1 I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di
kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang
peranan
penting
bagi
kehidupan
manusia
terutama
dalam
pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi hewan yang digunakan sebagai hobi serta sarana olahraga. Pemanfaatan kuda sebagai sarana olahraga yang berkembang di Indonesia adalah kuda pacu. Kuda Sumba atau Sandelwood merupakan salah satu kuda asli Indonesia yang dikembangkan di Pulau Sumba (Soehardjono, 1990).
Kuda Sumba
memiliki moyang kuda arab yang disilangkan dengan kuda poni lokal (grading up) untuk memperbaiki sejumlah penampilannya. Bobot badan menjadi salah satu indikator atau parameter yang menentukan produktivitas ternak. Bobot badan seekor ternak dapat diketahui melalui penimbangan, namun dalam menentukan bobot badan seekor ternak terutama kuda Sumba melalui penimbangan masih terdapat kesulitan dan hambatan dalam hal pengadaan alat timbangan dan lokasi ternak yang menyebar. Secara umum penentuan bobot badan melalui penimbangan ternak di Indonesia kurang ekonomis dan kurang praktis terutama di pedesaan, sehingga perlu adanya cara yang dapat dijadikan alternatif selain melakukan penimbangan ternak. Beberapa jenis timbangan sudah cukup banyak yang sifatnya dapat dibawa (portable) akan
2 tetapi hal tersebut belum dapat mengatasi masalah pengukuran yang lebih praktis, mudah dan murah tanpa mengurangi efektivitas hasil kerja. Diperlukan cara lain yang dianggap lebih praktis untuk mengestimasi bobot badan kuda sebagai salah satu kriteria seleksi ternak. Selama ini pendugaan bobot badan melalui ukuran tubuh ternak sudah sering dilakukan dan mempunyai ketelitian cukup tinggi. Pengukuran beberapa ukuran tubuh ternak yang responsif terhadap bobot badan dapat digunakan sebagai alternatif penentuan bobot badan ternak. Ukuran-ukuran tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan secara linear. Ukuran tubuh ternak yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas ternak terutama kuda antara lain panjang badan, tinggi badan, dan lingkar dada (Kadarsih, 2003), salah satu rumus untuk menduga atau menaksir bobot badan ternak adalah dengan menggunakan rumus Lambourne. Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Lambourne ini berdasarkan lingkar dada, serta panjang badan.
Beberapa penelitian telah
dilakukan mengenai besar penyimpangan yang dihasilkan dari pendugaan bobot badan melalui rumus Lambourne. Hasil dikatakan bahwa besar penyimpangan terhadap bobot aktual tidak berbeda nyata sehingga rumus Lambourne dapat digunakan dalam pendugaan bobot badan ternak. Rumus Lambourne biasa digunakan untuk pendugaan bobot badan sapi, domba, atau kambing. Pada ternak kuda belum diketahui besar penyimpangan terhadap bobot badan aktual kuda sehingga belum diketahui juga apakah pendugaan bobot badan kuda dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Lambourne. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
3 penelitian mengenai “Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba Menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual.”
1.2
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Berapakah besarnya penyimpangan bobot badan kuda dalam pengukuran dengan menggunakan rumus Lambourne. 2. Apakah rumus Lambourne dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga bobot badan ternak kuda.
1.3
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui berapakah besarnya penyimpangan bobot badan kuda dalam pengukuran dengan menggunakan rumus Lambourne. 2. Mengetahui apakah rumus Lambourne dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga bobot badan ternak kuda.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian
selanjutnya dan juga dapat menjadi acuan atau pedoman bagi peternak untuk mengetahui bagaimana menghitung bobot badan ternaknya apabila di lokasi peternakan tidak ada alat timbangan yaitu salah satu cara dengan mengukur pada ukuran-ukuran tubuh ternak yang meliputi lingkar dada serta panjang badan dan menghitungnya dengan menggunakan rumus Lambourne, kemudian memberikan
4 informasi apakah pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Lambourne bisa diterapkan pada ternak kuda atau tidak.
1.5
Kerangka Pemikiran Kuda merupakan salah satu komoditas ternak yang menjadi pendukung
pembangunan nasional, khususnya pembangunan subsektor peternakan. Sejak zaman sebelum Masehi, kuda sudah bersahabat dengan manusia. Asal mulanya, kuda digunakan hanya sebagai sumber daging untuk santapan manusia tetapi sejalan dengan perkembangan zaman selanjutnya kuda dipergunakan sebagai alat transportasi, alat hiburan (rekreasi), serta olahraga.
Seekor kuda yang sudah
terlatih akan sangat berguna dan tak ternilai harganya dalam olahraga, berburu, dan peperangan (Soehadji, 2003). Kuda asli Indonesia salah satunya adalah kuda Sumba.
Kuda Sumba
merupakan kuda poni dan kemudian diberi nama kuda Sandel atau lengkapnya kuda Sandelwood Pony. Nama "Sandelwood" diambil dari nama cendana yang pada masa lampau pernah menjadi komoditas unggulan dan diekspor dari Sumba dan pulau-pulau di Nusantara serta ke negara Asia lainnya seperti India. Kuda Sumba memiliki moyang kuda arab yang disilangkan dengan kuda poni lokal (grading up) untuk memperbaiki sejumlah penampilan dan dianggap sebagai jenis kuda yang baik sebagai kuda pacu.
Kuda Sumba memiliki ciri khas yaitu
memiliki tinggi antara 123-133 cm, memiliki postur tubuh proposional, telinga kecil, leher pendek, kaki yang kuat, daya tahan tubuh baik, dan mata ekspresif (Simon dan Schuster’s, 1988). Peranan ternak kuda masih dikatakan cukup penting dalam kehidupan masyarakat di pedasaan, seperti di Kabupaten Sumba Timur. Kuda Sumba masih
5 mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi yang cukup tinggi. Kuda Sumba digunakan sebagai tenaga kerja dan alat angkut yang praktis serta dijadikan sumber ekonomi bagi masyarakat Sumba Timur, salah satunya dengan mengikuti event pacuan kuda sehingga dalam memilih seekor kuda perlu memperhatikan performa dari setiap kuda Sumba tersebut. Penggunaan ukuran-ukuran tubuh sangat baik untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan memakai ukuran-ukuran tubuh dapat menilai performa ternak tersebut (Ensminger, 1962). Data tentang ukuran tubuh antara lain panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan dalam dada. Pengamatan terhadap ukuran tubuh digunakan untuk penentuan keragaman baik ukuran maupun bentuk tubuh terhadap populasi ternak berukuran besar seperti kuda (Komosa dan Purzyc, 1982). Penentuan ukuran-ukuran tubuh digunakan untuk menilai performa ternak, ukuran tubuh juga sering dipakai secara rutin sebagai parameter pengganti dalam menduga bobot hidup ternak dengan tujuan agar lebih praktis, mudah dan murah tanpa mengurangi efektivitas hasil kerjanya (Takaendengan, 1998). Bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai atau harga jual ternak secara benar (Manggung, 1979). Ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang positif dengan bobot badan. Pemakaian ukuran tubuh lingkar dada dan panjang badan dapat menduga bobot badan dari seekor ternak dengan tepat (Williamson dan Payne, 1993). Lingkar dada dan panjang badan adalah komponen tubuh ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang semakin kecil
6 (Dwiyanto, 1982). Hal ini dikarenakan tubuh yang besar menunjukkan kapasitas badan yang besar sehingga dapat dilihat pada ukuran-ukuran tubuh yang besar yaitu pada lingkar dada dan panjang badan. Bertambahnya lingkar dada dan panjang badan menyebabkan bertambahnya bobot badan. Daerah badan akan semakin dalam dan semakin meluas yang pada gilirannya bagian tersebut akan tertimbun oleh otot dan lemak. Lingkar dada memiliki pengaruh terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru. Lingkar dada yang besar menunjukkan metabolisme tubuh lebih baik karena dukungan dari sirkulasi darah yang bekerja secara optimal dibantu oleh organ jantung dan paru-paru yang berada pada rongga dada sehingga dapat membantu pertumbuhan otot (Ensminger, 1991), begitu juga dengan pertumbuhan panjang badan tubuh ternak. Bertambahnya panjang badan diduga menyebabkan otot-otot yang menimbun tulang ke arah panjang meluas yang pada gilirannya akan menambah bobot badan (Manggung, 1979). Rumus Lambourne merupakan salah satu rumus yang dapat digunakan untuk pendugaan bobot badan ternak dengan ukuran tubuh yang digunakan adalah lingkar dada dan panjang badan.
Rumus Lambourne biasa digunakan untuk
menduga bobot badan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, atau domba. Penyimpangan pendugaan bobot badan berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya (Williamson dan Payne, 1978). Pada penelitian yang dilakukan oleh Malewa (2009) bahwa rataan Simpangan Baku antara bobot nyata domba jantan dengan bobot hasil rumus Lambourne adalah 1,56. Hasil uji t domba jantan pada rumus Lambourne diperoleh t hitung = 1,449 < t Tabel 1,665, berarti antara bobot nyata dengan
7 bobot hasil rumus tidak ada perbedaan yang signifikan. Rataan Simpangan Baku antara bobot nyata domba betina dengan bobot hasil rumus Lambourne 1,45. Hasil uji t domba betina pada rumus Lambourne diperoleh t hitung = -3,733 < t Tabel 1,652, berarti antara bobot nyata dengan bobot hasil rumus tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian rumus ini dapat digunakan dalam menaksir bobot badan ternak. Sejauh ini penelitian tentang pendugaan bobot badan hanya diterapkan oleh ternak ruminansia saja.
Pada ternak kuda belum diketahui berapa besar
penyimpangan terhadap bobot aktual dan apakah rumus Lambourne ini dapat diterapkan pada pendugaan bobot ternak kuda. Berdasarkan uraian di atas hasil penelitian ini dipergunakan untuk mengkaji lebih dalam apakah pengukuran dengan menggunakan rumus Lambourne dapat diterapkan pada pendugaan bobot badan kuda lokal Sumba.
1.6
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada saat acara pacuan kuda Sumba
tradisional di lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan selama 2 minggu, terhitung mulai tanggal 20 Oktober sampai dengan tanggal 7 November 2015.