berat tongkol dengan kelobot hasil tertinggi 329,78 gram/tanaman ditunjukkan kombinasi perlakuan D3P2, Sedangkan D3P1 secara statistik berbeda nyata dengan perlakuan D3P2, perlakuan D3P2 mampu memberikan hasil terbaik tanaman jagung manis. pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disamping mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis, juga dapat menambah unsur hara pada tanah berpasir.
22
4.1.5. Berat Tongkol Tanpa Kelobot Data hasil berat tongkol tanpa kelobot disajikan pada tabel lampiran 21, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 22. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh tunggal kapur dolomit tidak berpengaruh nyata pada variabel pengamatan hasil berat tongkol tanpa kelobot. Pengaruh tunggal pupuk petroganik berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan hasil berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis. Sedangkan interaksi kapur dolomit dan pupuk petroganik berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik pada tanah berpasir. Rerata berat tongkol tanpa kelobot akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disajikan pada tabel 3. Rata-rata berat tongkol tanpa kelobot akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disajikan pada tabel 3.
23
Tabel 3. Rata-rata berat tongkol tanpa kelobot pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik Perlakuan
Berat Tongkol Tanpa Klobot
D3P3
127,98a
D1P1
151,67ab
D3P1
161,9 ab
D1P2
170,36 ab
D2P1
175,14 ab
D1P3
201,00 ab
D2P3
203,75 ab
D2P2
213,38 ab
D3P2
239,93b
BNJ 5%
104,32
Keterangan :
Nilai tengah yang dikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.
Pemberian perlakuan kapur dolomit dan pupuk petroganik (D3P3) menunjukkan rata-rata berat tongkol dengan klobot paling rendah 166,70 gram/tanaman tidak berbeda nyata perlakuan D1P1, D1P2, D1P3, D2P1, D2P2, D2P3, D3P1. Rata-rata berat tongkol dengan klobot hasil tertinggi 329,48 gram/tanaman ditunjukkan kombinasi perlakuan D3P2. Sedangkan D3P1 secara statistik berbeda nyata dengan perlakuan D3P2, perlakuan D3P2 mampu memberikan hasil terbaik tanaman jagung manis. pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik disamping mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi, juga dapat menambah unsur hara pada tanah berpasir.
24
4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis ragam tinggi tanaman jagung manis pada setiap umur pengamatan diketahui kapur dolomit dan pupuk petroganik serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis pada setiap umur pengamatan. perlakuan kapur dolomit dan pupuk petroganik mampu memasok unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbangan pada umur 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanaman sehingga tidak jauh berbeda pengaruhnya pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis. Hal ini diduga ketersedian unsur hara yang cukup dan berimbang didalam tanah berpasir dapat membantu tanaman tumbuh dan berkembang dengan sehat (Munawar, 2011). Pengaruh
tunggal pupuk petroganik pada tanah berpasir berpengaruh
nyata pada variabel berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot merupakan akibat adanya kemampuan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang telah memanfaatkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk petroganik, oleh akar jagung manis sehingga membantu dalam produktivitas hasil tanaman jagung manis. Kandungan C/N rasio 10 – 25% yang ada pada pupuk petroganik mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam pembentukan tongkol dan pengisian biji pada tanaman jagung manis. Ketersedian unsur hara yang cukup mampu mendukung pertumbuhan dan akan menghasilkan buah secara optimal (Agustina, 2002). Dalam pertumbuhan generatif jagung manis memerlukan nutrisi yang lebih untuk pembentukan tongkol dan biji. Pemberian perlakuan kapur dolomit dan pupuk petroganik berpengaruh nyata terhadap hasil variabel pengamatan
25
panjang tongkol tanpa kelobot, berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot, hal ini diduga membaiknya sifat fisik, kimia dan biologis tanah berpasir, kandung unsur hara Ca dan Mg pada kapur dolomit juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain, seperti unsur hara fosfor (P) serta mengendalikan unsur hara Al, Fe, dan Mn yang dapat meracuni tanaman jagung manis (Sumaryo et al., 2000). Sedangkan kandungan C - oraganik yang terkandung
dalam
pupuk
petroganik
dapat
merangsang
pertumbuhan,
mengembalikan tanah yang degredasi, meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan populasi jasad renik sehingga terjadi juga perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah berpasir secara keseluruhan yang dapat meningkatkan hasil jagung manis (Isroi, 2009). Adanya peningkatan generatif jagung manis, tidak lepas dari peranan kapur dolomit dan pupuk petroganik, mendapatkan unsur hara makro dan mikro yang diserap sepanjang masa pertumbuhannya dalam pembentuk tongkol dan pengisian biji. Unsur hara makro dan mikro
merupakan unsur yang sangat
penting bagi tanaman jagung manis sebagai pembentuk ATP yang merupakan sumber energi untuk berlangsungnya semua proses metabolisme dalam sel termasuk dalam pembentuk dan transportasi yang berlangsung di dalam jaringan tanaman seperti proses unsur hara oleh akar jagung manis (Harjadi, 2002). Berdasarkan hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik pada perlakuan D3P2 (dosis 4200 g/petakan dan 37,50 g/tanaman) mampu menghasilkan panjang tongkol tanpa kelobot, berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot tertinggi pada tanaman
26
jagung manis, dan terendah pada perlakuan D3P3 (dosis 4200 g/petakan dan 56,70 g/tanaman) mampu menghasilkan panjang tongkol tanpa kelobot, berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa unsur hara yang terkandung di dalam kapur dolomit dan pupuk petroganik mampu diserap secara lebih baik jika diaplikasikan dengan dosis D3P2 sehingga mampu mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Hal ini diduga dosis tersebut merupakan dosis optimal untuk memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman jagung manis pada lahan berpasir. Pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik pada dosis yang tinggi sampai batas tertentu akan menyebabkan hasil semakin meningkat,
dan pada dosis yang melebihi batas tertentu pula akan
menyebabkan hasil menurun tanaman jagung manis (Lakitan, 2001). Dijelaskan kandungan unsur hara kapur dolomit dan pupuk petroganik yang diberikan dengan dosis yang sesuai kebutuhan tanaman jagung manis akan memungkinkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih baik. Tanaman jagung manis yang diberikan dengan dosis dalam jumlah berlebihan, tidak akan lagi mendorong pertumbuhan dan hasil jagung manis, tapi sebaliknya mulai menekan laju pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang lebih rendah belum cukup untuk mendorong pertumbuhan dan hasil jagung manis secara optimal. Bahwa pembudidayaan dan syarat tumbuh yang diinginkan oleh tanaman jagung manis itu sendiri tergantung pada lingkungan (Palungkun et al., 2004). Lahan lokasi penelitian lingkungannya bertekstur pasir yang kandungan unsur hara, kapasitas menyimpan air rendah, KTK rendah dan pH tanah masam
27
menyebabkan hasil kurang baik memenuhi standar deskripsi tanaman jagung manis varietas bonanza F1. Hal ini diduga terganggunya serapan hara mikro maupun makro. Kondisi tanah demikian menunjukan degradasi atau hara mudah tercuci sehingga lahan kurang subur, hal ini dibuktikan oleh vegetasi alang-alang mendominasi lahan tersebut. Pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik dapat digunakan untuk meremediasi lahan berpasir melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi serta dapat meningkatkan kemampuan mengikat air (Lingga et al., 2006). Memperbaiki atau meningkatkan kesuburan pada tanah berpasir lewat pemupukan sehingga mampu mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. pemupukan yang ideal adalah jika unsur hara yang diberikan dapat melengkapi unsur hara yang tersedia dalam tanah berpasir sehingga jumlah unsur hara yang tersedia menjadi tepat. Pemakaian pupuk secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang,yang mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah berpasir sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman jagung manis (Kadekoh et al., 2007). Keberhasilan dalam budidaya jagung manis pada lahan berpasir kurang memuaskan, hal ini disebabkan kendala dilapangan yaitu pasokan air yang kurang menyebabkan hasil tanaman jagung manis tidak memenuhi standar deskripsi varietas Bonanza F1. Air merupakan salah satu bahan untuk memproses unsur hara menjadi makanan untuk menunjang pertumbuhan dan hasil jagung manis.
28
Penyedian alat-alat air seperti pipa, saluran irigasi dan mesin hitachi dilakukan untuk membantu menyediakan air bagi tanaman jagung manis agar tidak mengalami kematian lebih lanjut.
29
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : a.
Pengaruh tunggal pupuk petroganik berpengaruh nyata pada variabel pengamatan hasil berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
b.
Interaksi kapur dolomit dan pupuk petroganik tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman dan diameter tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis.
c.
Pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik pada lahan berpasir berpengaruh nyata pada variabel pengamatan hasil panjang tongkol tanpa kelobot, berat tongkol dengan kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis.
d.
Hasil tertinggi panjang tongkol tanpa kelobot, berat tongkol dengan klobot dan berat tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis terdapat perlakuan D3P2 dan terendah pada perlakuan D3P3 merupakan perlakuan yang optimal dalam penelitian ini.
30
5.2. Saran Untuk memperoleh hasil yang baik dari tanaman jagung manis Varietas Bonanza F1, disarankan pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik diberikan secara tunggal maupun bersama-sama dengan D3P2 (7 ton ha dan 2 ton ha). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pertumbuhan dan hasil jagung manis akibat pemberian kapur dolomit dan pupuk petroganik pada tanah berpasir dimana dosis dari kedua perlakuan tersebut dapat lebih ditingkatkan untuk hasil yang sesuai dengan deskripsi, sehingga akan terlihat pengaruhnya terhadap tanaman jagung manis.
31
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2002. Nutrisi Tanaman. Rineka. Cipta. Jakarta Anonim, 2008. Http://Petroganik.Wordpress.Com/2008/07/16/Petroganik-ProsesPembuatan-Pupuk-Organik. Diakses Pada Tanggal 01 April 2014. Anonim, 2009. Katalog Jagung Manis Bonanza F1 Cap Panah Merah. Www.Easwestindo.Com. Diakses 22 April 2012. Anonim, 2010. Biro Pusat Stastistik Kalimantan Tengah. Diakses 10 Mei 2014 Anonim, 2012. Biro Pusat Stastistik Kalimantan Tengah. Palangka Raya. Anonim,
2014a. Http://Agro-Sosial.Blogspot.Com/2013/06/Kapur-UntukPengapuran-Tanah-Pertanian.Html. Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2014.
Anonim, 2014b. Http://Unmasmataram.Ac.Id/Wp/Wp-Content/Uploads/12.-PutuWisarja.Pdf. Diakses Pada Tanggal 02 April 2014. Anonim, 2014c. Http://Www.Stppgowa.Ac.Id/Datadownloadcentrepap/Data-Jurnal-
Agrisistem Jagung.Pdf. Diakses Pada Tanggal 15 Juni 2014. Anonim,
2014d. Http://Puputwahyuni.Wordpress.Com/2013/01/02/TanahBerpasir. Diakses Pada Tanggal 15 Juni 2014.
Budiman H., 2013. Budidaya Jagung Organik. Pustaka Baru Putra.Yogyakarta. Hanafiah. K. I., 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Harjadi , S.S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Hasanuddin, F. Hamzah dan Dahlan., 2008. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung. Jurnal Agrisistem. Gowa. Isroi,
2009. Pupuk Organik Granul Sebuah Petunjuk http://isroi.wordpress.com. Diakses 27 November 2014.
Praktis.
32
Kadekoh, I dan Amirudin., 2007. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea mays certain) pada Bebagai Dosis Bokasi Gamal dan Pupuk NPK dalam System Alley Cropping. Jurnal Agrisain. Katiran, 1996. Pengaruh Kapur Dolomit Dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Produksi Jagung Manis Pada Lahan Gambut Pedalaman. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kusnwandi, 1993. Pengapuran tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Lakitan, B. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. Lingga, P. dan Marsono., 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Munawar A, 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT Penerbit IPB Press. Bogor. Palungkun, R. dan A. Budiarti, 2004. Sweet Corn-Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. Purwono dan Hartono R, 2008. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya Jakarta. Sarief. E. S., 1989.Fisika Kimia Tanah Ultisol Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sumaryo dan Suryono, 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Jakarta. Ulum A. C. B., 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang Terhadap Pemberian Pupuuk Kandang Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Pada Tanah Berpasir. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Wisarja. I. P., 2011. Respon Jagung Varietas Super Hibrid Bisi-16 Pada Berbagai Kerapatan Populasi Akibat Pupuk Petroganik Di Lahan Sawah Beririgasi. Universitas Tabanan. Bali.
33
Tabel Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Percobaan Lapangan URAIAN KEGIATAN
No
Percobaan Lapangan
1.
Persiapan lahan
2.
Pemupukan
3.
Penanaman
4.
Pemeliharaan
5.
Pengamatan
6.
Pengumpulan data
7.
Pengolahan data
8.
Penulisan laporan
Tahun 2014 juni 3 4
Juli 1 2
Agustus
3 4 1 2
3 4 1
September 2
3
4
Desember 1
2 3 4
34
Tabel Lampiran 2. Data Pengukuran pH Tanah Berpasir Untuk Tanaman Jagung Manis No
Titik andisi
pH
1
Titik (1)
5
2
Titik (2)
5,9
3
Titik (3)
5,1
4
Titik ( 4)
5,3
5
Titik (5)
5,6
Rata-Rata
Kriteria pH Tanah : a. b. c. d. e. f. g. h.
< 4,0 Paling Masam 4,0 – 44 Sangat Masam 4,6 – 4,8 Asam 5,0 – 5,4 Asam 5,6 – 6,0 Agak Masam 6,1 – 6,4 Agak Masam 6,5 – 7,5 Netral 7,5 – 8,5 Agak Basa
4,38
35
Tabel Lampiran 3. Cara Perhitungan Kebutuhan Air Jagung Manis No
Air
Perhitungan Diketahui : A = 256 m2 T = 1 hari = 24 jam = 86400 detik H = 2 liter = 2000 ml R = 32 tanaman/petakan Q1 = .........? Q1 = H x A/T x 10.000 = 2000 x 256/86400 x 10.000 = 0,90 l/d/m2
Kebutuhan 1
Pertumbuhan Jagung Manis
Air Dan
Selama Hasil
= HxR = 2 x 32 = 64 liter/tanaman Keterangan : Q = Kebutuhan Air Penelitian A = Luasan Lahan Penelitian T = Lama pemberian air H = Banyak air yang dibutuhkan tanaman R = Jumlah Tanaman Penelitian
36
Tabel Lampiran 4. Cara Perhitungan Kebutuhan Kapur Dolomit No
Kapur Dolomit
Perhitungan
1 ha = 10000 m2 Kapur Dolomit 5,0 ton ha 1
-1
Kebutuhan Kapur Dolomit Untuk Petakan 3 x 2 m2
5,0 ton ha-1 = 5000 kg/ha = 5.000.000 g/ha 1 Petakan = 3 x 2 m2/10000 m2 x 5.000.000 g/ha = 3000 g/petakan
1 ha = 10000 m2 6,0 ton ha-1 = 6000 kg/ha Kapur Dolomit 6,0 ton ha-1 2
Kebutuhan Kapur Dolomit Untuk Petakan 3 x 2 m2
= 6.000.000 g/ha 1 Petakan = 3 x 2 m2/10000 m2 x 6.000.000 g/ha = 3600 g/petakan
1 ha = 10000 m2 Kapur Dolomit 7,0 ton ha-1 3
Kebutuhan Kapur Dolomit Untuk Petakan 3 x 2 m
7,0 ton ha-1 = 7000 kg/ha = 7.000.000 g/ha
2
1 Petakan = 3 x 2 m2/10000 m2 x 7 000.000 g/ha = 4200 g/petakan
37
Tabel Lampiran 5. Cara Perhitungan Kebutuhan Pupuk Petroganik No
1
Pupuk Petroganik
Kebutuhan Pupuk Petroganik 1,0 ton ha-1
Perhitungan
1 ha = 1.000 kg/ha = 1.000.000 g/ha = 0,75 x 0,25 m2 /10000 m2 x 1.000.000 g/ha
Untuk jarak 75 x 25 cm =18,75 g/tanaman
2
Kebutuhan Pupuk
1 ha = 2.000 kg/ha = 2.000.000 g/ha
Petroganik 2,0 ton ha-1
Jarak 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 m2
Untuk jarak 75 x 25 cm
= 0,75 x 0,25 m2 /10000 m2 x 2.000.000 g/ha = 37,5 g/tanaman
Kebutuhan Pupuk 3
1 ha = 3000 kg/ha = 3.000.000 g/ha Petroganik 3,0 ton ha-1 Jarak 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 m Untuk jarak 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 m2 /10000 m2 x 3.000.000 g/ha = 56,25 g/tanaman
38
Tabel Lampiran 6. Deskripsi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Kriteria
Keterangan
Varietas Produksi
PT. East West Seed Indonesia Jawa Barat
Nama Varietas
BONANZA F1
Umur
72 hari
Vigor Tanaman
Kuat (7)
Daun Bendera
-
Warna Kelobot
Hijau Muda
Warna Butiran Jagung
Kuning Kemerah-merahan
Tinggi Tongkol
120 cm
Tinggi Tanaman
300 cm
Bentuk Tongkol
Silinder
Pengisian Biji Hingga Ujung
Kadang-kadang Tidak Penuh
Bobot Dengan Klobot
475 g
Bobot Tanpa Klobot
370 g
Ukuran Tanpa Klobot
21 cm x 5.2 cm
Ukuran Butiran
Kecil
Daya Simpan, Biji Mengkerut
3 -5 hari
Kemanisan dan Kelembutan
Lembut Manis
Potensi Keluar 2 Tongkol/tanaman
40 %
Hasil Pertanaman
350 kg/tanaman
Sumber : PT Esat West Seed Indonesia, 2009.
39
Tabel Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 21 Hari Setelah Tanam (cm).
Dolomit
Ulangan
D1
I II III
Sub Total Rata-Rata I II III
D2 Sub Total Rata-Rata
I II III
D3 Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
Petroganik P1 30,75 40,50 28,75 100,00 33,33 39,50 34,25 37,75 111,50 37,17 37,75 30,50 36,50 104,75 34,92 316,25 35,14
P2 40,75 39,50 26,75 107,00 35,67 41,00 27,75 46,00 114,75 38,25 38,75 40,50 38,75 118,00 39,33 339,75 37,75
P3 39,25 39,25 35,50 114,00 38,00 37,75 37,00 39,75 114,50 38,17 42,25 29,25 43,50 115,00 38,33 343,50 38,17
Total
Rata-Rata
110,75 119,25 91,00 321,00 107 118,25 99,00 123,50 340,75 113,59 118,75 100,25 118,75 337,75 112,58 999,50 111,06
36,92 39,75 30,33 107,00 35,66 39,42 33,00 41,17 113,58 37,86 39,58 33,42 39,58 112,58 37,53 333,17 37,02
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 21 Hari Setelah Tanam (cm). SK
DB
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
JK 252,20 59,64 289,68 112,28 928,82 1390,42
KT 31,52 29,82 144,84 28,07 51,60
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FHitung tn
1,01 0,58tn 2,81tn 0,54tn
FTabel 0.05 2,51 3,55 3,55 2,93
0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
40
Tabel Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 28 Hari Setelah Tanam (cm).
Dolomit
Ulangan
D1
I II III Sub Total Rata-Rata I II III
D2 Sub Total Rata-Rata
I II III
D3 Sub Total Rata-rata Total Rata-rata
P1 65,03 61,13 59,38 185,54 61,85 71,75 65,18 69,13 206,06 68,69 66,50 51,70 64,05 182,25 60,75 573,83 63,76
Petroganik P2 71,60 75,30 55,53 202,43 67,48 76,58 54,85 83,25 214,68 71,56 73,38 72,88 70,63 216,89 72,30 633,98 70,44
Total P3 74,35 210,98 74,75 211,18 68,85 183,75 217,95 605,91 72,65 201,98 70,48 218,80 72,70 192,73 70,45 222,83 213,63 634,36 71,21 211.46 71,75 211,63 62,05 186,63 73,13 207,80 206,93 606,06 68,98 202,03 638,70 1846,50 70,97 205,17
Rata-Rata 70,33 70,39 61,25 201,97 67,32 72,93 64,24 74,28 211,45 70,48 70,54 62,21 69,27 202,02 67,34 615,50 68,39
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 28 Hari Setelah Tanam (cm). SK
DB
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
JK 501,24 59,64 289,68 112,28 928,82 1390,42
KT 62,65 29,82 144,84 28,07 51,60
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FHitung tn
1,21 0,58tn 2,8 tn 0,54tn
FTabel 0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
41
Tabel Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 35 Hari Setelah Tanam (cm).
Dolomit
Ulangan
I D1 II III Sub Total Rata-Rata I D2 II III Sub Total Rata-Rata I D3 II III Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
P1 103,50 84,43 88,25 276,18 92,06 108,98 92,00 96,88 297,86 99,29 104,10 84,28 90,48 278,86 92,95 852,88 94,76
Petroganik P2 101,20 115,78 83,63 300,61 100,20 112,13 84,13 122,83 319,09 106,36 109,55 109,68 109,28 328,51 109,50 948,18 105,35
P3 104,87 113,08 101,58 319,53 106,51 102,63 108,25 113,45 324,33 108,11 98,00 86,33 103,63 287,96 95,99 935,33 103,93
Total
Rata-Rata
309,57 313,28 273,45 896,30 298,77 323,73 284,38 333,16 941,27 313,76 311,65 280,28 303,38 895,31 298,44 2736,38 304,04
103,19 104,43 91,15 298,77 99,59 107,91 94,79 111,05 313,76 104,59 103,88 93,43 101,13 298,44 99,48 912,13 101,35
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 35 Hari Setelah Tanam (cm).
SK
DB
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
JK 389,50 153,2 577,1 334,7 2164,0 3229,0
KT 48,68 76,6 288,5 83,7 120,2
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FHitung tn
0,40 0,64tn 2,40tn 0,70tn
FTabel 0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
42
Tabel Lampiran 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 42 Hari Setelah Tanam (cm). Dolomit Ulangan I D1 II III Sub Total Rata-Rata I D2 II III Sub Total Rata-Rata I D3 II III Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
P1 143,68 108,50 120,05 372,23 124,08 145,08 109,63 127,38 382,09 127,36 126,63 133,25 116,15 376,03 125,34 1130,33 125,59
Petroganik P2 127,23 148,93 118,00 394,16 131,39 147,35 123,58 157,50 428,43 142,81 142,95 142,95 147,75 433,65 144,55 1256,23 139,58
P3 131,92 151,25 148,63 431,80 143,93 141,38 145,48 154,00 440,86 146,95 136,90 116,18 122,50 375,58 125,19 1245,98 138,44
Total
Rata-Rata
402,83 408,68 386,68 1198,19 399,40 433,80 378,68 438,88 1251,36 417,12 406,48 392,38 386,40 1185,26 395,08 3632,53 404,75
134,28 136,23 128,89 399,40 133,13 144,60 126,23 146,29 417,12 139,04 135,49 130,79 128,80 395,09 131,70 1210,84 134,91
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung Manis Umur 42 Hari Setelah Tanam (cm).
SK
DB
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
JK 1786,95 240,7 1165,6 983,1 3078,7 5468,1
KT 223,36 120,3 582,8 245,8 171,0
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FHitung tn
1,30 0,70tn 3,41tn 1,44tn
FTabel 0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
43
Tabel Lampiran 15. Data Hasil Tanaman Jagung Manis Panjang Tongkol Tanpa Kelobot (g). Dolomit
Ulangan
I D1 II III Sub Total Rata-Rata I II D2 III Sub Total Rata-Rata I II D3 III Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
Petroganik P1 19,63 16,10 18,73 54,46 18,15 20,73 17,98 19,68 58,39 19,46 19,73 16,95 17,65 54,33 18,11 167,18 18,58
P2 17,38 19,05 18,45 54,88 18,29 19,83 19,30 19,57 58,70 19,57 21,40 19,58 21,83 62,81 20,94 176,39 19,60
P3 18,90 19,48 21,40 59,78 19,93 19,50 19,45 20,48 59,43 19,81 18,73 17,25 15,70 51,68 17,23 170,89 18,99
Total
Rata-Rata
55,91 54,63 58,58 169,12
18,64 18,21 19,53 56,37 18,79 20,02 18,91 19,91 58,84 19,61 19,95 17,93 18,39 56,27 18,76 171,49 19,06
56,37 60,06 56,73 59,73 176,52 58,84 59,86 53,78 55,18 168,82 56,28 514,46 57,17
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Hasil Tanaman Jagung Manis Panjang Tongkol Tanpa Kelobot (g).
SK
DB
JK
KT
FHitung
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
15,94 4,22 4,77 23,78 27,87 60,66
1,93 2,11 2,38 5,94 1,54
1,25tn 1,36tn 1,54tn 3,84*
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FTabel 0.05 0.01 2,51 3,71 3,55 6,01 3.55 6,01 2,93 4,58
44
Tabel Lampiran 17. Data Hasil Tanaman Jagung Manis Diameter Tongkol Tanpa Kelobot (cm).
I D1 II III Sub Total Rata-Rata I D2 II III Sub Total Rata-Rata I D3 II III
P1 8,08 5,98 8,40 22,46 7,49 8,63 7,33 7,70 23,66 7,89 8,08 6,90 7,65
Petroganik P2 8,80 7,93 7,25 23,98 7,99 9,05 7,60 9,33 25,98 8,66 8,80 8,60 8,35
P3 8,03 7,63 8,65 24,31 8,10 8,10 8,60 8,60 25,30 8,43 7,90 7,40 6,15
Sub Total
22,63
25,75
Rata-Rata Total Rata-Rata
7,54 68,75 7,64
8,58 75,71 8,41
Dolomit Ulangan
Tabel Lampiran 18.
Total
Rata-Rata
24,91 21,54 24,30 70,75
8,30 7,18 8,10 23,58
23,58 25,78 23,53 25,63 74,94
7,86 8,59 7,84 8,54 24,98
24,98 24,78 22,90 22,15
8,33 8,26 7,63 7,38
21,45
69,83
23,28
7,15 71,06 7,90
23,27 215,52 23,95
7,76 71,84 7,98
Analisis Ragam Hasil Tanaman Jagung Manis Diameter Tongkol Tanpa Kelobot (cm).
SK
DB
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
JK 97,45 1,64 2,79 2,09 10,42 16,95
KT 12,18 0,82 1,39 0,52 0,57
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
FHitung **
21,36 1,42tn 2,41tn 0,90tn
FTabel 0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
45
Tabel Lampiran 19. Data Hasil Tanaman Jagung Manis Berat Tongkol Dengan Kelobot (g).
Dolomit
Ulangan
I D1 II III Sub Total Rata-Rata I D2 II III Sub Total Rata-Rata I D3 II III Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
Petroganik P1 P2 P3 262,05 221,01 217,62 125,86 251,51 250,63 249,43 221,81 326,54 637,34 694,33 794,79 212,45 231,44 264,93 298,86 303,14 263,70 181,36 257,13 284,94 216,32 325,73 295,07 696,54 886,00 843,71 232,18 295,33 281,24 248,52 347,24 222,48 177,37 304,27 177,88 186,26 336,94 84,86 612,15 988,45 485,22 204,05 329,48 161,74 1946,03 2568,78 2123,72 216,23 285,42 235,97
Total
Rata-Rata
700,68 628,00 797,78 2126,46
233,56 209,33 265,93 708,82
708,82 865,70 723,43 837,12 2426,25
236,273 288,57 241,14 279,04 808,75
808,75 818,24 659,52 608,06 2085,82
269,58 272,75 219,84 202,69 695,27
695,27 6638,53 737,62
231,76 2212,84 245,873
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Hasil Berat Tongkol Dengan Kelobot (g).
SK
DB
JK
KT
FHitung
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
24470,18 7682 22869 33623 42279 106453
3058,77 3841 11435 8406 2349
1,30tn 1,64tn 4,87* 3,58*
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
FTabel 0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
46
Tabel Lampiran 21. Data Hasil Tanaman Jagung Manis Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g).
Dolomit
Ulangan
I D1 II III Sub Total Rata-Rata I D2 II III Sub Total Rata-Rata I II D3 III Sub Total Rata-Rata Total Rata-Rata
Petroganik P1 185,29 89,75 179,96 455,00 151,67 222,60 132,17 170,64 525,41 175,14 185,31 133,71 166,69 485,71 161,90 1466,12 162,90
P2 171,08 180,32 159,69 511,09 170,36 221,66 165,92 252,56 640,14 213,38 256,69 214,38 248,72 719,79 239,93 1871,02 207,89
P3 162,86 189,52 250,63 603,01 201,00 190,30 198,01 222,93 611,24 203,75 164,80 130,65 88,50 383,95 127,98 1598,20 177,58
Total
Rata-Rata
519,23 459,59 590,28 1569,10 523,03 634,56 496,10 646,13 1776,79 592,27 606,80 478,74 503,91 1589,45 529,81 4935,34 548,37
173,08 153,20 196,76 523,03 174,34 211,52 165,37 215,38 592,26 197,42 202,27 159,58 167,97 529,82 176,61 1645,11 182,79
Tabel Lampiran 22. Analisis Ragam Hasil Berat Tongkol Tampa Klobot (gram).
SK
DB
JK
KT
FHitung
Perlakuan Dolomit Petroganik (D*P) Galat Total
8 2 2 4 18 26
13481,49 2913 9475 16392 23883 52663
1685,18 1456 4737 4098 1327
1,26tn 1,10tn 3,57* 3,09*
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata tn = Tidak Berpengaruh Nyata
0.05 2,51 3,55 3.55 2,93
FTabel 0.01 3,71 6,01 6,01 4,58
47
32 m2
X
X
(1)
(2)
8 m2
X (3) X
X
(4)
(5) (a)
Keterangan : (a)
: Lahan Penelitian Pengambilan Contoh pH Pada Tanah Berpasir
X
: Titik Pengambilan Sampel pH Lahan Penelitian
Gambar lampiran 1. Denah Cara Pengambilan Sampel pH Lahan Penelitian Pada Tanah Berpasir
48
D2P2 (1)
D2P2 (10)
D2P2 (19)
D2P2 (2)
D2P2 (11)
D2P1 (20)
D3P1 (3)
D1P3 (12)
D1P1 (21)
D3P1 (4)
D3P3 (13)
D2P1 (22)
D2P2 (5)
D2P3 (14)
D3P2 (23)
D1P2 (6)
D2P3 (15)
D1P3 (24)
D1P1 (7)
D2P1 (16)
D2P2 (25)
D2P3 (8)
D3P2 (9)
D3P2 (17)
D1P2 (18)
D1P1 (26)
D1P3 (27)
Gambar Lampiran 2. Denah Percobaan Lapangan
U
S
Keterangan : P1, P2 dan P3
: Pupuk Petroganik
D1, D2 dan D3
: Kapur Dolomit
(1), (2), (3) ...(27) : Nomer Petakan U
: Utara
S
: Selatan
49
2 m2 U
25 cm
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
75 cm
3 m2
S Keterangan : Px L
: 3 x 2 m2
1, 2, 3, s/d 32
: Nomer Tanaman
U
: Utara
S
: Selatan
Sampel Diambil Secara Random Sebanyak 4 Tanaman Lokasi Tanaman Untuk Pengambilan Sampel Secara Random Gambar Lampiran 3. Satuan Percobaan
50
(a)
(c)
(b)
(d)
Keterangan : (a) : Lahan Masih Asli (b) : Pengecek pH Pada Tanah Yang Belum di Beri Kapur Dolomit (c) : Pengapuran Lahan Penelitian Pada Tanah Berpasir (d) : Pengecek pH Pada Tanah Berpasir Yang Sudah Di Beri Kapur Dolomit Gambar Lampiran 4. Pengecekan pH Tanah Pada Lahan Penelitian
51
(a)
(c)
(b)
(d)
Keterangan : (e) : Lahan Masih Asli (f) : Lahan Setelah Diolah Menggunakan Traktor (g) : Pengapuran Lahan Menggunakan Kapur Dolomit (h) : Pemasangan Ajir di Lahan Penelitian Gambar Lampiran 5. Lahan Penelitian
52
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan : (a) : Tanaman Jagung Umur 21 Hari Setelah Tanaman (b) : Tanaman Jagung Umur 28 Hari Setelah Tanaman (c) : Tanaman Jagung Umur 35 Hari Setelah Tanaman (d) : Tanaman Jagung Umur 42 Hari Setelah Tanaman
Gambar Lampiran 6. Umur Tanaman Jagung Manis Di Lahan Penelitian
53
(a)
(c)
(b)
(d)
Keterangan : (a)
: Pemanenan Sampel Jagung Manis
(b)
: Pengumpulan Hasil Panen Sampel Jagung Manis
(c)
: Sortasi Hasil Panen Sampel Jagung Manis
(d)
: Pengumpulan Hasil Panen Jagung Manis Setiap Perlakuan
Gambar Lampiran 7. Hasil Panen Jagung Manis
54
(a)
(c)
(b)
(d)
Keterangan : (a)
: Penimbangan Sampel Tongkol Tanpa Kelobot
(b)
: pengupasan salah satu sampel jagung manis
(c)
: Pemilihan Sampel Tongkol Tanpa Kelobot
(d)
: Pengumpulan Sampel Tongkol Tanpa Kelobot
Gambar Lampiran 8. Hasil Panen Jagung Manis Tongkol Tanpa Kelobot
55